B. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua kulit batas dengan
epidermis dilapisi oleh membrane basalis dan di sebelah
bawah berbatasan dengan subkutis tetapi batas ini tidak
jelas hingga kita ambil patokannya adalah mulai
terdapatnya sel lemak.
C. Subkutis/Hipodermis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel elmak dan
diantara gerombolan ini benjolan serabut-serabut
jaringan dermis, sel-sel lemak ini bentuknya bulat
dengan intinya terdesak ke pinggir sehingga membentuk
seperti cincin. Lapisan lemak ini disebut penikulus
adiposis. Kegunaan penikulus adiposis adalah sebagai
pegas bila tekanan trauma yang menimpa pada kulit.
Isolator panas untuk mempertahankan suhu tubuh.
B. ETIOLOGI
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energy dari
sumber panas ke tubuh melalui kondusksi atau radiasi
elektromagnetik, meliputi: Etiologi luka bakar dapat
dibagi menjadi Scald Burns, Flame Burns, Flash Burns,
Contact Burns, Chemical Burns, Electrical Burns, Frost
Bite (Jeschke, 2007).
a. Scald Burns
Luka karena uap panas, biasanya terjadi karena
air panas, merupakan kebanyakan penyebab luka
bakar pada masyarakat. Air pada suhu 60°C
menyebabkan luka bakar parsial atau dalam dengan
waktu hanya dalam 3 detik. Pada 69°C, luka bakar
yang sama terjadi dalam 1 detik (Jeschke, 2007).
b. Flame Burns
Luka terbakar adalah mekanisme kedua tersering
dari injuri termal. Meskipun kejadian injuri
disebabkan oleh kebakaran rumah telah menurun
seiring penggunaan detektor asap, kebakaran yang
berhubungan dengan merokok, penyalahgunaan
penggunaan cairan yang mudah terbakar, tabrakan
kendaraan bermotor dan kain terbakar oleh kompor
atau pemanas ruangan juga bertanggung jawab
terhadap luka terbakar (Jeschke, 2007).
c. Flash Burns
Flash burns adalah berikutnya yang paling sering.
Ledakan gas alam, propan, butane, minyak
destilasi, alkohol dan cairan mudah terbakar lain
seperti aliran listrik menyebabkan panas untuk
periode waktu. Flash burns memiliki distribusi di
semua kulit yang terekspos dengan area paling
dalam pada sisi yang terkena (Jeschke, 2007).
d. Contact Burns
Luka bakar kontak berasal dari kontak dengan
logam panas, plastik, gelas atau bara panas.
Kejadian ini terbatas. Balita yang menyentuh atau
jatuh dengan tangan menyentuh setrika, oven dan
bara kayu menyebabkan luka bakar yang dalam pada
telapak tangan (Jeschke, 2007).
e. Chemical Burns
Luka bakar yang diakibatkan oleh iritasi zat
kimia, apakah bersifat asam kuat atau basa kuat.
Kejadian ini sering pada karyawan industri yang
memakai bahan kimia sebagai bagian dari proses
pengolahan atau produksinya. Penanganan yang
salah dapat memperluas luka bakar yang terjadi.
Irigasi dengan NS (NaCl 0.9%) atau akuabides atau
cairan netral lainnya adalah pertolongan terbaik,
tidak dengan cara menetralisirnya (Jeschke,
2007).
f. Electrical Burns
Sel yang teraliri listrik akan mengalami kematian
yang bisa menjalar dari sejak arus masuk sampai
bagian tubuh tempat arus keluar. Luka masuk
adalah tempat aliran listrik memasuki tubuh, luka
keluar adalah tempat keluarnya arus dari tubuh
menuju bumi/ground. Sulit secara fisik menentukan
berat ringannnya kerusakan yang terjadi,
mengingat perlu banyak pemeriksaan klinis dan
penunjang lainnya untuk mengevaluasi keadaan
penderita. Gangguan jantung, ginjal, kerusakan
otot sangat mungkin terjadi. Besarnya luka masuk
atau luka keluar tidak berhubungan dengan
kerusakan jaringan sepanjang aliran luka masuk
sampai keluar. Maka dari itu setiap luka bakar
listrik dikelompokan pada derajat III (Jeschke,
2007).
g. Frost Bite
Adalah luka akibat suhu yang terlalu dingin.
Pembuluh darah perifer mengalami vasokonstriksi
hebat, terutama di ujung-ujung jari, hidung dan
telinga. Fase selanjutnya akan terjadi nekrosis
dan kerusakan yang permanen. Untuk tindakan
pertama adalah sesegera mungkin menghangatkan
bagian tubuh tersebut dengan pemanas dan gerakan-
gerakan untuk memperlancar sirkulasi (Jeschke,
2007).
C. KLASIFIKASI LUKA BAKAR
1. Menurut kedalamannya
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
Tampak merah dan kering seperti luka bakar
matahari
Tidak dijumpai bullae
Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik
teriritasi
Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10
hari
front =
18%
Perinium = 1%
Right Leftleg
leg = = 14%
14%
Head = 10%
Head and neck = Head and neck =
Front and back
14% 10%
front = front =
18% 18%
2. Fase proliferasi
Disebut juga fase fibroplasia yang berlangsung sejak
akhir fase inflamasi sampai dengan akhir minggu. Pada
fase ini sel fibroplos berpoliferasi, fibroblas
menghasilkan mukopolisakarida asam amino dan protein
yang merupakan bahan dasar kolagen yang akan
mempertemukan tepi luka. Fase ini dipengaruhi oleh
substansi yang disebabkan growth factors. Pada fase
ini terjadi proses:
1. Angiogenesis: proses pembentukan kapiler baru untuk
menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
Angiogenesis di stimulasi oleh suatu growth factors
(Tnf αβ)
2. Granulasi: pembentukan jaringan kemerahan yang
mengandung kapiler pada dasar luka dan permukaan
yang bersisi jaringan halus
3. Kontraksi: pada fase ini terpi-tepi luka akan
tertarik ke arah tengah luka yang disebabkan oleh
kerja miofibrinoblas sehingga mengurangi luas luka,
proses ini kemungkinan dimediasi oleh TGF α
3. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya
maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-
organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid,
gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
F. MANIFESTASI LUKA BAKAR
Manifestasi awal menurut Betz (2009)
- Takikardia
- Tekanan darah menurun
- Ekdtremitas dingin dan perfusi buruk
- Perubahan tingkat kesadaran
- Dehidrasi (penurunan turgor kulit, penurunanurine,
lidah dan kulit kering)
- Peningkatan frekuensi pernapasan
- Pucat (tidak terjadi pada luka bakar derajat II dan
III)
Menurut Grace (2007) menifestasi kronis adalah:
1. Umum :
- Nyeri
- Edema dan bula
2. Khusus:
- Inhalasi asap (gejala pada hidung/sputum, suara
serak, luka bakar dalam mulut)
- Luka bakar pada mata/alis mata
- Luka bakar sirkum tersiol
Kedalama Jaringan Penyebaby Karakteristik Nyeri Penyembuh
n yang anglazim an
terkena
Ketebala Kerusakan Sinar Kering : Nyeri Sekitar 5
n epitel matahari tidak ada hari
superfic minimal lepuh, merah
ial pink, memutih
(derajat dengan
I) tekanan
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun
menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak
sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat
menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang
diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
2) Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan
dengan adanya infeksi atau inflamasi.
3) GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya
kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan
oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon
dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon
monoksida.
4) Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal
sehubungan dengan cedera jaringan dan penurunan
fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi
saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi
bila mulai diuresis.
5) Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L
mengindikasikan kelebihan cairan, kurang dari 10
mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6) Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan
dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
7) Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan
respon stress.
8) Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan
protein pada edema cairan.
9) BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan
perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat
meningkat karena cedera jaringan.
10) Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif
terhadap efek atau luasnya cedera.
11) EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial
atau distritmia.
12) Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar.
H. PENATALAKSANAAN
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien
trauma, karenanya harus dicek Airway, breathing dan
circulation-nya terlebih dahulu.
1. Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi,
maka segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda
adanya trauma inhalasi antara lain adalah: terkurung
dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang
terbakar, dan sputum yang hitam.
2. Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat
pergerakan dada untuk bernapas, segera lakukan
escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma
lain yang dapat menghambat pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
3. Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema, pada luka bakar yang luas dapat
terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma yang
luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, dapat
diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a. Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b. Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam
pertama, sisanya dalam 16 jam berikutnya.
4. Obat - obatan:
a. Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang <
6 jam sejak kejadian.
b. Analgetik: Antalgin, aspirin, asam mefenamat, dan
morfin.
Rehabilitasi Cairan
Protokol pemberian cairan
Formula Cairan 24 jam Kristaloid 24 Koloid 24 jam
pertama jam kedua ketiga
Baxter RL 4ml/kgBB/%LLB 20-60% Memantau
estimate vol output urine
plasma 30ml/jam
Evans Larutan NS 50% vol cairan 50% vol
(ml/kg/%LLB, 24jam pertama cairan 24 jam
200ml DSW dan x 200ml/DSW pertama
koloid
1mg/kg/%LLB)
Salter RL 2l/24jam + 50% vol cairan 0% vol cairan
fresh frozen 24jam 24jam
plasma 200ml DSW 1 fresh
7ml/kg/24jam frozen plasma
Broke RL = -
1,5ml/kg/%LLB
Koloid =
0,5ml/1/%LLB
200ml DSW
Modified RL = 2ml/kg/%LLB -
broke
metrohealth RL + 50mEq NS, pantau
sodiumbikarbonat output urine
4ml/kg/%LLB
Rumus Kebutuhan Cairan
A. DEWASA
RL
4 cc/24jam x kg BB x %LLB
24 jam pertama cairan dibagi:
a. 8 jam pertama diberikan 50% dari kebutuhan cairan
/24 jam
b. 16 jam kedua diberikan 50% dari kebutuhan cairan
/24 jam
c. 18 jam setelah kejadian ditambah cairan koloid
sejumlah 500ml pada luka bakar sedang, 1000ml pada
luka bakar berat
24 jam kedua
a. Diberikan 50% dari kebutuhan cairan /24 jam
B. ANAK
2 cc x kg BB x % LLB + kebutuhan faal/24 jam
Kebutuhan Faal:
< 1 tahun : BB x 100 ml
1-5 tahun : BB x 75 ml
5-15 tahun : BB x 50 ml
RL : koloid = 17:3
Cara pemberian
24 jam pertama dibagi 2:
- 8 jam = ½ kebutuhan cairan/24 jam
- 16 jam = ½ kebutuhan cairan/24 jam
24 jam kedua
Sesuai kebutuhan faal
J. KOMPLIKASI
1. Hipertrofi jaringan parut
Terbentuk hipertrofi jaringan parut dipengaruhi oleh:
a. Kedalaman luka bakar
b. Sifat kulit
c. Usia klien
d. Lamanya waktu penutupan
Jaringan parut terbentuk secara aktif pada 6 bulan
post luka bakar dengan warna awal merah muda dan
menimbulkan rasa gatal. Pembentukan jaringan parut
terus berlangsung dan warna berubah merah, merah tua
dan sampai coklat muda dan terasa lebih lembut.
2. Kontraktur
Kontraktur merupakan komplikasi yang sering menyertai
luka bakar serta menimbulkan gangguan fungsi
pergerakan. Beberapa hal yang dapat mecegah atau
mengurangi terjadinya kontraktor antara lain:
a. Pemberian posisi yang baik dan benar sejak dini
b. Latihan ROM baik pasif maupun aktif
c. Presure garmen yaitu pakaian yang dapat memberikan
tekanan yang bertujuan menekan timbulnya hipertrofi
scar
3. Systemic Inflammatory Response Syndrome atau SIRS
terdiri dari rangkaian kejadian sistemik yang terjadi
sebagai bentuk respons inflamasi. Respons yang
terjadi pada SIRS merupakan respons selular yang
menginisiasi sejumlah mediator-induced respons pada
inflamasi dan imun (Burns M. & Chulay, 2006). SIRS
(Systemic Inflammatory Response Syndrome) adalah
respon klinis terhadap rangsangan (insult) spesifik
dan nonspesifik
K. ASUHAN KEPERAWATAN