Anda di halaman 1dari 19

OBESITAS

(LEVEL 4A)

Definisi
Secara umum dapat dikatakan bahwa kegemukan adalah dampak dari
konsumsi energy yang berlebihan, dimana energy yang berlebihan tersebut dapat
disimpan didalam tubuh sebagai lemak, sehingga akibatnya dari waktu ke waktu
badan akan bertambah berat disamping faktor kelebihan konsumsi energi, faktor
keturunan juga mempunyai andil dalam kegemukan (muchatadi, 2001).
Obesitas adalah refleksi ketidakseimbangan konsumsi dan pengeluaran
energi, penyebabnya ada yang bersifat Eksogenetis dan Endogenous. Penyebab
Eksogenetis misalnya kegemaran makan secara berlebihan terutama makanan
tinggi kalori tanpa diimbangi oleh aktivitas fisik yang cukup sehingga surflus
energinya disimpan sebagai lemak tubuh (khomsan, 2004).
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan
lemak tubuh yang berlebihan. Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh
untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi
lainnya.
Dari segi obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya
ditimbun dalam jaringan supkutan (bawah kulit) sekitar organ tubuh yang kadang
terjadi peluasan kedalam jaringan organnya, dari segi ilmu gizi obesitas, penimbun
trigliseida yang berlebihan di jaringan-jaringan tubuh. Para dokter-dokter memiliki
definisi tersendiri tentang obesitas, di antaranya yaitu:
 Suatu kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan
 Suatu penyakit kronik yang dapat diobati
 Suatu penyakit epidemik (mewabah)
 Suatu kondisi yang berhubungan dengan penyakit-penyakit lain dan dapat
menurunkan kualitas hidup
 Penanganan obesitas membutuhkan biaya perawatan yang sangat tinggi

1
Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi expenditure.
Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas pada dasarnya adalah
energi intake atau masukan yang didapat dari makanan atau lainnya lebih besar
dibandingkan energi expenditure atau energi yang dikeluarkan.
Obesitas juga dapat meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit
menahun seperti:
 Penyakit Jantung Koroner
 Tekanan Darah Tinggi
 Diabetes Melitus (tipe 2
 Gangguan Pernapasan
 Stroke

Tipe-Tipe pada Obesitas


Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu Tipe
obesitas berdasarkan bentuk tubuh dan Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel
lemak.

1. tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh


a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)
Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. dimana lemak tertumpuk di sekitar
perut. Resiko kesehatan pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah
pear (Gynoid),
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita, lemak yang ada disimpan di sekitar
pinggul dan bokong. Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan". Tipe Ovid umumnya
terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik
.
2. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
a. obesitas Tipe Hyperplastik

2
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak dibandingkan
keadaan normal.
b. obesitas Tipe Hypertropik
Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih besar dibandingkan
keadaan normal,tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
c. obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik
Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak melebihi normal.
Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah derajat hypertropi mencapai
maksimal dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang
mengalami hypertropik.

Patofisiologi Obesitas
Secara umum obesitas dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan kalori,
yang diakibatkan asupan energy yang jauh melebihi kebutuhan tubuh. Pada bayi
(infant), penumpukan lemak terjadi akibat pemberian makanan pendamping ASI
yang terlalu dini, terutama apabila makanan tersebut memiliki kandungan
karbohidrat, lemak, dan protein yang tinggi. Pada masa anak-anak dan dewasa,
asupan energy bergantung pada diet seseorang.
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan dalam
bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh
faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor
endogen (obesitas sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek
genetik (meliputi 10%). Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh
hipotalamus melalui 3 proses fisiologis, yaitu: pengendalian rasa lapar dan
kenyang, mempengaruhi laju pengeluaran energi, dan regulasi sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-
sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari
perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal tersebut bersifat
anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan pengeluaran energi) dan dapat
pula bersifat katabolik (anoreksia, meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi
menjadi 2 kategori, yaitu sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek

3
mempengaruhi porsi makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor
distensi lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin
(CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang diperankan
oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur penyimpanan dan
keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka jaringan
adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin dalam peredaran darah.
Leptin kemudian merangsang anorexigenic center di hipotalamus agar menurunkan
produksi Neuro Peptide –Y (NPY), sehingga terjadi penurunan nafsu makan.
Demikian pula sebaliknya bila kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi,
maka jaringan adiposa berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di
hipotalamus yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar
penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin tidak
menyebabkan penurunan nafsu makan.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan
dan tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal
psikologis. Mekanisme ini dirangsang oleh respon metabolic yang berpusat pada
hipotalamus. Mekanisme neurohumoral ini dapat dibagi menjadi 3 komponen.
a. Sistem Perifer/Sistem Aferen
Merupakan sistem yang menyalurkan sinyal dari berbagai tempat.
Komponen utamanya adalah leptin dan adiponektin (dari jaringan adiposa),
ghrelin (dari lambung), peptide YY (dari ileum dan colon), serta insulin
(dari pankreas).
b. Nukleus Arkuatus dalam hipotalamus
Merupakan sistem yang memproses dan mengintegrasikan sinyal periferal
dan menghasilkan sinyal eferen kepada 2 jenis neuron orde pertama, yaitu
(a) POMC (pro-opiomelanocortin) dan CART (cocaine and amphetamine-
regulated transcripts) neuron, (b) neuropeptida Y (NPY) dan AgRP
(Agouli-relate peptide). Neuron orde pertama ini akan berkomunikasi
dengan neuron orde kedua.

4
c. Sistem Eferen
Merupakan sistem yang menerima sinyal yang diberikan neuron orde
pertama dari hipotalamus untuk mengontrol asupan makanan dan
penggunaan energi. Hipotalamus juga berkomunikasi dengan otak depan
dan otak tengah untuk mengontrol system saraf otonom.
Neuron POMC dan CART meningkatkan penggunaan energi dan
penurunan berat badan dengan menghailkan MSH ( -Melanocyte Stimulating
Hormone), serta mengaktifkan reseptor melanokortin nomor 3 dan 4 (MC3/4R)
sebagai neuron orde ke-2 sebagai efek anoreksigenik. Sedangkan neuron NYP dan
AgRP merangsang lapar (food intake) dan peningkatan berat badan dengan
mengaktifkan reseptor Y1/5 pada neuron orde ke-2nya sebagai efek oreksigenik.

Gambar 1. pengaturan keseimbangan energi. Jaringan lemak menghasilkan sinyal


aferen yang mengaktifkan hipotalamus untuk mengatur nafsu makan dan
kekentyangan. Sinyal ini mengnurunkan intake makanan dan menghambat siklus
anabolik, dan mengaktifkan pemakaian energi dan mengaktifkan siklus katabolik.

5
Gambar 2. Jalur neurohumoral di hipotalamus yang mengatur kesetimbangan energi.
Terlihat POMC dan CART sebagai neuron anoreksigenik, dan serta NPY dan AgRP
sebagai neuron oreksigenik di hipotalamus bagian nukleud arkuatus.

Metode menentukan apakah ada obesitas :


1. Perbandingan berat dengan tabel berat badan yang diinginkan menurut
tinggi
2. Indeks masa tubuh (BMI) > 27,8 untuk laki-laki / 27,3 untuk wanita.
Formula BMI adalah berat (kg) : tinggi (m).
3. Pengukuran lemak supkutan, lipat kulit triseps 18,6 mm untuk laki-laki,
25,1 mm untuk wanita telah dipergunakan sebagai indikator obesitas.

Etiologi
1) Genetik : Anak-anak dari orangtua obes cenderung 3-8 kali menjadi obesitas
dibandingkan dari orangtua berat badan normal, walaupun mereka tidak
dibesarkan oleh orangtua kandung.
2) Lingkungan : Pengaruh keluarga (ex: penggunaan makanan sebagai hadiah,
tidak boleh makan makanan pencuci mulut sebelum semua makanan dipiring
habis). Membantu pengembangan kebiasaan makan yang dapat menyebabkan
obesitas.

6
3) Psikologi : Makan berlebihan dapat terjadi sebagai respon terhadap kesepian,
berduka/depresi, dapat merupakan respon terhadap rangsangan dari luar, ex:
Iklan makanan/kenyataan bahwa ini adalah waktu makan.
4) Fisiologi : Energi yang dikeluarkan menurun dengan bertambahnya usia, dan
ini sering menyebabkan peningkatan berat badan pada usia pertengahan, Ex:
kelainan endokrin / seperti Hipotiroidy bertanggung jawab untuk obesitas.
Adapun penyebab dasarnya faktor etiologi primer dari obesitas adalah konsumsi
kalori yang berlebihan dari energy yang dibutuhkan (mary coutney moore,
1994).
Kegemukan disebabkan oleh ketidak imbangan kalori yang masuk dibanding
yang keluar. Kalori diperoleh dari makanan sedangkan pengeluarannya melalui
aktivitas tubuh dan olah raga. Kalori terbanyak (60-70%) dipakai oleh tubuh
untuk kehidupan dasar seperti bernafas, jantung berdenyut dan fungsi dasar sel.
Besarnya kebutuhan kalori dasar ini ditentukan oleh genetik atau keturunan.
Namun aktifitas fisik dan olah raga dapat meningkatkan jumlah penggunaan
kalori keseluruhan.
Jadi ketidak imbangan kalori ini dapat ditentukan oleh faktor keturunan tapi
dipicu oleh pola hidup dan lingkungan. Kebiasaan hidup santai, malas bergerak,
selalu dibantu oleh orang lain (pembantu/supir) atau alat (remote/ handphone/
eskalator/ kendaraan) dan makan berlebihan akan meningkatkan asupan dan
menurunkan luaran kalori.

Gejala Obesitas
Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam
dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan
dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan.
Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya
pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari
penderita sering merasa ngantuk.

7
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri
punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul,
lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit.
Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif
lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak
dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.
Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan)
di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh tubuh
menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-tempat
tertentu menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat diukur
dengan menggunakan meteran. Secara sederhana kegemukan dapat dihitung
dengan menghitung Indeks Massa Tubuh, yaitu membagi berat badan (kg)
dengan tinggi badan dikuadratkan (m2)

Atau IMT =BB/(TBxTB).


.

Perhitungan ini tidak berlaku bagi atlet, ibu hamil dan anak-anak

8
Jenis-Jenis Obesitas
Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120%
dari berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 3 derajat
obesitas yaitu:
a. Ringan 120% - 140% BBI
b. Sedang 141% - 200% BBI
c. Berat/Abnormal >200% BBI

Faktor Yang Mempengaruhi Obesitas


Faktor makanan ini merupakan yang terpenting untuk terjadinya
kegemukan baik sebagai penyebab tunggal maupun penyakit lainnya.
Ketidakseimbangan antara masukan kaliori dan pemakaian dapat disebabkan
banyak faktor, antara lain:
1. Aktifitas Fisik
Pada umumnya seseorang yang gemuk kurang aktif daripada seseorang dengan
berat badan normal. Aktifitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik
dan mental serta memanfaatkan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang
hari. Aktifitas fisik secara teratur yang dilakukan paling sedikit 30 menit/hari. Jika
lebih banyak waktu yang dipergunakan untuk beraktifitas fisik, maka manfaat yang
diperoleh juga lebih banyak (admin, 2008).
2. Meningkatnya konsumsi zat gizi (asupan makanan)
Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan secara
berlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan
meningkatkan berat badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat
mempengaruhi kenaikan berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:
a. Karbohidrat
Karbohidrat memang merupakan peranan penting dalam alam karena
merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya
relative murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi
utama karbohidrat adalah Sumber energi pemberi rasa manis dari makanan,

9
penghemat protein, mengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran
feces (altemaster, 2003).
Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari
karbohidrat, kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya sebagai energy
cadangan, komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).
b. Protein
Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air.
Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama
lain dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang tidak
tergantikan oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh.
Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung pada
jenis kelamin dan umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14% asupan
energi selama masa anak dan remaja (Suandi, 2003).
c. Lemak
Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber
energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu
membantu pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolism, memelihara
suhu tubuh dan pelindung organ-organ vital. Depkes RI menganjurkan
untuk mengkonsumsi lemak kurang dari 25% total energi per hari (Sayogo,
2006).

Faktor-faktor lain dapat dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:


a. Faktor genetik.
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan
dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali
sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian
terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh
sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.

10
b. Faktor lingkungan.
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan
ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa
kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak
dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan
aktivitasnya.

c. Faktor psikis.
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang
menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang
kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

d. Faktor kesehatan.
Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:
 Hipotiroidisme
 Sindroma Cushing
 Sindroma Prader-Willi
 Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak
makan.

e. Faktor obat-obatan.
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan.

f. Faktor perkembangan .
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh.

11
Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak,
bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat
dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan
cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.

g. Aktivitas fisik.
Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab
utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat
yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit
kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan
tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
Adapun faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam obesitas adalah gaya
hidup dan konsumsi pangan, gaya hidup sendetari (unsur gerak fisik sangat
minim), beban mental (stress) dan lingkungan. Seseorang dapat
dikatakan obesitas jika berat badan pada laki-laki melebihi 15% dan wanita
melebihi 20% dari berat badan ideal menurut umurnya. Pada orang yang
menderita obesitas, organ-organ tubuh harus bekerja lebih berat, karena
harus membawa kelebihan berat badan yang tidak memberikan manfaat
langsung, dan karena itu akan merasa lebih gerah.
Resiko Kesehatan yang berhubungan dengan Obesitas.
NO Hal/Tipe Masalah Simtom
1 Kardiovaskuler Hipertensi: Jantung Koroner, vena varicose, sindrom
pickwickian
2 Endokrin dan reproduktif Non-DM (tergantung insulin), Amenore, Infertilitas,
Pre-Eklampsia
3 Gastrointestinal Kolesistitis dan Kolelitiasis, Fatty Liver
4 Psikiatri dan Sosial Diskriminasi
5 Muskuloskeletal & Dermis Osteoarthritis, iritasi, infeksi (lipatan kulit, striae)
6 Keganasan Kanker Kolon, Rectum, Prostat, empedu, Buah dada,
Uterus, Ovarium

12
Cara Penanganan Obesitas
Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan
komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen
ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat
badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani
kebiasaan makan yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh
penderita dan resiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan
yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
angka BMI :
1. Resiko rendah : BMI < 27
2. Resiko menengah : BMI 27-30
3. Resiko tinggi : BMI 30-35
4. Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
5. Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih.
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita
berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
1. Penderita dengan resiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500
kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah
raga.
2. Penderita dengan resiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori
(800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai
olah raga.
3. Penderita dengan resiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, mendapatkan obat
anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga.

Memilih program penurunan berat badan yang aman dan berhasil. Unsur-
unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat
badan :

13
a. Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan
(vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus
rendah kalori.
b. Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat
badan secara perlahan dan stabil.
c. Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan
pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
d. Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah
penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan
bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus
meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen,
untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya
penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan
perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan
rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.

Pengukuran Tingkat Obesitas


a. Pengukuran Secara Antropometri
1. Body Mass Index (BMI) Body Mass Index (BMI)
Adalah sebuah ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan
untuk menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight (kekurangan
berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan).

2. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)


Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara lain, yaitu dengan
mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar
pinggang (LP).
Rumus yang digunakan cukup sederhana yaitu : Sebagai patokan, pinggang
berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita
risiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm. Jadi “Jangan

14
hanya menghitung tinggi badan, berat badan dan IMT saja, lebih baik jika disertai
dengan mengukur lingkar pinggang”.

3. Indeks BROCCA
Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan menggunakan
indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:
Bila hasilnya: 90-110% = Berat badan normal 110-120% = Kelebihan berat
badan (Overweight) > 120% = Kegemukan (Obesitas)

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan obesitas dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu: pengobatan dasar
dan pengobatan terhadap komplikasinya.
Pengobatan Dasar
1. Diet.
Dianjurkan diet dengan rendah kalori tetapi cukup gizi, ialah 1520
kalori/kg.bb.,dengan komposisi 20% protein, 65% karbohidrat dan 15%
lemak, komposisi tersebut mirip dengan komposisi diet B1 dari Askandar.
Diet yang tak lazim misalnya diet hanya dengan protein saja (tiger diet), diet
tidak makan nasi sama sekali, pada saat sekarang ini tidak sesuai lagi.
2. Olah Raga.
Di samping mempercepat metabolisme, juga dapat membuat kondisi tubuh
lebih segar dan dapat menambah estetika. Olah raga dimaksudkan agar
jumlah kalori yang dikeluarkan tubuh lebih banyak daripada jumlah kalori
yang masuk. Dengan olah raga yang baik akan terjadi peningkatan
metabolisme.
3. Obat-obatan.
Obat-obatan yang banyak digunakan untuk obesitas terdiri dari obat
penahan nafsu makan di antaranya alah golongan amfetamin, obat yang
meningkatkan/mempercepat metabolisme tubuh misalnya preparat tiroid,
obat pemacu keluarnya cairan tubuh misalnya diuretika; pencahar. Namun
obat-obat tersebut bila digunakan dalam jangka panjang akan

15
menyebabkan efek samping sangat merugikan tubuh. Oleh karena itu
penggunaannya sebaiknya disertai kontrol ketat.
4. Pembedahan.
Operasi jejuno-ileal by-pass dilakukan memotong sebagian usus halus yang
menyerap makanan, tetapi resikonya cukup besar sehingga hal tersebut
harus dilakukan dengan indikasi yang cukup kuat, yaitu apabila obesitas tak
dapat diobati dengan tindakan konservatif. Operasi pengambilan jaringan
lemak (adipektomi), lebih cenderung bersifat estetika.

16
Skema di atas merupakan algoritma penanganan obesitas pada dewasa.
Penanganan obesitas tidak memerlukan farmakoterapi selama orang tersebut
mendapatkan hasil yang mencukupi (penurunan berat badan > 0,5 kg perminggu
setelah perubahan gaya hidup). Pilihan obat yang dapat digunakan pun sangat
terbatas karena banyaknya efek samping yang berbahaya dengan konsumsinya.
Secara garis besar ada tiga tahap utama dalam perubahan gaya hidup pasien obesitas
yaitu :

17
- Peningkatan aktivitas fisik, sehingga pengeluaran energi akan meningkat juga.
Aktivitas fisik ditingkatkan secara gradual bagi pasien obesitas dan dapat
berbentuk dalam berbagai hal, diantaranya berjalan, berkebun, hingga olahraga
tim/individual. Targetnya adalah mengerjakan minimal 30 menit kegiatan fisik
sedang tiap harinya.
- Terapi kebiasaan. Terapi ini dapat membantu perubahan dalam asupan
makanan pasien obesitas. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain : self-
monitoring, manajemen stres, dan dukungan sosial. Terapi ini dimaksudkan
pula untuk membantu pasien tersebut beradaptasi dengan perubahan diet dan
aktivitasnya.
- Modifikasi diet. Asupan kalori pasien harus dikurangi sekitar 500-1000 kalori
dari levelnya sekarang, dengan batas terendah adalah asupan 800 kkal/hari.
Umumnya digunakan kisaran 1000-1200 kkal/hari untuk wanita dan 1200-
1600 kkal/hari untuk pria.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Syaiful. 2005. Obesitas dalam Masyarakat.Jakarta: Yudhistira.


Ibrahim, Anwar. 2008. Obesitas. Surabaya: Pariwara.
Suardi. 2010. Pengertian Obesitas. Diunduh di http://www.pediatrik.com, tanggal
19 September 2013
Jodi, M. 2009. Etiologi Obesitas. Diunduh di http://www.infokedokteran.net
tanggal 21 September 2013
Tim Webster. 2010. Obesitas. Diunduh di http://www.obesitas.web.id tanggal 20
September 2013.
Barbara C long. (1996). Perawatan Medical Bedah. Pajajaran Bandung.
Doengoes, E. M. (2000). “Rencana Asuhan Keperawatan”. Edisi 3, EGC : Jakarta.
http:// metro.vivakepnews.com//
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI
: Media Aescullapius.
NANDA, Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2005-2006
Wong & Whaley’s. (2002). “Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik” Edisi 4,
EGC: Jakarta.
Manuaba, I.A. 2004. Dampak Buruk Obesitas.
Efendy,Y.H 2004. Tinjauan Sekilas Tentang Obesitas. Jurnal Jurusan Gizi dan
Masyarakat dan Sumber Daya Masyarakat, Vol. 1, No.1, Bogor : Institute
PertanianBogor
Barlow, S., dan Dietz, W. (2002). "Obesity Evaluation and Treatment: Expert
Committee Recommendations." Pediatrics 102(3):1–11. "Obesitas Evaluasi
dan Pengobatan: Rekomendasi Komite Ahli." Pediatrics 102 (3) :1-11.
Ebbeling, Cara B.; Pawlak, Dororta B.; and Ludwig, David S. (2002). "Childhood
Obesity: Public-Health Crisis, Common Sense Cure." Lancet 360:473–482.
"Anak Obesitas: Masyarakat-Kesehatan Krisis, Cure Common Sense." Lancet
360:473-482.
Wallace SL. Gout, Pseudogout and Osteoarthritis. In : Geriatric Medicine the
Treatment of Disease in Elderly. Harris R (ed.) 1982. p. 121-6.
Askandar Tj. Dasar-dasar pengobatan Diabetes Melittus. Simposium pengobatan
dan perawatan melittus 1980. Hal 1-22

19

Anda mungkin juga menyukai