Anda di halaman 1dari 11

TURORIAL KLINIK

SUBINVOLUSIO UTERI

STASE ROTASI KLINIK OBSGYN

PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

Disusun oleh :

Sahanadia Kurnia Putri

20164011148

Dokter Pembimbing :

dr. Alfun Dhiya An, Sp. OG

BAGIAN ILMU OBSGYN PKU MUHAMMADIYAH GAMPING

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2018
A. IDENTITAS
Nama lengkap : Ny. KS

Umur : 32 tahun

Jenis kelamin : Wanita

Status : Menikah

Agama : Islam

Alamat : Bandungan RT 3/14 Sidoagung Godean Sleman

Tanggal Pemeriksaan : 15 Maret 2018

B. SUBYEKTIF AUTOANAMNESA
Keluhan Utama:

Pasien perempuan P2A0 berusia 32 tahun dengan keluarnya darah dari jalan lahir sejak 4
jam sebelum masuk RS.

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien perempuan P2A0 berusia tahun datang ke IGD RS PKU Gamping dengan
keluhan keluarnya banyak darah dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS. Darah yang keluar
kurang lebih 1300 cc dan konsistensi seperti darah menggumpal-gumpal dan sedikit
berbau. Darah keluar terus menerus tanpa berhenti. Pasien sudah mengganti pembalut nifas
>10x. Pasien mengaku 5 hari SMRS pasien melahirkan seksio caesaria dan pemasangan
IUD di RS PKU Gamping. Setelah melahirkan sampai pasien akan pulang kerumah tidak
terjadi perdarahan yang sama seperti keluhan pasien saat ini. Pasien juga merasa pusing,
lemas dan mual karena melihat banyak darah yang keluar. Pasien mengaku saat dirumah
pasien belum berani bergerak seperti biasa karena takut luka operasi menjadi semakin
parah.

Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat abortus (-)


Riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, asma, disangkal.

Riwayat alergi amoxcicilin (+), alergi ikan (+)

Pasien belum pernah mangalami hal serupa sebelumnya

Riwayat Penyakit keluarga yang diturunkan

Tidak terdapat riwayat penyakit keluarga yang diturunkan.


Riwayat Haid

Usia menarche : 13 tahun


Lamannya : 5-7 hari
Siklus haid : 28-30 hari
Disminore saat haid (+) saat sebelum menikah
Riwayat Perkawinan

Usia pernikahan 7 tahun

Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit JK/ BB Keadaan


hamil persalinan sekarang
2013 RS Aterm Normal Bidan - P/ 2865 Sehat
2018 RS Aterm SC Dokter Partus L/2800 Sehat
lama

Riwayat Kontrasepsi (Keluarga Berencana)

Pasien belum pernah memakai kontrasepsi

C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum

KU : tampak lemas, CM
Kesan Gizi : Cukup

Vital sign

Tekanan darah : 109/78 mmHg


Nadi : 86x/ menit
Pernapasan : 20x/menit
Suhu : 36,20C

Antropometri

Berat badan : 57 kg
Tinggi badan : 162 cm

Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan kulit : hiperpigmentasi (-), ruam makulopapular (-), ulkus (-)


2. Pemeriksaan kepala : normocephal, sklera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (+/+)
3. Pemeriksaan leher : tidak ada kelainan
4. Pemeriksaan Dada :
a. Paru : simetris, nyeri (-/-), ketertinggalan gerak (-/-), sonor (+/+), vesikuler (+/+)
b. Jantung : S1-S2 reguler, bising (-)
5. Pemeriksaan Abdomen :
Supel, terdapat luka operasi ditutupi perban, nyeri tekan (-), palpasi timpani, bising usus
(+) normal, teraba uterus lunak 1 jari di bawah pusar.
6. Pemeriksaan ekstremitas : edema (-/-), varises (-), tremor (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
AL: 11400 mm3(H)
Neutrofil: 80 %(H)
Hb : 11.5 g/dl (L)
Hmt: 36 %(L)
AT: 435 ribu/mm3 (H)
PT: 13,8 detik
APTT: 27,8 detik

E. ASSESSMENT
Diagnosis Kerja Awal
Subinvolusio Uteri

F. TERAPI
Konservatif:
- Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam
- Inj. Kalnex 500 mg/8 jam
- Inj. Ketorolac 1ampul/8jam
- Infus RL + Syntosinum + metergin
- Vulva hygene
- Awasi KU dan tanda-tanda perdarahan

Masalah yang dikaji


1. Apa saja faktor resiko penyebab subinvolusio uteri?
2. Bagaimana cara mendiagnosis subinvolusio uteri?
TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu – minggu pertama setelah kelahiran.
Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.
Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyak perubahan fisiologis.
Dalam masa nifas alat – alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur – angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan – perubahan alat – alat genitalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi.
Sesudah partus berakhir uterus yang beratnya 1000 gram mengecil sampai menjadi 40 – 60
gram dalam 6 minggu. Proses ini yang dinamakan involusi uterus, didahului oleh kontraksi –
kontraksi uterus yang kuat, yang menyebabkan berkurangnya peredaran darah dalam alat tersebut.
Kontraksi itu dalam masa nifas berlangsung terus, biarpun tidak sekuat seperti permulaan. Hal
tersebut, serta hilangnya pengaruh estrogen dan progesteron, menyebabkan autolisis dengan akibat
bahwa sel – sel otot pada dinding uterus menjadi lebih kecil dan pendek.
Ada kalanya masa nifas tidak berjalan dengan normal dikarenakan sebab yang abnormal
seperti terjadinya sub involusi terkhususnya rahim ibu, yang menyebabkan kondisi ibu memburuk.
Subinvolusi uterus adalah terganggunya proses involusi uterus pada ibu karena keabnormalan
pasca nifas.
II. DEFINISI SUBINVOLUSI UTERI
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/proses involusi
rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
Subinvolusi menunjukkan keadaan terhentinya atau retardasi dalam proses involusi. Ini
diikuti oleh memanjangnya pengeluaran lokia dan perdarahan uterus yang ireguler atau berlebihan,
yang terkadang sangat banyak jumlahnya.

III. FAKTOR PREDISPOSISI


Faktor predisposisi terjadinya subinvolusi uteri sebagai berikut:
1. Status gizi ibu nifas buruk ( kurang gizi)
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 kkal per hari, kebutuhan
tambahan energi adalah untuk menunjang proses kontraksi uterus pada proses involusi
menuju normal. Kekurangan energi pada ibu nifas dapat menyebabkan proses kontraksi
tidak maksimal, sehingga involusi uterus terus berjalan lambat.
2. Ibu tidak menyusui bayinya
Laktasi adalah produksi dan pengeluaran ASI, laktasi ini dapat dipercepat dengan
memberiksan rangsangan puting susu (isapan bayi). Pada puting susu terdapat saraf – saraf
sensorik yang jika mendapat rangsangan (isapan bayi) maka timbul impuls menuju
hipotalamus kemudian disampaikan pda kelenjar hipofisi bagian depan dan belakang. Pada
kelenjar hipofisis bagian depan akan mempengaruhi pengeluran hormon prolaktin yang
berperan dalam peningkatan produksi ASI, sedangkan kelenjar hipofisis bagian belakang akan
mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin yang berfungsi memacu kontraksi otot polos
yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar serta memacu
kontraksi otot rahim sehingga involusi uterus berlangsung lebih cepat.
3. Kurang mobilisasi
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat nafas dalam, dan mestimulasi kembali
fungsi gastrointestinal normal. Dengan mobilisasi dini kotraksi uterus akan baik sehingga
fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena
kontraksi menyempitkan pembuluh darah yang terbuka.
4. Usia
Proses involusi uterus sangat dipangaruhi oleh usia ibu yang melahirkan. Usai 20 – 30
tahun merupakan usia yang sangat ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Hal ini
disebakan karena faktor elastisitas dari otot uterus mengingat ibu yang telah berusia 35 tahun
lebih elastisitas ototnya berkurang.
Pada usia kurang dari 20 tahu elastisitasnya belum maksimal karena organ reproduksi yang
belum matang. Sedangkan usia diatas 35 tahun sering terjadi komplikasi saat sebelum dan
setelah kelahiran dikarenakan elastisitas otot rahimnya sudah menurun, menyebabkan
kontraksi uterus tidak maksimal. Pada ibu yang usianya lebih tua proses involusi banyak
dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses penuaan terjadi peningkatan lemak.
Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, dan karbohidrat. Bila
proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan, maka hal ini akan
mengahambat proses involusi uteri.
5. Parietas
Parietas mempengaruhi proses involusi uterus. Parietas pada ibu multipara cenderung
menurun kecepatannya dibandingkan ibu primipara karena pada primipara kekuatan kontraksi
uterus lebih tinggi dan uterus terasa lebih keras, sedangkan pada multipara kontraksi uterus
dan retraksi uterus berlangsung lebih lama begitu juga ukuran uterus pada primiparaataupun
multipara memiliki perbedaan sehingga memberikan pengaruh terhadap proses involusi.
Setiap kehamilan rahim mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot – otot rahim
selama 9 bulan kemudian. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak
kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu akibatnya uterus tidak akan
berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan lamanya proses pemulihan organ
reproduksi (involusi) pascasalin.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa parietas ibu mempengaruhi lamanya pengeluaran
lokia, semakin tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lokia. Akan tetapi karena
kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka proses
involusi berjalan lebih lambat.
6. Terdapat bekuan darah yang tidak keluar
7. Terdapat sisa plasenta dan selaputnya dalam uterus sehingga proses involusi uterus tidak
berjalan dengan normal atau terlambat
8. Terjadi infeksi pada endometrium
Infeksi puerperalis paling sering terjadi adalah endometritis. Setelah masa inkubasi, kuman
– kuman menyerbu ke dalam luka endometrium, biasanya bekas perlengketan plasenta.
Endometritis dapat menghambat involusi.
9. Inflamasi

IV. PATOFISIOLOGI
Kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah bukan hanya karena kontraksi dan retraksi
yang cukup lama, tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang menuju ke uterus di dalam
perut ibu hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertropi
dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang,
kembali seperti biasa. Demikian dengan adanya hal-hal tersebut uterus akan mengalami
kekurangan darah sehingga jaringan otot –otot uterus mengalami atrofi kembali ke ukuran semula.
Subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun mengakibatkan pembuluh darah
yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga perdarahan terjadi terus menerus, menyebabkan
permasalahan lainnya baik itu infeksi maupun inflamasi pada bagian rahim terkhususnya
endromatrium. Sehingga proses involusi yang mestinya terjadi setelah nifas terganggu karena
akibat dari permasalahan di atas.
V. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4-6 minggu pasca
nifas.
a. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen atau pelvis dari yang diperkirakan
atau penurunan fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek.
b. Keluaran lochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa, lalu
kebentuk lochia alba.
c. Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari postpartum atau lebih
dari 2 minggu pasca nifas
d. Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan
e. Leukore dan lochia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi
f. Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah
g. Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyak (>500 ml)
h. Nadi lemah, gelisah, letih, ektrimitas dingin

VI. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Identitas pasien
Data pasien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record,
dll.
b. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini : pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah
(dalam bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu
postpartum adanya leukore an lochia berbau menyengat)
c. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, mioma uteri, riwayat
preeklamsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, sisa plasenta.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah/sedang menderita hiertensi, penyakit
jantung dan preeklamsia, penyakit keturunan hemofilia dan penyakit menular.
e. Riwayat obstetric
Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lama siklusnya, banyaknya, baunya,
keluhan waktu haid.
Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa, usia mulai
hamil.
Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
1) Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus
2) Riwayat persalinan meliputi: Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup / mati, berat
badan & panjang anak waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi : keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI
cukup/tidak,kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
4) Riwayat kehamilan sekarang
a) Hamil muda: keluhan selama hamil muda
b) Hamil tua: keluhan selama hamil tua, peningkatan BB, suhu nadi, pernafasan,
peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual atau keluhan lain.
c) Riwayat ANC meliuti: dimana tempat pelayanan. berapa kali perawatan serta
pengobatannya yang di dapat.
5) Riwayat persalinan sekarang meliputi : tuanya kehamilan, cara persalinan,
penolong tempat bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan (missal:
retensio plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan, dll), anak lahir
hidup/mati, berat badan dan panjang anak waktu lahir.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan ibu
b. Tanda – tanda vital meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
c. Kulit dingin, berkeringat, pucat, kering, hangat, kemerahan
d. Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum
e. Uterus
Meliputi: fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
Pada pemeriksaan bimanual subinvolusi uteri ditemukan uterus lebih besar dan lebih
lembek daripada seharusnya, mengingat lamanya mas nifas.
f. Lochia
Meliputi: warna, banyaknya dan baunya
g. Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka jahitan
h. Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
i. Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun / berkurang
3. Pemeriksaan penunjang
 USG
 Radiologi
 Laboratorium ( Hb, golongan darah,eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit, CT,
Bleeding time )
 Pemeriksaan patologi jaringan endometrium

VII. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian antibiotik
Hampir sepertiga kasus infeksi uterus pascapartum disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis, jadi terapi azythromycin atau doxycycline merupakan terapi empiris yang
sesuai.
2. Pemberian uterotonika
a. Oksitosin
b. Metilergonovine 0,2 mg setiap 3 sampai 4 jam selama 24 sampai 48 jam
3. Pemberian transfusi
4. Dilakukan kuretase bila disebabkan karena tertinggalnya sisa-sisa plasenta
Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono.2009. Buku Acuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono.2010.Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika

Fadlun Dan Achmad Feryanto.2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai