Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Klimatologi ialah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata cuaca yang terjadi
pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang lama. Cuaca merupakan keadaan
fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu dalam jangka pendek. Cuaca
rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama dikenal sebagai iklim.
Klimatologi Pertanian (Agroklimatologi) ialah cabang ilmu iklim atau cuaca
terapan yang mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer
(unsur-unsur cuaca) dan proses produksi pertanian. Tercakup di dalamnya antara
lain hubungan antara faktor iklim dan produksi tanaman. Sasaran yang hendak
dicapai oleh klimtologi pertanian ialah untuk memahami dan mengkaji proses-
proses yang yang terjadi pada perubahan lingkungan fisik di sekitar organisme
pertanian akibat perkembangan organisme tersebut serta dampak perubahannya
bagi organisme itu sendiri.
Pengetahuan yang luas tentang berbagai hubungan antara iklim dan subjek-
subjek pertanian dan peternakan, memungkinkan penggalian potensi iklim di tiap
tempat untuk perencanaan intensifikasi dan ekstensifikasinya. Manfaat utama
Klimatologi Pertanian adalah sebagai dasar strategi dalam penyusunan rencana
dan kebijakan pengelolaan usaha tani pertanian dan peternakan. Lingkup
kebijakan dapat meliputi sebidang lahan, suatu wilayah atau teritorial pertanian
maupun untuk kebijakan pada lingkup nasional.
Untuk dapat mengukur iklim suatu daerah diperlukan data cuaca yang telah
terkumpul lama (10-30 tahun) yang didapatkan dari hasil pengukuran cuaca
dengan alat ukur yang khusus atau instrumentasi klimatologi. Alat-alat yang
digunakan harus tahan lama dari pengaruh-pengaruh buruk cuaca untuk dapat
setiap waktu mengukur perubahan cuaca. Alat dibuat sedemikian rupa agar hasil
pengukuran tidak berubah ketelitiannya. Pemeliharaan alat yang baik membawa
keuntungan pemakaian lebih lama.
Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan praktikum pengenalan alat
klimatologi untuk mengetahui pentingnya keberadaan stasiun klimatologi dan
prinsip kerja dari masing-masing alat klimatologi.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan pada praktikum ini adalah mengetahui mengetahui prinsip kerja dan
cara penggunaan alat-alat klimatologi, pentingnya penempatan stasiun
klimatologi, serta macam dan kualitas data yang dihasilkan dari suatu alat
pengukur analisis cuaca.
Adapun kegunaan dari praktikum pembatas yaitu agar dapat memberikan
pengetahuan tentang prinsip kerja dan cara penggunaan alat-alat klimatologi,
pentingnya penempatan stasiun klimatologi, serta macam dan kualitas data yang
dihasilkan dari suatu alat pengukur analisis cuaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah dan Pengertian Klimatologi


2.1.1 Sejarah
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada
tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh
Dr. Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya
berkembang sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca
dan geofisika. Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh
Pemerintah Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama
Magnetisch en Meteorologisch Observatorium atauObservatorium Magnetik dan
Meteorologi dipimpin oleh Dr. Bergsma (BMKG, 2014).
Melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan
Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika
(BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.Pada
tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh Presiden
Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. (unduh Penjelasan UU RI
Nomor 31 Tahun 2009) (BMKG, 2014).
2.1.2 Pengertian Klimatologi
Klimatologi ialah ilmu yang mempelajari keadaan rata-rata cuaca yang
terjadi pada suatu wilayah dalam kurun waktu yang lama. Cuaca merupakan
keadaan fisik atmosfer pada suatu saat dan tempat tertentu dalam jangka pendek.
Cuaca rata-rata dengan jangka waktu yang lebih lama dikenal sebagai iklim.
Klimatologi Pertanian (Agroklimatologi) ialah cabang ilmu iklim atau cuaca
terapan yang mempelajari tentang hubungan antara proses-proses fisik di atmosfer
dan proses produksi pertanian. Tercakup di dalamnya antara lain hubungan antara
faktor iklim dan produksi tanaman (Tim Pengajar Klimatologi, 2010).
Klimatologi membahas sintesis unsur-unsur cuaca dan berkaitan dengan
faktor-faktor yang menentukan dan mengontrol distribusi iklim di atas permukaan
bumi. Faktor-faktor yang mempengaruhi iklim suatu wilayah adalah posisi garis
lintang, ketinggian tempat, daratan dan air, massa udara, dan angin, sabuk tekanan
tinggi dan rendah, halangan pegunungan, arus laut, luas hutan, dan sebagainya.
Klimatologi pertanian melibatkan interaksi setiap hari secara berkelanjutan dalam
kurun waktu lama antara cuaca dan hidrologi sebagai komponen fisika lingkungan
di satu sisi, dengan komponen-komponen pertanian dalam arti luas di sisi lainnya.
Secara luas pertanian meliputi budidaya: tanaman pangan, tanaman perkebunan,
tanaman hortikultura, kehutanan, dan usaha peternakan (Yonny dan Askari, 2016).
2.2 Stasiun Klimatologi
Stasiun klimatologi pertanian merupakan stasiun yang mampu
menyelenggarakan pengamatan cuaca dan biologi dalam jangka waktu panjang
dan teratur. Penempatan stasiun klimatologi harus ada pada setiap titik jaringan
pengamatan internasional, minimal dalam jangka waktu 10 tahun tidak boleh
dipindahkan. Karena itu dalam penentuan lokasinya harus mewakili lingkungan
alam yang tidak mudah berubah, sehingga data yang diperoleh dapat terjamin.
Stasiun agroklimatologi hendaknya dapat mengukur atau menaksir hubungan
alamiah antara iklim, tanah, air dan tanaman. Tingkat ketelitian tergantung pada
tujuan pengukuran data, segi teknik, dan seberapa jauh kemungkinan pelaksanaan
pengumpulan data dapat dicapai (Tim Pengajar Klimatologi, 2010).
Menurut Tim Pengajar Klimatologi (2010), kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi agar dapat menghasilkan data yang benar ialah :
1. Letak stasiun harus mewakili hubungan alamiah dari: iklim, tanah, air, tanaman
di daerah luas sehingga data yang diperoleh dapat memenuhi sasaran
2. Masing-masing alat menghasilkan data yang benar, tidak rusak dan mudah
dirawat.
3. Pembacaan skala dan perekaman data mudah dilaksanakan.
4. Tersedia cukup tenaga pengamat, terlatih baik dan bertempat tinggal di dekat
stasiun untuk menjamin pengawasan terhadap stasiun dan kelancaran
pengamatan.
2.3 Syarat Penempatan Stasiun
Menurut Tim Pengajar Klimatologi (2010), kebenaran data dan keterwakilan
data terhadap suatu wilayah memiliki syarat-syarat dimana syarat syarat
penempatan stasiun klimatologi atau agroklimatologi antara lain:
1. Iklimnya harus luas supaya bisa mewakili semua kawasan wilayah yang
diinginkan;
2. Lapangan tanah yang datar dan berumput dengan ketinggian rumput 5 cm;
3. Sudut pandangan 45o diketahui koordinat (Lintang dan bujur) dan tingginya
diatas permukaan laut, disekitar taman tidak boleh ada bangunan dan pohon
tinggi, tidak boleh ada yang menghalangi peralatan dari variabel yang akan
diukur, seperti hujan, cahaya, suhu dll;
4. Taman alat sebaiknya dipagari, agar tidak ada gangguan dari binatang;
5. Tempat taman alat sebaiknya dekat dengan lahan pertanian;
6. Ukuran luas stasiun 50m x 50 m dan sisesuaikan dengan banyak dan macam
peralatan yang digunakan.
2.4 Manfaat dan Pengaruh Iklim bagi Pertanian
Pertanian merupakan sektor penyedia pangan yang tidak pernah lepas dari
berbagai persoalan, baik persoalan ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, bahkan
persoalan kebijakan politik. Hal ini tidak berlebihan karena pangan adalah
kebutuhan pokok penduduk. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan
terutama meningkatkan produksi pangan, pada level lapangan masih banyak
hambatan dan kendala yang dijumpai. Dari sekian banyak hambatan dan kendala
tersebut, ada yang dapat ditangani melalui introduksi teknologi dan upaya
strategis lainnya, tetapi ada pula yang sukar untuk ditangani terutama yang
berkaitan dengan fenomena alam dan perubahan iklim (Nurdin, 2012).
Unsur-unsur iklim yang meliputi suhu, curah hujan dan kelembaban secara
serempak berperan signifikan terhadap produktivitas tanaman, namun secara
terpisah hanya unsur curah hujan yang berperan signifikan terhadap produktivitas.
Sebagian besar petani melakukan adaptasi terhadap perubahan iklim yaitu sebesar
85,29%. Adaptasi yang dilakukan petani antara lain adalah penyiraman tanaman,
melakukan penanaman sistem tumpangsari, pengurangan cabang pohon dan
penyemprotan pestisida lebih intensif untuk mengatasi timbulnya penyakit akibat
curah hujan dan kelembaban tinggi (Rahaju dan Muhandoyo, 2014).
Pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sebagai penyumbang
emisi gas rumah kaca di atmosfer. Selain itu, pertanian juga merupakan sektor
yang paling terkena dampak perubahan iklim, terutama tanaman pangan.
Perubahan iklim menyebabkan penurunan produktivitas tanaman pangan akibat
peningkatan suhu udara, banjir, kekeringan, intensitas serangan hama dan
penyakit, serta penurunan kualitas hasil pertanian (Putra dan Indradewa, 2011).
Di beberapa daerah, peningkatan pada konsentrasi CO2 di atmosfer dan
radiasi matahari dapat berakibat positif untuk proses fotosintesis tumbuhan. Salah
satunya pada penelitian yang dilakukan terhadap kacang-kacangan dengan
simulasi cekaman suhu tinggi dan kekeringan mengindikasikan peningkatan
konsentrasi CO2 mampu menghilangkan pengaruh negatif dari cekaman
lingkungan yang ada (Putra dan Indradewa, 2011).
Namun bagi petani, perubahan iklim ternyata dianggap lebih besar membawa
dampak negatif dibandingkan positifnya. Hujan merupakan salah satu faktor
penentu dan faktor pembatas kegiatan pertanian secara umum. Perubahan iklim
mempengaruhi terjadinya pergeseran musim dan cuaca ekstrim. Sektor pertanian
akan mengalami kehilangan produksi akibat bencana kering dan banjir yang
terjadi silih berganti, serta meningkatkan kerentanan penghidupan petani di
wilayah rawan bencana tersebut (Putra dan Indradewa, 2011).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Pengenalan Alat Pengukur Radiasi dilaksanakan pada hari Jumat,
23 Februari 2018, pukul 09.50-11.30 WITA di Laboratorium Fisiologi dan Nutrisi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum
Pengenalan Alat Pengukur Curah Hujan dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Maret
2018, pukul 13.00-14.30 WITA di Laboratorium Agroklimatologi dan Statistika,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum Pengenalan
Alat Pengukur Arah dan Kecepatan Angin dilaksanakan pada hari Jumat, 9 Maret
2018, pukul 08.00-09.40 WITA, di Laboratorium Fisiologi dan Nutrisi Tanaman,
Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum mengenai
Kelembaban dilaksanakan pada hari Jumat, 23 Maret 2018, pukul 09.50-11.30
WITA, di Laboratorium Fisiologi dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Praktik Lapang dilaksananakan pada hari Sabtu, 17 Maret 2018, pukul 14.00
Wita sampai selesai di Desa Timoreng Panua, Kecamatan Pancarijang, Kabupaten
Sidrap.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Panci Evaporasi, High
Volume Sampler, AWS (Automatic Weather System), Wind vane, Sangkar Cuaca,
Termometer Bola Kering dan Bola Basah, Termometer Maksimum-Minimum,
Termometer Tanah, Actinograph, Gun Bellani, Anemometer, Penakar hujan tipe
Observatorium, dan Campble Stokes. Bahan yang digunakan adalah alat tulis-
menulis seperti pulpen, kertas, dan spidol.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Praktikum Laboratorium
1. Menyiapkan alat tulis menulis yang hendak digunakan.
2. Memperhatikan presentasi alat-alat klimatologi yang telah disiapkan oleh
asisten dalam bentuk materi.
3. Mencatat hal-hal yang dianggap penting.
4. Melakukan sesi tanya jawab dengan asisten.
5. Melakukan evaluasi dari materi pengenalan alat-alat klimatologi.
3.3.2 Praktikum Lapang
1. Menyiapkan alat tulis menulis yang hendak digunakan.
2. Memperhatikan hal-hal yang dijelaskan oleh petugas BMKG.
3. Mencatat hal yang dinggap penting.
4. Melakukan sesi tanya jawan dengan petugas BMKG.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Automatic Weather Station (AWS)

Cup counter anemometer

Wind Vane

Phyrano

Data Logger

Solar Cell / Panel Surya


Sensor Suhu dan
Kelembaban TRH

Prinsip Kerja Alat


Prinsip kerja AWS adalah mengumpulkan data pengamatan parameter cuaca
secara otomatis melalui sensor-sensor secara berkala yang dikirim melalui
jaringan GPRS (General Packet Radio Service) menggunakan laying GSM
(Global System for Mobile communication).
Pemasangan Alat di Lapangan
Pemasangan alat dilakukan di tempat terbuka.
Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Satuan pengamatan AWS tergantung pada unsur cuaca yang diukur. Waktu
pengamatan dilakukan selama 24 jam secara otomatis.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan AWS adalah AWS lebih konsisten dalam pengukurannya,
menyediakan data lebih besar pada suatu frekuensi, menyediakan data dalam
segala cuaca pagi, siang, malam, 365 hari per tahun. Sedangkan kelemahannya
adalah hanya bisa difungsikan jika ada aliran listrik.
Hasil Pengamatan
Bedasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan, AWS sudah tidak
difungsikan karena beberapa komponen dari AWS tersebut telah mengalami
kerusakan.
4.1.2 Panci Evaporasi
Bagian-bagian alat

Keran Air

Cup counter anemometer

Pipa penghubung / hook gauge

Still Well

Panci / bejana penampung air


Prinsip Kerja Alat
Prinsip kerja panci evaporasi adalah pengukuran dilakukan didalam still well
yang terdapat lubang pada dasarnya untuk jalan masuk air. Jumlah air yang
menguap dalam jangka waktu tertentu diukur menggunakan hook gauge dengan
merubah letak ujung jarum sampai menyentuh permukaan air. Pengamatan
dilakukan dengan mencatat hasil pengukuran perubahan tinggi air pada panci
penguapan, pencatatan kecepatan angin rata-rata dari cup counter anemometter
serta pencatatan jumlah curah hujan dari penakar hujan OBS yang terpasang. Bila
terjadi hujan dan masih mungkin dilakukan pengukuran, pengukuran tetap
dilakukan dan penghitungannya dengan menambahkan jumlah curah hujan yang
terjadi dengan selisih tinggi permukaan air.
Pemasangan Alat di Lapangan
Panci evaporasi dipasang pada area terbuka agar air hujan yang turun tidak
terhalang oleh vegetasi disekeliling alat.
Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Satuan yang digunakan pada alat ini adalah derajat celcius (˚C), dan
pengambilan data dilakukan pada pagi, siang dan sore hari yakni pukul 07.00
pagi, pukul 13.00, dan pukul 18.00.
Kelebihan dan Kekurangan Alat
Kelebihan panci evaporasi antara lain ketelitian alatnya tinggi, dapat
mengukur besarnya evaporasi setiap hari, dapat mengukur besarnya evaporasi
walaupun hujan. Sedangkan kekurangannya adalah kesalahan yang besar dari
pengukuran evaporasi terletak pada tinggi air dalam panci.
Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, panci evaporasi masih
dalam keadaan baik.
4.1.3 Termometer Tanah

Termometer Tanah untuk


Kedalaman 5 cm

Termometer Tanah untuk


Kedalaman 20, 50, dan 100 cm

Termometer Tanah untuk


Kedalaman 10 cm

Prinsip Kerja Alat


Prinsip kerja termometer tanah adalah hampir sama dengan termometer biasa,
hanya bentuk dan panjangnya yang berbeda. Pengamatan suhu tanah biasanya
dilakukan pada kedalaman 5, 10, 20, 50, dan 100 cm. Sampai kedalaman 20 cm
digunakan termometer air raksa.
Pemasangan Alat di Lapangan
Pemasangan termometer tanah di lapangan di lakukan dengan 2 tempat yang
berbeda yaitu pada permukaan tanah yang bervegetasi dan pada permukaan tanah
yang tidak bervegetasi.
Satuan Pengamatan dan Pengmbilan Data
Satuan pengamatan dari termometer tanah yaitu derajat celcius ˚C.
Pengambilandata dilakukan setiap hari. Dalam sehari pengamatan dilakukan
sebanyak 3 kali pada waktu yang berbeda yakni pukul 07.00 pagi, pukul 13.00
dan pukul 18.00.
Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan termometer tanah adalah alat ini dapat mengukur suhu tanah baik
permukaan maupun didalam tanah dengan cepat.Sedangkan kekurangan alat
adalah penggunaannya kurang praktis karena alat ini harus dikubur terlebih
dahulu sehingga sulit mengukur suhu pada tanah yang keras.
Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan, termometer tanah
sebagian telah rusak
4.1.4Alat Penakar Hujan Tipe Observatorium (OBS)

TABUNG
PENAMPUNG

KERAN

Prinsip Kerja Alat :


Prinsip kerja penakar curah hujan tipe observatorium adalah saat terjadi
hujan, air yang tercurah masuk ke dalam corong penakar. Air yang masuk dalam
penakar dialirkan dan terkumpul di dalam tabung penampung. Pada jam- jam
pengamatan air hujan yang tertampung diukur dengan menggunakan gelas ukur.
Apabila jumlah curah hujan yang tertampung melebihi kapasitas ukur gelas ukur,
maka pengukuran dilakukan beberapa kali hingga air hujan yang tertampung
dapat terukur semua.
Pemasangan Alat di Lapangan
Alat ditempatkan dilapangan terbuka, dengan ketinggian 120 cm dari
permukaan tanah.
Satuan Pengamatan dan Pengambilan Data
Satuan pengamatan alat penakar curah hujan tipe observatorium adalah
millimeter (mm). Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam yaitu pada pagi hari.
Kelebihan dan Kekurangan Alat
Kelebihan dari alat penakar curah hujan tipe observatorium adalah mudah
dipasang, mudah dioperasikan karena langsung terukur pada gelas ukur dan
pemeliharaannya juga relatif mudah karena tidak ada bagian-bagian tambahan
pada alat. Sedangkan kekurangan alat ini adalah data yang diperoleh hanya data
curah hujan periode 24 jam, resiko kerusakan gelas ukur dan resiko kesalahan
pembacaan dapat terjadi saat membaca permukaan dari tinggi gelas ukur,
sehingga hasilnya dapat berbeda.
Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dilapangan alat penakar hujan tipe
observatorium dapat berfungsi dengan baik tetapi perlu dilakukan pergantian.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktek lapang di
desa Rappang, Sidrap diketahui bahwa keberadaan atau penenmpatan stasiun
klimatologi tersebut terletak pada daerah hamparan yang luas, alas rerumputan
dengan tanah yang datar, taman alat dipagari dengan luas yang disesuaikan
dengan jumlah alat yang ada. Hal tersebut didukung oleh pendapat Tim Pengajar
Klimatologi (2010), bahwa kebenaran data dan keterwakilan data terhadap suatu
wilayah memiliki syarat-syarat dimana syarat syarat penempatan stasiun
klimatologi.
Alat-alat yang terdapat pada stasiun klimatologi Rappang, Sidrap terdiri atas
beberapa macam alat dengan fungsi yang berbeda-beda pula sesuai dengan
kebutuhan pengambilan data masing-masing. Alat-alat yang dijumpai berupa :
Automatic Weather Station (AWS), Panci Evaporasi, Termometer Tanah, Alat
Penakar Hujan Tipe Observatorium (OBS), dan Wind Vane Anemometer. Dengan
menggunakan alat-alat tersebut, maka pengukuran iklim dan curah hujan akan
lebih akurat dan teliti agar dapat berdampak baik bagi lingkunan terutama pada
tanaman.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diperoleh, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Curah hujan dan iklim dapat diukur dengan menggunakan alat-alat
klimatologi yang berada pada daerah yang mewakili kawasan wilayah yang
diinginkan dan dengan syarat penempatan yang telah ditentukan agar hasil
pencatatan yang diperoleh lebih akurat.
2. Alat-alat klimatologi di stasiun klimatologi terdiri atas beberapa macam alat
dengan fungsi dan prinsip kerja yang berbeda-beda pada setiap alat.
3. Pada stasiun klimatologi yang telah dikunjungi terdapat alat-alat klimatologi
seperti : Automatic Weather Station (AWS), Panci Evaporasi, Termometer
Tanah, Alat Penakar Hujan Tipe Observatorium (OBS), dan Wind Vane
Anemometer.
5.2 Saran
Sebaiknya ketika melakukan pengamatan, praktikan harus membawa
perlengkapan yang menunjang kegiatan tersebut. Lakukan pengamatan dengan
sangat teliti, catat hal-hal penting yang harus di catat lalu potret lahan yang
diamati agar dapat dijadikan lampiran dalam laporan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

BMKG. 2014. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika. URL:


http://www.bmkg.go.id/profil/?p=sejarah (di akses pada tanggal 24
Maret 2018).
Koesmaryono, Yonny dan Askari Muhammad. 2016. Modul 1 : Pengertian dan
Ruang Lingkup Klimatologi Pertanian, dan Pengaruh Atmosfer
terhadap Kehidupan dan Pertanian. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.
Indradewa, D., Toekijo dan E.T.S Putra. 2011. Karakterisasi Morfologi, Uji
Potensi Hasil dan Ketahanan Kekeringan 9 Klon Teh Pagilaran
Menuju Proses Pelepasan Klon Unggul. Fakultas Pertanian UGM,
Yogyakarta.
Nurdin. 2012. Antipasi perubahan iklim untuk keberlanjutan ketahanan pangan.
Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta.
Rahaju, J. dan Muhandoyo, 2014. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Usaha
Apel di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. (diakses 30
April 2014).
Tim Pengajar Klimatologi. 2010. Modul Praktikum Klimatologi. Malang:
Universitas Brawijaya.

Laporan Praktikum
Agroklimatologi
PENGENALAN ALAT

NAMA : KHOIRIAH RAMADHANI

NIM : G0111 71356

KELAS :D

KELOMPOK : 11

ASISTEN : 1. NINI AHYANI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018

LAMPIRAN
Foto 1: Foto Bersama Praktek Lapang

Foto 2: Mengamati Alat Klimatologi

Anda mungkin juga menyukai