SUBINVOLUSIO UTERI
Disusun oleh :
20164011148
Dokter Pembimbing :
2018
A. IDENTITAS
Nama lengkap : Ny. KS
Umur : 32 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
B. SUBYEKTIF AUTOANAMNESA
Keluhan Utama:
Pasien perempuan P2A0 berusia 32 tahun dengan keluarnya darah dari jalan lahir sejak 4
jam sebelum masuk RS.
Pasien perempuan P2A0 berusia tahun datang ke IGD RS PKU Gamping dengan
keluhan keluarnya banyak darah dari jalan lahir sejak 4 jam SMRS. Darah yang keluar
kurang lebih 1300 cc dan konsistensi seperti darah menggumpal-gumpal dan sedikit
berbau. Darah keluar terus menerus tanpa berhenti. Pasien sudah mengganti pembalut nifas
>10x. Pasien mengaku 5 hari SMRS pasien melahirkan seksio caesaria dan pemasangan
IUD di RS PKU Gamping. Setelah melahirkan sampai pasien akan pulang kerumah tidak
terjadi perdarahan yang sama seperti keluhan pasien saat ini. Pasien juga merasa pusing,
lemas dan mual karena melihat banyak darah yang keluar. Pasien mengaku saat dirumah
pasien belum berani bergerak seperti biasa karena takut luka operasi menjadi semakin
parah.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Kesan umum
KU : tampak lemas, CM
Kesan Gizi : Cukup
Vital sign
Antropometri
Berat badan : 57 kg
Tinggi badan : 162 cm
Pemeriksaan Fisik
E. ASSESSMENT
Diagnosis Kerja Awal
Subinvolusio Uteri
F. TERAPI
Konservatif:
- Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam
- Inj. Kalnex 500 mg/8 jam
- Inj. Ketorolac 1ampul/8jam
- Infus RL + Syntosinum + metergin
- Vulva hygene
- Awasi KU dan tanda-tanda perdarahan
I. PENDAHULUAN
Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu – minggu pertama setelah kelahiran.
Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.
Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks dibandingkan dengan kehamilan, nifas
ditandai oleh banyak perubahan fisiologis.
Dalam masa nifas alat – alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur – angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan – perubahan alat – alat genitalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi.
Sesudah partus berakhir uterus yang beratnya 1000 gram mengecil sampai menjadi 40 – 60
gram dalam 6 minggu. Proses ini yang dinamakan involusi uterus, didahului oleh kontraksi –
kontraksi uterus yang kuat, yang menyebabkan berkurangnya peredaran darah dalam alat tersebut.
Kontraksi itu dalam masa nifas berlangsung terus, biarpun tidak sekuat seperti permulaan. Hal
tersebut, serta hilangnya pengaruh estrogen dan progesteron, menyebabkan autolisis dengan akibat
bahwa sel – sel otot pada dinding uterus menjadi lebih kecil dan pendek.
Ada kalanya masa nifas tidak berjalan dengan normal dikarenakan sebab yang abnormal
seperti terjadinya sub involusi terkhususnya rahim ibu, yang menyebabkan kondisi ibu memburuk.
Subinvolusi uterus adalah terganggunya proses involusi uterus pada ibu karena keabnormalan
pasca nifas.
II. DEFINISI SUBINVOLUSI UTERI
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk mengikuti pola normal involusi/proses involusi
rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya,sehingga proses pengecilan uterus terhambat.
Subinvolusi menunjukkan keadaan terhentinya atau retardasi dalam proses involusi. Ini
diikuti oleh memanjangnya pengeluaran lokia dan perdarahan uterus yang ireguler atau berlebihan,
yang terkadang sangat banyak jumlahnya.
IV. PATOFISIOLOGI
Kekurangan darah pada uterus. Kekurangan darah bukan hanya karena kontraksi dan retraksi
yang cukup lama, tetapi disebabkan oleh pengurangan aliran darah yang menuju ke uterus di dalam
perut ibu hamil, karena uterus harus membesar menyesuaikan diri dengan pertumbuhan janin.
Untuk memenuhi kebutuhannya, darah banyak dialirkan ke uterus dapat mengadakan hipertropi
dan hiperplasi setelah bayi dilahirkan tidak diperlukan lagi, maka pengaliran darah berkurang,
kembali seperti biasa. Demikian dengan adanya hal-hal tersebut uterus akan mengalami
kekurangan darah sehingga jaringan otot –otot uterus mengalami atrofi kembali ke ukuran semula.
Subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun mengakibatkan pembuluh darah
yang lebar tidak menutup sempurna, sehingga perdarahan terjadi terus menerus, menyebabkan
permasalahan lainnya baik itu infeksi maupun inflamasi pada bagian rahim terkhususnya
endromatrium. Sehingga proses involusi yang mestinya terjadi setelah nifas terganggu karena
akibat dari permasalahan di atas.
V. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya tanda dan gejala subinvolusi tidak tampak, sampai kira-kira 4-6 minggu pasca
nifas.
a. Fundus uteri letaknya tetap tinggi di dalam abdomen atau pelvis dari yang diperkirakan
atau penurunan fundus uteri lambat dan tonus uterus lembek.
b. Keluaran lochia seringkali gagal berubah dari bentuk rubra ke bentuk serosa, lalu
kebentuk lochia alba.
c. Lochia bisa tetap dalam bentuk rubra dalam waktu beberapa hari postpartum atau lebih
dari 2 minggu pasca nifas
d. Lochia bisa lebih banyak daripada yang diperkirakan
e. Leukore dan lochia berbau menyengat, bisa terjadi jika ada infeksi
f. Pucat, pusing, dan tekanan darah rendah
g. Bisa terjadi perdarahan postpartum dalam jumlah yang banyak (>500 ml)
h. Nadi lemah, gelisah, letih, ektrimitas dingin
VI. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
a. Identitas pasien
Data pasien meliputi nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record,
dll.
b. Keluhan yang dirasakan ibu saat ini : pengeluaran lochia yang tetap berwarna merah
(dalam bentuk rubra dalam beberapa hari postpartum atau lebih dari 2 minggu
postpartum adanya leukore an lochia berbau menyengat)
c. Riwayat penyakit
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, mioma uteri, riwayat
preeklamsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi pembuluh darah, sisa plasenta.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah/sedang menderita hiertensi, penyakit
jantung dan preeklamsia, penyakit keturunan hemofilia dan penyakit menular.
e. Riwayat obstetric
Riwayat menstruasi meliputi : menarche, lama siklusnya, banyaknya, baunya,
keluhan waktu haid.
Riwayat perkawinan meliputi : usia kawin, kawin yang keberapa, usia mulai
hamil.
Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu.
1) Riwayat hamil meliputi: waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus
2) Riwayat persalinan meliputi: Tuanya kehamilan, cara persalinan, penolong,
tempat bersalin, adakah kesulitan dalam persalinan, anak lahir hidup / mati, berat
badan & panjang anak waktu lahir.
3) Riwayat nifas meliputi : keadaan lochia, apakah ada perdarahan, ASI
cukup/tidak,kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
4) Riwayat kehamilan sekarang
a) Hamil muda: keluhan selama hamil muda
b) Hamil tua: keluhan selama hamil tua, peningkatan BB, suhu nadi, pernafasan,
peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual atau keluhan lain.
c) Riwayat ANC meliuti: dimana tempat pelayanan. berapa kali perawatan serta
pengobatannya yang di dapat.
5) Riwayat persalinan sekarang meliputi : tuanya kehamilan, cara persalinan,
penolong tempat bersalin, apakah ada penyulit dalam persalinan (missal:
retensio plasenta, perdarahan yang berlebihan setelah persalinan, dll), anak lahir
hidup/mati, berat badan dan panjang anak waktu lahir.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan ibu
b. Tanda – tanda vital meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan
c. Kulit dingin, berkeringat, pucat, kering, hangat, kemerahan
d. Payudara
Dilihat kondisi aerola, konsistensi dan kolostrum
e. Uterus
Meliputi: fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya
Pada pemeriksaan bimanual subinvolusi uteri ditemukan uterus lebih besar dan lebih
lembek daripada seharusnya, mengingat lamanya mas nifas.
f. Lochia
Meliputi: warna, banyaknya dan baunya
g. Perineum
Diobservasi untuk melihat apakah ada tanda infeksi dan luka jahitan
h. Vulva
Dilihat apakah ada edema atau tidak
i. Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun / berkurang
3. Pemeriksaan penunjang
USG
Radiologi
Laboratorium ( Hb, golongan darah,eritrosit, leukosit, trombosit, hematokrit, CT,
Bleeding time )
Pemeriksaan patologi jaringan endometrium
VII. PENATALAKSANAAN
1. Pemberian antibiotik
Hampir sepertiga kasus infeksi uterus pascapartum disebabkan oleh Chlamydia
trachomatis, jadi terapi azythromycin atau doxycycline merupakan terapi empiris yang
sesuai.
2. Pemberian uterotonika
a. Oksitosin
b. Metilergonovine 0,2 mg setiap 3 sampai 4 jam selama 24 sampai 48 jam
3. Pemberian transfusi
4. Dilakukan kuretase bila disebabkan karena tertinggalnya sisa-sisa plasenta
Daftar Pustaka
Fadlun Dan Achmad Feryanto.2013. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika