Anda di halaman 1dari 12

Laporan kasus

Komplikasi intratemporal dan intrakranial


pada otitis media akut anak

Harim Priyono*, Ratna Dwi Restuti*, Andre Iswara*, Setyo Handryastuti**


*Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
**Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo
Jakarta - Indonesia

ABSTRAK
Latar belakang: Otitis media akut (OMA) merupakan peradangan akut yang berlangsung di telinga
tengah akibat berbagai faktor predisposisi seperti sumbatan tuba Eustachius, infeksi dan alergi. Tujuan:
Kasus ini diajukan untuk mengingatkan dokter umum maupun spesialis THT mengenali gejala
komplikasi OMA pada anak yang mempunyai potensi menimbulkan komplikasi intratemporal dan
intrakranial. Kasus: Dilaporkan satu kasus OMA dengan komplikasi intratemporal (labirintitis dan tuli
saraf) dan intrakranial (meningitis) pada anak perempuan usia 11 tahun. Penatalaksanaan:
Penatalaksanaan otitis media akut dengan komplikasi intrakranial dan intratemporal mencakup pemberian
antibiotik empiris, analgetik, anti-inflamasi dan tindakan miringotomi dengan pemasangan pipa ventilasi.
Kesimpulan: Ketepatan dalam mendiagnosis OMA dengan komplikasi tergantung pada gejala klinis
yang bisa dikenali seperti pusing berputar, demam, kejang, kaku kuduk dan penurunan kesadaran.
Pemeriksaan otoskopi pneumatik merupakan gold standard dalam membantu diagnosis. Terapi untuk
kasus ini terdiri atas antibiotik selama 14 hari, anti-inflamasi dan tindakan berupa miringotomi dengan
pemasangan pipa ventilasi.

Kata kunci: otitis media akut, komplikasi intrakranial, komplikasi temporal

ABSTRACT
Background: Acute otitis media (AOM) is an acute inflammation in the middle ear caused by
various factors such as blockage of Eustachian tube, infection and allergy. Purpose: The case report is to
forewarn general practitioners and ENT specialists concerning AOM potentially causes intratemporal
and intracranial complications. Case: We report an eleven-years-old girl with acute otitis media with
intratemporal complications (labirynthitis and sensorineural hearingloss) and intracranial complication
(meningitis). Case management: The recent management of acute otitis media with complications
includes empiric antibiotics, analgesic, anti-inflammatory drugs and miringotomy with ventilation tube
insertion. Conclusion: The accuracy of diagnosing AOM with complication depends on the clinical
symptomps such as vertigo, fever, seizure, meningism and unconsciousness. The pneumatic otoscopy

1
examination is the gold standard in diagnosing AOM. Our patient was given antibiotics for 14 days, anti-
inflamation and myringotomy with ventilation tube insertion procedure.

Key words: acute otitis media, intracranial complications, intratemporal complications


.
Alamat korespondensi: Harim Priyono, Depertemen THT FKUI-RSCM. Jl. Diponegoro 71, Jakarta.
Email: harimpriyono@yahoo.com

PENDAHULUAN Antibiotik merupakan dasar pengobatan


otitis media dan komplikasinya. Komplikasi
Otitis media adalah proses peradangan
timbul akibat meningkatnya resistensi
yang terjadi pada sebagian atau seluruh
6-8
kuman terhadap antibiotik.
mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
Zevallos et al.8 melaporkan dari 108
antrum mastoid dan sel-sel mastoid. OMA
pasien dengan mastoiditis koalesen
dibagi menjadi beberapa stadium, yaitu
ditemukan sebanyak 58 pasien (53%)
oklusi tuba, hiperemis, perforasi, supuratif
dengan mastoiditis koalesen saja, 17 pasien
dan resolusi.1-2
(16%) dengan mastoiditis koalesen dan
Yates et al.2 melaporkan bahwa
komplikasi intrakranial dan 33 pasien (31%)
populasi anak yang terpapar OMA
yang mendapatkan terapi miringotomi dan
mempunyai riwayat pernah terinfeksi
pemasangan pipa ventilasi.
setidaknya satu episode serangan OMA
Ibrahim9 mengutip pelaporan oleh
pada saat masa kecil. Pada saat usia 3 tahun
Leskinen yang menyatakan insiden
ditemukan anak yang terpapar dengan satu
terjadinya komplikasi intratemporal dan
episode otitis media sekitar 50-85%. OMA
intrakranial pada dewasa di negara
rekuren paling sering ditemukan sekitar
Finlandia sebesar 0,32/100.000 populasi.
20% pada anak usia kurang dari satu tahun
Berdasarkan pelaporan dari Divisi
dan meningkat menjadi 40% pada anak
Otologi Departemen THT FKUI/RSCM
dengan 6 atau lebih episode OMA.2-5
periode April 2010 hingga April 2011
O’Connor et al.6 melaporkan
ditemukan dua kasus otitis media akut
komplikasi intrakranial pada anak-anak di
dengan komplikasi intratemporal
negara berkembang berkisar antara 0,04-
(labirintitis, gangguan pendengaran) dan
0,69% dengan angka tertinggi hingga 3,2%.
intrakranial (meningitis).
2
Ada beberapa mekanisme terjadinya empiris, maka diberikan antibiotik yang
komplikasi ke intratemporal dan mempunyai penetrasi ke susunan saraf pusat
intrakranial, yaitu melalui erosi tulang, dan mengatasi patogenisitas bakteri di
invasi langsung dan tromboflebitis.10 cairan serebrospinal. Semua pasien OMA
Kecenderungan invasi kuman dari telinga mendapatkan analgetik selama masa
tengah ke intrakranial dipengaruhi oleh pengobatan, untuk mengurangi nyeri dan
beberapa faktor, yaitu virulensi kuman, demam selama 2-7 hari dan kebanyakan
sensitivitas antibiotik, imunitas, terapi peneliti setuju dengan pemberian
antibiotik yang adekuat, jalur anatomi dan kortikosteroid juga.2,8,10,11
barier yang bisa menyebarkan infeksi dan Pilihan untuk melakukan pembedahan
drainase daerah pneumatisasi karena operasi adalah untuk mencegah terjadinya rekurensi
atau alami.6-10,12 Komplikasi intrakranial pada OMA, mencakup tindakan
yang dapat terjadi antara lain yaitu miringotomi dengan atau tanpa pemasangan
meningitis, abses otak, tromboflebitis pipa ventilasi, adenoidektomi dan
supuratif otogenik, hidrosefalus otikus, tonsilektomi. Miringotomi dengan pipa
empiema subdural, abses epidural dan ventilasi terbukti dapat menurunkan angka
pneumocephalus. Komplikasi intratemporal kematian dan rekurensi OMA dibandingkan
yang dapat terjadi adalah perforasi pars miringotomi saja. Setelah miringotomi
tensa, atelektasis telinga tengah, mastoiditis dilakukan pengambilan sekret telinga
akut, petrositis, paresis fasialis, labirintitis tengah untuk dilakukan pemeriksaan kultur
dan gangguan pendengaran.10-16 dan sensitivitas kuman terhadap
Sakran et al.5 mengutip beberapa antibiotik.2,3,10
literatur menyatakan bahwa untuk Tujuan penulisan laporan kasus ini
menegakkan diagnosis OMA bisa adalah untuk meningkatkan pengetahuan
digunakan otoskopi pneumatik. Akibat dan kewaspadaan dokter umum dan dokter
peningkatan angka resistensi antibiotik pada spesialis THT dalam mengenali gejala klinis
kuman penyebab OMA saat ini, maka pada kasus OMA dengan komplikasi
timpanosintesis merupakan intrakranial dan intratemporal yang timbul
pemeriksaan‘gold standard’ untuk dan mengetahui tindakan pengobatan segera
menegakkan diagnosis OMA. dengan pemberian antibiotik empiris dan
Terapi dengan pemberian antibiotik tindakan miringotomi dan pemasangan pipa
untuk infeksi intrakranial berdasarkan data ventilasi.

3
telinga masih hiperemis disertai dengan
LAPORAN KASUS adanya gambaran ‘air fluid level’ dan tidak
ada bulging pada membran timpani. Pada
Dilaporkan kasus anak perempuan usia
hidung dan tenggorok tidak ditemukan
11 tahun dikonsulkan dari Instalasi Gawat
kelainan. Pemeriksaan neurologi ditemukan
Darurat ke Divisi Otologi Departemen THT
tanda rangsang meningeal seperti kaku
pada tanggal 5 April 2011 dengan keluhan
kuduk. Tidak didapati tanda Brudzinski dan
nyeri telinga kiri yang menjalar ke leher
Kernig. Pada pemeriksaan fungsi
sejak dua minggu, disertai dengan keluhan
keseimbangan ditemukan nistagmus fase
demam, pusing berputar, sakit kepala, mual,
cepat ke arah ke kiri. Pasien sudah
muntah setiap membuka mata. Keluhan lain
dikonsulkan ke Departemen Mata dan
yang dirasakan oleh pasien, yaitu
ditemukan kesan edema papil n.optikus
berkurangnya pendengaran telinga kiri
tahap awal.
disertai telinga berdenging.
Pemeriksaan penunjang berupa
Pasien mengeluh batuk dan pilek sejak
tomografi komputer dilakukan tanggal 5
tiga hari lalu. Sebelumnya tiga bulan lalu
April 2011 dan ditemukan hasil berupa
pasien mengeluh nyeri pada telinga kiri.
pelebaran ventrikel lateralis bilateral dan
Pernah ada riwayat sakit telinga tetapi tidak
ventrikel IV dengan kecurigaan proses
ada keluar cairan telinga saat bayi. Pasien
infeksi belum dapat disingkirkan. Kesan
adalah penderita thalasemia sejak usia dua
yang lain berupa mastoiditis kiri dan tidak
bulan dan selalu kontrol setiap bulannya ke
ditemukan tanda perdarahan intrakranial.
poliklinik IKA dan Pusat Thalasemia
Pemeriksaan laboratorium tanggal 5 April
RSCM untuk mendapatkan transfusi setiap
2011 ditemukan hasil berupa Hb 9,3gr/dl, ht
bulannya.
28%, leukosit 8000/ul, trombosit
Pada pemeriksaan fisik didapatkan
230.000/ul.
kondisi umum pasien saat masuk IGD
Pemeriksaan urine tanggal 5 April 2011
dengan penurunan kesadaran, GCS
ditemukan hasil terdapat infeksi saluran
(Glasgow coma scale) 14 dan suhu 380C.
kemih. Dilanjutkan pemeriksaan lumbal
Pada pemeriksaan otoskopi ditemukan pada
pungsi pada tanggal 6 April 2011 dan
liang telinga dan membran timpani kiri
ditemukan tanda-tanda infeksi pada
hiperemis, sedangkan telinga kanan masih
pemeriksaan mikroskopik: hitung sel 11.400
dalam batas normal. Pemeriksaan otoskopi
sel/ul, hitung jenis PMN (segmen) 11.286
tanggal 6 April 2011, ditemukan liang

4
/ul, MN (limfosit) 114 /ul, kimia Nonne (+), inferior membran timpani telinga kanan dan
Pandy (+), protein cairan otak 135 mg/dl. ditemukan cairan mukoid yang bercampur
Pasien mendapatkan terapi dari bagian dengan cairan pus dan darah, dilanjutkan
IKA di IGD hingga dipindahkan ke ruang dengan pencucian dengan cairan NaCl.
rawat infeksi IKA hingga saat ini berupa Kemudian dipasang pipa ventilasi
seftriakson, deksametason, parasetamol, (grommet) di daerah anterior-inferior
ondansetron, asam folat dan vitamin C. membran timpani dan difiksasi dengan
Pemberian deksametason dari IKA dibatasi spongostan. Pipa ventilasi dipertahankan
hingga hari ke empat saja. hingga cairan bersih dari telinga tengah.
Pasien demam naik-turun lalu Cairan mukoid diperiksa di laboratorium
dilakukan pemeriksaan laboratorium ulang untuk kultur resistensi kuman aerob dan
dan ditemukan peningkatan leukosit anaerob.
12.200/ul yang diduga akibat infeksi saluran Hasil kultur telinga ditemukan hasil
kemih. Berdasarkan hasil kultur urine berupa staphylococcus epidermidis.
ditemukan acinobacter sp >100.000 sel Kesimpulan kultur resistensi yaitu masih
yang resisten terhadap antibiotik cefriakson, sensitif terhadap hampir semua golongan
maka pada hari perawatan ke-7 pasien antibiotik kecuali trimetoprim/
mendapatkan antibiotik tambahan untuk sulfametoksazol. Diberikan tambahan
mengatasi infeksi saluran kemih berupa antibiotik topikal berupa tarivid otic 2x4
gentamisin selama 6 hari. Pemberian tetes pada telinga kiri selama 7 hari.
antibiotik ini berdasarkan konsul ke Pada follow up pemeriksaan fungsi
Subbagian Nefrologi Anak, hasil kultur keseimbangan ditemukan nistagmus sudah
resistensi urine dan fungsi ginjal pasien berkurang dan fase cepat ke arah kanan.
yang masih baik. Pemeriksaan kultur darah dan urine ulang
Pasien direncanakan untuk tindakan dan hasilnya kesan steril. Keadaan umum
miringotomi dengan pemasangan pipa pasien sudah membaik dan tidak ada
ventilasi tanggal 7 April 2011 dalam sedasi keluhan pusing berputar lagi. Dari
di ruang operasi. Pada saat di ruangan pemeriksaan fungsi keseimbamgan terakhir
operasi, dilakukan pencucian dengan cairan sudah tidak ditemukan nistagmus dan
alkohol 70%, lalu dibilas dengan cairan pasien dipulangkan tanggal 20 April 2011.
NaCl Dengan menggunakan miringotomi Pada pemeriksaan tes penala
dilakukan insisi pada kuadran posterior- didapatkan hasil lateralisasi ke telinga

5
kanan (sisi sehat). Pemeriksaan audiometri anatomi dan bentuk anatomi tuba
nada murni yang bertujuan untuk Eustachius pada anak lebih pendek dan
mengevaluasi pendengaran pasien dan datar, sehingga memudahkan terjadi infeksi
didapatkan hasilnya ambang dengar telinga saluran napas atas dan menyebabkan
kanan 13,75dB dan telinga kiri dengan gangguan fungsi tuba dan infeksi pada
ambang dengar >100dB. Timpanometri telinga tengah. Kecurigaan lain adalah
didapatkan hasil tipe A telinga kanan. diagnosis OMA rekuren karena adanya
riwayat serangan OMA 2 kali dalam 6 bulan
DISKUSI terakhir dan riwayat satu episode serangan
pada bayi. Sulit memastikan adanya OMA
Dilaporkan satu kasus komplikasi
rekuren pada kasus ini karena orang tua
intratemporal dan intrakranial akibat OMA
tidak dapat mengingat dengan jelas kapan
pada anak perempuan berusia 11 tahun.
waktu dan berapa kali terkena serangan
Pada kasus ini ditemukan riwayat nyeri
OMA dalam 6 bulan atau 1 tahun terakhir.1,2
telinga (otalgia) dan demam sejak tiga bulan
Ada beberapa mekanisme terjadinya
lalu. Gejala klinis lain ditemukan gangguan
komplikasi intrakranial, yaitu melalui erosi
pendengaran, sakit kepala, mual, muntah
tulang, invasi langsung dan tromboflebitis.
disertai pusing berputar tanpa riwayat
Komplikasi intrakranial dapat muncul
keluar cairan dari kedua telinga. Pada
akibat pengaruh beberapa faktor antara lain
pasien terdapat riwayat batuk dan pilek
infeksi pada telinga tengah yang menyebar
sejak tiga hari yang lalu. Pasien merupakan
ke intratemporal dan intrakranial.
penderita thalasemia sejak usia dua tahun
Kecenderungan invasi kuman dari telinga
yang memiliki imunitas seluler yang kurang
tengah ke intrakranial dipengaruhi oleh
baik, sehingga bila anak ini terinfeksi oleh
beberapa faktor, yaitu virulensi kuman,
virus atau bakteri pada sistem saluran napas
sensitivitas antibiotik, imunitas, terapi
atas akan memberikan respons imunitas
antibiotik yang adekuat, jalur anatomi dan
yang kurang baik dalam mengatasi proses
barier yang bisa menyebarkan infeksi dan
inflamasi pada telinga yang terinfeksi. Hal
drainase daerah pneumatisasi karena operasi
ini akan mengakibatkan komplikasi serius
atau alami.6-10,12 Komplikasi intrakranial
dan memperberat kondisi umum pasien
yang dapat terjadi antara lain yaitu
seperti pada pasien ini.
meningitis, abses otak, tromboflebitis
Gejala klinis pada pasien ini sangat
supuratif otogenik, hidrosefalus otikus,
mendukung diagnosis ke arah OMA karena

6
empiema subdural, abses epidural dan lesi telinga. Nistagmus spontan yang terjadi
pneumocephalus. pada kasus labirintitis adalah akibat iritasi
Pada pemeriksaan fisik pasien pada labirin dan biasanya ditemukan
ditemukan peningkatan suhu tubuh, gelisah, nistagmus fase cepat ke arah lesi kemudian
penurunan kesadaran disertai adanya tanda berpindah ke arah sebaliknya. Hasil
rangsang meningeal (kaku kuduk). Hal ini pemeriksaan fungsi keseimbangan
akibat invasi kuman melalui sawar darah mendukung diagnosis ke arah labirintitis
otak dan susunan saraf pusat menyebabkan sebagai komplikasi intratemporal dari
inflamasi di lapisan meningen, penyakit OMA.
subarakhnoid hingga otak. Kuman Pemeriksaan tomografi komputer
menyebarkan toksinnya masuk ke dalam kepala soft tissue pada kasus satu dapat
cairan serebrospinal. Meningismus selalu mengevaluasi dan mengidentifikasi
muncul saat gejala prodromal dan komplikasi seperti adanya abses
ditemukan juga tanda rangsang meningeal. subperiosteal atau mastoiditis koalesen.
Berdasarkan temuan pemeriksaan fisik, Pemeriksaan ini menjadi tidak efektif untuk
maka pasien ini dicurigai menderita membantu diagnosis karena tidak bisa
meningitis sebagai komplikasi intrakranial. menilai keadaan tulang. Hoffman11
Gejala yang mendukung ke arah meningitis menyarankan pemeriksaan tomografi
menurut Levine et al.10 antara lain sakit komputer potongan bone window sebelum
kepala, demam, muntah, iritabel dan lemah. dilakukan lumbal pungsi. Hal ini bertujuan
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan untuk melihat struktur tulang seperti
tanda rangsang meningeal, tetapi tidak destruksi korteks mastoid pada abses
ditemukan tanda Brudzinski dan Kernig subperiosteal atau destruksi trabekula sel-sel
yang merupakan tanda khas mastoid pada mastoiditis koalesens.
7,8,11,12
meningitis. Dilakukan pemeriksaan lumbal pungsi
Komplikasi intratemporal yang dapat pada kasus dan ditemukan adanya tanda
terjadi adalah perforasi pars tensa, infeksi dengan hasil tes nonne (+) dan tes
atelektasis telinga tengah, mastoiditis akut, pandy (+) dan peningkatan sel >500sel/ul,
petrositis, paresis fasialis, labirintitis dan protein >1g/l, laktat >0,3g/l dan
gangguan pendengaran.10-16 perbandingan glukosa cairan otak/glukosa
Pemeriksaan fungsi keseimbangan serum <0,4g/l. Hasil pemeriksaan cairan
menunjukkan nistagmus fase cepat ke arah

7
otak pada kasus ini sangat membantu klinis. Tujuan pemeriksaan kultur ini untuk
diagnosis ke arah meningitis bakterial.5,9,11 mengetahui sensitivitas dan spesifisitas
Penatalaksanaan utama kasus OMA pemberian antibiotik yang akan digunakan.
berdasarkan antibiotik lini pertama, kedua Penelitian yang dilakukan Hoffman11
dan ketiga. Antibiotik empiris yang menyatakan penggunaan kortikosteroid pada
disarankan, yaitu vankomisin dan antibiotik kasus meningitis masih diperdebatkan oleh
sefalosporin generasi ketiga, generasi kedua, beberapa peneliti, tetapi kebanyakan peneliti
amoksilin, amoksilin/asam klavulanat dan setuju dengan penggunaan kortikosteroid.
azitromisin.5 Pada kasus ini diberikan Pasien mendapatkan obat anti-inflamasi
antibiotik golongan sefalosporin generasi berupa deksametason dengan dosis 0,6
ketiga. Pemilihan antibiotik pada kasus ini mg/kg/hari selama 4 hari. Pemberian
berdasarkan literatur yang menyarankan kortikosteroid ini sesuai dengan beberapa
pemberian antibiotik empiris pada kasus literatur yang menjelaskan bahwa tujuan
OMA dengan komplikasi intrakranial berupa pemberian obat ini untuk mencegah
golongan sefalosporin generasi ketiga, yaitu kecacatan seperti paresis fasialis dan
seftriakson. Antibiotik ini sangat sensitif ketulian. Jang et al.17 melaporkan
terhadap kuman penyebab OMA yang pemberian steroid (prednison) pada kasus
terdapat di dalam cairan otak, yaitu labirintitis memberikan respons yang cukup
streptococcus pneumonia dan baik. Pemberian kortikosteroid pada kasus
pneumococcus. Pasien ini mendapatkan meningitis diduga dapat mengurangi edema
antibiotik dosis intrakranial berupa otak, hipertensi intrakranial dan inflamasi
seftriakson 50-75mg/kg/hari selama 14 meningen.9-12
hari.2,3,6-12 Pada kasus ini diberikan antibiotik
Timpanosintesis bermanfaat untuk topikal karena masih terdapatnya cairan
mengurangi nyeri, mengurangi cairan di yang keluar dari telinga tengah setelah
telinga tengah, dan pemeriksaan kultur pemasangan pipa ventilasi. Beberapa
kuman untuk mengetahui antibiotik yang penelitian membuktikan bahwa pemberian
sesuai.2,5 Pada pasien ini dilakukan juga antibiotik dan kortikosteroid bersamaan
pemeriksaan mikrobiologi sekret telinga secara topikal lebih efektif dan aman untuk
tengah untuk mengetahui jenis antibiotik membantu drainase dan mengurangi sekresi
yang tepat bila antibiotik yang diberikan telinga tengah setelah pemasangan pipa
secara empiris tidak memberikan perbaikan ventilasi dibandingkan hanya dengan

8
antibiotik topikal saja. Pemberian antibiotik pendengaran telinga yang sakit akibat
dan kortikosteroid topikal dengan dosis labirintitis supurasi.
18
2x3-5 tetes/hari selama 7 hari. Labirintitis terbagi atas tiga jenis, yaitu
Tindakan pemasangan pipa ventilasi labirintitis serosa, labirintitis supuratif
pada kasus ini bertujuan untuk membantu kronis dan labirintitis supuratif meningitis.
drainase sekret dari telinga tengah ke telinga Labirintitis serosa dapat terjadi selama otitis
luar. Tindakan dilakukan berdasarkan media stadium akut atau kronis. Hal ini
pemeriksaan otoskopi ditemukan adanya berasal dari eksotoksin bakteri yang masuk
gambaran membran timpani utuh, opak, air ke dalam telinga melalui tingkap bulat atau
fluid level disertai hiperemis. Sesuai dengan tingkap lonjong atau fistula labirin. Pada
beberapa literatur mengindikasikan tindakan labirintitis supuratif terjadi akibat sel radang
miringotomi dengan pemasangan pipa menginvasi labirin, sehingga menyebabkan
ventilasi sebaiknya dilakukan pada kasus kerusakan ireversibel dan sangat berat
2,3
OMA rekuren dan otitis media efusi. seperti fibrosis dan osifikasi. Penyebaran
Pemeriksaan kultur darah tidak infeksi ke lapisan meningen dari labirin
ditemukan kuman. Pada kultur urine sangat jarang, tetapi bisa menyebakan
ditemukan acinobacter sp >100.000 sel kematian. Gejala klinis pada labirintitis
resisten terhadap antibiotik seftriakson. supuratif biasanya perlahan-lahan dan
Departemen IKA Divisi Nefrologi memilih progresif dibandingkan labirintitis
12,14
gentamisin sebagai antibiotik tambahan serosa.
dibandingkan dua antibiotik lainnya yang Tindakan miringotomi sudah sesuai
sensitif mengatasi infeksi saluran kemih, dengan prosedur Bluestone,18 di mana
tetapi sama-sama bersifat ototoksik, yaitu sebelum dilakukan miringotomi terlebih
ampisilin sulbaktam dan amikasin. Hal ini dahulu liang telinga dicuci dengan cairan
bertentangan dengan kondisi pasien karena alkohol 70% selama 15 menit. Hal ini
memiliki gangguan pendengaran unilateral dilakukan untuk mencegah kontaminasi
akibat labirintitis supuratif. Antibiotik ini kuman dari telinga luar masuk ke dalam ke
bersifat ototoksik, sehingga tidak telinga tengah. Sakran et al.5 melaporkan
disarankan untuk digunakan pada keadaan ada hubungan kuman yang ditemukan di
labirintitis dan pengobatan OMA. Golongan urine sama dengan kuman di telinga tengah.
antibiotik ini akan memperberat gangguan Tetapi pada kasus ini kuman yang
ditemukan di telinga tengah dan di urine

9
sangat berbeda. Hasil kultur kuman aerob pada kasus ini memiliki kemungkinan
dan anaerob yang didapatkan yaitu kuman terjadi tuli saraf sangat berat unilateral
5
staphylococcus epidermidis. Sakran et al. bahkan bilateral.12,14
pernah menemukan kuman staphylococcus Beberapa teori menerangkan proses
epidermidis terdapat pada cairan telinga inflamasi di telinga tengah dapat
tengah dan diduga akibat kontaminasi kulit menyebabkan kerusakan aliran darah pada
liang telinga luar. Kuman ini biasanya tingkap lonjong dan mengurangi difusi
terdapat pada kulit liang telinga luar dan oksigen dari telinga tengah ke telinga
tidak diketahui mekanismenya kenapa bisa dalam, sehingga menyebabkan kerusakan
ditemukan pada sekret telinga tengah. pada telinga dalam. Penelitian lain
Menurut beberapa literatur menjelaskan melaporkan infeksi kuman streptococcus
bahwa pemeriksaan darah, urine dan cairan pneumonia di telinga tengah menyebabkan
serebrospinal bertujuan untuk timbul tuli saraf. Menurut beberapa
menyingkirkan faktor penyebab timbulnya kepustakaan menyarankan pemberian
penyakit OMA dengan komplikasinya. vaksin 7-valent pneumococcal
Pemeriksaan audiometri nada murni polysaccharide-protein conjugate vaccine
dilakukan setelah pemasangan pipa ventilasi (PCV7) terhadap kuman pneumococcus
dan ditemukan tuli saraf sangat berat pada yang sudah resisten terhadap antibiotik
telinga kiri. Pada pemeriksaan penala empiris pada kasus OMA. Peranan vaksin
ditemukan lateralisasi ke arah telinga sehat ini cukup membantu mengurangi episode
yang berarti pada telinga kiri ditemukan tuli serangan terutama kasus OMA
saraf. Jang et al.17 melaporkan bahwa toksin rekuren.2,3,12,14 Telah dilaporkan kasus OMA
yang masuk ke labirin menyebabkan iritasi dengan komplikasi intratemporal dan
dan penyebaran oleh mediator inflamasi intrakranial yang sembuh dengan pemberian
lainnya ke telinga dalam dan merusak antibiotik sesuai tes resistensi dan
membran Reissner dan organ Corti yang pemasangan pipa ventilasi.
menyebabkan perbedaan tekanan osmotik
antara endolimf dan perilimf, sehingga DAFTAR PUSTAKA
timbul hidrops endolimf lalu timbul ketulian
1. Djaafar ZA, Restuti RD. Kelainan
berupa tuli saraf. Angka morbiditas pada
telinga tengah. Dalam: Soepardi EA,
labirintitis supurasi lebih tinggi
Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD,
dibandingkan dengan labirintitis serosa. Jadi
eds. Buku ajar ilmu kesehatan telinga

10
hidung tenggorok kepala & leher, Edisi indigenous and non indigenous
ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; children. MJA 2009; 191:S60-4.
2007. h. 64-7. 7. Leskinen J, Jero J. Acute complications
2. Yates PD, Anari SA. Otitis media. In: of otitis media in adults. Clin
Current diagnosis and treatment in Otolaryngol 2005; 30:511-6.
Otolaryngology Head and Neck. 2nd ed. 8. Zevallos JP, Vrabec JT, Williamson
United States of America: McGraw- RA, Giannoni C, Larrier D, Sulek M, et
Hill Companies; 2008. p. 655-65. al. Advanced pediatric mastoiditis with
3. Adunka OF, Bucham CA. Acute otitis or without intracranial complications.
media and otitis media with effusion. Laryngoscope 2009; 119:1610-5.
In: Adunka OF, Bucham CA, eds. 9. Ibrahim SI, Cheang PP, Nunez DA.
Otology, neurotology and lateral skull Incidence of meningitis secondary to
base surgery. United States of America suppurative otitis media in adults. J
: Thieme publishing Company; 2011. p. Laryngol Otol 2010; 124:1158-61.
126-9. 10. Levine SC, Souza CD, Shinners MJ.
4. Gopen Q. Pathology and clinical course Intracranial complications of otitis
of the inflammatory disease of the media. In: Gulya AJ, Minor LB, Poe
middle ear. In: Gulya AJ, Minor LB, DS, eds. Glasscock-Shaumbaugh
Poe DS, eds. Glasscock-Shaumbaugh surgery of the ear. 6th ed. United States
surgery of the ear. 6th ed. United States of America: People Medical Publishing
of America: People Medical Publishing House; 2010. p. 451-64.
House; 2010. p. 425-36. 11. Hoffman O, Weber JR.
5. Sakran W, Makary H, Colodner R, Pathophysiology and treatment of
Ashkenazi D, Rakover Y, Halevy R, et bacterial menigitis. Ther adv neurol
al. Acute otitis media in infants less disord 2009; 2(6):401-12.
than three months of age: clinical 12. Harris JP, Kim DW, Darrow DH.
presentation etiology and concomitant Complication of chronic otitis media.
disease. Int J Ped Otorhinolaryngol In: Nadol JB, McKenna MJ, editors.
2006; 70:613-7. Surgery of the ear and temporal bone.
6. O’Connor TE, Perry C, Lannigan FJ. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott
Complications of otitis media in Williams and Wilkins; 2005. p. 219-40.

11
13. Neely JG, Arts HA. Intratemporal and United States of America: People
intracranial complications of otitis Medical Publishing House; 2010. p.
media. In: Bailey BJ, Johnson JT, ed. 437-49.
Head and neck surgery otolaryngology. 16. Gopen Q. Pathology and clinical course
4th ed. Philadelphia: Lippincott of the inflammatory disease of the
Williams and Wilkins; 2006. p. 2041- middle ear. In: Gulya AJ, Minor LB,
56. Poe DS, eds. Glasscock-Shaumbaugh
14. Helmi, Djaafar ZA, Restuti RD. surgery of the ear. 6th ed. United States
Komplikasi otitis media supuratif. of America: People Medical Publishing
Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, House; 2010. p. 425-36.
Bashiruddin J, Restuti RD, eds. Buku 17. Jang CH, Park SY, Wang PC. A case of
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tympanogenic labyrinthitis complicated
tenggorok kepala & leher. Edisi ke-6. by acute otitis media. Yonsei Med J
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007. h. 2005; 46:161-5.
78-86. 18. Bluestones CD, Gates GA, Klein JO,
15. Kumar A, Wiet R. Aural complication Lim DJ, Mogi G, Ogra PL, et al.
of otitis media. In: Gulya AJ, Minor Definition, terminology and
LB, Poe DS, eds. Glasscock- classification of otitis media. Ann Otol
Shaumbaugh surgery of the ear. 6th ed. Rhinol Laryngol 2002; 111:8-18.

12

Anda mungkin juga menyukai