Autoimun
1. Definisi autoimun
2. Klasifikasi/kriteria3.
3. Faktor penyebab autoimun
4. Mekanisme
5. Macam-macam penyakit autoimun, dan jelaskan
SLE
1. Definisi2.
2. Patogenesis
3. Etiologi
4. Manifestasi
5. Diagnosis
6. Terapi
STEP 3
Autoimun
1. Definisi autoimun
Respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan kegagalan mekanisme
normalyang berperan untuk mempertahankan self tolerans sel B, sel T atau keduanya.7.
2. Klasifikasi/kriteriaa.
(a) Auto antibody/sel T autoreaktif dengan spesifitas untuk orang yang terkena
ditemukan padapenyakitb.
(b) Autoantibodi dan sel T ditemukan di jaringan dengan cedera.
(c) Ambang autoantibody atau respon sel T menggambarkan aktifitas penyakit.
(d) Penurunan respon autoimun memberikan perbaikan penyakit.
(e) Transfer antibody atau sel T ke pejamu sekunder menimbulkan penyakit autoimun
pada resipien
(f) Imunitas dengan autoantigen dan kemudian induksi respon autoimun menimbulkan
penyakit8.
4. Mekanisme
SLE
1. Definisi Inflamasi multisystem yang disebabkan oleh banyak factor yaitu berupa
penigkatan system imun danproduksi autoantibody yang berlebihan sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan.
2. Patogenesis
Pada lupus dan penyakit autoimun lainnya system pertahanan tubuh ini berbalik
melawan tubuh dimana antibody yang dihasilkan menyerang sel tubuhnya sendiri.
Antibodi ini menyerang organ, sel darah, jaringan tubuh sehingga terjadi penyakit
menaun.
3. Etiologi
Faktor Genetik Kembar monozigotik mempunyai resiko besar terkana SLE. Pada
anggota keluarga juga mempunyai resiko yang lebih tinggi,contoh: populasi kaukasia di
Amerika Utara, menurut penelitian tarhadap hubungan bermakna antara SLE dan
gen DR-2,DR-3, dan komplek HLA Imunologi Aktifasi sel B yang berlebihan :-kerusakan
pada sel B sendiri- Rangsangan yang berlebihan dari sel T helper- cacat pada sel T
supresor sehingga gagal menekan respon sel BNon Genetik Obat-obatan hormon.
4. Manifestasi
Malaise
Panas / demam
Letargi
Berat badan menurun
Ruam kulit di muka bentuk kupu-kupu
Kelainan kulit : makulopapuler,psoriasis
Kelainan ginjal : glomerulo nefritis
Kelainan pada SSP (system saraf pusat) :deprese, kejang
Kelainan hematologi :anemia hemolitik, trombositopeni, limfopeni, leukopeni.
5. Diagnosis
Apabila dikatan SLE apabila ditmukan 4 atau lebih dari criteria berikut ini:
(a) Ruam malar.
(b) Ruam Diskoid.
(c) Fotosensitifitas.
(d) Ulserasi mulut.
(e) Arthritis.
(f) Serositis.
(g) Kelainan ginjal.
(h) Kelainan neurologis.
(i) Kelainan hematologic.
(j) Kelainan imunologi.
(k) Antibody antinuclear.
6. Terapi
Farmakologi : Menggunakan obat-obat, NSID(Non streroid anti inflamasi Drug), untuk
arthritis dan atralgia, antimalaria mengurangi gejala ruam, kortikosteroid untuk lesi
,obat sitotoksik mematikan sel (tidak boleh untuk ibu hamil)
Non Farmakologi : Hindari merokok, hindari kerja yang berlebihan, mengkonsumsi
minyak ikan menghambat produksi sitokinin.
STEP 7
1.Definisi autoimun
Respon imun terhadap antigen jaringan sendiri yang disebabkan oleh mekanisme normal yang gagal berperan
untuk mempertahankan self tolerance sel B, sel T atau keduanya. (Imunologi Dasar ed.8)
2. Klasifikasi
Auto antibody/sel T auto reaktif dengan spesifitas untuk orang yang terkena ditemukan pada penyakit
Auto antibodi dan sel T ditemukan di jaringan dengan cedera
Ambang auto antibody atau respon sel T menggambarkan aktifitas penyakit
Penurunan respon autoimun memberikan perbaikan penyakit
Transfer antibody atau sel T ke pejamu sekunder menimbulkan penyakit autoimun pada resipien
Imunitas dengan autoantigen dan kemudian induksi respon autoimun menimbulkan penyakit
Kegagalan autoregulasi
Regulasi imun berfungsi utk mempertahankan homeostasis. Gangguan dpt terjadi
pd presentasi antigen, infeksi yg meningkatkan respons MHC, kadar sitokin yang
rendah(misalnya TGF-beta) dan gangguan respons imun trhdp IL-2.
Pengawasan beberapa sel autoreaktif diduga bergantung pd sel Ts atau Tr. Bila terjadi
kegagalan selTs atau Tr, maka sel Th dpt dirangsang shg menimbulkan autoimunitas.
Obat-obatan
Antigen asing dpt diikat oleh permukaan sel dan menimbulkan reaksi kimia dg
antigen permukaan sel tsb yg dpt mengubah imunogenitasnya. Trombositopenia dan
anemia merupakan contoh penyakit umum dr penyakit autoimun yg dicetuskan obat
Faktor keturunan
Penyakit autoimun mpy persamaan predisposisi genetik. Bgmn hal tsb diturunkan,
umumnya kompleks dan diduga terjadi atas pengaruh beberapa gen.
(Imunologi Dasar FKUI)4.
4. Mekanisme
Kerusakan pada penyakit autoimun terjadi melalui antibodi (tipe II dan III), Tipe IV
yang mengaktifkan sel CD4+ atau sel CD8+. Kerusakan organ dapat juga terjadi melalui
autoantibodi yang mengikat tempat fungsional self antigen seperti reseptor hormon,
reseptor neurotransmitor dan protein plasma.
(Karnen dan Iris, Imunologi Dasar Edisi Kedepalan, FKUI)
Autoimunitas terjadi akibat gagalnya mekanisme normal yang berperan untuk mempertahankan
self-tolerance sel B, sel T atau keduanya. Potensi untuk autoimunitas ditemukan pada semua
individu oleh karena selama perkembanganya, limfosit dapat mengekspresikan reseptor spesifik
untuk banyak self-antigen yang mudah terpajandengan system imun. Autoimunitas terjadi oleh
karena dikenalnya self-antigen yangmenimbulkan aktivasi, proliferasi serta differensiasi sel
autoreaktif menjadi sel efektor yang menimbulkan kerusakan jaringan
(Baratawidjaja Karnen Garna.2006.Imunologi Dasar Edisi Keenam.Jakarta:Balai Penerbit
FakultasKedokteran Universitas Indonesia)
Kerusakan satu atau lebih mekanisme toleransi diri dapat membuka kesempatan
seranganimunologis terhadap jaringan yang menimbulkan perkembangan penyakit autoimun.´
- Kehilangan toleransi diri
Sering dihubungkan dengan tidak adanya rrspon sel T helper spesifik dan
tergantung penuh kepada sel B spesifik terhadap hapten.
a. Modifikasi molekul.
b. Reaksi silang
c. Aktivasi sel B poliklonal
Faktor genetik. Besar-kecilnya respon imun diatur oleh gen Ir. Bila gen Ir terpaut HLA
respon berlebihan terhadap berbagai alergen umum. Gen Ir di dalam regional HLA-D mungkin
mengatur pengadaan autoantibodi, kerna berbagai penyakit autoimun memang menunjukkan
keterpautan yang erat dengan alel-alel di regional HLA-D.
7. skleroderma
penyakit yang kronis, proresif, menimbulkan cacat. Cirinya ialah peningkatan
endapan kolagen dikulit dan kadang diorgan internal.
8. Trombositopeniaidoplastik(TSI)
ditimbulkan oleh antibodi yang merusak trombosit.
Gambaran klinis adalah perdarahan pada gusi dan saluran gastrointestinal dan
kencing.
9. penyakit bulosa (vesikuler) penyakit kulit kronis yang terjadi karena dekstruksi
jembatan-jembatan interselular (dermosom) yang menggangu kohesi epidermis
SLE
1.Definisi
Penyakit radang multi sistem yang sebabnya belum di ketahui dengan perjalanan penyakit yang
mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh
terdapatnya berbagai macam auto antibodi dalam tubuh diandai oleh munculnya reaksi imun
abnormal yang menghasilkan berbagai macam manifestasi klinis.
(Buku Ajar IPD FKUI Jilid 1 Ed. 3)
Suatu penyakit autoimun multisistem dgn manifestasi dan sifat yang banyak berubah-ubah. SLE
mrpkn suatu penykt kambuhan dan sulit diperkirakan dgn awal manifestasi yg akut atau
tersamar yg sebenarnya dpt menyerang setiap organ tubuh terutama : kulit, ginjal, membran
serosa, sendidan jantung
(Patologi, Penyakit Imunitas, Richard NM, Vinay Kumar)
2.Patogenesis
Pada SLE auto antibodi yang terbentuk ditujukan terhadap antigen yang terutama
terletak pada nukleoplasma. Antigen sasaran ini meliputi DNA, protein histon dan non
histon. Kebanyakan diantaranya dalam keadaan alamiah terdapat dalam bentuk agregat
protein dan atau kompleks protein-RNA yang disebut partikel ribonukleoprotein (RNA).
Antibodi ini secara bersama sama disebut ANA (anti nuclear antibody). Dengan
antigennya yang spesifik, ANA membentuk kompleks imun yang beredar dalam sirkulasi.
Penanganan kompleks imun pada SLE terganggu. Gangguan2 ini memungkinkan
terbentuknya deposit kompleks imun di luar sistem fagosit mononuklear. Kompleks imun
ini akan mengendap pada berbagai macam organ dengan akibat terjadinya fiksasi
komplemen pada organ tersebut. Peristiwa ini menyebabkan aktivasi komplemen yang
menghasilkan substansi penyebab timbulnya reaksi radang. Reaksi radang inilah yang
menyebabkan timbulnya keluhan/gejala pada organ atau tempat yang bersangkutan
seperti ginjal, sendi, pleura, pleksus koroideus, kulit, dan sebagainya.
Agregat komplek imun akan disaring dan mengendap di membrane basal glumerulus dan
komplek lainnya mungkin mengendap di dinding areteri dan sendi2 komplek tersebut
mengaktifkan komplemen dan mengerahkan granulosit. Dan menimbulkan reaksi
inflamasi sebagai glomerulonefritis sehingga terjadi kerusakan pada ginjal dengan
ditandai proteinuri dan kadang2 perdarahan.
3. Etiologi
1. Faktor genetik
terutama gen yang mengkode unsur-unsur sistem imun misalnya HLA-DR 2 dan HLA-
DR 3, serta dengan komponen-komponen yang berperan pada fase awal reaksi ikat
komplemen yaitu Ciq, Cir , Cis, C4, dan C2. Selain itu gen-gen yang mulai ikut berperan
adalah gen yang mengkode reseptor sel T, imunoglobulin, dan sitokin.
2. Sistem neuroendokrin
yang ikut berperan melalui pengaruhnya terhadap sistem imun, khususnya hormon
prolaktin dapat merangasang sistem imun
4. Manifestasi
Gejala konstitusional : lelah, BB turun, demam tanpa menggigil berbulan-bulan
Kelainan di kulit dan mukosa
a. Kulit : lesi seperti kupu2, erupsi makulo popular, fotosensitivitas di daerah yg tdk tertutup
pakaian, lesi purpural dan urtikarial, terdapat lesi LED, vakulitis menonjol, alopesia,
penipisan rambut, sikatrisasi dg atrofi progresif dan hiperpigmentasi, ulkus tungkai.
b. Mukosa : pada mukosa mulut, mata, dan vagina timbul stomatitis, keratokonjungtivitis, dan
koiptis dg petekie, erosi bahkan ulserasi
Kelainan di alat dalam : yg tersering adl lupus nefritis. Tanpa nefritis pun seringkali ada
proteinuria. Selain itu timbul pleuritis, perikarditis dan terdapat efusi pada peritoneum
Kelainan di sendi, tulang, otot, kelenjar getah bening dan system saraf : arthritis biasanya
tanpa deformitas
(IPKK UI)
- Gejala umum
demam disertai menggigil, malaise, kelemahan, nafsu makan berkurang, BBmenurun
- Gejala muskuloskeletal
atritis / atralgia pd sendi interfalangeal proximal, efusi sendi, jarang ditemukan pada pagi
hari, atritis biasanya simetris tanpa menyebabkan deformitas, terdapat nodul rhematoid.
- Gejala mukokutan
ruam kulit bentuk kupu2 berupa eritema yang agak edematus pada hidung dan kedua pipi,
lesi kulit subakut yg khas berbentuk anular, lesi diskoid berupa eritema hiperkeratosis
dan atropi, lividoretikularis berupa vaskulitis ringan.
- Ginjal
kelainan ginjal ditemukan pada 68% kasus SLE. Manifestasi paling sering
adalah proteinuria dan atau hematuria
- Kardiovaskuler
dapat berupa perikarditis ringan sampai berat (efusi perikard), iskemiamiokard dan
endokarditis verukosa (Libman Sacks)
- Paru
efusi pleura unilateral ringan lebih sering terjadi daripada yang bilateral. Mungkin
ditemukan sel LE dalam cairan pleura
- Saluran pencernaan
nyeri abdomen terdapat pada 25% kasus SLE, mungkin disertai mual (muntah jarang )
dan diare
- Kelenjar parotis
membesar pada 6% kasus SLE
o malaise
o panas atau demam
o lethargi atau ngantuk, lemas, berat badan turun
o ruam kulit di muka bentuk kupu-kupu
o kelaian kulit: psoriasis, makulo papuler.
O Kelainan ginjal : glumerulo nefritis
O Kelainan SSP : depresi, kejang2
O Kelainan hematology : anemia hemplitik, trombositopenia, leucopenia, limfopenia
5. Diagnosis
Apabila dikatan SLE apabila ditmukan 4 atau lebih dari criteria berikut ini:
a. Ruam malar
b. Ruam Diskoid
c. Fotosensitifitas
d. Ulserasi mulut.
e. Arthritis.
f. Serositis.
g. Kelainan ginjal.
h. Kelainan neurologis.
i. Kelainan hematologic.
j. Kelainan imunologia.
k. Antibody antinuclear
6.Terapi
Pendidikan terhadap pasien
Pasien diberi penjelasan mengenai penyaki yang dideritanya shg dapat bersikap
positif terhadap penanggulangan penyakit ini
Obat2an
NSAID dan salisilat
Terutama dipakai pada SLE dengan gejala ringan
Kortikosteroid
Merupakan obat yang sangat penting dalam pengobatan SLE. Dapat digunakan
scr topikal utk manifestasi kulit, dlm dosis rendah utk aktivitas minor dan dalam dosis
tinggiuntuk aktivitas mayor
obat antimalaria
efektif dalam mengatasi manifestasi kulit, muskoloskeletal dan kelainan sistemik
ringan pada SLE