Anda di halaman 1dari 14

Nama Peserta : Vivia Ningsih

NUPTK : 6739764665220002
Nomor Peserta PLPG : 17080518710113
Bidang Studi Sertifikasi : Kimia
Sekolah Asal : SMKS YPP Lubuk Alung

A. Ringkasan Sumber Belajar Pedagogik


Materi pedagogik
BAB 1 Karakteristik Siswa
Penulis : Prof. Dr. Sunardi, M.Sc dan Dr. Imam Sujadi, M.Si

1. Metode dalam psikologi perkembangan


Ada dua metoda dalam perkembangan manusia yaitu :
 Longitudinal : peneliti mengamati dan mengkaji perkembangan manusia yang
usianya sama dalam waktu yang lama.
Kelebihan : kesimpulan yang diambil lebih menyakinkan karena
membandingan karakter anak yang sama pada usia yang berbeda.
 Cross sectional : peneliti mengamati dan mengkaji banyak anak dengan
berbagai usia dalam waktu yang sama.
2. Pendekatan dalam psikologi perkembangan
Manuasia merupakan individu yang kompleks. Kajian perkembangan manusia dapat
menggunakan pendekatan menyeluruh atau pendekatan khusus (Nana Sodih
Sukmadinata,2009). Pendekatan menyuruh/global merupakan pendekatan yang
menganalisis seluruh segi perkembangan manusia seperti perkembangan fisik,
motorik, intelektual, moral, emosi, religi.
Untuk mempermudah penelitian pembahasan dapatdilakukan per aspek
perkembangan. Misalnya ada peneliti yang memfokuskan kajiannya pada
perkembangan aspek fisik saja, aspek intelektual saja, aspek moral saja, atau aspek
emosi saja.
3. Teori Perkembangan
a. Jean Jacquer Rousseau
Ahli pendidikan beraliran liberal yang menjadi pendorong pembelajaran discovery.
Menurut Rousseau perkembangan anak terbagi menjadi empat tahap yaaitu:
1). Masa bayi infancy (0-2 tahun).
Masa perkembangan fisik, kecepatan pertumbuhan fisik lebih dominan.
2). Masa anak/ childhood (2-12 tahun).
Masa perkembangan sebagai manusia primitive. Kecuali masih terjadi
pertumbuhan fisik secara pesat, aspek lain sebagai manusia juga berkembang
misalnya kemampuan berbicara, berpikir, intelektual dan moral.
3). Masa remaja awal/pubescence (12-15 tahun).
Ditandai dengan perkembangan pesat intelektual dan kemampuan menalar
(masa bertualang).
4). Masa remaja/adolescence (15-25 tahun)
Terjadi perkembangan pesat aspek seksual, sosial, moral dan nurani (masa
hidup sebagai manusia beradab.
b. Stanley Hall
Psikolog dari Amerika Serikat, berteori bahwa perubahan menuju dewasa terjadi
dalam sekuens (urutan) yang universal bagian dari proses evolusi, parallel dengan
perkembangan psikologi. Namun demikian faktor lingkungan dapat mempengaruhi
cepat lambat perubahan tersebut. Stanley Hall membagi masa perkembangan
empat tahap, yaitu:
1). Masa kanak-kanak/ infancy (0-4 tahun).
Perkembangan anak disamakan dengan binatang yaitu melata atau berjalan
2). Masa anak/ childhood (4-8 tahun).
Masa pemburu, anaka haus akan pemahaman lingkungannya, sehingga akan
berburu kemanapun mempelajari lingkungan disekitarnya.
3). Masa puber/ youth (8-12 tahun)
Anak tumbuh dan berkembang tetapi sebagai makhluk yang belum beradab.
Banyak hal yang masih harus dipelajari untuk menjadi makhluk yang beradab
di lingkungannya.
4). Masa remaja/ adolescence (12-dewasa)
Mestinya anak sudah menjadi manusia yang beradap dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan dunia yang selalu berubah.
c. Robert J. Havigurst
Dari universitas Chicago mengembangkan konsep developmental task (tugas
perkembangaan), yang menggabungkan antara dorongan tumbuh/ berkembang
sesuai dengan kecepatanpertumbuhannya.Havigurst menyusun tahap-tahap
perkembangan menjadi lima tahap yaitu:
1). Masa bayi/ infancy (0-1/2 tahun)
2). Masa anak awal/ early chilhood (2/3 -5/7 tahun)
3). Masa anak/ late childhood (5/7 tahun – pubesen)
4). Masa adolesense awal/ early adolescence (pubesen – pubertas)
5). Masa adolescence/ late adolescence (pubertas – dewasa)
Ada sepuluh tugas perkembangan yang harus dikuasaai anak pada setiap fase,
yaitu:
1). Ketergantungan – kemandirian
2). Memberi – menerima kasih sayang
3). Hubungan sosial
4). Perkembangan kata hati
5). Peran biososio dan psikologis
6). Penyesuaian dengan perubahan badan
7). Penguasaan perubahab badan dan motorik
8). Memahami dan mengendalikan lingkungan fisik
9). Pengembangan kemampuan konseptual dan sistem simbol
10). Kemampuan melihat hubungan dengan alam semesta.
d. Jean Piaget
Piaget lebih memfokuskan kajiannya dalam aspek perkembangan kognitif anak dan
mengelompokkan dalam empat tahap, yaitu :
1). Tahap sensorimotorik (0-2 tahun).
Masa discriminating dan labeling. Pada masa ini kempuan anak terbatas
pada gerak-gerak reflex, bahasa awal dan ruang waktu.
2). Tahap praoperasional (2-4 tahun)
Masa intuitif, anak mulai menggambarkan kemapuan menerima stimulus
secara terbatas. Kempuan bahasa mulai berkembang, pemikiran masih
statis, belum dapat berpikir abstrak dan kemampuan persepsi waktu dan
ruang masih terbatas.
3). Tahap operasional konkrit (7-11 tahun)
Masa performing operation. Pada masa ini anak sudah mampu
menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun,
menderet, melihat dan membagi.
4). Tahap operasonal format (11-15 tahun)
Masa proportional thinking. Pada masa ini anak sudah mampu berpikir
tingkat tinggi, seperti berpikir secara deduktif, induktif, menganalisis,
mensintesis, mampu berpikir secara abstrak dan secara abstrak dan secara
reflektif serta mampu memecahkan berbagai masalah.
e. Lawrence Kohlberg
Kohlberg lebih berfokus pada kognitif moralatau moral reasoning. Menurut
Kohlberg perkembangan moral kognitif anak terbagi menjadi tiga tahap, yaitu
1). Preconventional moral reasoning
a. Obidience and paunisment orientation.
Orientasi anak masih pada konsekuensi fisik dari perbuatan benar-
salah, yaitu hukuman dan kepatuhan.
b. Naively egoistic orientation.
Anak berorentasi pada instrumen relativ. Perbuatan benar
adalahperbuatan yang secara instrument memuaskan keinginannya
sendiri dan kadang-kadang juga orang lain.
2). Conventional moral reasoning
a. Good boy orientation
Orentasi perbuatan baik adalahyang menyenangkan, membantu, atau
diepakati oleh orang lain. Cendrung mengembangkan niat baik
menjadi anak baik, saling berhubungan baik, peduli terhadap orang
lain.
b. Authority and social order maintenance orientation
Orientasi anak pada aturan dan hukuman. Anak menganggap
perlunya menjaga ketertiban, memenuhi kewajiban dan tugas
umum, mencegah terjadinya kekacauan sistem.
3). Post conventional moral reasoning.
a. Contranctual legalistic orientation.
Orientasi anak pada legalitas kontrak sosial. Anak mulai peduli pada
hak azasi individu, dan yang baik adalah yang disepakati oleh
mayoritas masyarakat.
b. Conscience or principle orientation.
Orientasi adalah pada prinsip-prinsip etika yang bersifat universal.
Benar-salah harus disesuaikan dengan tuntutan prinsip-prinsip etika.
f. Erick Homburger Erickson.
Pusat kajiannya pada perkembangan psikososial anak. Menurut Erickson ada
delapaan tahap perkembangan yang disebut siklus kehidupan (life cycle).
Tabel 1.1 : Perkembangan Psikososial Erickson
Tahap Usia Krisis Psikososial Kemampuan
I 0-1 Basic trust vs mistrust Menerima, dan sebaliknya,
memberi
II 2-3 Autonomy vs shame and doubt Menahan atau membiarkan
III 3-6 Initiative vs guilt Menjadikan (seperti)
permainan
IV 7-12 Industry vs inferiority Membuat atau merangkai
sesuatu
V 12-18 Identity vs role confusion Menjadi diri sendiri,
berbagi konsep diri
VI 20an Intimacy vs isolation Melepaskan dan mencari
jati diri
VII 20-50 Generativity vs stagnation Membuat, memelihara
VIII >50 Ego integrity vs despair

BAB II Teori Belajar


Penulis : Prof. Dr. Sunardi, M.Sc dan Dr. Imam Sujadi, M.Si

Ada dua aliran teori belajar, yaitu :


1. Teori belajar behavioristik
Teori yang mempelajari perkembangan intelektual (mental) individu. Teori belajar
tingkah laku dinyatakan oleh Orton (1987:38) pembelajaran terjadi melalui hubungan
stimulus (rangsangan) dan respon (response). Ada empat teori belajar tingkah laku,
yaitu :
a. Teori belajar dari Thorndike
Disebut teori belajar koneksionisme. Hakekat belajar adalah proses pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon. Hukum yang terkait dengan teori
koneksionisme, yaitu :
1). Hukum kesiapan (law of readiness)
Kesiapan anak dalam melakukan suatu kegiatan.
2). Hukum latihan (law of exercise)
Menggunakan dasar bahwa stimulus dan respon akan memiliki hubungan satu
sama lainsecara kuat, jika proses pengulangan sering terjadi.
3). Hukum akibat (low ofeffect).
Kepuasan yang terlahir adanya ganjaran dari guru akan memberikan kepuasan
bagi anak, dan anak cendrung untuk berusaha melakukan ataau meningkatkan
apa yang telah dicapainya.
Thorndike juga mengemukakan hukum tambahan sebagai berikut :
1. Hukum reaksi bervariasaai (law of multiple response)
2. Hukum sikap ( law of attitude)
3. Hukum aktivitas berat sebelah (law of prepotency element)
4. Hukum respon melalui analogi (law of response by analogy)
5. Hukum perpindahan asosiasi( law of associative shifting)
b. Teori Belajar Pavlov
Dikenal dengan teori belajar klasik. Pavlov mengemukakan konsep pembiasaan
(conditioning). Agar siswa bealajar dengan baik , maka harus dibiasakan. Misalnya
agar siswa mengerjakan soal pekerjaan rumah dengan baik. Biasakan dengan
memeriksanya, menjelaskanny atau memberi feed back terhadap pekerjaaannya.
c. Teori Belajar Skinner.
Menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses belajar. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya
menggembirakandan merupakan tingkah laku subjektif). Sedangkan penguatan
merupakan sesuatuyang mengakibatkanmeningkatnya suatu respon dan mengarah
pada hal-hal yang dapat diukur.
d. Teori Belajar Bandura.
Mengemukakan bahwa siswa belajar melalui meniru. Bandura memandang tingkah
laku manusia bukan semata-mata refleksotomatis atas stimulus. Tiga konsep teori
belajar Bandura, yaitu :
1. Reciprocal determinism
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam interaksi timbak
balik yang terus menerus antara kognitif, tingkah laku dan lingkungan.
2. Beyond reinforcement
Belahar melalui observasi tanpa adaa reinforcement yang terlibat, berarti
tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi.
3. Self-regulation/ cognition
Menempatkan manusia sebagai pribadi yangdapat mengatur diri sendiri (self
regulation), mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan,
menciptakan dukungan kognitif
2. Teori belahar Vygostsky
Menyatakan siswa dalam mengonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan
lingkungan sosial. Ada dua konsep penting dalam teori Vygostsky, yaitu :
a. Zona of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat
perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial di bawah bimbingan
orang dewasa.
b. Scffolding merupakan sejumlah bantuan kepada siswa selama bertahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan memberikan kesempatan untuk
mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar.
3. Teori belajar Van Hiele
Menguraikan tahap-tahap perkembangan mental anak dalam geometri. Ada lima
tahapan pemahaman geometri, yaitu :
a. Tahap Visualisasi (Pengenalan) : siswa memandang bangunan goemetri sebagai
suatu keseluruhan. Siswa belum memperhatikan komponen-komponen bangunan.
b. Tahap analisis (Deskriptif) : siswa sudah mengenal bangunan-bangunan goemetri
berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing bangunan.
c. Tahap Deduksi Formal (Pengurutan atau Relasional) : siswa sudah bisa memahami
hubungan antar ciri-ciri yang satu dengan ciri yang lainpada suatu bangunan.
d. Tahap Deduksi : siswa sudah bisa mengambil kesimpulan secara deduktif (dari hal-
hal yang beesifat khusus)
e. Tahap Akurasi (tingkat metamatematis atau keakuratan : siswa sidah memahami
betapa pentingnya ketepatan prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu
pembuktian. Sudah memahami mengapa sesuatu itu dijadikan dalil atau postulat.
4. Teori Belajar Ausubel
Memberikan penekanan pada proses belajar yang bermakna. Menurut Ausubel belajar
dapat diklasifikasikan kedalam dua demensi, yaitu :
a. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran yang
disajikan kepada siswamelalui penerimaan atau penemuan.
b. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi
pada struktur kognitif meliputi fakta, konsep dan generalisasi yang telah dipelajari
dan di ingat siswa.
Prinsip-prinsip dalam belajar Ausubel yang harus diperhatikan, yaitu :
a. Pengaturan awal (advance organizer) mengarahkan siswa ke materi yang akan
dipelajari dan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya.
b. Diferensial Progresif mengembangkan pokok bahasaan melalui penguraian bahan
secara heirarkhis sehingga setiap bagian dapat di pelajari secar terpisah dari satu
kesatuan yang besar.
c. Belajar Superordinat bila konsep-konsepyang telah dipelajari sebelumnyadikenal
sebagi unsur-unsurdari suatu konsepyang lebih luas, lebih inklusif.
d. Penyesuaian Integratif (Rekonsiliasi Integratif) guru harus memperhatikansecara
eksplisit bagaimana arti-arti baru dibandingkan dan dipertentangkan dengan arti-
arti sebelumnya.
5. Teori belajar Bruner
Menurut Bruner belajar melibatkan tiga proses, yaitu :
a. Memperoleh informasi baru.
b. Transformasi Informasi.
c. Menguji relevan informasi dan ketepatan pengetahuan.
Menurut Bruner pendewasaan pertumbuhan intelektual atau pertumbuhan kognitif
seseorang adalah sebagai berikut :
a. Pertumbuhan intelektual ditunjukkan oleh bertambahnya ketidak ketergantungan
respon dari sifat stimulis.
b. Pertumbuhan intelektual tergantung pada bagaimana seseorang menginternalisasi
peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistam simpanan.
c. Pertumbuhan intelektual menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk
berkata pada dirinya sendiri atau pada orang lain.
Bruner memberikan arahan bagaimana peran guru dalam menerapkan belajar
penemuan pada siswa sebagai berikut :
a. Merencanakan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa
memecahkan masalah. Guru mengemukakan sesuatu yang berlawanan sehingga
terjadi konflik dengan pengalaman siswa.
b. Urutan pelajaran hendaknya menggunakan cara penyajian anaktif, ikonik,
kemudian simbolik.
c. Pada saat siswa memecahkan masalah, guru hendaknya berperan sebagai
pembimbing atau tutor.
d. Dalam menilai hasil belajar bentuk tes dapat berupa tes objektif atau essay.
BAB 4: Model Pembelajaran
Penulis : Prof. Dr. Sunardi, M.Sc dan Dr. Imam Sujadi, M.Si

1. Pendekatan Saintifik dan metoda saintifik


Pendekatan berbasis proses keilmuan. Artinya proses untuk memperoleh pengetahuan
(ilmiah) secara sistematis berakar pada metoda ilmiah. Tujuan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan kemampuan intelektual, khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi peserta didik.
b. Membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.
c. Memperoleh hasil belajar yang tinggi.
d. Melatih peserta didik dalam mengkomunikasikan ide-ide, khusus dalam menulis
karya ilmiah.
e. Mengembangkan karakter peserta didik.
Langkah-langkah dalam pendekatan saintifik adalah sebagai berikut :
a. Mengamati. Siswa menggunakan panca indra mengamati fenomena yang relevan
dengan apa yang dipelajari. Hasil yang diharapkan pada langkah pembelajaran ini
adalah siswa dapat menemukan masalah
b. Menanya. Siswa merumuskan pertanyaan tentang apa saja yang tidak diketahui
atau belum dapat dilakukan terkait dengan fenomena yang di amati. Hasil kegiatan
ini adalah serangkaian pertanyaan siswa yang relevan dengan indikator-indikator
KD. Guru membantu siswa merumuskan pertanyaan
c. Mengumpulkan informasi/ mencoba. Siswa mengumpulkan data melalui berbagai
teknik. Misalnya melakukan eksperimen atau mengamati objek. Guru
menyediakan sumber-sumber belajar, lembaran kerja, media atau
alatperaga/peralatan eksprimen. Guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk
mengisi lembaran kerja, menggali informasi. Hasil kegiatan ini adalah serangkaian
data atau informasi yang relevan dengan pertanyaaan siswa yang telah
dirumuskan.
d. Menalar/ mengasosiasi. Siswa menggunakan data atauinformasi yang sudah
dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mereka rumuskan.
Guru mengarahkan agar siswa dapat menghubungkan data/informasi yang di
peroleh untuk menarik kesimpulan.
e. Mengkomunikasikan. Siswa menyampaikan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan mereka ke kelas secara lisan atau tertulis atau melalui media lain. Guru
memberikan umpan balik, meluruskan, memberikan penguatan serta memberikan
penjelasan/informasi lebih luas.
2. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-based Learning).
Pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari (otentik)
yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah,
keterampilan sosial, keterampilan untuk belajar mandiridan membangun atau
memperoleh pengetahuan baru.
Langkah –langkah pembelajaran berbasis masalah.

Langkah Deskripsi
Langkah 1  Guru menyajikan fenomena yang mengandung maslah yang
Klasifikasi sesuai dengan kompetensi dasar ataau indikator. Bentuknya bisa
permasalahan berupa gambar, teks, video, vignettes, fenomena riildan
sebagainya.
 Siswa melalukan identifikasi terhadap fenomena yang
ditampilkan guru untuk menemukan masalah dari fenomena
yang ditampilkan
 Siswa melakukan klasifikasi terhadap masalah yang ditemukan.
Langkah 2  Siswa mengidentifikasi masalah dan melakukan brainstorming
brainstorming dengan fasilitas guru.
 Guru menfasilitas siswa untuk mengklasifikasi fakta, konsep.
Prosedur dan kaidah dari masalah yang ditemukan.
 Siswa melakukan brainstorming dengan cara sharing
information, klasifikasi informasi dan data tentang masalahyang
ada, melakukan peer learning dan bekerja sama.
 Siswa mendapatkan deskripsi dari masalah, apa saja yang perlu
dipelajari untuk menyelesaikan masalah, deskripsi konsepyang
sudah adan belum diketahui, menemukan penyebab masalah dan
menyusun rencana untuk menyelesaikan masalah.
 Siswa mengembangkan alternatif penyelesaian maslah
 Siswa menyusun dan mengembangkan action plan untuk
menyelesaikan masalah.
Langkah 3  Siswa melalukan pengumpulan datadan informasi terkait dengan
Pengumpulan penyelesaian masalah, perpustakaan, web, dan berbagai sumber
informasi dan data yang lain serta melakukan observasi.
data  Siswa secara mandiri mengelolah hasil pengumpulan
informasi/data untuk dipergunakan sebagai solusi dalam
menyelesaikan masalah.
Langkah 4  Siswa kembali melakukan brainstorming, klasifikasi informasi,
Berbagi konsep dan data terkait dengan pemasalahan yang ada dan
informasi dan menemukan solusinya, melakukan peer learning dan
berdiskusi bekerjasama (working together).
untuk  Siswa merumuskan dan menetapkan solusi (pemecahan
menemukan masalah).
solusi  Siswa menyusun laporan hasil diskusipenyelesaian masalah.
penyelesaian
masalah
Langkah 5  Siswa mempresentasikan hasil brainstormingnya tentang solusi
Presentasi hasil yang ditemukan untuk menyelesaikan masalah.
penyelesaian  Siswa mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas.
masalah  Siswa mereviu, menganalisis, mengevaluasi dan refleksi
terhadap pemecahan masalah yang ditawarkan beserta
reasoningnya dalam diskusi kelas.
 Siswa melalukan perbaikan berdasarkan hasil diskusi
Langkah 6  Siswa mengemukan ulusan trhadap pembelajaran yang
Refleksi dilakukan.
 Guru dan siswa memberikan apresiasi atas partisipasi semua
pihak.
 Guru dan siswa melakukan merefleksasi atas konstribusi setiap
orang dalam proses pembelajaran.
 Guru dan siswa merayakan.
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

3. Pembelajaran Berbasis Projek (Project-based Learning)


Kegiatan pembelajaran yang menggunakan projek/kegiatan sebagai proses
pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Prinsip-prinsip pembelajaran berbasis projek adalah sebagai berikut :
a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melihatkan tugas-tugas projek
pada kehidupan nyata.
b. Menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang
telah ditentukan dalam pembelajaran.
c. Tema atau topik dapat dikembangkan dari suatu kompetensi dasar tertentu atau
gabungan kompetensi dasar dalam mata pelajaran.
d. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk
nyatayangbtelah di analisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik.
e. Pembelajaran dirancang dalam pertemuan tatap muka dan tugas mandiri dalam
fasilitasi dan monitoring oleh guru.
Langkah –langkah Pembelajaran Berbasis Projek adalah sebagai berikut :
Langkah-langkah Deskripsi
Langkah-1 Guru bersama dengan peserta didik menentukan tema/topik
Penentuan Projek projek
Langkah-2 Guru menfasilitas peserta didik untuk merancang langkah-
Perancangan langkah kegiatan penyelesaian projek beserta pengelolaanya.
langkah-langkah
penyelesaian projek
Langkah-3 Guru memberikan pendampingan kepada peserta didik
Penyusunan jadwal melakukan penjadwalan semua kegiatan yang sudah
pelaksanaan projek dirancangnya.
Langkah-4 Guru menfasilitas dan memonitor peserta didik dalam
Penyelesaian projek melaksanakan rancangan projek yangtelah dibuat.
dengan fasilitas dan
motoring guru
Langkah-5 Guru menfasilitas peserta didik untuk mempresentasikan dan
Penyusunan laporan memublikasikan hasil karya.
dan
presentasi/publikasi
hasil projek
Langkah-6 Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran
Evaluasi proses dan melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas projek
hasil projek
Tabel 2. Langkah – langkah Pembelajaran Berbasis Projek

4. Pembelajaran Inquiry/ Discovery


Poses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses
berpikir secara sistematis. Tujuan pembelajaran inquiry/discovery Learning adalah :
a. Membantu siswa berpikir secara analitis
b. Mendorong siswa agar semakin berani dan kreatif berimajinasi.
Langkah-langkah dalam pembelajaran Inquiry/ Discovery adalah sebagai berikut :
1. Merumuskan pertanyaan Merumuskan pertanyaaan, masalah atau topik yang
akan diselidiki
2. Merencanakan Merencanakan prosedur atau langkah-langkah
pengumpulan data dan analisis data
3. Mengumpulkan dan Kegiatan mengumpulkan informasi, fakta maupun
menganalisis data data, dilanjutkan dengan kegiatan menganalisisnya.
4. Menarik kesimpulan Menarik simpulan-simpulan (jawaban atau penjelesan
ringkas)
5. Aplikasi dan tindak Menerapkan hasil dan mengeksplorasi pertanyaan –
lanjut pertanyaan atau permasalah lanjutan untuk dicari
jawabnya.

BAB 7 : Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran


Penulis : Prof. Dr. Sunardi, M.Sc dan Dr. Imam Sujadi, M.Si

1. Pengertian Penilaian Hsil Belajar oleh Pendidik


a. Berdasarkan Permendikbud No. 81A tahun 2013 istilah penilainan (assesment)
terdiri dari tiga kegiatan, yaitu :
 Pengukuran : kegiatan membandingan hasil pengamatan dengan suatu kriteria
atau ukuran.
 Penilaian : proses pengumpulan informasi/ bukti melalui pengukuran,
menafsirkan, mendeskripsikan dan menginterpretasikan bukti-bukti hasil
pengukuran
 Evaluasi : proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian
b. Berdasarkan Permendikbud No. 53 tahun 2015 penilaian belajar oleh peserta
pendidik adalah proses pengmpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran
peserta didik dalam kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial, kompetensi
pengetahuan dan kompensi keterampilan yang dilakukan secara terencana dan
sestematis selama dan setelah proses pembelajaran. Penilaian dilakukan melalui
observasi, penilaian diri, penilai antar peserta didik, ulangan, penugasan, tes
praktek, proyek, dan fortofolio.
c. Berdasarkan Permendikbud No. 23 tahun 2016 Standar penilaian pendidikan
adalahkreteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik digunakan sebagai dasar dalam
penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan
menengah.
 Penilaian adalah pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik
 Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antar peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
 Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik secara berkelanjutandalam proses pembelajaran
untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.
2. Fungsi dan tujuan Penilaian Hasil Belajar
Penilaian hasil belajar berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil
belajar dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
brekesinambungan.
 Fungsi formatif digunakan untuk memperbaiki kekurangan hasil belajar
peserta didik dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada setiap kegiatan
penilaian selama proses pembelajaran
 Fungsi sumatif digunakan untuk menentukan keberhasilan belajar peserta
didik pada KD tertentu, akhir suatu semester, satu tahun pembelajaran atau
masa pendidik di satuan pendidikan
Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi, menetapkan ketuntasan, penguasaan kompetensi, menetapkan program
perbaikan atau pengayaan berdasarkan pengauasaan kompetensi dan memperbaiki
proses pembelajaran.
3. Cakupan aspek Penilaian oleh Pendidik
a. Sikap
Sikap spiritual yang dimksud meliputi keimanan dan ketakwaan. Sikap sosial
mencakup kejujuran, kedisiplinan, kesantuan, kepercayaan diri, kepedulian dan
rasa tanggung jawab.
b. Pengetahuan
Dilakukan untuk mengetahui tingkat penguasaan kecakapan berpikir siswa dalam
dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedur, maupun metakognitif
c. Keterampilan
Penilaian yang dilakukan untuk menilai kemampuan peserta didik menerapkan
pengetahuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas
tertentu di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian
kompetensi.
4. Pendekatan Penilaian
Penilaian dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu :
a. Assessment of Learning (penilaian akhir pembelajaran) merupakan penilaian yang
dilaksanakan setelah proses pembelajaran selesai. Ujian nasional, ujian
sekolah/madrasah dan berbagai bentuk penilaian sumatif merupakan assesment of
learning (penilaian hasil belajar).
b. Assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran)
Dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya digunakan
sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Pendidik dapat
memberikan umpan balik terhadap proses belajar peserta didik, memantau
kemajuan dan menentukan kemajuan belajarnya.
c. Assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran)
Memiliki fungsi yang mirip dengan assessment for learning. Perbedaannya
assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan
penilaian. Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar mandiri menjadi penilai
bagi dirinya sendiri. Contoh penilaian diri dan penilaian antar teman. Dalam
assessment as learning peserta didik juga dapat dilibatkandalam merumuskan
prosedur penilaian, kreteria, maupun rubrik/pedoman penilaian.
5. Prinsip penilaian
Penilaian harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut :
a. Sahih
Harus dilakukan berdasarkan data yang mencerminkan kemampuan yang di ukur
harus menggunakan instrumen yang sahih mengukur apa yang seharusnya diukur.
b. Objektif
Tidak dipengaruhi oleh subjektivitas penilai. Kareana itu pelu merumuskan
pedoman penilaian (rubrik) sehingga dapat menyamakan persepsi penilai dan
meminimalisir subjektivitas.
c. Adil
Penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didikkarena perbedaan
latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status ekonomi, dan gender.
d. Terpadu
Merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
e. Terbuka
Prosedur dan kreteria penilaian harus terbuka, jelas dan dapat diketahui oleh
siapapun.
f. Menyeluruh dan berkesinambungan
Mencakup semua aspekkompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemapuan peserta didik.
g. Sistematis
Penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-
langkah baku. Penilaian sebaiknya di mulai dengan pemetaan.
h. Beracuan kriteria
Untuk menyatakan seorang peserta didik telah kompeten atau belum bukan
dibandingkan terhadap capaian temannyaatau kelompoknya melainkan
dibandingan terhadap kriteria minimal yang ditetapkan.
i. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggung jawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun
hasilnya
6. Teknik Penilaian Hasil belajar oleh Pendidik
a. Penilaian sikap dilakukan dengan teknik observasi atau teknik lainnya yang
relevan. Teknik observasi dapat menggunakan instrumen berupa lembaran
observasi atau buku jurnal melaui penilaiana diri sendiri atau antarteman
b. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik. Pendidik dapat memilih
teknik penilaian yang paling sesuai dengan karakteristik kompetensi dasar,
indikator atau tujuan pembelajaran yang akan dinilai.
c. Penilaian keterampilan adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai
kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas trtentu
di berbagai macam konteks sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi.
7. Prosedur penilaian hasil belajar oleh pendidik
Prosedur penilaian belajar oleh pendidik mencakup :
a. Penyusuan rencana penilaian yang meliputi :
 Menetapkan tujuan penilaian
 Menyusun kisi-kisi penilaian
 Membuat instrumen penilaian berikut ppedoman penilaian
 Melakukan analisis kualitas instrumen
b. Pelaksanaan penilaian
c. Pengelolaan, analisis dan interpretasi hasil penilaian
8. Pelaporan dan pemanfaatan hasil penilaian
a. Perencanaan penilaian
Merupakan kegiatan perancang penilaian yang dilakukan sebelum
kegiatantersebut dilaksanakan. Perencanaan dilakukan untuk menetapkan tujuan
penilaian dan KD tertentu akan di nilai menggunakan bentuk apa , teknik apa,
berapa frekuensinya, untuk apa pemanfaatanya serta bagaimanatindak lanjutnya.
b. Pelaksanaan penilaian
Eksekusi atas perencanaan penilaian. Waktu dan frekuensi pelaksanaan penilaian
dilakukan berdasarkan pemetaan dan perencanaan yang dilakukan pendidik
sebagaimana yang tercantum dalam program semester dan program tahunan.
c. Pengelolaan hasil penilaian
1. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing
mengelompokkan catatan-catatan sikap pada jurnal yang dibuat.
2. Guru mata pelajaran, wali kelas dan guru BK masing-masing membuat
rumusan deskripsi singkat sikap spiritual dan sikap sosial.
3. Wali kelas mengumpulkan deskripsi singkat sikap dari guru mata pelajaran dan
guru BK. Wali kelas menyimpulkan capaian sikap spiritual dan sikap sosial
peserta didik.
d. Pelaporan, dan Pemanfaatan hasil Penilaian
Pendidik membuat laporan hasil penilaian. Hasil penilaian dapat berupa rekap nilai
peserta didik atai nilai masing-masing lembar jawabnya atau bentuk lain sesuai
dengan tujuannya. Hasil penilaian dapat juga memberikan gambaran tingkat
keberhasilan pendidik dalan satuan pendidikan. Berdasarkan penilaian kita dapat
menentukan langkah atau upaya yang harus dilakukandalam meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar oleh pendidik satuan pendidikan, orang tua, peserta didik
maupun pemerintah. Hasil analisis penilaian pengetahuan berupa informasi tentang
peserta didik yang telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan peserta
didik yang belum mencapai KKM. Bagi Peserta Didik yang belum mencapai KKM
perlu ditindak lanjuti dengan remedial, sedangakn peserta didik yang telah
mencapai KKM diberi Pengayaan.
B. Materi yang sulit dipahami.
Pada sumber belajar pedagogik dijelaskan tentang model-model pembelajaran atau
desain pembelajaran. Bagi pembaca masih sulit untuk memahami pendekatan dalam
pembelajaran. Pada buku sumber tidak menjelasakan pendekatan apa yang cocok
untuk beberapa bidang studi tertentu dan tidak memberikan contoh dalam
penerapannya. Pada buku sumber hanya menjelaskan tahap-tahap metoda
pembelajarannya secara umum. Pada buku sumber penilaian dan evaluasi
pembelajaran juga pembaca sulit memahamimnya. Dalam buku sumber tidak ada
contoh penerapan pada proses penilaian pembelajaran. Tidak ada contoh masing-
masing untuk penilaian aspek sikap, aspek pengetahuan dan aspek keterampilan.

C. Materi esensial apa saja yang tidak ada dalam sumber belajar.
Menurut pembaca pada buku sumber terlalu banyak teori-teori secara umum akan
tetapi kurang dalam penerapan atau contoh pada pembelajaran tertentu. Sebagai
contoh pada materi metoda pembelajaran hanya dijelaskan tahap-tahap secara umum.
Tidak dilengkapi dengan contoh RPP pelajaran tertentu. Pada bab karakter siswa tidak
membahas tentang identifikasi bekal awal peserta didik dan identifikasi kesulian
belajar siswa. Menurut pembaca kedua hal itu merupakan hal yang penting bagi guru
untuk menentukan desain pembelajaran. Mengatasi kesulitan belajar siswa juga
penting untuk diketahui guru. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

D. Materi apa saja yang tidak efesien namun ada dalam sumber belajar.
Pada materi sumber belajar pedagogik menurut pembaca terlalu banyak teori-teori
secara umum, akan tetapi kurang dijelaskan dalam penerapannya pada bidang studi
tertentu. Sebagai contohnya pada materi evaluasi pembelajaran tidak dijelaskan
bentuk-bentuk instrumen penilaian. Kelebihan atau kelemahan bentuk masing-masing
instrumen tersebut.

Anda mungkin juga menyukai