Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH BAHAS INDONESIA

ANALISIS SWOT INTERNASIONALISASI BAHASA INDONESIA

DISUSUN OLEH :
1. Alif Al Faris Maulana NIM 21030116140091
2. Haidar Maris NIM 21030116140079
3. Iltizam Muhammad Iman NIM 21030116140084
4. Rosalia Puspita Sari NIM 21030116120006
5. Yeni Maryani C. NIM 21030115120078

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan bangsa IndonesiaYang termuat pada teks
Sumpah Pemuda yang di kumandangkan pada tanggal 28Oktober 1928 menandakan bahwa bahasa Indonesia
digunakan sebagai bahasa penghubungantar daerah ,antar suku, dan pengenalan budaya dari satu
daerah ke daerah lain.

Bahasa Indonesia memiliki kekuatan untuk memperluas cakupannya yakni menjadi salah
satu Bahasa Internasional. Menurut Undang Undang Nomor 24 Tahun 2009 pasal 44
menyebutkan bahwa “Pemerintah meningkatkan fungsi Bahasa Indonesia menjadi bahasa
internasional secara bertahap, sistematis, dan berkelanjutan”.

I. Kekuatan (Strength)
1. Meningkatkan jumlah kosakata, lalu mengembangkan Uji Kemahiran Berbahasa
Indonesia (UKBI) yang akan menyertai pengujian di Indonesia, serta akan mencoba
membawa Indonesia ke luar negeri, dengan cara menyusun kamus ASEAN (terdiri dari
sepuluh negara anggota ASEAN) dan akan diberi nama kamus Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA)

2. Jumlah penutur bahasa Melayu-Indonesia yang cukup banyak. Pada tahun 2011
meliputi Indonesia (±327 juta jiwa), Malaysia (±28,8 juta jiwa), Singapura (±5,2 juta
jiwa), Thailand (±65 juta jiwa) serta negara seperti Brunei Darussalam, Timor Leste.
Jumlah total dapat diperkirakan sejumlah 427,4 juta jiwa atau 1/15 jumlah penduduk
dunia yang pada waktu itu berjumlah 6,5 milyar. Hal ini didukung dengan cita – cita
para pemimpin ASEAN untuk membentuk komunitas ASEAN yang perlu didukung
dengan penggunaan bahasa antara yang seragam. Hal ini merupakan keuntungan bagi
bahasa Indonesia, karena dilihat bahasa Indonesia ah yang memenuhi syarat untuk
manjadi bahasa bagi seluruh anggota ASEAN mengingat jumlah penuturnya yang
sangat banyak di kawasan Asia Tenggara

3. Terdapat 45 negara yang telah mengajarkan Bahasa Indonesia di lembaga pendidikan


mereka, seperti Kanada, negara bagian di Amerika, Belanda, Vietnam, serta Australia
dan masih banyak lagi. Selain itu, menurut Kepala Badan Pusat Bahsa Kemdikbud,
pusat – pusat studi Bahasa Indonesia kini sudah tersebar di 48 negara di dunia dengan
jumlah 150 pusat. Jumlah tersebut akan ditambah lagi dalam waktu dekat.

4. Bahasa Indonesia memiliki tata bahsa yang sederhana dan teratur serta penggunaannya
dalam percakapan relatif mudah dipelajari. Sebgaia bahasa aglutinasi Bahasa Indonesia
jauh leih gampang dipelajari dibandingkan dengan bahasa infleksi. Bahasa Indonesia
juga memiliki cukup banyak perbendaharaan kata (sekitar 10 ribu) yang memiliki daya
ungkap yang cukup memadai untuk dipertimbangkan menjadi bahasa dunia. Bahasa
Indonesia mudah dipelajari Bahasa Indonesia tidak mengenal kala, konjugasi, maupun
jenis kelamin kata benda. Lafal Bahasa Indonesia juga tidak sulit karena lebih tipis atau
ringan.

II. Kelemahan (Weakness)


1. Pengembangan Proyek Bahasa Melind
Selain memiliki banyak kekuatan menuju bahasa internasional, langkah ini
juga banyak memiliki kelemahan, karena dari sumber-sumber menyatakan
kesulitan atau kelemahan bahasa Indonesia menjadi bahasa Internasional adalah
pada posisi dimana bahasa Indonesia terjepit dengan bahasa melayu, memang
hampir mirip, namun seharusnya sudah bisa dibedakan antara bahasa Indonesia
dengan bahasa Malaysia. Selain itu, kurangnya perhatian pemerintah terhadap
langkah ini menjadi kelemahan yang utama. Sehingga tebentuk proyek
melindo, yang hal ini hanya akan menghamburkan uang rakyat hingga triliunan
rupiah tanpa ada hasil yang bermanfaat. Terjepitnya bahasa Indonesia oleh
bahasa Melayu boleh dikatakan sebagai kecelakaan kerja. Kerjasama penyatuan
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia (Melindo) yang dirintis oleh Slamet
Mulyana pada tahun 1950-an dan hingga sekarang masih dilakukan dengan
berbagai menifestasi sangat kontraproduktif. Bahkan kerjasama ini cenderung
mencelakakan bahasa Indonesia. Seperti dikatakan Lukman Ali (2000), proyek
Melindo bermotif nekolim (neo-kolonialisme dan imperalisme).
Pengembangan proyek Melindo membuktikan kelemahan dan (sekaligus)
kecerobohan politisi kebudayaan Indonesia, khususnya pembuat kebijakan
bahasa Indonesia. Akan sia-sia ada Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan
Proklamasi 17 Agustus 1945 jika bahasa Indonesia tidak merdeka, tetapi
menyatu dengan bahasa Indonesia, mestinya bangsa Indonesia sudah bisa
dibedakan.

2. Eksistensi Bahasa
Eksistensi Bahasa Indonesia Masih Lemah. Bahasa ini dianggap sama
dengan bahasa Melayu. Sementara anggapan orang asing seperti itu, orang
Indonesia masih belum mengakui bahasa Indonesia sebagai bahasa yang
digunakan dikehidupan sehari-hari. Bahasa Betawi, Bali, Jawa, Papua, dan
sebagainya masih dikelola di luar wadah bahasa Indonesia. Dengan tata kelola
bahasa seperti itu, orang Indonesia sudah berhasil dibuat sangat primordial.

3. Budaya berbahasa asing


Akibat zaman globalisasi, dan budaya konsumtif yang tinggi di kalangan
masyarakat Indonesia, ditambah banyaknya informasi, secara sadar atau tidak
sadar, mau tidak mau, bahasa Inggris berani masuk ke dalam sistem-sistem
sosial di kalangan masyarakat. Misalnya, dalam bidang pendidikan, banyaknya
sekolah-sekolah, terutama dalam mata pelajaran eksakta: Kimia, fisika,
matematika, dan biologi bukunya menggunakan bahasa Inggris.
Begitu juga dalam dunia teknologi, kosa kata asing tak kuasa untuk
dibendung. Masalahnya kemudian bahasa itu diterima apa adanya, karena
secara level orang sosial akan dianggap sebagai orang modern.

4. Gengsi yang mendarah daging


Banyak orang yang telah merusak Bahasa Indonesia dengan
mencampurnya dengan bahasa lain. Saat ini seiring perkembangan zaman,
orang semakin malu dan gengsi untuk menggunakan Bahasa Indonesia. Orang-
orang akan lebih terpandang ‘keren’ atau pintar jika telah menguasai bahasa
asing. Saat ini masyarakat juga semakin malas menggunakan bahasa
terjemahan Indonesia, dan lebih memilih untuk menggunakan bahasa asing atau
bahasa aslinya itu sendiri.

III. Kesempatan (Opportunity)


1. Ketertarikan Warga Asing Menggunakan Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai peluang menjadi bahasa percakapan di
dunia internasional. Semakin banyak warga negara asing yang tertarik
mempelajari bahasa Indonesia. Peneliti Badan Bahasa Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Dendy Sugono, mengatakan, keragaman budaya Indonesia
adalah faktor terpenting yang menyebabkan banyak warga negara asing ingin
mempelajari bahasa Indonesia.
Indikasi mulai diterimanya bahasa Indonesia dalam pergaulan
internasional adalah tingginya minat warga asing mempelajari bahasa Indonesia
di pusat pembelajaran bahasa Indonesia di negara mereka. Negara-negara besar
yang sudah ada pusat bahasa Indonesia adalah negara-negara di Eropa, Jepang,
Amerika Serikat, Korea Selatan, Mesir, dan Rusia.
Selain di Arab Saudi, papan petunjuk yang menyertakan bahasa Indonesia
juga bisa ditemui di Frankfurt, Jerman. Kalau di Arab Saudi, wajar ada tulisan
berbahasa Indone`sia di papan petunjuk arah. Kalau di Jerman, itu agak spesial
karena bahasa Indonesia merupakan salah satu dari enam bahasa asing yang
harus dipelajari di sekolah.

2. Digunakan di Universitas Luar Negeri


Peluang bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa Internasional sudah
terlihat pada semakin banyaknya Universitas di Luar negeri yang mengajarkan
bahasa Indonesia. Hal ini akan membuat bahasa Indonesia mudah untuk
memasuki proyek internasionalisasi.

3. Diskusi Akademik Pengkaji Bahasa Indonesia di Luar Negeri


Diskusi akademik dilaksanakan oleh para ahli, peminat dan pengkaji
bahasa Indonesia, tidak saja di dalam, tetapi juga di luar negeri. Sebuah diskusi
di Universitas Bonn, Jerman, sebagaimana membahas mengenai peluang
bahasa Indonesia menjadi bahasa internasional beberapa waktu lalu dengan
judul “Bahasia Indonesia sebagai Bahasa Dunia”, yang dipimpin langsung oleh
pakar bahasa Indonesia asal Jerman yang saat ini menjabat sebagai Kepala
Program Studi Bahasa Indonesia Universitas Bonn, Prof. Berthold Damshauser.
Menurutnya, bahasa Melayu-Indonesia memiliki jumlah penutur yang
cukup banyak, melebihi jumlah penutur bahasa Italia, atau Jerman sekalipun.
Penutur bahasa Melayu-Indonesia meliputi Indonesia sendiri, yang saat ini
jumlah penduduknya mencapai 327 juta lebih, Malaysia, Brunei Darussalam,
Singapura, Timor Leste, Thailand, khususnya Thailand Selatan.
Perlu diketahui bahwa bahasa Indonesia mempunyai kelebihan, yakni
kesederhanaan sistem bunyi dan gramatikanya, sehingga mudah dipelajari.
Tetapi, justru karena kesederhanaan itu bahasa Indonesia sering dianggap sulit
oleh orang asing yang belajar bahasa Indonesia, terutama bagi mereka yang
bahasa ibunya masuk kelompokIndo-European languages.

IV. Ancaman (Threat)


1. Memudarnya Bahasa Indonesia
Orisinalitas bahasa indonesia itu sendiri akan memudar, karena dengan
diangkatnya bahasa Indonesia sebagai bahasa internasioanal. Bukannya tidak
mungkin kosakata bahasa Indonesia akan dicampur bahkan disubtitusi oleh
kosakata lain dari bangsa pengguna yang konotasinya kurang baik, kurang pas
atau kurang sesuai dengan identitas bahasa indonesia. Hal ini dikawatirkan
kosakata-kosakata yang kurang baik justru lebih populer dibandingkan bahasa
Indonesia itu sendiri, dan yang lebih membahayakan kosakata baru yang kurang
baik ini justru lebih disukai oleh para pemu da Indonesia.
Pesatnya pengaruh bahasa Inggris yang sudah terlebih dahulu menjadi
bahasa internasional di hampir semua negara dunia, selain itu meluasnya peran
Amerika dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat dunia , dimana Amerika
sudah menjadikan bahasa resmi adalah bahasa Inggris.
Namun, saat ini pemakaian bahasa Indonesia mengalami krisis identitas
dan mulai tersisih oleh semakin maraknya pemakaian bahasa asing dan bahasa
campuran, baik dalam forum formal maupun nonformal. Dewasa ini banyak
terlihat aneka merek dagang, nama tempat, nama gedung, pamflet dan kain
spanduk yang menggunakan bahasa asing khususnya bahasa Inggris.

2. Menurunkan Jiwa Nasionalisme


Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan, yang menyatukan seluruh
warga Indonesia dari sabang sampai merauke, dengan diangkatnya bahasa
Indonesia sebagai bahasa internasioanal, dikhawatirkan akan menurunkan jiwa
nasionalisme, karena bahasa indonesia merupakan simbol kebanggaan
masyarakat Indonesia.
selain itu juga dikawatirkan dialektika bahasa Indonesia yang khas itu akan
hilang, sehingga susah dibedekan fonnem, homonim, homograf dan homofon
sebagai ragam kekayaan bahasa indonesia, karena salahnya pengucapan oleh
bangsa asing.

3. Penguasaan Bahasa Indonesia


Penguasaan bahasa Indonesia oleh orang indonesia sendiri yang kurang .
Pembangunan Indonesia yang terhambat dan kurang berkembang juga
merupakan salah satu ancaman bagi Internasionalisasi bahasa Indonesia .
Gambarannya misal sarana publik yang tidak sesuai standar, perekonomian
yang tidak progresif membuat orang asing beranggapan Indonesia sebagai
negara yang terbelakang,dan berpandangan bahwa Indonesia tidak penting
dimata dunia.
4. Bahasa Indonesia di Dunia Pendidikan
Fenomena tentang keironisan bahasa Indonesia juga terlihat dalam dunia
pendidikan saat ini. Mayoritas pelajar di negeri ini tidak lulus Ujian Akhir
Nasional (UAN) karena mendapat nilai rendah pada mata pelajaran bahasa
Indonesia. Sebaliknya, mereka justru mendapat nilai tinggi untuk mata
pelajaran bahasa Inggris. Ironisnya, fenomena ini terjadi di hampir seluruh
sekolah di Indonesia. Tak ayal, beberapa pihak yang terkait pun saling tuding,
seakan mau lepas tangan terhadap masalah ini. Satu hal yang nyata dan
dirasakan betul oleh masyarakat adalah, bahwa seseorang yang piawai
berbahasa Indonesia tidak membuat mereka tenang dalam karir dan pekerjaan.
Sebaliknya, orang yang menguasai bahasa Inggris akan mudah dalam karirnya.

Anda mungkin juga menyukai