Anda di halaman 1dari 7

JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2015, VOL.15, NO.

Sebaran Gen, Keseimbangan Populasi dan Ukuran Populasi Efektif


Sapi Pasundan Pasca Migrasi di Majalengka
(The Gene Distribution, Equilibrium Low, and Effective Population Size
post Migration of Sapi Pasundan at Malajengka Regency)
Johar Arifin1, Sri Bandiati Komar1, Endang Y. Setyowati1, Unang Yunasaf1, Asep Anang1,
Indrijani1, Sulasmi2
1
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Bandung
2
Sekolah Pascasarjana Ilmu Peternakan Institut Pertanian Bogor

Abstrak
Basis populasi Sapi Pasundan di Kabupaten Majalengka hanya di Kecamatan Kertajati
dan menyebar di sepuluh desa, namunsejak tahun 2014 mengalami degradasi daya dukung lahan
akibat alih fungsi lahan hutan. Penurunan daya dukung ini mengakibatkan migrasi ternak ke luar
wilayah. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan frekuensi gen, nilai
keseimbangan populasi dan Effective Population Size (EPS) pada Sapi Pasundan di Kabupaten
Majalengka, sejak September sampai November 2015. Metode penelitian menggunakan metode
deskriptif, pemilihan sampel ternak menggunakan stratified random sampling,dan pengukuran
sebaran genotip menggunakan pola protein albumin darah. Struktur populasi diukur berdasarkan
basis populasi pada wilayah yang menjadi daya dukungnya. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa penurunan daya dukung wilayah di Kecamatan Kertajati disebabkan oleh alih fungsi
lahan menjadi Bandara Internasional dan Perubahan pola tanaman hutan dari Jati menjadi
tanaman Karet. Hal ini menyebabkan migrasi ternak ke wilayah lain ke Sumedang dan
Indramayu. Dampak migrasi ternak antara lain terjadi penurunan frekuensi gen menjadi tiga gen
AlbA,AlbB,danAlbC, namun nilai. keseimbangan populasi belum terjadi penyimpangan (X2 ≤
X20.05). Sementara kondisi EPS (183) termasuk aman menuju rentan. Kondisi ini dapat
disimpulkan bahwa terjadi degradasi genetik ternak dan dapat mengakibatkan penuruan status
populasi baik aspek kuantitatif maupun kualitatif, upaya konservasi dilakukan dengan
perbaikan daya dukung dan introduksi teknologi.
Kata kunci: Sapi Pasundan, gen, keseimbangan populasi, protein albumin darah, nilai
populasi efektif, daya dukung lahan

Abstract
Basic on Pasundan Cattle population at Majalengka just in Kertajati Sub district and
they are spreading in the ten villages, since2014, occurs low carrying capacity of land forest
because of function changed. Consequently, there was the population migrant toother area. The
Aim of this research was to describe the gene frequency, the equilibrium, and effective
population size of population at Majalengka from September to November 2015. The Research
methodwas descriptive method, sampling technique use stratified random sampling, and to
estimate the genotype distribution based on albumin protein pattern. While, the population
structures was measured on based population in it’s carrying capacity. The result of this
research showed decrease of carrying capacity because of land function change by Bandara
International and transition from Jati Farm to Karet Farm. This situation made the animal
migration to other area,as Indramayu and Sumedang. Consequently, there was degradation of
frequency gene AlbA, AlbBand AlbC, but there was the population equilibrium low(X2 ≤ X20.05).
Effective population sizewas normal to risk status. So, this condition can be conclused that
decrease the status of population (quantitative and qualitative aspects). Necessary this research
is conservation through out carrying capacity repairing, and introduction of animal
technology.
Keyword: Pasundan Cattle, gene, population equilibrium, albumin protein pattern, effective
population size, and land carrying capacity
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2015, VOL.15, NO.2

Pendahuluan menyebar hanya di Kecamatan Kertajati


Sebaran populasi Sapi Pasundan sebagai wilayah buffer zone hutan lindung,
menyebar di dua wilayah penting, yakni antara lain di Desa Mekarjaya, Palasah,
wilayah sepanjang pesisir selatan Jawa Barat Mekarmulya, Sukamulya, Sukakerta dan
dan wilayah buffer zone hutan lindung Sahbandar. Kondisi populasi Sapi Pasundan di
sepanjang wilayah Priangan utara. Populasi wilayah ini secara karakteristik hampir sama
ternak ini dilaporkan mencapai 50.000 ekor dengan Sapi Pasundan di wilayah lain, adapun
pada tahun 2013, dan ditetapkan sebagai mayoritas pola pemeliharaannya
rumpun baru berdasarkan SK Menteri menggunakan pola semi intensif, yaitu ternak
Pertanian Nomor. 1051/Kpts/SR.120/10/2014 digembalakan pada siang hari di hutan atau
tentang penetapan rumpun Sapi Pasundan. tegalan.
Ternak ini memiliki ciri kualitatif sebagai sapi Kondisi wilayah basis populasi Sapi
bangsaBos sondaicus, yakni memiliki warna Pasundan di Majalengka pada saat ini terjadi
tubuh merah atau merah bata, terdapat garis perubahan penting, yakni penurunan daya
beulut berwarna merah tua atau hitam, dukung wilayah secara drastis. Penurunan ini
memiliki warna kaki putih dengan batas yang disebabkan dua hal, antara lain pembangunan
tidak kontras pada bagian carpus sampai Bandara Internasioal dan Jalan Tol Cipali di
metacarpus dan tarsus sampai metatarsus. dua desa serta perubahan pola tanam hutan
Pada ternak jantan dapat terjadi perubahan jati menjadi tanaman karet. Kondisi ini
warna dari merah menjadi hitam seiring menyebabkan peternak kehilangan daya
dengan perkembangan kelenjar-kelenjar dukungnya sehingga memilih mengeluarkan
produksi hormon androgen. ternak dengan cara menjual ternak ataupun
Konservasi Sapi Pasundan merupakan memindahkan ternak pada wilayah yang
kegiatan yang penting dilaksanakan di Jawa aman, seperti Sumedang dan Indramayu.
Barat, hal ini dikarenakan pada wilayah basis Kondisi demikian dibarengi dengan situasi
populasi mengalami beberapa batasan yang ekonomi akhir tahun 2013 yaitu terjadi
dapat menyebabkan kepunahan, antara lain : pengurasan Sapi Pasundan karena tawaran
1. Pada beberapa wilayah basis populasi harga sapi yang tinggi membuat peternak
terjadi perubahan fungsi lahan dan tergiur untuk menjual sapinya.
perubahan pola tanam hutan yang Ilustrasi tersebut menjadi alasan
menyebabkan Sapi Pasundan dalam menetapkan Majalengka sebagai
kehilangandaya dukungnya untuk wilayah konservasi Sapi Pasundan. Kegiatan
penggembalaan. konservasi dimulai dari inventarisasi populasi
2. Program pemerintah daerah dalam baik aspek struktur populasi maupun sebaran
peningkatan produktivitas ternak besar genetis yang dapat menggambarkan status
lebih mengarah pada crossingsapi eksotis populasi dan regulasi yang dibutuhkan apabila
melalui Inseminasi Buatan, Sapi Pasundan dalam populasi terdapat permasalahan yang
di beberapa wilayah dijadikan sebagai dapat menurunkan populasi. Oleh karena itu
obyek dalam program tersebut, kondisi ini penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
dapat menyebabkan degradasi genetik Sapi Sebaran Frekuensi Gen, Nilai Keseimbangan
Pasundan. Populasi dan Perubahan Ukuran Populasi
3. Dalam aspek pemuliaan, pola Efektif pada Populasi Sapi Pasundan Pasca
pemeliharaan yang alamiah (sistem kawin Migrasi Ternak Akibat Penurunan Daya
alam secara acak) pada prakteknya di Dukung Wilayah di Kabupaten Majalengka.
masyarakat sering terjadi negative
selection dan inbreeding.Hal ini dapat Materi dan Metode
menurunkan performa ternak baik genetis Penelitian ini dibagi menjadi dua
ataupun produktivitas. tahapan, antara lain :
Salah satu basis populasi Sapi Tahap I : Analisis Pola Protein Albumin
Pasundan adalah di Kabupaten Majalengka. Bahan-bahan dan obyek yang
Wilayah ini memiliki populasi yang cukup digunakan dalam penelitian tahap I ini yaitu
tinggi, yakni 1.500 ekor pada tahun 2013 yang 20 ekor Sapi Pasundan dan Dry Ice untuk
Johar Arifin, dkk. Sebaran Gen

pengamanan serum darah, sedangkan bahan obyek untuk menganalisis daya dukung
untuk analisis pola protein albumin darah adalah stratifikasi penggunaan lahan yang
antara lain : sampel darah,Dry ice, N2 cair,dan dihitung nilai kapasitas tampungnya. Metode
Alkohol 70%. Untuk Pemurnian albumin, yang digunakan pada tahap II ini adalah
bahan yang dibutuhkan adalah Aquabides, metode survey. Analisis data untuk
Natrium sulfat 11,25 %, Natrium sulfat 30 %, mendeskripsikan perubahan nilai Efective
dan Natrium sulfat 22,5 %. Bahan untuk population size (EPS) menggunakan rumus
Elektroforesis adalah SDS PAGE, Laruran yang diambil dari Maijala (1990) dalam
buffer sampel dan buffer running. Subandrio (2006).Analisis untuk mengukur
Adapun alat untuk analisis pola potensi pakan hijauan (rumput-rumputan dan
protein albumin darah meliputi Spuit ukuran limbah pertanian) yang diukur dengan rumus
10 ml, Kapas atau tissue, Cool box untuk menurut Hasni Arief,dkk.(2013)
penyimpanan sampel darah di lapangan,
kertas label, tambang untuk membantu Hasil dan Pembahasan
mengikat ternak. Adapun alat untuk Sebaran Frekuensi Gen, Genotipe, dan
pemisahan serum darah adalah tabung reaksi Keseimbangan Populasi
atau tabung konis, sentrifuge, dan tabung Keragaman protein dapat digunakan
eppendorf ukuran 4 ml, sedangkan alat untuk untuk menduga keragaman genetik suatu
pemurnian albumin antara lain tabung organisme. Protein sebagai produk primer
eppendorf untuk penyimpanan serum, tabung ekspresi gen, dapat dikatakan secara kualitatif
konis, timbangan analitik (ketelitian 0,001 tidak dipengaruhi oleh keragaman lingkungan,
gram), Becker glass,pengaduk, botol oleh karena itu protein dapat menjadi penduga
penampung 1 liter, Inkubator, penangas air, yang baik dalam analisis keragaman genetik
Sentrifugator 300 rpm, kertas saring, suatu populasi. Sejumlah besar perbedaan-
vacutainer, tabung reaksi dan Cooling box. perbedaan yang diatursecara genetis telah
Alat untuk Elektroforesis sistem vertikal ditemukan dalam globulin (transferin),
antara lain Power supply 40 mA, Runner, albumin, enzim-enzim darah dan hemoglobin
kaca penjepit, sisir tempat membuat sumur (Warwick dkk., 1990).
gel, Mikropipet, eppendorf, tabung reaksi, Albumin adalah salah satu jenis
penangas air, Incubaror, mangkok, Beker protein di dalam plasma darah yang berjumlah
glass, jangka sorong, Sentrifuge, kertas saring antara 3-5 % dari total volume darah atau
dan penangas air bergoyang. sekitar 35-50 % dari total protein plasma
Metode penelitian yang digunakan (Kaneko, 1980 dan Pierce, 1993). Albumin
dalam Tahap I menggunakan analisis mempunyai peranan penting dalam
deskriptif (non experimental design). Alat pengangkutan berbagai macam asam amino
untuk mengukur dan atau membandingkan ke berbagai jaringan tubuh dan ikut
antar dan di dalam populasi digunakan quasi mempertahankan keseimbangan tekanan
eksperimen. Analisis data didasarkan pada osmosis darah (Harper dkk., 1980), albumin
peubah yang diamati, yaitu protein darah mempunyai molekul protein plasma yang
berupa pita-pita (band) yang terbentuk dalam terkecil yaitu BM 69.000, karena ukuran
gel poliakrilamid. Hasil pengamatan molekulnya kecil, albumin lebih banyak
menggunakan pola protein albumin darah berpartisipasi dalam tekanan osmotik
berdasarkan jarak migrasinya, dimasukkan dibanding dengan protein plasma yang lain.
dalam tabel frekuensi gen dan genotip, Pada karakteristik enzim atau protein darah
kemudian untuk mengetahui perbedaan tersebut banyak ditemukan keragaman genetis
frekuensi gen dan genotip menggunakan uji dalam spesies, bangsa atau galur-galur dalam
chi-square. spesies, selanjutnya polimorfisme protein
Tahap II : Eksplorasi Potensi Wilayah Basis darah tersebut diatur secara genetis oleh
Populasi Sapi Pasundan pasangan alel atau rangkaian alel.
Obyek dalam penelitian tahap II ini Hasil elektroforesis gel system
adalah populasi Sapi Pasundan yang terbagi vertikal pada sampel Sapi Pasundan terpilih
dalam struktur populasi berdasarkan jumlah menunjukkan adanya jarak migrasi ternak
jantan dewasa dan betina dewasa, sedangkan yang bervariasi. Hal ini dapat digambarkan
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2015, VOL.15, NO.2

pada simulasi produk gel elektroforesis sebagai berikut :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Gambar 1. Jarak Migrasi Pola Protein Albumin Sapi Pasundan di Majalengka

Berdasarkan ilustrasi di atas maka Ujungjaya Kabupaten Sumedang di sebelah


dapat digambarkan bahwa jarak migrasi pola selatan serta Kecamatan Terisi dan Tukdana
protein albumin populasi Sapi Pasundan di sebelah barat.
cukup bervariasi. Penetapan frekuensi Pertanian, khususnya tanaman
genotype ternak berdasarkan jarak migrasi pangan, palawijadan hortikultura masih
terdiri empat macam genotype yaitu AlbAB merupakan potensi unggulan daerah
(10 ekor), AlbAC (4 ekor), AlbAA (2 ekor) dan Kabupaten Majalengka. Potensi unggulan
AlbBC (4 ekor). Johari dkk. (2007) tentang daerah merupakan produk yang dihasilkan
keragaman protein darah sebagai parameter atau potensial dikembangkan dalam suatu
biogenetik pada Sapi Jawa, dikontrol oleh wilayah tertentu. Melalui potensi unggulan
lima macam frekuensi genotipe dengan daerah ini, kemampuan daerah dapat
tampilan sebagai berikut : AlbBB (15 Sapi) ; tergambarkan diantaranya dalam
AlbAC (6 Sapi) ; AlbBC (5 Sapi) ; AlbAB (3 menghasilkan produk, memberi kesempatan
Sapi) dan AlbAA (1 Sapi). Kondisi tersebut kerja, dan mendatangkan pendapatan bagi
menggambarkan bahwa pengendalian gen atas masyarakat (Bappeda Kabupaten Majalengka,
albumin darah antara sapi Pasundan dan Sapi 2015).Padi (padi sawah dan ladang), jagung
Jawa memiliki kesamaan yakni AlbA, AlbB dan kedelai merupakan tanaman pangan yang
dan AlbC, adapun frekuensi gen tersebut dominan di Kabupaten Majalengka. Pada
berturut-turut 0.45, 0.35 dan 0.20. tahun 2014, Kabupaten Majalengka
Nilai keseimbangan populasi menghasilkan padi sebanyak 675.712 ton dari
menunjukkan bahwa terdapat keseimbangan luas panen 105.240 Ha. Kabupaten
populasi menurut Hukum Hardy-Weinberg Majalengka juga menghasilkan jagung dan
pada populasi di wilayah Majalengka. Hal ini kedelai masing-masing sebanyak 119.335 dan
menunjukkan bahwa pada saat penelitian 1.938 ton dari luas panen 15.911dan 1.339 Ha
dilakukan, populasi yang tersedia secara (BPS Majalengka, 2015). Berdasarkan potensi
genotip masih dalam keadaan normal. ini maka Hasni, dkk. (2012) menyatakan
Eksplorasi Potensi Wilayah Basis Populasi bahwa wilayah Kabupaten Majalengka
Sapi Pasundan di Majalengka memiliki kapasitas tampung 45.299 ST
Wilayah Kertajati Kabupaten (Satuan Ternak) dan dengan populasi yang
Majalengka merupakan wilayah datar dengan ada yaitu sebanyak 10.763ST maka peluang
ketinggian 19 – 25 meter dpl. Secara geografis penambahan populasi mencapai 34.536 ST
berada di bagian barat Majalengka, berbatasan sehingga wilayah ini termasuk dalam katagori
dengan Kecamatan Jatitujuh sebelah utara, aman.
Kecamatan Dawuhan dan Kadipaten di Kondisi di kabupaten Majalengka
sebelah timur, Kecamatan Tomo dan tersebut disumbang oleh wilayah Kecamatan
Johar Arifin, dkk. Sebaran Gen

Kertajati. Kondisi pertanian di wilayah ini dapat diprediksi akan terjadi permasalahan
terbagi menjadi dua tipologi, yakni tanaman krusial dalam dinamika populasi.
padi irigasi teknis di wilayah utara, antara lain Permasalahan tersebut termodus dalam aspek
di Desa Kertawinangun, Kertajati, Kertasari genetik, produktivitas, dan akselerasi
dan Bantarjati. Areal lahan pertanian dalam populasi. Pada aspek genetik akan terjadi
kondisi datar tanpa ada hutan lindung dan degradasi genetik akibat inbreeding dan
perkebunan tanaman keras. Sedangkan seleksi negative serta penurunan kemurnian
Pertanian Palawija, padi gogo dan hortikulur akibat kekurangan pejantan Sapi Pasundan.
justru berada di desa-desa yang tidak memiliki Hal ini berdampak terhadap penurunan
irigasi teknis dan mayoritas petani produktivitas ternak sehingga populasi akan
menerapkan sistem integrasi atau tumpang mengalami stagnasi.
sari di areal hutan Negara atau perkebunan Berdasarkan hasil penelitian tentang
tanaman keras. Desa-desa tersebut antara lain daya dukung diperoleh nilai kapasitas
Desa Mekarjaya, Palasah, Mekarmulya, tampung aktual 65.754 ST terdiri dari sapi,
Pakubeureum, Sukamulya, Sukakerta dan kerbau, domba dan kambing. Berdasarkan
Syahbandar. hasil observasi di wilayah basis populasi Sapi
Perbedaan tipe pertanian tersebut Pasundan ternyata nilai kapasitas tampung
menyebabkan terjadi perbedaan tipe beternak aktual masih tinggi, yakni 23.456 ST. Kondisi
dari aspek komoditas, pola pemeliharaan dan demikian apabila dilihat dari aspek luas lahan
skala pemeliharaan. Pada wilayah utara yang secara total sebetulnya masih memiliki
mayoritas irigasi teknis, masyarakat peluang pengembangan populasi. Berdasarkan
peternaknya memilih komoditi ternak kondisi efektivitas populasi, terdeskripsi
ruminansia kecil. Pada wilayah selatan yang bahwa pada struktur populasi yang ada nilai
pertaniannya berbasis lahan tegalan, effective population size sebesar 183. Menurut
perkebunan dan hutan, masyarakat peternak Subandriyo (2006) nilai unipara pada struktur
memilih Sapi Pasundan dan Sapi PO lokal populasi termasuk dalam keadaan aman
sebagai komoditi andalan masyarakat. Hasil menuju rentan.
penelitian menunjukkan bahwa dari tujuh desa Berdasarkan penjelasan-penjelasan
wilayah selatan Kertajati 76 persen peternak tersebutmenunjukkan bahwa kondisi populasi
memilih usaha budidaya Sapi Pasundan Sapi Pasundan di Kabupaten Majalengka
sebagai usaha pokok. Kondisi ini yang perlu dilakukan introduksi berbagai sinergitas
menyebabkan populasi ternak cukup tinggi. pelaku pertanian untuk menyelamatkan
Pada awal tahun 2013 dilaporkan bahwa sumber daya genetik tersebut. Kondisi EPS
populasi Sapi Pasundan mencapai 1.500 ekor, juga diperberat dengan kondisi heterozigositas
hasil penelitian ini juga melaporkan nilai berdasarkan marka protein albumin yang
populasi efektifnya masih dalam kondisi tinggi. Hal ini dapat mengancam status
aman(Indrijani, dkk. 2014). Dinamika kemurnian ternak apabila nilai heterozigositas
populasi Sapi Pasundan di Majalengka sangat terjadi akibat proporsi genetik dalam populasi
menurun tajam, hal ini disebabkan oleh dua tercampur oleh bangsa lain.
faktor, yaitu Pertama, kondisi tata niaga pada
November tahun 2013 sampai bulan April Aksi Multipihak Untuk Menyelamatkan
2014 terjadi pelonjakkan harga yang tidak Populasi Sapi Pasundan
wajar. Kedua,alih fungsi lahan menjadi Jalan Penyelamatan populasi Sapi Pasundan
Tol, Bandara Internasional dan perubahan di Majalengka dimulai dari penambahan
komoditas hutan dari hutan Jati ke tanaman populasi, peningkatan pemurnian ternak dan
Karet membuat peternak kehilangan sebagian penambahan jumlah peternak. Hal ini
daya dukungnya. membutuhkan aksi multipihak sebagai subyek
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dimana pelakunya adalah peternak atau
jumlah populasi Sapi Pasundan berdasarkan masyarakat. Aksi multipihak ini dapat
struktur populasi produktif di Kertajati adalah digambarkan menurut Arifin, dkk. (2013)
56 ekor jantan : 545 ekor betina produktif. sebagai berikut:
Berdasarkan fenomena yang terjadi, maka
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2015, VOL.15, NO.2

Sapi Pasundan

BREEDING BUDI DAYA PENGOLAHAN PAKAN ORGANISASI DAN


NUCLEUS MUTIPLIER DAN GUDANG PAKAN KELEMBAGAAN

TeknologiCooping
Amoniasi Fermentasi
Haywafering
T Limbah Peternakan
PEMERINTAH E Hasil Ikutan Pertanian Perguruan Tinggi
CSR K Pupuk Organik/kompos Dedak, ampas, singgang
N
O Organisasi dan
L Kelembagaan
O Lahan Padi dan Palawija
G penggembalaan
I
PELATIHAN,
PEMBERDAYAAN,

Gambar 2. Skema pemberdayaan masyarakat tertintegrasi Dalam Penguatan Daya


dukung Pakan

Membangun kelompok ternak baru di frekuensi gen masing-masing 0.45, 0.35


kawasan atau memperluas kelompok yang dan 0.2. Dampak penurunan populasi
sudah ada dengan peningkatan jumlah terjadi pada kualitas nilai effective
anggota baru merupakan program yang harus population size, dan status populasi secara
dicanangkan seiring dengan program Sentra unipara dalam keadaan aman menuju
Peternakan Rakyat yang diusulkan. Aksi rentan. Kondisi ini menyebabkan degradasi
multipihak yang dilibatkan sebagai subyek genetik ternak dan dapat mengakibatkan
terdiri dari dua unsur, pertama unsur penuruan status populasi baik aspek
pemerintah baik kabupaten, provinsi atau kuantitatif maupun kualitatif.
pemerintah pusat dan perguruan tinggi. Unsur 2. Fenomena penurunan populasi akibat alih
yang kedua adalah pihak swasta baik CSR fungsi lahan dan gejolak harga pada akhir
perusahaan, BUMN bidang peternakan, tahun 2013 sampai pertengahan 2014
industry peternakan swasta dan perbankan secara genetis belum menunjukkan adanya
nasional maupun internasional. Pihak yang penyimpangan dari nisbah keseimbangan
berperan sebagai subyek memberi dorongan, menurut Hukum Hardy-Weinberg. Hal ini
fasilitasi dan motivasi serta pendampingan menunjukkan bahwa migrasi ternak belum
terhadap peternak. Sedangkan pelaku sebagai mempengaruhi proporsi genotip dalam
obyek adalah ternak dan stratifikasi populasi
penggunaan lahan. Ilustrasi 2 dapat 3. Upaya konservasi dilakukan dengan
menggambarkan betapa kegiatan konservasi perbaikan daya dukung dan introduksi
dan pengembangan sapi Pasundan teknologi.
membutuhkan peran multipihak secara
integrative membangun kawasan basis Daftar Pustaka
populasi menuju keselamatan SDGT. Badan Pusat Statistik. 2015. Majalengka
dalam Angka. Kantor Statistik
Kesimpulan Kabupaten Majalengka. Jawa Barat
Berdasarkan hasil dan pembahasan di Arifin, J. 2013. Penguatan Kelompok VBC
atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Sapi Lokal d Jawa Barat. Materi
1. Berdasarkan analisis pola protein albumin Workshop. Dinas Peternakan Provinsi
populasi Sapi Pasundan di wilayah Jawa Barat. Bandung
Majalengka dikendalikan oleh tiga macam Arifin, J. 2014. Rencana Aksi Multi Pihak
alel yakni albA, albB dan albC dengan Membangun Sinergitas Kebijakan
Johar Arifin, dkk. Sebaran Gen

Pengembangan Sapi Pasundan di Menteri Pertanian RI. 2014. Surat


Jawa Barat. Materi Workshop. Dinas KeputusanMenteri Pertanian Nomor.
Peternakan Jawa barat. Bandung 1051/Kpts/SR.120/10/2014 tentang
Deny, J. 2014. Kebijakan Pembangunan Penetapan Rumpun Sapi Pasundan
Provinsi Jawa Barat Jawa Barat. Kementan RI. Jakarta
Dalam Mendukung Pengelolaan Nicholas, FW. 1993. Veterinary Genetics.
Sumber Daya Genetik Ternak Lokal Department of Animal Science,
Berkelanjutan (BAPPEDA Jawa University of Sydney. Clarendon
Barat). Makalah Workshop Press.Oxford
Membangun sinergitas kebijakan Riis, P M. 1983. The Pools of Tissue
pengelolaan SDGT di Jawa Barat. Constituents and Products: Proteins.
Fakultas Peternakan. Universitas In: , Dynamic biochemistry of animal
Padjadjaran. Bandung production. Elsevier Science
Deutcher,M.D., 1990.Guide to Protein Publishers, Amsterdam, The
Purification.Methods in Enzymology. Netherlands.
Academic Press INC.Sandiego.New Johari, S., E. Kurnianto, Sutopo, dan S.
York. Aminah. 2007. Keragaman Protein
Falconer, D.S. 1990. Introduction to Darah Sebagai Parameter Biogenetik
Quantitative Genetic, Third Edition. pada Sapi Jawa. Journal Indonesian
Longman Scientific & Technical. Tropical Agriculture. 32 [2]: 2007.
Jhon Wiley & Sons. New York. Singarimbun dan Efendy. 1998. Metode
FAO, 2009. Status Terkini Dunia SDGT untuk Penelitian Survey. Penerbit Pustaka
Pangan dan Pertanian (the state of LP3ES Indonesia. Jakarta
world’s Animal Genetic Resources Subandriyo. 2006. Pengelolaan dan
For Food and Agricultur). Pusat Pemanfaatan Data Plasma Nutfah
Penelitian dan Pengembangan Ternak Kerbau.Lokakarya Nasional
Peternakan Balitnak .Kementan RI. Usaha Ternak Kerbau Mendukung
Jakarta Program Kecukupan Daging Sapi.
FAO/UNEP. 1991. Animal Genetics Balai Penelitian Ternak Ciawi. Bogor
Resources Conservation and Undang-undang RI No. 18 tahun 2009.
Management Report of the Undang-undang tentang Peternakan
FAO/UNEP Teknical Consultation dan Kesehatan Hewan Pasca Revisi
on need in Route. FAO. Rome Mahkamah Konstitusi SK
Girindra, A.. 1989. Biokimia Patologi. NO.137/PUU-VII/2009. Penerbit
Bioteknologi, Pusat antar Duta Karya Swasta. Jakarta
Universitas, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Harris, H. 1994. Dasar-dasar Genetika
Biokemis Manusia. Edisi Ketiga.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 495-498.
Hasni, A., Zamhir, R., dan Khairani,L., 2013.
Peta Potensi Wilayah Pengembangan
Ruminansia. Laporan Hasil penelitian.
Kerjasama Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat dengan Fakultas
Peternakan Universitas Padjadjaran.
bandung
Kaneko, J. J. 1980. Serum Protein dan
Dysproteinemis, Clinical
Biochemistry of Domestic Animal. 3th
Ed., Academic Press, London

Anda mungkin juga menyukai