KAJIAN TEORI
Bagian ini memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang berbagai proses hidrologi
yang terjadi pada suatu kawasan dan memberikan gambaran tentang neraca air yang ada.
Pemahaman mahasiswa terhadap konsep neraca air bisa dijadikan bekal untuk mengelola suatu
kawasan hutan yang mampu memberikan peran bagi kawasan disekitarnya.
Setelah mengikuti kuliah pada bagian ini mahasiswa diharapkan mengerti dan
memahami konsep neraca air terutama dalam kawasan hutan. Harapannya dengan
mengetahui konsep neraca air, mahasiswa dapat menganalisa dan mendesain
pembangunan hutan yang memiliki tujuan-tujuan tertentu misalnya untuk penyediaan
sumberdaya air kawasan.
Daur Hidrologi.
Gambar 2.1. di atas dapat diketahui bahwa penggerak daur hidrologi adalah
matahari dan air akan bergerak tanpa awalan dan tanpa akhiran. Keberadaan hutan
hanya akan berpengaruh terhadap beberapa komponen dalam seluruh daur hidrologi
tersebut. Meskipun demikian karena masing-masing komponen dalam daur hidrologi
tersebut akan saling berkaitan maka keberadaan hutan akan memberikan pengaruh
yang nyata dalam daur ini. Pengaruh hutan dalam daur air ini akan mulai nampak
semenjak hujan jatuh, yang sebagian akan terintersepsi baik di tajuk maupun di
seresah, sebagian akan terbuang kembali ke angkasa melalui proses evapotranspirasi.
Dalam lanjutan proses sebagai aliran permukaan daur air infiltrasi, perjalanan air
tersebut juga dipengaruhi oleh adanya tahanan batang dan seresah hutan. Dengan
Persamaan neraca air dalam daerah aliran sungai dapat disederhanakan menjadi :
P = Qo + Ea ± ΔS
Keterangan :
Ea= Evapotranspirasi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di
bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam
hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana
merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau
gabungan keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan
tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan
konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang
digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih
besar dari tanah dengan vegetasialaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian
meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan
dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna
lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik
konservasi ladang dan penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan
meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran
jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik
untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui
angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal
sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi,
frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen
yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih
mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan
permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah
tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan
yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang
mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak
sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan
Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan
yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua
lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta
serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-
hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di
permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan,
derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat
menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal
kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau
dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.
Jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain
menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi
jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan
dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru
pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.
Ket :
RM : Erosivitas bulanan
(Rain) : Curah hujan pada bulan yang bersangkutan (cm)
(Days) : Jumlah hari hujan pada bulan yang bersangkutan
(Max.Rain) : Hujan harian maks. Bulan yang bersangkutan (cm)
b. Faktor Erodibilitas
Faktor erodibilitas dihitung berdasarkan hasil analisa sampel tanah, variabel tanah yang
digunakan untuk perhitungan adalah: tekstur, struktur, kandungan bahan organik dan
permeabilitas tanah. penentuan faktor erodibilitas, menggunakan NOMOGRAF dari
Wischmeier dan Scmith. Cara penggunaan nomograf adalah sebagai berikut:
1) Prosentase debu dan pasir sangat halus yang sudah diketahui, ditetapkan pada titik yang
sesuai pada sumbu tegak sebelah kiri nomograf
2) Dari titik tersebut tariklah garis horizontal hingga memotong garis prosentase pasir yang
sesuai
3) Dari titik potong ini, tarik garis vertikal, hingga memotong garis klas bahan organik yang
sesuai
4) Dari titik potong ini, tarik garis horizontal ke kanan hingga memotong garis klas struktur
tanah
Jika jumlah kadar debu dan kadar pasir dalam tekstur tanahnya ≤70% maka digunakan rumus
Hammer :
K = 1,292 ((2,1^1,14x10^-4)(12-a)+3,25x(b-2)+2,5x(c-3)
Ket:
K : Faktor erodibilitas
M : Parameter ukuran butir
( % debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)
a : % bahan organik (% C-organik x 1,724)
b : Nilai struktur tanah
c : Nilai permeabilitas tanah
Tabel 2.3 Kelas Kandungan C-organik
Kelas C-organik Nilai
Sangat rendah <1 0
Rendah 1-2 1
Sedang 2,1-3 2
Tinggi 3,1-5 3
Sangat tinggi >5 4
Sumber : Hardjowigeno, 1995.
m = Angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng dan kemiringan lereng
dan dapat juga dipengaruhi oleh karakteristik tanah, tipe vegetasi.
5) Stabilitas Konstruksi
Meripakan perhitungan konstruksi untuk menentukan ukuran (dimensi) bendungan agar
mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang bekerja padanya dalam keadaan apapun.
* Syarat-syarat stabilitas konstruksi :
- Lereng sebelah hulu dan hilir bendungan harns tidak mudah longsor. Lereng sebelah hulu
bendungan harns stabil dan aman dalam keadaan apapun baik pada waktu waduk kosong, penuh
air maupun permukaan air turun tiba-tiba. Demikian pula untuk lereng sebelah hilir harns stabil