GASTROPORESIS DIABETIK
DISUSUN OLEH
Novi Mery Kala Aheng
62.20.1.14.135
B. PATOFISIOLOGI
Pengosongan lambung terjadi sebagai akibat dari integrasi kontraksi tonik fundus,
kontraksi fasikantrum, serta hambatan terhadap kontraksi pilorik dan duodenal.
Kerusakan nervusvagus dapat terjadi sebagai akibat dari kenaikan kadar gula darah yang
telah berlangsung lama. Hal tersebut menyebabkan terjadinya gangguan saraf otonom
(neuropati otonom) sehingga lambung tidak mampu berfungsi dengan baik. pun
penampilan dari neuron dan axonnya Keadaan hiperglikemia merupakan factor penting
lainnya yang menyebabkan terjadinya gastroparesis. Ternyata bahwa peningkatan kadar
gula darah meskipun masih dalam rentang normal dapat menyebabkan keterlambatan
pengosongan lambung pada orang normal maupun penderita diabetes.
Burgstaller dkk mengatakan bahwa pengosongan lambung melambat secara
bermagna pada keadaan hiperglikemia dibandingkan dengan keadaan euglikemia pada
penderita diabetes (pengosongan lambung ± 1180 menit pada kadar gula darah 5,5
mmol / 1, dan ± 240 menit pada kadar gula darah 14 mmol. Diduga mekanisme
hiperglikemia memperlambat pengosongan lambung adalah secara tak langsung yang
melibatkan perubahan pada aktivitas vagus, aktivitas listrik lambung, sekresi hormon-
hormon gastrointestinal dan mekanisme miogenik. Fischer dkk menunjukkan bahwa
hipergilemia post prandial pada penderita diabetes menyebabkan terjadinya penurunan
aktivitas mioelektrik lambung, pengurangan aktivitas motorik antrum dan keterlambatan
pengosongan lambung. Studi oleh Barnett dan Ow yang menunjukkan bahwa motilitas
antrum puasa akan menurun pada kadar gula darah 7,8 mmol/1 sedangkan motilitas
antrum postprandial akan menurun pada kadar gula darah 9,7 mmol/1
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sejumlah metode saat ini tersedia untuk pemeriksaan motilitas lambung, yang
dapat dikelompokkan dalam 3 kategotri :
1. Pengukuran pengosongan lambung ( semtigraphy, radiology, uji nafas radioisotop
dan USG)
2. Pengukuran tekanan intra luminal (manometry)
3. Perekaman aktivitas elektrik lambung (electrogastrographty).
Semtigraphy saat ini merupakan suatu cara pengukuran waktu pengosongan
lambung yang paling akurat, dan dapat digunakan di klinis karena non invasive dan
hanya menyebabkan paparan radiasi yang relatif rendah. Cara ini dapat mengukur
pengosongan lambung liquid, solid ataupun keduanya dengan cara memasukkan bahan
radioisotop (biasanya indium ataupun technetium) kedalam makanan, dengan suatu
kamera gamma direkam distribusi radioisotop di lambung selama periode waktu
sekurang-kurangnya 2 jam atau hingga 50% (T50) dari isi lambung telah dikosongkan.
Karena keterkaitan antara pengosongan makanan solid dengan liquid pada penderita
diabetes relatif lemah, dimana pengosongan bahan yang satu tidak dapat meramalkan
pengosongan yang lainnya, sebaiknya test dilakukan terhadap kedua jenis makanan
tersebut dengan label isotop sendiri-sendiri.Pemeriksaan yang demikian merupakan
“gold standard” pemeriksaan pengosongan lambung. Dengan menilai retensi bahan
solid pada 100 menit dan T50 bahan liquid suatu studi scintigraphy terhadap 86
pendeerita diabetes diperoleh hasil berikut ini : 16 (19%) penderita mengalami
keterlambatan pengosongan solid maupun liquid, 7 (8%) penderita normal solid tetapi
pengosongan liquid terlambat, dan 30 (35%) normal liquid tetapi solid terlambat.
Pemeriksaan radiologis dengan fluoroskopi dan CT scan selain tidak sensitive juga
menyebabkan paparan radiasi yang tinggi. Namun metode yang dilakukan Feldman
dkk dengan menggunakan solid radiopaque marker ternyata merupakan cara yang
sensitive dalam mendeteksi keterlambatan pengosonganlambung pada gastroparesis
diabetika. Setelah menelan 10 buah marker radiopaque bersama dengan makanan
standard, maka masih dijumpai marker dalam lambung setelah 6 jam yang dilihat
dengan foto polos abdomen menunjukkan adanye keterlambatan pengosongan
lambung solid non digestible yang berkaitan dengan hilangnya fase 3 dari IMMC
antrum. Metode ini sederhana, aman, ditoleransi baik, relatif murah dan reproducible,
dan mungkin lebih sensitive disbanding scintigraphy, sehingga dapat digunakan
sebagai uji penyaring untuk penentuan gangguan pengosongan lambung Uji nafas
radioisotop (radioisotop breath testing,(13C) octanoic acid breath test) merupakan
teknik yang baru dikembangkan. Dengan mengukur kadar 13CO2 dalam nafassetelah
menelan 13C-octanoic acid yang dimasukkan ke dalam makanan dapat diperoleh
waktu pengosongan lambung yang hasilnya berkolerasi baik dengan scintigraphy.
Ultrasonography merupakan suatu pemeriksaan non invasive yang dapat dipakai untuk
mengevaluasi kecepatan pengosongan lambung liquid namun tidak cocok untuk
menilai pengosongan solid. Dengan sistem tiga demensi dapat diperoleh hasil yang
lebih tepat dan juga dapat dinilai distribusi makanan dalam lambung.
Electrogastrography (EGG) merupakan suatu prosedur perekaman aktivitas
elektrik lambung yang dilakukan dengan cara menempatkan beberapa electrode pada
daerah epigastrium yang dilakukan dengan cara menempatkan beberapa electrode pada
daerah epigastrium dengan sebuah limb lead sebagai referensi. Dengan EGG dapat
diukur aktivitas elektris berbagaibagianlambung.Normalnya aktivitas elektrik lambung
distal memiliki depolarisasi siklis (slow wave) dengan kecepatan 3 siklus / menit.
Abnormalitas dari depolarisasi siklis ini (dysrhytmia) dapat berupa techigastria
(peningkatan frekwensi slow wave) bradygastria ( penurunan frekwensi slow wave)
ataupun gastric arrhythmia ( tidak teraturnya frekwensi slow wave) Dengan
pemeriksaan EGG terlihat bahwa dysrhythmia lambung relatif sering terjadi pada
penderita diabetes, namun korelasi antara EGG dengan pengosongan lambung maupun
simptom-simptom statis lambung tidak jelas.
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada berbagai macam cara, misalnya:
1. Dilakukan penyesuaian diit, yang dianjurkan adalah porsi kecil namun sering,
dengan kadar lemak dan serat yang rendah dan tetap menjaga asupan kalori yang
cukup dan olahraga seperti berjalan – jalan.
2. Beberapa orang dengan gastroporesis mungkin tidak dapat menoleransi makanan
atau cairan tertentu. Dalam situasi seperti ini, petugas kesehatan mungkin
menyarankan selang (tube jejustomy) yang ditempatkan dalam usus kecil. Tabung
makanan dapat dimasukkan melalui hidung atau mulut atau langsung ke usus kecil
melalui Tabung, biasanya bersifat sementara dan hanya digunakan ketika
gastroporesis dalam tingkat yang parah atau ketika kadar gula darah tidak dapat
dikontrol dengan metode lainnya.
B. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah
Data subjektif : Konsumsi obat penghilang Nyeri
Laporan secara verbal nyeri
Data objektif :
Mengurangi prostaglandin
- Posisi untuk menahan
yang bertugas melindungi
nyeri
dinding lambung
- Tingkah laku berhati-
hati Dinding lambung
- Gangguan tidur (mata dilindungi oleh mukosa
sayu, tampak capek, bicarbonate rusak
sulit atau gerakan kacau,
Peningkatan asam lambung
menyeringai)
- Terfokus pada diri Inflamasi mukosa lambung
sendiri
Kerusakan langsung
- Fokus menyempit
mukosa lambung
(penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses Nyeri epigastrik
berpikir, penurunan
Nyeri
interaksi dengan orang
dan lingkungan)
- Tingkah laku distraksi,
contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,
aktivitas berulang-
ulang)
- Respon autonom
(seperti diaphoresis,
perubahan tekanan
darah, perubahan nafas,
nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
Data subjektif : Konsumsi obat penghilang Kekurangan vol cairan
Klien mengatakan haus nyeri
Data objektif :
Mengurangi prostaglandin
- Penurunan turgor
yang bertugas melindungi
kulit/lidah
dinding lambung
- Membran mukosa/kulit
kering Dinding lambung
- Peningkatan denyut dilindungi oleh mukosa
nadi, penurunan bicarbonate rusak
tekanan darah,
Peningkatan asam lambung
penurunan
volume/tekanan nadi Inflamasi mukosa lambung
- Pengisian vena
Kerusakan langsung
menurun
mukosa lambung
- Perubahan status
mental Mual dan muntah
- Konsentrasi urine
Kekurangan vol cairan
meningkat
- Temperatur tubuh
meningkat
- Kehilangan berat badan
secara tiba-tiba
- Penurunan urine output
- HMT meningkat
- Kelemahan
Data subjektif : Konsumsi obat penghilang Ketidakseimbangan
- Nyeri abdomen nyeri Nutrisi kurang dari
- Muntah kebutuhan tubuh
Mengurangi prostaglandin
- Kejang perut
yang bertugas melindungi
- Rasa penuh tiba-tiba
dinding lambung
setelah makan
Data objektif : Dinding lambung
- Diare dilindungi oleh mukosa
- Kurang nafsu makan bicarbonate rusak
- Bising usus berlebih
Peningkatan asam lambung
- Konjungtiva pucat
- Denyut nadi lemah Inflamasi mukosa lambung
Kerusakan langsung
mukosa lambung
Meningkatkan
permeabilitas kapiler thd
protein
Ketidakseimbangan Nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan kelenjar gastrik.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dengan mual,
muntah, nafsu makan menurun, intoleransi makanan.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pemasukan cairan dan
elektrolit yang kurang, muntah, perdarahan.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
DAFTAR PUSTAKA
Arisman. 2011. Diabetes Mellitus. Jakarta: EGC.
Alvin .C, 2008. Diabetes Melitus, Harrison internal Medicine 17th Edition, 2052- 2063.
Permana, Hikmat. 2011. Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyerta Pada
Diabetesi. Universitas Padjadjaran Bandung: Bandung.
Sutadi , Sri Maryani. Gastroperasis Diabetika http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-
srimaryani8.pdf. Diakses tanggal 14 Maret 2018