Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ANIS AULIYAH HERIFAUZI

NIM : 161540100008

PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA di TEMPAT KERJA

A. LATAR BELAKANG
Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta
kesempatan yang sama dengan pria dalam segala bidang kehidupan dan bidang
pembangunan seperti yang tercantum dalam GBHN, tetapi secara faktual persamaan
tersebut saat ini belum terwujud, diantaranya di bidang kesehatan. Masih banyak wanita
yang mengalami diskriminasi dalam bidang kesehatan, umpamanya: pembedaan
pemberian makanan bergizi pada anak laki-laki dan wanita, akses informasi, dan akses
pelayanan kesehatan dan sebagainya.
Pandangan yang telah berurat berakar baik pada kelompok wanita dan masyarakat
tidak terlepas dari peran jender wanita yang disosialisasikan bahwa wanita haru
mendahulukan kepentingan-kepentingan di luar dirinya, dan bahkan sering
mengabaikan kesehatannya sendiri.Alasan wanita adalah suami adalah tulang punggung
keluarga dalam rnencari ekonomi rumah tangga.Jika terjadi apa-apa (misalnya suami
sakit gara-gara ber-KB), siapa yang menangung biaya rumah tangga?Dalam hal ini wanita
“mengalah” membiarkan dirinya ber-KB, meskipun kadangkala kesehatan tidak
mengizinkan atau alat kontrasepsi sering tidak cocok. Alasan bagi laki-laki enggan ber-KB
adalah dengan mendengar “issue” mereka akan mengalami kehilangan gairah seksual.

B. PEMBAHASAN
 Pembedahan hakekat pekerjaan didasarkan atas ruang lingkup dibagi menjadi :
a) Pekerjaan diluar rumah adalah orang yang bekerja diluar rumah dengan
memperoleh imbalan upah dianggap pekerja dan karenanya mendapat penghargaan
sosial lebih tinggi dibandingkan pekerjaan rumah tangga.
b) Pekerjaan di dalam rumah adalah seseorang yang bekerja untuk mengurus rumah
tangga dan memelihara anak, telah diberi nilai sebagai penganggur dan dianggap
bukan pekerja.
Kesehatan reproduksi menjadi cukup serius sepanjang hidup, terutama bagi
perempuan, selain karena rawan terpapar penyakit, juga berhubungan dengan
kehidupan sosialnya, misalnya kurangnya pendldikan yang cukup, kawin muda,
kematian ibu, masalah kesehatan reproduksi perempuan, masalah kesehatan kerja,
menopause, dan masalah gizi (Baso dan Raharjo, 1999).

Sebagaian besar perempuan bekerja keras setiap hari, memasak, membersihkan


rumah demi kelangsungan hidup keluarga.Namun jika perempuan juga bekerja di luar
rumah (mencari penghasilan), maka beban kerjanya menjadi rangkap.Beban kerja yang
terlalu berat membuat seorang perempuan mengalami kecapekan dan mudah
terserang penyakit. Terlebih lagi bila seorang perempuan tidak punya cukup waktu
untuk istirahat dan tidak memperoleh cukup perhatian akan kondisi kesehatannya.

Pada pengumpulan data ini dilakukan dengan teknik wawancara menggunakan


kuesioner terstruktur pada 33 responden wanita yang bekerja di usaha kegiatan konveksi
dan katering. Analilisis data dilakukan dengan melakukan tabel distribusi frekuensi dan
tabel silang.Hasil penelitian ini menunjukkan: sebagian besar responden berada pada
kelompok usia 40-49 tahun. Sebagian besar telah tamat SMP. Dilihat dan aktivitas kerja
sahagian besar responden 54,5% bekerja salama 7 hari/minggu. Dalam 1 hari sebagian
besar bekerja kurang dari 6 jam sehari.

Dalam kaitan dengan kesehatan reproduksi usia pertama kali menikah sebagian
besar berusia 15-20 tahun dan 78,8% responden mempunyai anak setelah pernikahan.
Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian kecil responden belum mempunyai anak
(belum pernah hamil dan mengalami keguguran).Dalam kaitan dengan pengaturan
kehamilan sebagian besar tidak melakukan pengaturan terhadap kehamilan dan jumlah
anak yang diinginkan.

Kondisi kesehatan reproduksi di tempat kerja menunjukkan belum banyak


responden yang mendapatkan hak reproduksi sehat (cuti haid, kelahiran, dan
pemberian ASI.Sedangkan aktivitas kerja di luar rumah tampak masih ada yang belum
mempunyai anak.Untuk memelihara kesehatan manusia memerlukan kerja dan
istirahat yang cukup sehingga tidak mudah sakit terutama yang berhubungan dengan
kesehatan reproduksi.

C. Simpulan
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagaian besar responden pada kelompok usia 40-
49 tahun. Sebagian besar bekerja salama 7 hari/minggu sedang lama kerja dalam sehari
sebagaian besar kurang dari 6 jam/hari Sebagian besar responden menikah di usia
muda dan mengalami kehamilan di usia muda. Sebagaian kecil responden belum
mempunyai anak (keguguran dan belum pernah hamil) Sebagian besar responden tidak
mengatur jumlah anak yang diinginkan dan sebagian besar mendapat menstrusi
pertama yang terlambat.Belum adanya pelayanan kesehatan reproduksi sehat di
tempat kerja kurangnya keserasian antara aktivitas kerja dan menjaga kondisi
kesehatan reproduksi.

D. Saran
Disarankan perlunya upaya penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi pada
kelompok-kelompok tertentu yaitu wanita yang berkerja di sektor informal.
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-
a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-
US%3Aofficial&q=makalah+kesehatan+reproduksi+wanita+bekerja&btnG=Telusuri&
meta=
2. http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-
a&channel=s&rls=org.mozilla%3Aen-
US%3Aofficial&q=wanita+di+tempat+kerja&btnG=Telusuri&meta=
3. https://jurnal.ugm.ac.id
4. Download.portalgaruda.org
5. https://www.neliti.com
6. https://www.scribd.com
7. Maryanti, Dwi dan Majestika Septikasari . 2009 . Buku Ajar Kesehetan Reproduksi
Teori dan Praktikum. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai