Anda di halaman 1dari 12

BAB 2

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENYAKIT ASMA

Asma adalah suatu kadaan klinik yang ditandai oleh terjadinya penyempitan bronkus
yang berulang namun reversibel, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut
terdapat keadaan ventilasi yang lebih normal.Keadaan ini pada orang-orang yang
rentan terkena asma mudah ditimbulkan oleh berbagai rangsangan, yang menandakan
suatu keadaan hipere aktivitas bronkus yang khas.Penyakit asma adalah penyakit
yang terjadi akibat adanya penyempitan saluran pernapasan sementara waktu
sehingga sulit bernapas.Asma terjadi ketika ada kepekaan yang meningkat terhadap
rangsangan dari lingkungan sebagai pemicunya. Diantaranya adalah dikarenakan
gangguan emosi, kelelahan jasmani,perubahan cuaca, temperatur, debu, asap, bau-
bauan yang merangsang, infeksisaluran napas, faktor makanan dan reaksi alergi.

Penyakit asma bronkial di masyarakat sering disebut sebagai bengek, asma, mengi,
ampek, sasak angok, dan berbagai istilah lokal lainnya.Asma merupakan suatu
penyakit gangguan jalan nafas obstruktif intermiten yang bersifat reversibel, ditandai
dengan adanya periode bronkospasme, peningkatan respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan nafas.

Orang yang menderita asma memiliki ketidak mampuan mendasar dalam mencapai
angka aliran udara normal selama pernapasan (terutama pada ekspirasi).Ketidak
mampuan ini tercermin dengan rendahnya volume udara yang dihasilkan sewaktu
melakukan usaha eksirasi paksa pada detik pertama. Karena banyak saluran udara
yang menyempit tidak dapat dialiri dan dikosongkan secara cepat,tidak terjadi aerasi
paru dan hilangnya ruang penyesuaian normal antara ventilasidan aliran darah paru.
Turbulensi arus udara dan getaran mukus bronkus mengakibatkan suara mengi yang
terdengar jelas selama serangan asma, namun tanda fisik ini juga terlihat mencolok
pada masalah saluran napas obstruktif.Diantara serangan asma, pasien bebas dari
mengi dan gejala, walaupun reaktivitas bronkus meningkat dan kelainan pada
ventilasi tetap berlanjut. Namun, pada asmakronik, masa tanpa serangan dapat
menghilang, sehingga mengakibatkan keadaan asma yang terus-menenrus yang sering
disertai infeksi bakteri sekunder.

A. JENIS-JENIS ASMA
Asma sebenarnya terdiri dari beberapa jenis dan tiap jenisnya memiliki
karakterisik yang berbeda. Diagnosa yang tepat akan memudahkan dokter
untuk meresepkan obat yang sesuai dan memberikan rekomendasi yang tepat.
Berikut adalah 9 jenis asma yang perlu Anda ketahui:

1. Asma Alergi

Jenis asma ini adalah yang paling umum di antara yang lain. Statistik
menunjukkan bahwa anak-anak lebih rentan terhadap asma alergi dengan kurang
lebih 90% memiliki gangguan tersebut.Alergen seperti debu, serbuk sari, dan
tungau adalah penyebab paling umum asma alergi. Berolahraga di udara dingin
atau menghirup asap, parfum atau cologne dapat membuat lebih buruk kondisi
ini. Karena alergen dapat ditemukan di mana-mana, orang dengan asma alergi
harus berhati-hati dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan.Sebisa mungkin,
mereka harus menjauhi tempat-tempat yang berdebu dan membuat rumah bebas
debu.

2. Asma Non-alergi

Dari namanya jelas bahwa asma non-alergi tidak dipicu oleh faktor alergi. Asma
jenis ini biasanya muncul setelah usia paruh baya dan sering disebabkan akibat
infeksi pada saluran pernafasan bawah dan atas. Asma non-alergi ditandai oleh
penyumbatan saluran udara akibat peradangan.Asma jenis ini bisa dikontrol
dengan pengobatan yang tepat.Gejala asma non-alergi meliputi mengi, batuk,
sesak napas, napas menjadi cepat, dan dada terasa sesak. Asma non-alergi dapat
dipicu oleh berbagai faktor seperti stres, kecemasan, kurang atau kelebihan
olahraga, udara dingin, hiperventilasi, udara kering, virus, asap, dan iritasi
lainnya.

3. Asma Nocturnal

Dari namanya jelas bahwa asma jenis ini ada hubungannya dengan tidur.Asma
nocturnal dapat mengganggu tidur karena penderitanya dapat terbangun di tengah
malam akibat batuk kering.Dada sesak adalah salah satu gejala pertama dari asma
nocturnal yang diikuti oleh batuk kering.Asma nocturnal dapat membuat
penderitanya lesu di pagi hari akibat tidur malam yang terganggu.

4. Asma Akibat Pekerjaan

Dari namanya dapat disimpulkan bahwa asma jenis ini diperoleh akibat
lingkungan kerja yang tidak sehat.Salah satu pekerjaan yang bisa memicu asma
adalah mengajar (guru) akibat paparan debu kapur papan tulis. Jenis pekerjaan
lain meliputi pekerja pabrik (paparan debu dan bahan kimia lainnya), pelukis dan
pekerja konstruksi (terkena uap cat dan asap). Gejala asma jenis ini tidak berbeda
dari gejala asma secara umum seperti mengi, batuk kering, sesak napas, serta
napas pendek dan cepat.

5. Asma Anak

Asma jenis ini biasanya terjadi ketika anak terpapar alergen tertentu seperti
tungau debu, jamur, protein hewani, dan alergen potensial lainnya.

6. Asma Dewasa

Asma jenis ini berkembang setelah seseorang berusia dewasa.Kondisi ini bisa
disebabkan alergi, non-alergi, pekerjaan, musiman, atau nocturnal.

7. Asma Batuk
Jenis asma ini agak sulit didiagnosa karena dapat terkaburkan oleh batuk lain
yang berhubungan dengan bronkhitis kronis atau penyakit sinus. Dibutuhkan tes
dan check-up sebelum dokter dapat membuat diagnosa yang tepat.

8. AsmaCampuran

Ini adalah campuran dari asma ekstrinsik dan intrinsik.Asma jenis ini umumnya
lebih serius karena penderita harus waspada terhadap kedua faktor ekstrinsik dan
intrinsik yang dapat memicu serangan asma.

9. Asma Musiman

Asma musiman hanya terjadi pada musim-musim tertentu dimana serbuk sari atau
alergen hadir dalam jumlah melimpah.Sebagai contoh, seorang individu mungkin
cukup sehat sepanjang tahun kecuali saat musin tanaman berbunga. Musim bunga
berarti akan lebih banyak serbuk sari beterbangan di udara yang dapat memicu
asma.

B. PATOFISIOLOGI ASMA

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus


yangmenyebabkan sukar bernapas.Penyebab yang umum adalah
hipersensitivitasbronkhiolus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang
timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang
yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E
abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi
dengan antigen spesifikasinya.

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang
bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua factor-faktor ini akan menghasilkan edema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam
lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan
tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripadaselama


inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksamenekan
bagian luar bronkiolus.Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan
selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat
terutama selama ekspirasi.Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi
dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.Hal ini menyebabkan
dispnea.Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat
meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari
paru.Hal ini bisa menyebabkan barrel chest. (Tanjung, 2003)

C. GEJALA PENYAKIT ASMA

Berikut adalah 10 gejala asma yang paling umum ditemukan:

a. Kesulitan bernapas yang disebabkan sesak napas atau napas yang sering
terengah-engah. Gejala ini menjadi penanda asma yang paling umum.
b. Sering batuk. Batuk bisa menjadi tanda adanya sesuatu yang salah pada paru-
paru atau saluran pernapasan.
c. Menggigil.
d. Dada terasa sesak. Kondisi ini menunjukkan bahwa paru-paru berada di
bawah tekanan dan sebagai akibatnya timbul rasa sakit konstan yang terjadi di
daerah tersebut.
e. Perasaan lelah dan lesu. Kedua hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat
cukup oksigen yang didistribusikan ke tubuh oleh paru-paru.
f. Cepat lelah ketika melakukan aktivitas fisik seperti olahraga.
g. Susah tidur. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh terasa lesu keesokan
harinya.
h. Lebih sensitif terhadap alergi.
i. Pembacaan rendah bila diperiksa menggunakan peak flow meter. Peak flow
meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur fungsi paru-paru dan untuk
menentukan apakah paru-paru bekerja di tingkat normal dalam memanfaatkan
oksigen.
j. Ketidakmampuan untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang panjang tanpa
mengalami masalah pernapasan.

D. DIAGNOSIS
1. Anamnesa

a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak
yang tak kunjung sembuh, atau batuk malam hari.
b. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.
c. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit
alergi yang lain.

2. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih
nyaman dalam posisi duduk.
b. Jantung : pekak jantung mengecil, takikardi.
c. Paru :

- Inspeksi : dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke


bawah.
- Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.
- Perkusi : hipersonor
- Palpasi : Vokal Fremitus kanan=kiri

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium meliputi :

a. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati :

- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal


eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat
mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

1) Pemeriksaan darah

- Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2) Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal.Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
- Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
- Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen
akan semakin bertambah.
- Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
- Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
- Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada
paru-paru.
3) Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.Pemeriksaan menggunakan tes
tempel.
- Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
 Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis
deviasi dan clockwise rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block).
 Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan
 VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
a) Spirometry
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma.Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%.Pemeriksaan spirometri tidak saja penting
untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat
obstruksi dan efek pengobatan.Banyak penderita tanpa keluhan tetapi
pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. (Medicafarma,2008)

E. PENYEBAB TERJADINYA ASMA


1. Bawaan atau Turunan

Jika di dalam sebuah keluarga ada yang mengindap penyakit asma, maka
kemungkinan besar keturunannya akan berakibat juga. Dan penyakit ini tidak
menular, melainkan melalui keturunan.

2. Udara Dingin.

Suhu yang dingin akan mengakibatkan timbulnya penyakit asma. Sperti cuaca
hujan, penggunaan AC dengan suhu yang tinggi dan di daerah-daerah
pegunungan.

3. Makanan

Makanan yang mengandung kadar MSG dan pengawet tinggi sangatlah untuk di
jauhi, salah satunya seperti kacang-kacangan, minuman es atau dingin, dan coklat.

4. Faktor Linkungan

Lingkungan penuh debu, kotor, dan asap merupakan tempat awalnya timbul
penyakit asma. Karena hal tersebut sangat mengganggu dan sensi sekali dengan
paru-paru.Oleh sebab itu kami sarankan untuk menjaga kesehatan dan kebersihan
lingkungan anda dari kotor-kotor dan tentunya menjaga pola hidup yang sehat
dan bersih.
F. CARA MENCEGAH PENYAKIT ASMA

Cara Pencegahan asma antara lain :

Hindarkan alergen atou faktor pencetus yang bisa membuat alergi.Gantilah sprei
dan gorden seminggu sekali.Hindarkan penggunaan karpet karena bisa menjadi
tempat menempelnya debu.Bersihkan tempat tidur kita setiap hari agar tidak
berdebu.Ada juga serangan asma akibat perubahan cuaca, maka lindungilah
dengan memakan makanan yang bergizi tinggi agar memiliki daya tahan tubuh
yang baik sehingga sehingga siap menghadapi perubahan cuaca.

G. CARA MENGOBATI PENYAKIT ASMA

Cara mengobati penyakit asma bisa dengan menggunakan buah-buahan seperti :


manggis yang kaya asam lemak omega 3,minumlah secara rutin jus buah
manggis, anggur, sebaiknya konsumsilah buah anggur setiap hari agar bisa
terhindar dari penyakit asma, selain buah-buahan yang harus banyak di konsumsi
penderita asma sebaiknya juga harus di dukung dengan lingkungan yang bersih
bebas rokok, binatang peliharaan terutama kucing dan anjing yang sangat rentan
dengan kambuhnya penyakit asma.

H. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT ASMA

Dilaporkan adanya peningkatan prevalensi asma di seluruh dunia secara umum


dan peningkatan frekuensi perawatan penderita asma di RS atau kunjungan ke
unit emergensi. Hal ini diduga disebabkan oleh peningkatan kontak dan interaksi
dengan allergen di rumah (asap, merokok pasif) dan allergen di atmosfer (debu
kendaraan bermotor).

Prevalensi asma di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada
orang dewasa, dalam 10 tahun terakhir meningkat sebesar 50%. Prevalensi asma
di Jepang dilaporkan meningkat hampir 3 kali lipat jika dibandingkan dengan
prevalensi tahun 1960, yaitu dari 1,2% menjadi 3,14%, lebih banyak terjadi pada
usia muda.

Penelitian prevalensi asma di Australia pada tahun 1982-1992 didasarkan pada


data atopi, mengi dan HRH menunjukkan kenaikan prevalensi asma akut di
daerah lembab (Belmont) dari 4,4% (1982) menjadi 11,9% (1992). Prevalensi
asma di Singapura meningkat dari 3,9% (1976) menjadi 13,7% (1987). Di Manila
dari 14,2% menjadi 22,7% (1987). Data dari daerah perifer yang kering
prevalensi asma adalah sebesar 0,5% dari 215 anak dengan bakat atpi 20,5% ,
mengi 2% dan HRH 4%.

Serangan asma juga semakin berat, terlihat dari meningkatnya angka kejadian
asma rawat inap dan angka kematian oleh karena asma. Asma juga merubah
kualitas hidup penderita dan menjadi sebab peningkatan absent anak sekolah dan
kehilangan jam kerja. Di Perancis, biaya untuk asma meningkat terus dan
mencapai 1% dari biaya pemeliharaan kesehatan langsung dan tidak langsung.

Di Indonesia, penelitian tentang asma pada umumnya dilakukan dengan kuesioner


dan jarang dengan HRB, hampir semua penelitian dilakukan di lingkungan
khusus misalnya di sekolah atau rumah sakit, jarang dilakukan di masyarakat.
Dilaporkan jumlah penderita asma berobat jalan di RS Hasan Sadikin Bandung
pada tahun 1985-1989 sebanyak 12,1% dari 1.344 pasien dan pada tahun 1983
sebanyak 14,2% dari 2.137 pasien.

Pasien asma yang rawat inap meningkat dari 4,3% (1984/1985) menjadi 7,6%
(1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986 menunjukkan angka
sebesar 7,6%. Hasil penelitian prevalensi asma pada anak sekolah berkisar 6,4%
dari 4.865 anak (Bandung, 1993) dan 15,15% dari 1.515 anak (Muultisenter,
Jakarta)
DAFTAR PUSTAKA

https://googleweblight.com/i?u=https://duniakesehatanmasyarakat.wordpress.com
/2014/04/12/epidemiologi-penyakit-asma/&hl=id-ID

http://www.autoimuncare.com/penyakit-asma-dan-cara-pencegahannya-2/

Somantri, Irman.2009.asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan system


pernafasan. Jakarta : salemba medika

Anda mungkin juga menyukai