Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Drosopilla sp merupakan merupakan salah jatu jenis serangga yang memiliki peran
sangat penting dalam perkembangan ilmu genetika. Drosopilla sering dijadikan model
penelitian dalam genetika karena Drosopilla memiliki ukuran tubuh yang kecil, mempunyai
siklus hidup yang pendek, serta memiliki keturunan yang banyak.

Drosophila dapat ditemukan hampir di berbagai tempat, karena drosophila merupakan


salah satu anggota dari serangga yang memiliki keanekaragaman yang sangat luas. Menurut
King (1975) dalam Warsini (1996), anggota dari marga Drosophila ditemukan mulai dari
dataran rendah hingga daerah pegunungan. Daratan subur, gurun pasir, rawa, dan savana
merupakan habitat dari anggota Drosophila, tidak terkecuali daerah hutan.

Drosophila sp. di Indonesia adalah termasuk jenis kosmopolitan, diantaranya adalah


Drosophila ananassae, Drosophila hypocausta, Drosophila immigrans, dan lainnya (Wheeler,
1981). Drosophila melanogaster sendiri jarang ditemukan. Wheeler (1981) dalam buku “The
genetics and biology of Drosophila“ telah mencatat sekitar 120 jenis dari suku Drosophilidae.
Sementara itu, di Indonesia tercatat sekitar 600 jenis Drosopilla.

Dari latar belakang diatas maka kami berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang
identifikasi Drosophila yang terdapat disekitar kami. Oleh karena itu, kami mengambil judul
penelitian “Identifikasi Drosophila Tangkapan Dari Daerah Malang, Probolinggo, dan
Situbondo”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah ciri-ciri morfologi Drosophila yang ditemukan di daerah Malang,
Probolinggo, dan Situbondo?
2. Apa saja spesies Drosophila yang ditemukan pada daerah Malang, Probolinggo,
dan Situbondo?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang didapat, maka dapat diketahui tujuan dari
penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui ciri-ciri morfologi Drosophila yang ditemukan di daerah
Malang, Probolinggo, dan Situbondo.
2. Untuk mengetahui spesies Drosophila yang ditemukan pada daerah Malang,
Probolinggo, dan Situbondo.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Drosopilla sp.


Drosophila sp merupakan salah satu jenis lalat buah dari famili Drosophilidae yang banyak
ditemukan dilingkungan sekitar atau biasanya terdapat di buah-buah yang masak seperti buah
mangga, jambu dan pisang. Telur diletakkan pada buah yang masih muda dan larvanya akan
menghabiskan buah yang masak sebagai makanannya, sehingga bersifat sangat merugikan.
Drosophila sp merupakan organisme eksperimen modern dalam bidang genetika karena
memiliki karakter fenotip yang berbeda dan terlihat nyata, mudah mendapatkannya, ekonomis
dan mempunyai waktu perkembiakan yang tidak terlalu lama (2 minggu dengan waktu
pematangan seksual awal yaitu 7 jam setelah keluar dari pupa). Masa dewasa Drosophila sp
biasanya mempunyai panjang 2-3 mm dengan betina lebih besar daripada jantan. Drosophila
sp yang didapatkan di alam disebut sebagai lalat buah “wild type” (jenis/tipe liar) mempunyai
badan berwarna abu-abu dan mata merah. Lalat jantan dapat dibedakan dari betina dengan
adanya: sisir kelamin pada sepasang kaki depan (segmen metatarsal pertama), ujung abdomen
membulat dengan pita hitam yang merupakan penyatuan beberapa segmen dosal dari
abdomen dan akhir bagian ventral terdapat penis dan klaspen (dari ovipositor).

2.2. Sistematika Drosopilla

Drosophila merupakan salah satu marga dari Drosophilidae. Menurut Bock (1976),
Drosophila merupakan marga yang memiliki jumlah paling besar bila dibandingkan dengan
marga yang lainnya. Dalam sistematika, Drosophila menempati tingkat genus. Genus
Drosophila mempunyai jumlah paling besar bila dibandingkan dengan genus-genus lainnya
dalam suku yang sama, yaitu suku Drosophilidae.

Sistematika Drosophila sangat lengkap, yang ditulis Storer, TI. dan Usinger, RL.
(1975) dalam “General Zoology” dalam Warsini 1996 adalah sebagai berikut:

Filum : Arthopoda
Kelas : Insecta

Anak Kelas : Pterygota

Bangsa : Diptera

Anak Bangsa : Cyclorrhapa

Suku : Drosophilidae

Marga : Drosophila

Spesies : Drosophila sp.

Menurut Bock, IR (1982) marga Drosophila masih dibagi lagi menjadi empat anak
marga, yang anggotanya tersebar di seluruh benua. Keempat anak marga tersebut dengan
penjelasan ciri – ciri dan beberapa contoh anggota jenisnya adalah sebagai berikut:
2.1.1 Anak Marga Drosophila
a. Bristle kedua lebih dari setengah panjang oral bristle pertama, hampir selalu panjang
oral bristle kedua sebesar bristle pertama, jika vibrissa tunggal, carinanya besar
dengan sulkus median yang pendek.
b. Garis – garis (pita – pita) apical pada tergit abdomen anterior terputus ditengah (tidak
bersambung), pipi sering kali lebar, femur depan dalam beberapa spesies mempunyai
deret ventromedial setulae yang berwarna hitam, kuat dan pendek (femoral comb).

2.1.2 Anak Marga Sophophora


a. Bristle kedua lebih dari setengah panjang oral bristle pertama, hampir selalu panjang
oral bristle kedua sebesar bristle pertama, jika vibrissa tunggal, carinanya besar
dengan sulkus median yang pendek.
b. Garis – garis (pita – pita) pada tergit abdomen bersambung, pipi biasanya sempit dan
tidak mempunyai femoral comb.

2.1.3 Anak Marga Hirtodrosophila


a. Vibrissa tunggal, carina jika ada tidak tidak bersulkus,
b. Prescutellar acrostical tidak membesar, bristel anterior dan tengah steropleural, dan
bristel orbital reclinat anterior, biasanya kecil dan halus.
c. Femur depan tanpa deret ventromedial bristle yang seperti rambut kusut.

2.1.4 Anak Marga Scaptodrosophila


a. Vibrissa tunggal, carina jika ada tidak bersulkus.
b. Dengan 1, 2 atau semua (biasanya) dari karakter berikut : bristle acrostical
prescutellar yang membesar, bristle steropleural (anterior, tengah dan posterior)
semuanya besar dan ada bristel propleural.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian secara deskriptif kualitatif.


Karena pada penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan ciri-ciri morfologi
Drosophila hasil tangkapan, yaitu individu jantan pada keturunan ketiga (F3).

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

Tempat pengambilan sampel Drosophila pada tiga daerah, yaitu: Malang,


Probolinggo dan Situbondo. Penelitian dimulai …sampai ….yang bertempat di
Laboratorium Genetika ruang 310, gedung Biologi (O5) FMIPA Universitas Negeri
Malang.

3.3 Populasi dan Sampel


Populasi dari penelitian ini adalah Drosophila tangkapan dari daerah Malang,
Probolinggo, dan Situbondo. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Drosophila Malang, Probolinggo, dan Situbondo yang ditangkap di lingkungan
sekitar daerah tersebut. Untuk tehknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
tekhnik acak (random sampling). Yaitu dengan memasang jebakan berupa plastic yang
telah diisi dengan irisan buah. Lalat yang ada disekitar jebakan berpeluang masuk untuk
menjadi sampel. Sampel ini diambil disekitar rumah warga, dekat tempat penjual jus,
dan dapur rumah peneliti.

3.4 Alat dan Bahan

3.4.1 Alat:

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kompor gas, blender, pisau,
timbangan, panci, sendok, botol selai, spon, selang ampul, selang kecil,
mikroskop stereo.
3.4.2 Bahan:

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa: Drosophila


tangkapan dari masing-masing kota (Malang, Probolinggo, dan Situbondo),
pisang Raja Mala, tape singkong, gula merah, air, yeast, kain kassa, kertas
pupasi, kertas label, dan plastik bening.

3.4 Prosedur Kerja


3.4.1 Menangkap Drosophila
1. Menentukan daerah pengambilan sampel, yaitu di daerah Malang,
Probolinggo, dan Situbondo. Menyiapkan umpan untuk Drosophila yang
berupa potongan pisang, tomat atau jenis buah-buahan yang lain.
2. Meletakkan umpan ke dalam plastic dan kemudian membiarkannya di
sampai dihinggapi lalat buah.
3. Apabila sudah banyak Drosophila yang masuk di dalam plastic, segera
menutup plastic.
4. Memindahkan lalat kedalam botol selai dan menutup dengan spon.
3.4.2 Membuat Medium
1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2. Mengupas dan memotong pisang menjadi potongan-potongan kecil.
3. Mengiris gula merah kecil- kecil.
4. Menimbang pisang 700 gram, tape singkong 200 gram, dan gula merah 100
gram (untuk satu resep).
5. Memblender pisang dan tape singkong yang telah ditambah sedikit air
sampai halus.
6. Memasak hasil blenderan selama 45 menit untuk satu resep.
7. Memasukkan gula merah ketika proses pemasakan.
8. Memasukkan medium yang telah masak secukupnya ke dalam botol selai.
Menutup botol selai dengan menggunakan spon.
9. Mendinginkan botol selai dengan menggunakan air rendaman dalam ember.
10. Setelah dingin, membersihkan uap air di sekeliling dinding botol dengan
tissue.
11. Memberikan sedikit yeast (± 3 butir) dan sebuah kertas pupasi ke dalam
botol.
3.4.3 Membuat Stok
1. Menyiapkan botol selai yang telah berisi medium.
2. Memasukkan Drosophila tangkapan dari masing-masing daerah pada botol.
3. Memberi label pada masing-masing botol.
4. Menunggu hingga muncul pupa yang siap diampul.
3.4.4 Mengampul pupa
1. Memotong selang plastik sekitar 6 cm
2. Memasukkan potongan pisang rajamala ke dalam selang
3. Mengambil pupa yang berwarna hitam menggunakan kuas dari botol ke
dalam selang.
4. Menutup selang menggunakan spon.
5. Menunggu hingga pupa menetas.
3.4.5 Mengamati Drosophila

1. Menyiapkan mikroskop stereo.

2. Memindahkan Drosophila dari ampulan kedalam plastik bening.

3. Mengamati minimal 50 ciri morfologi Drosophila dibawah mikroskop


stereo, yaitu bagian kepala, toraks, badan, sayap, dan kaki.

4. Mengelompokan Drosophila yang memiliki ciri-ciri sama sedaerah.

5. Memisahkan lalat jantan dan betina.

3.4.6 Melakukan Pemurnian


1. Mengampul pupa hitam dari stok yang tersedia dari masing-masing daerah.
2. Mengamati ciri-ciri morfologi Drosophila yang telah menetas berdasarkan
50 ciri yang didapat.
3. Mengawinkan drosophila jantan dan betina dalam satu spesies (yang
memiliki ciri-ciri morfologi yang sama) ke dalam botol selai yang sudah
diisi dengan medium.
4. Mengampul pupa yang telah menghitam dari hasil perkawinan Drosophila.
5. Setelah pupa menjadi lalat, mengamati ciri-ciri morfologinya.
6. Membuang lalat F1 yang tidak sama dengan paretal.
7. Menyilangkan sesame F yang memiliki ciri sama dengan induknya (paretal)
dan begitu seterusnya sampai mendapat F3.
8. Setelah mendapat F3 mengamati fenotipnya dan mengidentifikasi.

Anda mungkin juga menyukai