Anda di halaman 1dari 16

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kondisi Wilayah Bendungan


Waduk adalah salah satu waduk serbaguna yang dibangun di Kabupaten Rembang
untuk mengatasi kekeringan dan menampung air, guna pengairan wilayah Kabupaten
Rembang. Waduk ini terletak di Desa Lodan Wetan, Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang.
Letaknya kira-kira 2,5 jam dari pusat Kabupaten Rembang. Selama ini, Waduk Lodan dijadikan
pemerintah sebagai waduk irigasi dan sumber pengairan warga. Dengan pemandangan yang
cukup indah, waduk ini juga kerapkali dijadikan sebagai sarana wisata oleh sebagian warga.
Jalan menuju waduk cukup bergelombang, dengan bukit dan persawahan di sisi-sisinya. Lokasi
Waduk Lodan diapit oleh perbukitan dan lahan pertanian milik warga.
Masyarakat di wilayah ini mengembangkan usaha pertanian dan membantu dalam usaha
penghijauan lahan sekitar. Selain itu di daerah ini dapat disaksikan pula keseharian masyarakat
setempat seperti budidaya pohon bambu, pemancingan, bercocok tanam, dan perdagangan.
Kondisi curah hujan di lahan ini pun cukup tinggi, sehingga apabila nanti akan dibangun
bendungan, waduk dari bendungan tersebut akan terisi dengan baik. Kondisi lainnya akan
dibahas pada perhitungan bab selanjutnya.

2.2 Pengertian Neraca Air


Neraca air merupakan alat untuk mendekati nilai-nilai hidrologis proses yang terjadi di
lapangan. Secara garis besar neraca air merupakan penjelasan tentang hubungan antara aliran
ke dalam (In flow) dan aliran ke luar (out flow) di suatu daerah untuk suatu periode tertentu
dari proses sirkulasi air. Neraca air juga dapat didefinisikan sebagai selisih antara jumlah air
yang diterima oleh tanaman dan kehilangan air dari tanaman beserta tanah melalui proses
evapotranspirasi.

Bagian ini memberikan penjelasan kepada mahasiswa tentang berbagai proses hidrologi
yang terjadi pada suatu kawasan dan memberikan gambaran tentang neraca air yang ada.
Pemahaman mahasiswa terhadap konsep neraca air bisa dijadikan bekal untuk mengelola suatu
kawasan hutan yang mampu memberikan peran bagi kawasan disekitarnya.

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 3


2.2.1 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti kuliah pada bagian ini mahasiswa diharapkan mengerti dan
memahami konsep neraca air terutama dalam kawasan hutan. Harapannya dengan
mengetahui konsep neraca air, mahasiswa dapat menganalisa dan mendesain
pembangunan hutan yang memiliki tujuan-tujuan tertentu misalnya untuk penyediaan
sumberdaya air kawasan.

Daur Hidrologi.

Gambar 2.1 Macam-macam bentuk DAS

Gambar 2.1. di atas dapat diketahui bahwa penggerak daur hidrologi adalah
matahari dan air akan bergerak tanpa awalan dan tanpa akhiran. Keberadaan hutan
hanya akan berpengaruh terhadap beberapa komponen dalam seluruh daur hidrologi
tersebut. Meskipun demikian karena masing-masing komponen dalam daur hidrologi
tersebut akan saling berkaitan maka keberadaan hutan akan memberikan pengaruh
yang nyata dalam daur ini. Pengaruh hutan dalam daur air ini akan mulai nampak
semenjak hujan jatuh, yang sebagian akan terintersepsi baik di tajuk maupun di
seresah, sebagian akan terbuang kembali ke angkasa melalui proses evapotranspirasi.
Dalam lanjutan proses sebagai aliran permukaan daur air infiltrasi, perjalanan air
tersebut juga dipengaruhi oleh adanya tahanan batang dan seresah hutan. Dengan

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 4


demikian vegetasi hutan akan ikut merubah pola keseimbangan energi matahari
sebagai penggerak utama proses daur hidrologi.

2.2.1. Neraca Air dalam Daerah Aliran Sungai

Daerah aliran sungai (River Basin, drainage basin, watershed).

Persamaan neraca air dalam daerah aliran sungai dapat disederhanakan menjadi :

P = Qo + Ea ± ΔS

Keterangan :

P= Presipitasi yang jatuh kedalam DAS

Qo= Aliran sungai yang keluar dari DAS di outletnya

Ea= Evapotranspirasi

ΔS= Perubahan timbunan air dalam DAS

Gambar 2.2 Contoh Neraca Air

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 5


2.3 Pengertian Erosi

Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya)
akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di
bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam
hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana
merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau
gabungan keduanya.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan
tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk,
penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan
konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang
digunakan untuk menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih
besar dari tanah dengan vegetasialaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian
meningkatkan erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan
dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna
lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik
konservasi ladang dan penanaman pohon.

Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan
meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran
jalur pelayaran.

Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik
untuk ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui
angkutan air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal
sedimentasi, kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 6


Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan
intensitas hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin,
frekuensi badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan
permeabilitasnya, kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk
yang tinggal di lahan tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.

Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi,
frekuensi hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen
yang tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih
mudah tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan
permeabilitas sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah
tidaknya air meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan
yang terbentuk lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang
mengandung banyak lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak
sodium dalam atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan

Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan
yang tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua
lapisan ini melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta
serasah di dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-
hujan yang lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di
permukaan tanah dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan,
derajat peresapan air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat
menyebabkan peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal
kegiatan konstruksi atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau
dipadatkan, derajad kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.

Jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain
menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi
jika sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan
dan hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru
pola drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 7


Besarnya erosivitas permukaan dihitung dengan metode Universal Soil Loss Equation
(USLE) :
A = R x K x LS x CP

A : Jumlah erosi permukaan dalam ton/ha/thn


R : Faktor ersoivitas ( ton/ha )
K : Faktor erodibilitas (kisaran antara 0 – 1 )
LS : Faktor panjang dan kemiringan lereng
CP: Faktor tanaman dan teknik pengelolaan
a. Faktor Erosivitas
Faktor erosivitas bulanan dihitung dengan rumus Bols, sebagai berikut:

Ket :
RM : Erosivitas bulanan
(Rain) : Curah hujan pada bulan yang bersangkutan (cm)
(Days) : Jumlah hari hujan pada bulan yang bersangkutan
(Max.Rain) : Hujan harian maks. Bulan yang bersangkutan (cm)

b. Faktor Erodibilitas
Faktor erodibilitas dihitung berdasarkan hasil analisa sampel tanah, variabel tanah yang
digunakan untuk perhitungan adalah: tekstur, struktur, kandungan bahan organik dan
permeabilitas tanah. penentuan faktor erodibilitas, menggunakan NOMOGRAF dari
Wischmeier dan Scmith. Cara penggunaan nomograf adalah sebagai berikut:
1) Prosentase debu dan pasir sangat halus yang sudah diketahui, ditetapkan pada titik yang
sesuai pada sumbu tegak sebelah kiri nomograf
2) Dari titik tersebut tariklah garis horizontal hingga memotong garis prosentase pasir yang
sesuai
3) Dari titik potong ini, tarik garis vertikal, hingga memotong garis klas bahan organik yang
sesuai
4) Dari titik potong ini, tarik garis horizontal ke kanan hingga memotong garis klas struktur
tanah

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 8


5) Dari titik potong ini, tarik garis vertikal ke bawah hingga memotong garis klas permeabilitas
tanah yang sesuai
6) Dari titik potong tersebut, tarik garis horizontal ke kiri hingga memotong garis skala nilai
faktor erodibilitas

NOMOGRAF PENENTUAN NILAI K

Jika jumlah kadar debu dan kadar pasir dalam tekstur tanahnya ≤70% maka digunakan rumus
Hammer :
K = 1,292 ((2,1^1,14x10^-4)(12-a)+3,25x(b-2)+2,5x(c-3)
Ket:
K : Faktor erodibilitas
M : Parameter ukuran butir
( % debu + % pasir sangat halus) (100 - % liat)
a : % bahan organik (% C-organik x 1,724)
b : Nilai struktur tanah
c : Nilai permeabilitas tanah
Tabel 2.3 Kelas Kandungan C-organik
Kelas C-organik Nilai
Sangat rendah <1 0
Rendah 1-2 1
Sedang 2,1-3 2
Tinggi 3,1-5 3
Sangat tinggi >5 4
Sumber : Hardjowigeno, 1995.

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 9


Tabel 2.4 Penilaian Struktur Tanah
Tipe Struktur Nilai
Granular sangat halus 1
Granular halus 2
Granular sedang dan kasar 3
Gumpal lempeng, pejal 4
Sumber : Hardjowigeno, 1995.

Tabel 2.5 Penilaian Permeabilitas Tanah


Kelas Permeabilitas cm/jam Nilai
Cepat >25,4 1
Sedang-Cepat 12,7-25,4 2
Sedang 6,3-12,7 3
Sedang-Lambat 2,0-6,3 4
Lambat 0,5-2,0 5
Sangat Lambat <0,5 6
Sumber : Hardjowigeno, 1995.

c. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng


Penentuan faktor panjang dan kemiringan lereng berdasarkan perhitungan kemiringan
lereng dari peta topografi, dengan cara membuat jaring-jaring berjarak tertentu. Selanjutnya
kemiringan lereng dihitung berdasarkan rumus:
S = (0,43 + 0,30 s + 0,04 s2)/6,61

Ket: S : kemiringan lereng dalam %


N : jumlah kontur yang memotong diagonal jaring-jaring
Ci : kontur interval dalam meter ( 25m pada peta pengamatan)
a : panjang jaring-jaring dalam meter ( 1000 m )
Berdasarkan pengukuran kemiringan lereng dari peta topografi, tentukan nilai faktor LS sesuai
tabel berikut ini:

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 10


Ls = (l/22,1)m

Dimana : L = Panjang lereng (m)

l = Pengukuran lereng di lapangan

m = Angka eksponen yang dipengaruhi oleh interaksi antara panjang lereng dan kemiringan lereng
dan dapat juga dipengaruhi oleh karakteristik tanah, tipe vegetasi.

Tabel 2.6. Penilaian Kelas Kelerengan (LS)


Kemiringan Lereng (%) Nilai LS
0-8 0,25
>8-15 1,20
>15-25 4,25
>25-45 9,50
>45 12,00
Sumber : Hardjowigeno, 1995.

d. Faktor Tanaman dan Teknik Pengelolaan


Nilai faktor tanaman dan teknik pengelolaan dihitung berdasarkan jenis pengggunaaan lahan
dan teknik pengelolaan yang ada disesuaikan dengan tabel indeks pengelolaan tanaman dan
tabel indeks konservasi tanah.
Tabel 2.7. Klasifikasi Erosi Permukaan
Jumlah Erosi
Kelas Keterangan
Permukaan (ton/ha/th)
I Sangat Ringan
II >15-60 Ringan
III >60-180 Sedang

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 11


IV >180-480 Berat
V >480 Sangat Berat
Sumber : Dept. Kehutanan (1998)
2.4. Pengertian Debit Andalan
Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan
terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi
ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah
20%). Debit andalan ditentukan untuk periode tengah–bulanan. Debit minimum sungai
dianalisis atas dasar data debit harian sungai agar analisis cukup tepat dan andal, catatan
data yang diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 10 tahun. Jika persyaratan
ini tidak bias dipenuhi, maka metode hidrologi analisis dan empiris biasa dipakai. Dalam
menghitung debit andalan kita harus mempertimbangkan air yang diperlukan dari sungai
hilir pengambilan.
Dalam praktek ternyata debit andalan dari waktu ke waktu mengalami penurunan
seiring dengan fungsi daerah tangkapan air. Penurunan debit andalan dapat menyebabkan
kinerja irigasi berkurang yang mengakibatkan pengurangan areal persawahan. Antisipasi
keadaan ini perlu dilakukan dengan memasukkan factor koreksi sebesar 80% sampai
dengan 90% untuk debit andalan. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi
perubahan DAS (Direktorat Jenderal Pengairan, 1986) .

2.5. Pengertian Waduk dan Manfaatnya


Waduk menurut pengertian umum adalah tempat pada permukaan tanah yang
dimaksudkan untuk menyimpan/ menampung air saat terjadi kelebihan air/musim
penghujan, kemudian air yang melimpah tersebut dimanfaatkan untuk keperluan
pertanian dan berbagai keperluan lainnya pada saat musim kemarau.
Dalam satu tahun, persediaan air di alam khususnya di Indonesia berubah –
ubah, pada musim penghujan air sangat melimpah sedangkan pada saat musim kemarau
tiba air sangat langka. Dengan kapasitas tampungan yang besar dan elevasi muka air yang
tinggi, sebuah waduk selain dapat mengatur besar aliran sungai di sebelah hilirnya agar

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 12


menjadi lebih merata sepanjang tahun, juga dapat berfungsi sekaligus sebagai sarana
pengendali banjir yang efektif dan berbagai manfaat lainnya.

I. Tipe Waduk/Bendungan berdasarkan tujuan pembangunannya :


- Waduk eka guna/tujuan tunggal (single purpose) merupakan waduk yang dibangun untuk
memenuhi satu tujuan saja, misalnya untuk pembangkit tenaga listrik, irigasi, pengendali banjir,
atau tujuan lainnya tetapi hanya untuk satu tujuan saja.
- Waduk multi guna/ serba guna (multi purpose) merupakan waduk yang dibangun untuk
memenuhi beberapa tujuan, misalnya : pembangkit tenaga listrik (PLTA) dan irigasi,
pengendali banjir dan PLTA, air minum dan irigasi, air baku, PLTA dan irigasi dan lain
sebagainya.

II. Tipe Waduk/Bendungan berdasarkan penggunaannya :


- Waduk penampung air (storage) merupakan waduk yang digunakan untuk menyimpan air pada
masa surplus dan dipergunakan pada masa kekurangan, termasuk dalam bendungan penampung
adalah tujuan rekreasi, perikanan, pengendali banjir dan lain – lain.
- Waduk pembelok (diversion) adalah waduk yang digunakan untuk meninggikan muka air,
biasanya untuk keperluan mengalirkan air ke dalam sistem aliran menuju ke tempat yang
memerlukan.
- Waduk penahan (detention) adalah waduk yang digunakan untuk memperlambat dan
mengusahakan seminimal mungkin efek aliran banjir yang mendadak. Air ditampung secara
berkala / sementara, dialirkan melalui pelepasan (outlet). Air ditahan selama mungkin dan
dibiarkan meresap di daerah sekitarnya.

III. Tipe Waduk berdasarkan jalannya air :


- Waduk untuk dilewati air (overflow) adalah waduk yang dibangun untuk dilimpasi air pada
bangunan pelimpah (spillway).
- Bendungan untuk menahan air (non overflow) adalah waduk yang sama sekali tidak boleh
dilimpasi air.

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 13


IV.Tipe Waduk/Bendungan berdasarkan material pembentuknya :
- Bendungan urugan (rock fill dam, embankment dam) adalah bendungan yang dibangun dari hasil
penggalian bahan (material) tanpa tambahan bahan lain yang bersifat campuran secara kimiawi,
jadi betul – betul bahan pembentuk bangunan asli
- Bendungan beton (concrete dam) adalah bendungan yang dibuat dari konstruksi beton baik
dengan tulangan maupun tidak. Kemiringan permukaan hulu dan hilir tidak sama pada
umumnya bagian hilir lebih landai dan bagian hulu mendekati vertikal dan bentuknya ramping.
Bendungan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu bendungan beton berdasarkan berat sendiri
stabilitas tergantung pada massanya,bendungan beton dengan penyangga (buttress
dam) dimana permukaan hulu menerus dan di hilirnya pada jarak tertentu ditahan, bendungan
berbentuk lengkung serta bendungan beton kominasi.

2.5.1 Manfaat Waduk


Beberapa manfaat yang mampu diberikan sebuah waduk diantaranya adalah :
1. Irigasi
Pada saat musim hujan, air hujan yang turun di daerah tangkapan air sebagian besar
akan mengalir ke sungai-sungai, air itu dapat ditampung sehingga pada musim kemarau air
yang tertampung tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk
irigasi lahan pertanian.
2. Penyediaan Air Baku
Waduk selain sebagai sumber untuk pengairan persawahan juga dimanfaatkan sebagai
bahan baku air minum dimana diperkotaan sangat langka dengan air bersih.
3. Sebagai PLTA
Dalam menjalankan fungsinya sebagai PLTA, waduk dikelola untuk mendapatkan
kapasitas listrik yang dibutuhkan. Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) adalah suatu sistem
pembangkit listrik yang biasanya terintegrasi dalam bendungan dengan memanfaatkan energi
mekanis aliran air untuk memutar turbin, diubah menjadi energi listrik melalui generator.
4. Pariwisata dan Olahraga Air

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 14


Dengan pemandangan yang indah waduk juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat
rekreasi dan selain tempat rekreasi juga dimanfaatkan sebagai tempat olahraga air maupun
sebagai tempat latihan para atlet olahraga air.
5. Pengendali Banjir
Dengan dibangunnya waduk maka kemungkinan terjadinya banjir pada musim hujan
dapat dikurangi dan pada musim kemarau air yang tertampung tersebut dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan, antara lain untuk pembangkit listrik tenaga air, untuk irigasi lahan
pertanian, untuk perikanan, untuk pariwisata dan lain sebagainya

2.5.2 Perencanaan Teknis Bendungan


a. Bendungan urugan
1) Karakteristik bendungan urugan
Dibandingkan dengan jenis-jenis lain, maka bendungan urugan mempunyai
keistimewaan sbb :
- Pembangunannya dapat dilaksanakan pada harnpir semua kondisi geologi dan geografi yang
dijumpai.
- Bahan-bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat di sekitar lokasi calon
bendungan.
Karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau timbunan batu yang
berkomposisi lepas, maka jebolnya bendungan umumnya disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut
- Longsoran yang tejadi baik pada lereng hulu maupun lereng hilir tubuh bendungan.
- Terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gaya - gaya yang timbul dalam aliran filtrasi yang
tetjadi di dalam tubuh bendungan.
- Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan di dalam tubuh bendungan, karena tidak dapat
menikuti gerakan konsolidasi dari tubuh bendungan tersebut.
Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka terhadap pengaruh iklim, lebih-Iebih
pada bendungan urugan tanah dimana kelembaban optimum tertentu perludipertahankan
terutama pada saat pelaksanaan penimbunan dan pemadatannya.
2) Perancangan bendungan urugan

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 15


Pada hakekatnya eksistensi suatu bendungan telah simulai sejak diadakannya kegiatan-
kegiatan survey, perancangan, perencanaan teknis, pembangunan, operasi dan
pemeliharaan sampai akhir dari umur efektif bendungan tersebut. Semakin mendalam
pelaksanaan survay perancangan dikerjakan maka semakin mudah pula pelaksanaan
pembangunannya, karena kemunginan terjadinya modifikasi konstruksi semakin keci!.
Dari hasi analisa teknis tersebut maka akan dapat ditentukan dengan mantap hal-hal
sebagai berikut :
* Kedudukan bendungan yang paling baik.
* Tipe bendungan yang paling cocok.
* Metode pelaksanaan pembangunan yang paling efektif.
Beberapa aspek yang perlu dipelajari untuk dapat merealisir gagasan suatu bendungan
adalah : topografi, geologi teknik, pondasi, hidrologi, bahan bendungan, bangunan pelimpah,
bangunan penyadap dan lain-lain.
3) Tinggi Bendungan
Adalah jarak dari pondasi hingga permukaan air waduk pada saat bangunan pelimpah
mengalirkan air sebesar kapasitas perencanaannya, ditambah dengan tinggi jagaan tertentu
untukdorongan angin, gelombang, tenaga pembekuan es dan gerak gempa bumi.
4) Lebar Mercusuar
Lebar mercu bendungan urugan haruslah cukup kuat untuk menjaga agar garis preatik
atau permukaan atas rembesan tetap berada di dalam bendungan pada waktunya. Lebar mercu
harns cukup untuk menahan hentakan gempa serta kekuatan gelombang, lebar mecu dari
bendungan yang rendah dapat pula dipengarnhi oleh kebutuhan sekunder seperti lebar jalan
pemeliharaan minimum sebesar 3 meter.

5) Stabilitas Konstruksi
Meripakan perhitungan konstruksi untuk menentukan ukuran (dimensi) bendungan agar
mampu menahan muatan-muatan dan gaya-gaya yang bekerja padanya dalam keadaan apapun.
* Syarat-syarat stabilitas konstruksi :
- Lereng sebelah hulu dan hilir bendungan harns tidak mudah longsor. Lereng sebelah hulu
bendungan harns stabil dan aman dalam keadaan apapun baik pada waktu waduk kosong, penuh
air maupun permukaan air turun tiba-tiba. Demikian pula untuk lereng sebelah hilir harns stabil

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 16


dan aman dalam keadaan apapun, baik pada waktu waduk kosong, penuh air maupun
permukaan air turun tiba-tiba.
- Aman teradap longsoran.
- Aman terhadap penurunan bendungan .
- Aman terhadap rembesan.
* Keadaan berbahaya yang harus ditinjau di dalam perhitungan :
- Pada akhir pembangunan dari hasil penyelidikan tanah baik di lapangan maupun di laboratorium
dapat diambil kesimpulan bahwa tanah hanya dapat dipakai secara maksimal apabila kadar
airnya mencapaioptimal ini berarti pada akhir pembangunan masih terdapat kadar air yang besar
sehingga tegangan pori juga besar. Keadaan berbahaya yang hams ditinjau adalah kemiringan
sebelah hilir.
- Pada waktu waduk terisi air penuh dan terdapat rembesan tetap makin tinggi permukaan air yaitu
padasaat waduk terisi air penuh mernpakan keadaan yang berbahaya, sehingga ditinjau dalam
perhitungan.Keadaan yang berbahaya yang harns ditinjau adalah kemiringan sebelah hilir.
- Pada waktu waduk terisi sebagian dan terdapat remebesan tetap. Ini perlu ditinjau karena
longsomyabendungan tergantung dari beberapa faktor yang kadang-kadang berbahaya justru
bukan pada saat waduk penuh tetapi hanya sebagian saja, keadaan berbahaya yang perlu ditinjau
adalah kemiringan
- Pada waduk terisi penuh dan air penuh tiba-tiba. Pada waktu waduk terisi penuh maka tekanan
porinyasangat besar, bagian dalam waduk mendapatkan tekanan keatas sehingga beratnya
berkurang, padawaktu permukaan air turun tiba-tiba maka air dari pori-pori akan sangat lambat
keluarnya, sehingga masih terisi air dan dalam keadaan jenuh maka beratnya bertambah besar
karena tekanan air keatastidak ada lagi. keadaan bahaya yang harns ditinjau adalah disebelah
hulu.
* Muatan dan gaya-gaya yang harns diperhitungkan

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 17


Gaya-gaya yang bekerja pada tubuh bendungan adalah gaya berat (berat dari
bendungan) tekanan hidrostatis, gaya angkat, gaya gempa. Gaya-gaya ini dirambatkan ke
pondasi dan tumpuan bendungan, yang bereaksi terhadap bendungan dengan gaya sarna besar
dan berlawanan yaitu reaksi pondsi. Pengarnh dari tekanan yang disebabkan endapan sedimen
di dalam waduk dan gaya-gaya dinamik yang disebabkan oleh air yang mengalir diatas
bendungan meungkin perlu dipertimbangkan dalam hal-hal khusus.

Laporan Pengelolaan Sumber Daya Air | 18

Anda mungkin juga menyukai