Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KOMUNITAS

TEORI PROSES MENUA DAN PERMASALAHANNYA

Nama Anggota Kelompok


1. Neno jawanta Sari
2. Nindya Atika Putri
3. M. Novrizal Zaensyah

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan makalah dengan judul “ Teori proses Menua
dan Permasalahannya“ dapat kami selesaikan sengan jadwal yang telah direncanakan.
Terdorong oleh rasa ingin tahu, kemauan, kerjasama dan kerjakeras, kami serahkan seluruh
upaya demi mewujudkan keinginan ini.

1
Makalah ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan untuk
melengkapi dan menyempurnakan suatu mata kuliah.
Penulis menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan baik cara penulisan ataupun penyusunanya. Oleh karena itu kami, mohon maaf
dan sangat mengharapkan masukan yang sifatnya membangun demi untuk kesempurnaan
makalah ini.
Penulis menyadari pula, bahwa selesainya makalah ini tidak lepas dari sukungan
serta bantuan baik berupa moral maupun material dari semua pihak terkait. Oleh kerena itu,
dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen
pembimbing dan rekan mahasiswa yang memberikan masukan dan petunjuk serta saran-
saran yang baik.

Mataram, 10 Oktober 2015

Pemakalah

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. Pengertian Menua....................................................................................................2
B. Teori Penuaan..........................................................................................................2
C. Karakteristik Penyakit yang Dijumpai pada Lansia................................................10
D. Trend dan Isu Kecendrungan Masalah Kesehatan Gerontik...................................11
E. Mitos Lanjut Usia dan Kenyataan...........................................................................13
F. Permasalahan yang Terjadi pada Lansia..................................................................15
BAB III HASIL OBSERVASI...........................................................................................17
Masalah Psikologis..............................................................................................................17
BAB IV PENUTUP............................................................................................................19
A. Kesimpulan..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerontologi, studi ilmiah tentang efek penuaan dan penyakit yang
berhubungan dengan penuaan pada manusia, meliputi aspek biologis, fisiologis,
psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Perawat yang merencanakan dan
memberikan perawatatn pada orang diusianya yang telah lanjut mendukung dan
mengembangkan teori yang menjadi dasar untuk asuhan keperawatan selama tahap
akhir kehidupan ini.
Sejak awal manusia telah berusaha menjelaskan bagaimana dan mengapa
terjadi penuaan, namun tidak ada teori tunggal yang dapat menjelaskan proses
penuaan. Setiap orang akan mengalami enuaan, tetapi penuaan pada setiap individu
akan berbeda tergantung faktor herediter, stresor lingkungan, dan sejumlah besar
faktor yang lain. Walaupun tidak ada satu teori yang dapat menjelaskan peristiwa
fisik, psikologis, dan peristiwa sosial yang kompleks yang terjadi dari waktu ke
waktu, suatu pemahaman dari penelitian dan teori-teori yang dihasilkan sangant
penting bagi perawat untuk membantu orang lanjut usia memelihara kesehatan fisik
dan psikis yang sempurna.
Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi
biasanya dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikosoaial. Penelitian yang terlibat dengan jalur biologi telah memusatkan perhatian
pada indikator yang dapat dilihat dengan jelas pada proses penuaan, banyak pada
tingkat seluler, sedangkan ahli teori psikososial mencoba untuk menjelaskan
bagaimana proses tersebut dipandang dalam kaitan dengan kepribadian dan perilaku.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori penuaan pada lansia ?
2. Bagaimana hasil observasi psikologis pada lansia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja teori penuaan pada lansia
2. Untuk mengetahui hasil observasi psikologis pada lansia

BAB II
PEMBAHASAN

1
A. Pengerian Menua
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu., tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa,
dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
ynag mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh yang tidak proporsional.
B. Teori Penuaan
Proses menua bersifat individual:
1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.
2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada suatu faktor pun yang ditemukan dapat mencegah proses menua.
Teori penuan tersebut diantaranya :
1. Teori Biologis
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk
perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia kematian. Perubahan –
perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molecular dan seluler dalam sistem
organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit. Seiring dengan berkembangnya kemampuan kita untuk menyelidiki
kompenen – komponen yang kecil dan sangat kecil, suatu pemahaman tentang
hubungan hal hal yang mempengaruhi penuaan atupuntentang penyebab penuaan
yang sebelumnya tdak diketahui, sekarang telah mengalami peningkatan. Walaupun
bukan merupakan suatu definisi penuaan, tetapi lima karakteristuk penuaan telah
dapat diidentifikasiki oleh oara ahli. Teori biologis juga mencoba untuk menjelaskan
mengapa orang menglami penuaan dengan cara berbeda dari waktu ke waktu dan
factor apa yang mempengaruhi umur panjang, perlawanan terhadap organism, dan
kematian atau perubahan seluler. Suatu pemahan tentang perspektif biologi dapat
memberikan pengethuan pada perawat tentang factor resiko spesifik dihubungkan
dengan penuann dan bagaimana orang dapat dibantu untuk menimalkan atau untuk
menghindari resiko dan memaksimalkan kesehatan
Karakteristik biologi penuaan:

2
a. Peningkatan usia harapan hidup, tetapi mortalitas tidak dapat dihindari.
b. Penuaan dapat ditemukan didalam sel, molekul, jaringan, dan masa tulang.
c. Perusakan bersifat progresif dan tidak tertandingi serta mempengaruhi semua
sistem hidup.
d. Diperlukan waktu yang panjang untuk kembali dari periode serangan,
kelelahan, dan stres
e. Peningkatan kerentanan terhdap infeksi, kanker, dan penyakit lain yang
berhubungan dengan pertambahan usia
Teori biologis dibagi ke dalam lima teori, di antaranya:
1) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas adalah produk metabolisme seluler yang merupakan
bagian molekul yang sangat reaktif. Molekul ini memiliki muatan
ekstraseluler kuat yang dapat menciptakan reaksi dengan protein,
mengibah bentuk dan sifatnya, molekul ini juga dapat bereaksi dengan
lipid yang berada dalam membran sel, mempengaruhi permeabilitasnya
atau dapat berikatan dengan organel sel. Teori ini menyatakan bahwa
penuaan disebabkan karena terjadinya akumulasi kerusakan irreversibel
akibat senyawa pengoksidasi. Dimana radikal bebas dapat terbentuk
dialam, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi bahan-bahan
organik seperti karbohidrat dan protein.
2) Teori Genetika
Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama
disebabkan oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada
pembentukan kode genetik. Menurut teori genetike, penuaan adalah suatu
proses yang secara tidak sadar diwariskan yang berjalan dari waktu ke
waktu untuk mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain,
perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya.
Teori genetika terdiri dari teori asam deoksiribonukleat (DNA), teori
krtepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan teori glikogen. Teori-teori
ini menyatakan bahwa proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi
tidak terartur karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti
sel. Molekul DNA menjadi bersilangan (crosslink) denga unsur yang lain
sehingga mengubah informasi genetik. Adanya crosslink ini
mengakibatkan kesalahan pada tingkat seluler yang akhirnya

3
mengakibatkan sistem dan organ tubuh gagal untuk berfungsi. Bukti yang
mendukung teori-teori ini termasuk perkembangan radikal bebas, kolagen,
dan lipofusin. Selain itu, peningkatan frekuensi kanker dan penyakit
autoimun yang dihubungkan dengan bertambahnya umur menyatakan
bahwa mutasi atau kesalahan terjadi pada tingkat molekular dan selular.
3) Teori Wear and Tear
Teori ini mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau
zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi
molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini
percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu
jadwal.
Radikal bebas adalah contoh dari produk sampah metabolisme
yang menyebabkan kerusakan ketika akumulasi terjadi. Radikal bebas
dengan cepat dihancurkan oleh sistem enzim pelindung pada kondisi
normal. Beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini
dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu
kerusakan organ terjadi.
Karena laju metabolisme terkait secara langsung pada
pembentukan radikal bebas, sehingga ilmuwan memiliki hipotesis bahwa
tingkat kecepatan produksi radikal bebas berhubungan dengan penentuan
waktu rentang hidup. Pembatasan kalori dan efeknya pada perpanjangan
rentang hidup mungkin berdasarkan pada teori ini. Pembatasan kalori telah
terbukti dapat meningkatkan masa hidup pada tikus percobaan. Sepanjang
masa hidup, tikus-tikus tersebut telah mengalami penurunan angka
kejadian kemunduran fungsional, dan mengalami lebih sedikit kondisi
penyakit yang berkaitan dengan peningkatan umur, berkurangnya
kemunduran fungsional tubuh, dan menurunnya insidensi penyakit yang
berhubungan dengan penuaan.
4) Teori Imunitas
Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem
imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua,
pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan,
sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti

4
kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun,
terjadilah peningkatan dalam respons autoimun tubuh. Ketika orang
mengalami penuaan, mereka mungkin mengalami penyakit autoimun
seperti artritis reumaoid dan alergi terhadap makanan dan faktor
lingkungan yang lain. Penganjur teori ini sering memusatkan pada peran
kelenjar timus. Berat dan ukuran kelenjar timus menurun seiring dengan
bertambahnya umur, seperti halnya kemampuan tubuh untuk diferensiasi
sel T. karena hilangnya diferensiasi sel T, tubuh salah mengenali sel yang
tua dan tidak beraturan sebagai benda asing dan menyerangnya.
Pentingnya pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, dan
promosi kesehatan terhadap npelayanan kesehatan, terutama pada saat
penuaan terjadi tidak dapat diabaikan. Walaupun semua orang
memerlukan pemeriksaan rutin untuk memastikan deteksi dini dan
perawatan seawal mungkin, tetapi pada orang lanjut usia kegagalan
melindungi sistem imun yang telah mengalami penuaan melalui
pemeriksaan kesehatan ini dapat mendorong ke arah kematian awal dan
tidak terduga. Selain itu, program imunisasi secara nasional untuk
mencegah kejadian dan penyebaran epidemi penyaki, seperti pneumonia
dan influenza diantara orang lanjut usia juga mendukung dasar teoritis
praktik keperawatan

5) Teori Neuroendokrin
Diskusi sebelumnya tentang kelenjar timus dan sistem imun serta
interaksi antara sistem saraf dan sistem endokrin menghasilkan persamaan
yang luar biasa. Pada kasus selanjutnya para ahli telah memikirkan bahwa
penuaan terjadi oleh karena adanya suatu perlambatan dalam sekresi
hormon tertentu yang mempunyai suatu dampak pada reaksi yang diatur
oleh sistem saraf. Hal ini lebih jelas ditunjukkan dalam kelenjar hipofisis,
tiroid, adrenal, dan reproduksi.
Salah satu area neurologis yang mengalami gangguan secara
universal akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk
menerima, memproses, dan bereaksi terhadap perintah. Dikenal sebagai

5
perlambatan tingkah laku, respon ini kadang-kadang diinterpretasikan
sebagai tindakan melawan, ketulian, atau kurangnya pengetahuan. Pada
umumnya, sebenarnya yang terjadi bukan satupun dari hal-hal tersebut,
tetapi orang lanjut usia sering dibuat untuk merasa seolah-olah mereka
tidak kooperatif atau tidak patuh. Perawat dapat memfasilitasi proses
pemberian perawatan dengan cara memperlambat instruksi dan menunggu
respon mereka.
6) Riwayat Lingkungan
Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya
karsinogen dari industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat
membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini
diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkungan lebih
merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam
penuaan. Perawat dapat mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang
dampak dari aspek ini terhadap penuaan dengan cara mendidik semua
kelompok umur tentang hubungan antara faktor lingkungan dan penuaan
yang dipercepat. Ilmu pengetahuan baru mulai untuk mengungkap
berbagai faktor lingkungan yang dapat memengaruhi penuaan.

2. Teori Psikososiologis
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan
perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada
kerusakan anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau
nonfisik dikombinasikan dengan perubahan psikologis.
Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik dan
memiliki pengalaman, melalui serangkaian kejadian dalam kehidupan, dan melalui
banyak peristiwa. Salama 40 tahun terakhir, beberapa teori telah berupaya untuk
menggambarkan bagaimana perilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat
memengaruhi reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini disebut
proses “penuaan yang sukses” contoh dari teori ini termasuk teori kepribadian.
a. Teori Kepribadian

6
Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur
dalam tahun-tahun akhir kehidupannya yang telah merangsang penelitian yang
pantas dipertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek
pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik
lansia. Jung mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang
dewasa yang memandang kepribadian sebagai ektrovert atau introvert ia berteori
bahwa keseimbangan antara keddua hal tersebut adalah penting kesehatan.
Didalam konsep intoritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya
digambarkan dengan memeiliki tujuannya sendiri yaitu untuk mengembangkan
kesadaran diri sendiri melalui aktivitas yang dapat merefleksikan diri sendiri.
b. Teori Tugas Perkembangan
Beberapa ahli teori sudah menguraikan proses maturasi dalam kaitannya
dengan tugas yang harus dikuasai pada tahap sepanjang rentang hidup manusia.
Hasil penelitian Ericson mungkin teori terbaik yang dikenal dalam bidang ini.
Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh
seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan
yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat
kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas. Pada
kondisis tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan
yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa
penyesalan atau putus asa. Minat yang terbaru dalam konsep ini sedang terjadi
pada saat ahli gerontologi dan perawat gerontologi memeriksa kembali tugas
perkembanagn lansia.
c. Teori Disengagement
Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), dikembangkan pertama
kali pada awal tahun 1960-an, menggambarkan proses penarikan diri oleh lansia
dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses
penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting
untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh. Lansia dikatakan
bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil
oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia
adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian

7
hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan
manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan
generasi tua pada generasi muda.
Teori ini banyak menimbulkan kontroversi, sebagian karena penelitian ini
dipandang cacat dan karena banyak lansia yang menentang “postulat” yang
dibangkitkan oleh teori untuk menjelaskan apa yang terjadi didalam pemutusan
ikatan atau hubungan. Sebagai contoh, dibawah kerangka kerja teori ini, pensiun
wajib menjadi kebijakan sosial yang harus diterima. Dengan meningkatnya
rentang waktu kehidupan alami, pensiun pada usia 65 tahun berarti bahwa
seorang lanjut usia yang sehat dapat berharap untuk hidup 20 yahun lagi. Bagi
banyak individu yang sehat dan produktif, prospek diri suatu langkah yang lebih
lambat dan tanggung jawab yang lebih sedikit merupakan hal yang tidak
diinginkan. Jelasnya, banyak lansia dapat terus menjadi anggota masyarakat
produktif yang baik sampai mereka berusia 80 sampai 90 tahun.
d. Teori Aktivitas
Lawan langsung dari teori disengagement adalah teori aktivitas penuaan,
yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara
tetap aktif. Havighurst yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif
secara sosial sebagai alat untuk penyesuaian diri yang sehat untuk lansia pada
tahun 1952. Sejak saat itu, berbagai penelitian telah memvalidasi hubungan
positif antara mempertahankan interaksi yang penuh arti dengan oranglain dan
kesejahteraan fisik dan mental orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan
seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang
lain. Kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh arti bagi
kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa
hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan hidup.
Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktivitas mental dan fisik
yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan
kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia.
e. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas, juga di kenal sebagai suatu teori perkembangan,
merupakan suatu kelanjutan dari dua teori sebelumnya dan mencoba untuk

8
menjelaskan dampak kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau
memisahkan diri agar mencapai kebahagiaan dan terpenuhinya kebutuhan di usia
tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan
kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Ciri kepribadian dasar
dikatakan tetap tidak berubah walaupun usianya telah lanjut. Selanjutnya, ciri
kepribadian secara khas menjadi lebih jelas pada saat orang tersebut bertambah
tua. Seseorang yang menikmati bergabung dengan orang lain dan memiliki
kehidupan sosial yang aktif akan terus menikmati gaya hidupnya ini sampai
usianya lanjut. Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas
yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam melanjutkan gaya
hidupnya ini. Lansia yang terbiasa memiliki kendali dalam membuat keputusan
mereka sendiri tidak akan dengan mudah menyerahkan peran ini hanya karena
usia mereka yang telah lanjut. Selain itu, individu yang telah melakukan
manipulasi atau abrasi dalam interaksi interpersonal mereka selama masa
mudanya tidak akan tiba-tiba mengembangkan suatu pendekatan yang berbeda
didalam masa akhir krhidupannya.
Ketika perubahan gaya hidup dibebankan pada lansia oleh perubahan
sosial-ekonomi atau faktor kesehatan, permasalahan mungkin akan timbul.
Kepribadian yang tetap tidak diketahui selama pertemuan atau kunjungan singkat
kadang-kadang dapat menjadi fokal dan juga menjadi sumber kejengkelan ketika
situasi mengharuskan adanya suatu perubahan didalam pengaturan tempat
tinggal. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang
perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan
banyak dukungan. Suatu pemahaman tentang pola kepribadian lansia
sebelumnya dapat memberikan pengertian yang lebih diperlukan dalam proses
pengambilan keputusan ini.
C. Karakteristik penyakit yang dijumpai pada lansia
1. Penyakit yang sering multiple, saling berhubungan satu sama lain
2. Penyakit bersifat degenerative, sering menimbulkan kecacatan
3. Gejala sering tidak jelas, berkembangan secara perlahan
4. Masalah psikologis dan sosial sering sering terjadi bersamaan
5. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut
6. Sering terjadi penyakit yang bersifat iatrogenic

9
7. Hasil penelitian profil penyakit lansia di empat kota (padang, Bandung, Denpasar,
dan makasar ) adalah sebagai berikut :
a. Fungsi tubuh yang dirasakan menurun : penglihatan ( 76,24 %); daya ingat
( 69,39); seksual (58,04%); kelenturan(53,23%); gigi dan mulut (51,12%)
b. Masalah kesehatan yang sering muncul : sakit tulang atau sendi (69,39%); sakit
kepala (51,15%); daya ingat menurun (38,51%); selera makan menurun
( 30,39%); mual atau perut perih ( 26,66%); sulit tidur (24,88%); dan sesak napas
(21,25%)
c. Penyakit kronis : reumatik ( 33,14%) : hipertensi (20,66%); gastritis ( 11,34 %);
dan penyakit jantung

D. Trend dan Isu Kecenderungan Masalah Kesehatan Gerontik


1. Masalah kehidupan seksual. Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada
lansia telah hilang adalah mitos atau kesalahpahaman. Kenyataanya, hubungan
seksual pada suami istri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun.
Bahkan aktifitas ini dapat dilakukan pada saat kien sakit atau mengalami
ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan
masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara
kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat
terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara
mendalam selama masih mampu melaksanakan.
2. Perubahan perilaku. Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku,
diantaranya: daya ingat menururn, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan
penurunana merawat diri, timbulnya kecemasan karena dirinya sudah tidak menarik
lagi, dan lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhirnya
menjadi sumber banyaknya masalah.
3. Pembatasan aktifitas fisik. Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami
kemunduran, terutama di bidang kemampuan fisik uang dapat megakibatkan
penurunan pada peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya
gangguan dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga dapat meningkatkan
ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.

10
4. Palliative care. Pemberian obat pada lansia yang bersifat palliative careadalah obat
tersebut ditujukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena
polifarmasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek
samping obat. Sebagai contoh: klien dengan gagal jantung dan edema mungkin
diobati dengan digoksin dan diuretik. Diuretik berfungsi untuk mengurangi volume
darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digoksin. Klien yang mungkin
mengalami depresi, sehingga diobati dengan antidepresen. Efek samping antidepresen
adalah retensi urin. Efek samping inilah yang menyebabkan ketidaknyamanan pada
lansia.
5. Penggunaan obat. Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan
merupakan persoalan yang sering kali muncul di masyarakat atau di rumah sakit.
Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologis
pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut (Watson,
1992).
6. Kesehatan mental. Selain mengalami kemunduran fisik, lansia juga mengalami
kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin
berkrurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya.
7. Hukum dan etik dalam perawatan gerontik. Dalam pasal 27 ayat (1) Undang-Undang
Dasar 1943 “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjungnya hukum dan pemerintahannya itu dengan
tidak ada kecualinya.” Pada ayat (2) di pasal yang sama dikatakan “Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaanya dan penghidupannya yang layak bagi kemanusiaan.”
Pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945 “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar
dipelihara oleh negara.”Berbedoman pada hukum penganiayaan, sebagai perawat
kesehatan masyarakat kita memiliki tanggung jawab dalam mencegah penganiayaan.
Kode etik yang harus di perhatikan oleh perawat di antaranya sebagai berikut.
a. Perawat harus memberikan rasa hormat pada klien tanpa memperhatikan suku,
ras, golongan, pangkat, jabatan, status sosial, dan masalah kesehatan.
b. Menjaga rahasia klien
c. Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis, dan
praktik ilegal.
d. Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi dan pekerjaannya
e. Perawat menjaga kompetensi keperawatan.

11
f. Perawat memberikan pendapat dan menggunakan kompetensi individu serata
kualifikasi dalam memberikan konsultasi.
g. Berpartisipasi aktiv dalam kelanjutan perkembangan body of knoldge
h. Berpartisipasi aktiv dalam meningkatkan standar pemberian asuhan professional.
i. Berpartisipasi dalam usaha mencegah masyarakat dari informasi yang salah,
nisinterpretasi, dan menjaga integritas perawat.

8. JPKM lansia. Salah satu program pokok perawatan kesehatan masyarakat yang ada di
puskesmas sasarannya adalah keluarga yang di dalamnya terdapat lansia.
Perkembangan jumlah keluarga yang terus-menerus meningkat dan banyaknya
keluarga yang berisiko tentunya membutuhkan perhatian yang khusus. Perkembangan
yang terjadi tersebut tentunya menuntut perawat memberikan pelayanan pada
keluarga secara profesional. Tuntutan ini memang tidak berlebihan, sebab hal ini
sesuai dengan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan untuk membangun
“Indonesia Sehat 2010” yang salah satu starateginya adalah Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM). Dengan strategi ini diharapkan lansia mendapatkan
perawatan yang baik dan perhatian yang selayaknya.
E. Mitos lanjut usia dan kenyataannya
1. Mitos Konservatif
Ada pandangan bahwa lanjut usia pada umumnya :
a. Konservatif
b. Tidak kreatif
c. Menolak Inovasi
d. Berorientasi ke masa silam
e. Merindukan masa lalu
f. Kembali ke masa anak-anak
g. Susah menerima ide baru
h. Susah berubah
i. Keras kepala
j. Cerewet
Fakta : tidak semua lanjut usia bersikap, berpikiran, dan berperilaku demikian.
2. Mitos berpengenyakit dan kemudunduran
Lanjut usia sering kali dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang
disertai dengan berbagai penderitaan akibat bermacam penyakit yang menyertai
proses menua ( lanjut usia merupakan masa berpenyakitan dan kemunduran )
Fakta : memang proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan

12
metabolisme Sehingga rawan terhadap penyakit. Akan tetapi, saat ini telah banyak
penyakit yang dapat dikontrol dan diobati
3. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh adanya kerusakan
sel otak
Fakta :
a. Banyak lanjut usia yang masih tetap sehat dan segar bugar
b. Daya pikirnya masih jernih dan cenderung cemerlang
c. Banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat
4. Mitos ketidakproduktifan
Lanjut usia dipandang sebagai masa usia yang tidak produktif, bahkan menjadi beban
keluarga
Fakta : tidak demikian. Banyak individu yang mencapai ketenaran, kematangan,
kemantapan, serta produktivitas mental dan material dimasa lanjut usia
5. Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lanjut usia, minta, dorongan, gairah, kebutuhan, dan daya
seks dalam hubungan seks menurun.
Fakta :
a. Kehidupan seks pada lanjut usia berlangsung normal
b. Frekuensi hubungan seksual menurun sejalan meningkatnya usia, tetapi masih
tetap tinggi
6. Mitos tidak jatuh cinta
Lanjut usia sudah tidak lagi jaatuh cinta, tidak tertarik atau bergairah kepada lawan
jenis
Fakta :
a. Perasaan dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa
b. Perasaan cinta tidak berhenti hanya karena menjadi lanjut usia
7. Mitos kedamaian ini, banyak orang berpendapat bahwa lanjut usia dapat santai
menikmati hasil kerja dan jerih payahnya di masa muda dan dewasanya. Badai dan
berbagai goncangan kehidupan seakan-akan telah berhasil dilewatinya
Fakta : sering ditemukan stress karena kemiskinan dan berbagai keluahan serta
penderitaan Karena penyakit, kecemasan, kekhawatiran, depresi, paranoid, dan
psikotik
Jadi, ada keragaman yang besar dalam proses menua. Ada yang berpendapat bahwa
lanjut usia dikelompokkann dalam berbagai tipe dalam menghadapi atau menerima
proses menua.
F. Permasalahan yang Terjadi Pada Lansia
1. Permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan lansia
Permasalahan yang berkaitan dengan pecapaian kesejahteraan lansia diantaranya:

13
a. Ketidakberdayaan fisik, sehingga menyebabkan ketergantungan pada orang
lain;
b. Ketidakpastian ekonomi, sehingga membutuhkan perubahan total dalam pola
hidup;
c. Membuat teman baru untuk mendapat ganti mereka yang telah
meninggal/pindah;
d. Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang yang lebih
banyak;
e. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.
Sedangkan masalah yang umum dan khusus pada lansia adalah sebagai
berikut:
a. Permasalahan umum
 Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
 Makin melemahnya nilai kekerabatan, sehingga anggota keluarga yang
berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dan dihormati.
 Lahirnya kelompok masyarakat industri.
 Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan
usia lanjut.
 Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan
kesejahteraan pada lansia.
b. Permasalahan khusus
 Berlangsungnya proses penuaan yang berakibat pada timbulnya
masalah fisik, mental, maupun sosial.
 Berkurangnya integrasi sosial lansia.
 Rendahnya produktifitas lansia.
 Banyaknya lansia yang miskin, terlantar, dan cacat.
 Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarkat individualistik.
 Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat
mengganggu kesehatan lansia.

14
BAB III
HASIL OBSERVASI
Masalah Psikologis

1. Identitas
Nama : Ny. “R”
Usia : 70 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Agama : islam
Alamat : Labu Api
Hasil Wawancara
a. Tingkat stressor rendah, karena Ny. R masih bergantung pada suami dan tinggal
bersama anak anaknya sehingga Ny. R tidak merasakan kesiapan setiap harinya.

15
Sudah tidak memiliki Tanggung jawab terhadap anaknya karena semua anak Ny R
telah berkeluarga.
b. Aktifitas Ny.R sangat kurang karena memiliki penyakit sakit pinggang yang
menggaggu aktifitasnya
c. Sifat yang dimilik Ny. R sangat ramah tetapi terkadang Ny.R juga cerewet selain itu
Ny. R masih dapat mengontrol emosinya
d. Kegiatan sehari sehari yang biasa dilakukan Ny. R bermain bersama cucu cucunya
dan itu membuat Ny.R bahagia.
e. Komusikasi dengan tetangga berjalan dengan baik, Ny R masih sering kumpul
bersama tetangga di waktu luang

2. Identitas
Nama : Tn. A
Usia : 75 tahun
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Alamat : Labu Ap
Hasil wawancara
a. Tingkat stressor lumayan tinggi, karena Tn.A sebagai kepala keluarga yang harus
menanggung semua kebutuhan keluarga. Dan harus mengatur dan menjaga
keluarganya
b. Tn.A masih mampu melakukan aktivitas fisik dan masih beraktivitas dengan aktif
c. Sifat Tn.A sangat ramah dan memiliki sikap humoris
d. Komunikasi dengan tetangga sangat baik, karena Tn.A dikenal sebagai orang yang
mudah bergaul
e. Tn.A tidak pernah merasakan kesepian karena Tn.A selalu ditemani oleh istri dan
anak anaknya

Perbedaan antara Ny.”R” dan Tn. “A”


- Ny. R memiliki tingkat stresos yang masih rendah karena tidak memiliki tanggungan
hidup atau masih bergantung pada suaminya sedangkan Tn.A memiliki stressor yang
lumayan tinggi karena harus menafkahi keluarganya dan harus menjaga dan melindungi
keluarganya.

Dokumentasi

16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu., tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan.
Proses penuaan dapat ditinjau dari aspek biologis, sosial dan psikologik. Teori-
teori biologik sosial dan fungsional telah ditemukan untuk menjelaskan dan mendukung
berbagai definisi mengenai proses menua.
Dan pendekatan multi disiplin mengenai teori penuaan, perawat harus memiliki
kemampuan untuk mensintesa berbagai teori tersebut dan menerapkannya secara total
pada lingkungan perawatan klien usia lanjut termasuk aspek fisik, mental/emosional dan
aspek-aspek sosial. Dengan demikian pendekatan eklektik akan menghasilkan dasar yang
baik saat merencanakan suatu asuhan keperawatan berkualitas pada klien lansia.
Teori biologis mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan
fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-perubahan
dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan penyakit.

17
Teori psikososialogis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku
yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan
anatomis. Untuk tujuan pembahasan ini, perubahan sosiologis atau nonfisik
dikombinasikan dengan perubahan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA
Potter, patricia A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Wahyudi Nugroho. ( 2008). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC
Stanley & Mickey. ( 2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC
Mubarak Wahid Iqbal, et al. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas: Konsep dan Aplikasi. Ed 2.
Jakarta: Salemba Medika

18

Anda mungkin juga menyukai