Anda di halaman 1dari 17

KEPEMIMPINAN

KELOMPOK 2

SITI HAJAR PRATIWI :(142150205)

ANNISA YUSTIKA :(142150206)

HANDY ARIANSYAH :(142150207)

FADLI MUKTI :(142150208)

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL‘VETERAN’

YOGYAKARTA
Kepemimpinan
Dalam kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kepuasan
kerja,keamanan,kualitas kehidupan kerja dan tinkat prestasi suatu organisasi. Para pemimpin
memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok,organisasi demi mencapai tujuan mereka.
Para pemimpin yang efektif mempunyai sifat-sifat atau kualitas tertentu yang diinginkan-
sebagai contoh, karisma,berpandangan ke depan,intensitas dan keyakinan diri. Hal itu akan
menjadi bahasan dalam bab ini.

Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan(leadership) menurut Stoner, kepemimpinan manajerial dapat


didefiniksikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan
dari sekelompok anggota yang saling berubungan tugasnya. Ada 3 implikasi penting dari definisi
tersebut:

1. Kepemimpinan mengangkut orang lain-bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk


menerima pengarahan dari pemimpin, para anggota kelompok membantu menentukan
status/kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan.
2. Kepemimpinan menyangkut pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para
pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk
mengarahkan berbagai kegiatan anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak
dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung.
3. Pemimpin dapat juga mempergunakan pengaruh. Dengan kata lain pemimpin tidak hanya
dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi
bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.

Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen,tetapi tidak sama dengan manajemen.


Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk mempengaruhi orang-
orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasaran. Manajemen mencakup
kepemimpinan,tetapi juga mencakup fungsi-fungsi lain seperti
perencanaan,pengorganisasian,dan pengawasan.
Pendekatan-pendekatan studi kepemimpinan
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-
pendekatan kesifatan,perilaku,dan situasional(contingency)dalam studi tentang kepemimpinan.

Pendekatan yang pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi sifat-sifat(traits)


yang tampak. Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku(behaviours)
pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Kedua pendekatan ini mempunyai
anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat tertentu akan muncul sebagai pemimpin
dalam situasi kelompok apapundimanapun dia berada.

Pendekatan ketiga menjadi dasar dalam pemikiran dan penelitian sekarang yaitu pandangan
situasional tentang kepemimpinan. Pandangan ini menganggap bahwa kondisi yang menentukan
efektifitas kepemimpinan bervariasi dengan situasi. Pandangan ini telah menimbulkan
pendektan’contingency’ pada kepemimpinan yang bermaksud untuk menetapkan faktor-faktor
situasional yang menentukan seberapa besar efektifitas situasi gaya kepemimpinan tertentu.

Ketiga pendekatan tersebut akan dibahas secara kronologis, sebagai berikut:

Pendekatan sifat-sifat kepemimpinan

Yang pertama menjelaskan aspek kepemimpinan adalah para teoritisi. Mereka percaya bahwa
pemimpin memiliki sifat dan ciri tertentu yang menyebabkan mereka dpat memimpin para
pengikutnya. Daftar sifat-sifat ini dapat menjadi sangat panjang,tetapi cenderung mencakup
energy,pandangan,pengetahuan dan kecerdasan,imajinsi,kepercayaan diri,integritas,dan
sebagainya.

Penelitian awal tentang sifat-sifat kepemimpinan

Usaha sistematik pertama yang dilakukan oleh psikolog dan para peneliti lainnya untuk
memahami kepemimpinan adalah mengidentifikasi sifat-sifat. Sebagian besar penelitian-
penelitian awal entang kepemimpinan ini bermaksud untuk 1) membandingkan sifat-sifat orang
yang menjadi pemimpin dengan sifat-sifat yang menjadi pengikut(tidak menjadi pemimpin), dan
2) mengidentifikasikan ciri dan sifat yang dimiliki oleh para peimpin efektif. Berbagai studi
pembandingan sifat pemimpin dan bukan pemimpin hasilnya bahwa pemimpin cenderung lebih
tinggi ,seperti mempunyai kecerdasan yang lebih,lebih ramah, lebih percaya diri,dan mempunyi
kebutuhan atas kekuasaan yang besar. Sehingga timbul anggapan bahwa pemimpin
dilahirkan,bukan dibuat,atau seseorang itu dilahirkn membawa atau tidak membawa sifat yang
diperlukan bagi seorang pemimpin.

Penelitin lain mencoba membandingkan sifat pemimpin yang efektif dan tidak tidak efekif.
Berbagai sifat dipelaari untuk menentukan apakah hal hal tersebut berhubungan dengan
kepemimpinan yang efektif. Penelitian yang pernh dilakukan belum dapat menunukkn bahwa
sifat-sifat tertentu dapat membedakannya.

Penemuan-penemuan lanjutan

Edwin ghiselli dalm penelitian ilmiahnya telah menunjukkan sifat sifat tertentu yang tampaknya
penting untuk kepentingan efektif. Sifat-sifat tersebut antara lain

1. Kemampuan dalam keduduknnya sebagai pengawas atau pelaksana fungsi-fungsi dasar


manajemen terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain
2. Kebutuhan akan proses dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggung jwab dan
keinginan sukses
3. Kecerdasan,mencakup kebijakan,pemikiran kreatif,dan daya piker
4. Ketegasan, atau kemampuan untuk membuat keputusn-keputusan dn memecahkan
masalah-masalahdengan cakap dan tept.
5. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadp dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi
masalah
6. Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung,mengembangkan serangkaian
kegiatan dan menemukan cara-cara baru atau inovasi

Sedangkan Keith Davis mengikhtisarkan 4 ciri/sifat utama yang mempunyai pengaruh terhadap
kesuskesan kepemimpinan organisasi: 1) kecerdasan, 2)kedewasaan dan keleluasaan hubungan
sosial, 3)Motovasi diri dan dorongn berprestasi, 4)sikap ubungan manusiawi

Keterbatasan pendekatan kesifatan


Banyak tokoh pemimpin yang mempunyai sifat berbeda satu sama lain. Namun,tidak tampak
sifat-sifat kepemimpinan yang ditemukan secara umum pada semua tokoh-tokoh tersebut.
Banyak dari mereka seperti Hitler dan Lincoln mempunyai sifat yang berbeda. Ada juga seorang
pemimpin mungkin sukses dalam suatu situasi tetapi tidak dalam situasi lain. Akhirnya walaupun
semua sifat yang dikemukakan peneliti dapat menjadi yang diinginkan ada dalam diri
pemimpin,tetapi tidak satupun sifat yang secara absolute esensial.

Pendekatan Perilaku Kepemimpinan

A. Fungsi kepemimpinan
Pendekatan perilaku membahas tentang orientasi atau identifikasi pemimpin.
Menekannkan pada fungsi fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar
kelompoknya berjalan dengan efektif, seorang pemimpin harus melakukan dua fungsi
utama yaitu :
a. Fungsi –fungsi yang berhubungan dengan tugas ( task relarted)
b. Fungsi fungsi pemeliharaan kelompok ( grup maintenance)

B. Gaya gaya kempemimpinan


Pandangan kedua tentang perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya kepemimpinan
dalam hubungannya dengan bawahan. Menurut peneliti ada dua gaya kepemimpinan,
yaitu:
a. Kepemimpinan dengan gaya orientasi tugas ( task oriented)
Manajer berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan dengan tertutup
untuk menjamin bahwa tugas yang dilaksanakan sesuai dengan keinginanya. Manajer
dengan gaya kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaanpekerjaan daripada
pengembangan dan pertumbuhan karyawan.
b. Kepemimpinan dengan gaya orientasi karyawan ( employe oriented)
Manajer dengan gaya ini mencoba untuk lebih memotivasi bawahan dibanding
mengawasi mereka. Merekan mendorong para anggota kelompok untuk
melaksanakan tugas tugasnya dengan memberikan kesempatan bawahan untuk
berpartisipasi dalam pembuatan keputusan ,menciptakan suasana persahabatan serta
hubungan hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para anggota
kelompok.
Teori X dan Teori Y menurut Mc Gregor

Mc Gregor menyimpulkan dua kumpulan anggapan yang salinng berlawanan yang dibuat oleh
manajer dalam industri, yaitu :

Anggapan anggapan teori X

1. Rata rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan
menghindarinya bila mungkin.
2. Karena karakteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi, diarahkan, atau
diancam hukuman apabila mereka menjalankan tugas untuk mencapai tujuan tujuan
organisasi.
3. Rata rata manmusia lebih menyukai diarahkan, ingin menghindari tanggung jawab,
mempunyai ambisi relatif kecil dan mengiginkan keamanan atau jaminan hidup diatas
segalanya

Anggapan anggapan teori Y :

1. Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia, seperti bermain
atau istirahat.
2. Pengawasan dan ancaman hukuman eksternal bukan lahsatu satunya cara untuk
mengarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi. Orang akan melakukan pengendalian
diri dan pengarahan diri untuk mencapai tujuan yang telah disetujuinya.
3. Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari pemghargaan yang berhubungan dengan
prestasi mereka.
4. Rata rata manusia, dakam kondisi yang layak , belajar tidak hanya untuk menerima tetapi
mencari tanggung jawab.
5. Ada kapasitas besar untuk , melakukan imajinasi, kecerdiakn dan kreativitas dalam
penyelesaianmasalah masalah organisasi yang secara luas tersebar pada seluruh
karyawan.
6. Potensi intelektual rata rata manusia hanya digunakan sebagian saja dalam kondisi
kehidupan industri modern.

4 sistem manajemen menurut Likert

Dengan menggunakan dua kategori gaya dasar , yaitu orientasi tugas dan orientasi
karyawan , likert menyusun suatu model empat tingkatan efektifitas manajemen:
Sistem 1, manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan
memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metoda pelaksanaan juga
secara kaku ditetapkan oleh manajer.

Sistem 2, manajer tetap menentukan perinth perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar terhadap perintah perintah tersebut. Bawahan juga diberi
fleksibelitasuntuk melaksanakan tugas tugas mereka dalam batas batas dan prosedur prosedur
yang di tetapkan.

Sistem 3, manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah perintah setelah hal
hal itu di diskusikan terlebihdahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputisan
keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih di gunakan
untuk memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.

Sistem 4, adalah sistem yang paling ideal menurut likert tentang cara bagaimana organisasi
seharusnya berjalan . tujuan tujuan di tetapkan dan keputusan keputusan kerja di buat oleh
kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan ,mereka melakukan setelah
mempertimbangkan saran saran dan pendapat pendapat dari para anggota kelompok. Untuk
memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan penghargaan
ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan dibutuhkan dan
penting.

A. Kisi-kisi Manajerial dari Blake dan Mouton

Kis-kisi manajerial (manajerial grid) yang dikembangan oleh Robert Blake dan Jane
Mouton juga berkenaan dengan orientasi-orientasi manajer pada tugas (produksi) dan
karyawan (orang), serta kombinasi antara kedua ekstrim.
Gambar dibawah ini menunjukkan suatu kisi-kisi atau jaringan dengan sumbu
horizontal perhatian terhadap produksi dan sumbu vertika; perhatian terhadap karyawan.
Manajer 1.1., Seorang manajer yang “turun takhta” – perhatian rendah terhadap
karyawan maupun terhadap produksi atau tugas. Ini adalah bentuk ekstrim dari gaya
manajemen laissez-faire.
Manajer 1.9., Manajer yang menggunakan kepemimpinan “santai”, serba mengijinkan,
dengan tekanan pada pemeliharaan keuangan dan kepuasan karyawan. Manajer tipe ini
cenderung menghindari ketegangan dalam pelaksanaan pekerjaan, dengan perhatian terhadap
karyawan tinggi tetapi perhatian terhadap produksi rendah
Manajer 5.5., (disebut gaya middle of-the-road management atau organization man
management) memperhatikan baik terhadap produksi maupun terhadap karyawan. Manajer
tipe ini menggunakan pendekatan tawa-menawar implisit untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan.
Manajer 9.1., Digambarkan sebagai seorang otokrat, pemegang tugas yang keras, dengan
berbagai karakteristik pengawasan tertutup. Manajemen tugas ini perhatiaannya terhadap
produksi dan efisiensi tinggi tetapi terhadap karyawan rendah. Tekanannya pada penyelesaian
kerja, bila perlu dengan penerapan ketegangan tertentu.
Manajer 9.9., Manajemen team atau demokratik ini memberikan perhatian penuh baik
terhadap produksi maupun semangat kerja da kepuasan karyawan, melalui penggunaan
pendekatan partisipatif atau team dalam pelaksaan pekerjaan. Menurut Blake dan Mounton
gaya manajemen 9.9 ini adalah tipe perilaku kepemimpinan yang paling efektif.

B. Studi Ohio State


Para peneliti Ohio State University mengidentifikasikan dua kelompok perilaku yang
mempengaruhi efektifitas kepemimpinan-struktru pemrakarsaan (initiating structure) dan
pertimbangan (consideration). Faktor consideration menggambarkan hubungan yang hangat
antara seorang atasan dan bawahan, adanya saling percayam kekeluargaan dan penghargaan
terhadap gagasan bawahan. Initiating structure menjelaskan bahwa seorang pemimpin itu
mengatur dan menentukan pola organisasi, saluran komunikasi, struktur peran dalam
pencapaian tujuan organisasi dan cara pelaksanannya

Terdapat empat gaya kepemimpinan utama, seperti gambar berikut.

(Tinggi)

Struktur rendah Struktur tinggi


P
dan dan
E
pertimbangan tinggi pertimbangan tinggi
R
T
I
M
B
A
Struktur rendah Struktur tinggi
N
dan dan
G
pertimbangan rendah pertimbangan rendah
A
N

(Rendah)
Struktur (Tinggi)
Pemrakarsaan
Mereka menemukan bahwa tingkat perputaran karyawaan adalah paling rendah dan kepuasan karyawan
tertinggi dibawah pemimpin yang tingkat pertimbangannya tinggi. Sebaliknya, pemimpin yang tingkat
pertimbangannya rendah dan struktur pemrakarsaan tinggi menimbulkan banyak keluhan dan tingkat
perputaran karyawan yang tinggi.

Para peneliti jug amenemukan bahwa penilaian bawahan terhadap efektifitas pemempin
tidak tergantung pada gaya tertentu dari pemimpin tetapi pada situasi dimana gaya tesebut
digunakan.

C. Adakah Gaya Kepemimpinan Ideal?


Gaya yang ideal itu yaitu gaya yang secara aktif melibatkan bawahn dalam penetapan
tujuan dengan menggunakan teknik-teknik manajemen partisipasif dan memusatan perhatian
baik terhadap karyawan dan tugas. Gagasan ini didukung oleh beberapa penelitian dalam
kepemimpinan yang dilakuka dari tahun 1940 sampai 1950, bahkan sampai tahun 1960-an,
oleh seperti McGregor, Likert, Lewin, serta Blake dan Mounton.
Dilain pihak, beberapa penelitian membuktikan pula bahwa pendekatan otokratik
dibawah berbaai kondisi, pada kenyataannya lebih efektif disbanding pendekatan lain.
Kesimpulannya, bahwa kepemimpinan adalah kompleks dan gaya kepemimpinan yang
paling tepat terfantung pada beberapa variable yang saling berhubungan.
D. Pendekatakn Situasional – “Contingency”
Pendekatakn situasional contingency menggambarkan bahwa gaya yang digunakan
adalah bergantung pada faktor-faktor seperti situasi, karyawan, tugas, organisasi dan
variabel-variabel lingkungan lainnya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepemimpinan
Mary Parker Follet, yang mengembangakan hukum situasi, mengatakan bahwa ada tiga
variabel kritis yang mempengaruhi gaya pemimpin, yaitu 1) pemimpin, 2) pengikut atau
bawahan, dan 3) situasi. Ketiganya saling berhubungan dan berinteraksi, seperti gambar
berikut.
Kemampuan
dan
Kualitas pemimpin

Kemampuan
Situasi dan
Kualitas bawahan

berbagai penelitian juga menunjukkan keompleksitas kepemimpinan dimana ada lebih banyak
Sosial
variabel yang saling berhubungan terlibat. Variabel-variabel tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
Organisasi dan
faktor-faktor dan makro faktor-faktor mikro seperti gambar berikut. Kebudayaan

Faktor – faktor Makro

Pengharapan
Faktor – faktor Mikro
dan
Perilaku atasan

Pengharapan Pengharapan Pengharapan


dan dan dan
Perilaku atasan Perilaku atasan Perilaku atasan

Kondisi Pengharapan Industri


Perekonomian dan
Perilaku atasan
Rangkaian Kesatuan Kepemimpinan Tannenbaunn dan Schmidt

Robert Tannenbaum dan Warren H. adalah diantara para teoritisi yang menguraikan berbagai
faktor yang mempengaruhi pilihan gaya kepemimpinan oleh manajer. Mereka mengemukakan
bahwa manajer harus mempertimbangkan tiga kumpulan "kekuatan" sebelum melakukan
pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu :

Keekuatan-kekuatan dalam diri manajer. yaitu mencakup :

1. Sistem Nilai
2. Kepercayaan terhadap bawahan
3. Kecenderungan kepimimpina sendiri
4. Perasaan aman dan tidak aman
Kekuatan kekuatan dalam diri bawahan, meliputi

1. Kebutuhan mereka akan kebebasan


2. Kebutuhan mereka akan peningkatan tanggung jawab.
3. Apakah tertarik dalam dan mampunyai keahlian untuk penanganan masalah
4. Harapan mereka mengenai keterlibatan dalam pembuatan keputusan.
Kekuatan- kekuatan dari situasi, mencakup

1. Tipe Organisasi
2. Efektifitas Kelompok
3. Desakan waktu
4. Sifat masalah itu sendiri
Teori “Contingency” dari fiedler

Suatu teori kepemimpinan yang kompleks dan menarik adalah contingency model of
leadership effectivenss dari fred fiedler. Pada dasarnya, teori ini menyatakan bahwa efektifitas
suatu kelompok atau organisasi tergantung antara kepribadian pemimpin dan situasi dimana
pemimpin menguasai, mengendalikan dan mempengarui situasi, dan (2 ) derajan situasi yang
menghadapkan manajer dengan ketidak pastian. Fiedler mengidentifikasikan ketiga unsur dalam
situasi kerja ini untuk membantu menentukan gaya kepemimpinan mana yang akan yang akan
efektif yaitu hubungan pimpinan yang anggota, struktur tugas, dan posisi kekuasaan pemimpin
yang didapatkan dari wewenang formal.
Situasi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan apabila di kombinasikan dengan
gaya kepemimpinan atau organisasi tugas yang efektif. Bila situasi yang menguntungkan atau
tidak menguntungkan hanya moderat, tipe pemimpinan hubungan manusiawi atau yang toleran
dengan lunak ( “lenient”) akan sangat efektif.
Bila pemimpin mempunyai keterbatasan dalam kemampuan mereka untuk mengubah
kepribadian dasar dan gaya kepemimpinannya, situasi harus diubah,seharusnya pemimpin dapat
mengubah-ubah gaya-gaya kepemimpinan mereka untuk memenui persyaratan/kebutuhan situasi
tertentu dan seharusnya mereka dapat belajar untuk menjadi pemimpin yang efektif.

Keterangan:
1. Situasi Menguntungkan Situasi akan menguntungkan bagi pemimpin, jika:
• pemimpinnya secara umum diterima dan dihormati pengikutnya (dimensi tertinggi
pertama),
• tugas sangat terstruktur dan semuanya dijelaskan secara gamblang (dimensi kedua
tertinggi)
• otoritas dan wewenang secara formal dihubungkan dengan posisi pemimpin (dimensi
ketiga tertinggi). Jika yang terjadi sebaliknya (ketiga dimensi dalam keadaan rendah), situasi
akan sangat tidak menguntungkan bagi pemimpin.

2. Memberi Bobot Situasi


- Keuntungan ditentukan dengan memberikan bobot ketiga aspek situasi
- Prosedur pemberian bobot mengasumsikan bahwa hubungan pemimpinanggota lebih
penting daripada struktur tugas, yang akhirnya struktur tugas adalah lebih penting daripada
kekuasaan posisi. 13 - Kemungkinan kombinasi memberikan delapan tingkatan situasi
keuntungan, yang disebut “oktan”
3. Kesesuaian Situasi dan Gaya Kepemimpinan
- Fiedler menyatakan bahwa dalam situasi sangat menguntungkan (oktan 1,2 dan 3) dan
sangat tidak menguntngkan (oktan 7 dan 8) gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas adalah
sangat efektif.
- Ketika situasi moderat antara menyenangkan dan sangat tidak menyenangkan (oktan 4,5,
dan 6) maka gaya kepemimpinan yang menekankan pada hubungan akan sangat efektif

Teori Siklus-kehidupan dari Hersey dan Blanchard

Teori kepemimpinan penting yang menggunakan pendekatan “contingency” adalah teori


siklus kehidupan ( life-cycle theory )dari Paul Hersey dan Kenneth Blanchard. Teori ini sangat di
pengarui oleh penelitian-penelitian kepemimpinan yang sebelumnya. Mereka menekankan
bahwa penggunaan gaya adaptif oleh pemimpin tergantung pada diagnosa yang mereka buat
terhadap situasi.
Konsep dasar teori siklus-kehidupan adalah bahwa strategi dan prilaku pemimpin harus
situasional dan terutama pada unsur kedewasaan para pengikut. Devinisi-definisi berikut akan
membantu untuk memahami teori ini.
Kedewasaan ( maturity ) adalah kapasitas/kemampuan individu atau kelompok untuk
menetapkan tujuan yang tinggi tetapi dapat dicapai, keingian dan kemampuan mereka untuk
mengambil tanggung jawab.
Prilaku tugas adalah tingkat kepemimpin dimana cendrung untuk mengorganisasikan dan
menentukan peran-peran para pengikut,menjelaskan kegiatan yang di laksanakan kapan,
dimana,dan bagaimana tugas-tugas di selesaikan.
Prilaku hubungan, berkenan dengan hubungan pribadipemimpin dan individu atau para
anggota kelompoknya ini mencakup besarnya dukungan yang disediakan oleh pemimpin dan
tingkat dimana pemimpin menggunakan komonikasi antara pribadi dan prilaku pelayanan.
Pentingnya Fleksibilitas

Dalam organisasi, seperti juga dalam kehidupan lainnya, dibutuhkan fleksibilitas. Ini
membantu untuk menanggapi terhadap orang-orang dan situasi-situasi secara tepat dan membuat
penyesuaian bila terjadi penyimpangan dari antisipasi. Penting juga dilakukan percobaan dengan
berbagai pendekatan yang berbeda dan mempelajarinya melalui analisa terhadap hasil-hasil.
Sebagai manajer, perilaku kepemimpinannya akan dipelajari pada jabatannya, saat berinteraksi
dengan para bawahan dan tugas-tugas mereka.
DAFTAR PUSTAKA

Handoko,Hani.2009.Manajemen Edisi 2.Yogyakarta:BPFE-YOGYAKARTA

Anda mungkin juga menyukai