Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ide menempatkan sekolah menjadi bagian utama dalam proses pembuatan keputusan
dalam peningkatan mutu pendidika, berbeda dengan konsep mengenai pengelolaan sekolah
yang selama ini dipahami oleh masyarakat luas.1 Selama ini pengelolaan sekolah, lebih banyak
diintervensi birokrasi pusat dan mendominasi proses pengambilan atau pembuatan keputusan
pendidikan, yang bukan hanya kebijakan bersifat makro saja tetapi juga kepada hal-hal yang
bersifat mikro.
Selama ini, sekolah cenderung hanya melaksanakan kebijakan-kebijakan birokrasi
pusat yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan belajar siswa, lingkungan sekolah, harapan
orang tua dan masyarakat serta dunia usaha. Pengalamn menunjukkan bahwa sistem lama
seringkali menimbulkan kontradiksi antara apa yang menjadi kebutuhan sekolah dengan
kebijakan yang harus dilaksanakan dalam proses peningkatan mutu pendidikan.
Fenomena pemberian kemandirian kepada sekolah akan memperlihatkan suatu
perubahan cara berpikir yang bersifat rasional, normatif, dan menggunakan pendekatan
perskriptif dalam pengambilan keputusan pendidikan.2Hal ini tentu berimplikasi kepada suatu
kesadaran akan kompleksnya pengambilan keputusan dalam sistem pendidikan dan organisasi
yang mungkin tidak dapat diapresiasikan secara utuh oleh kebijakan-kebijakan birokrat pusat.
Tujuan pemerintah memberlakukan otonomi daerah di bidang pendidikan yaitu untuk
menjadikan lembaga pendidikan formal dapat mandiri dalam menyelesaikan permasalahannya.
Selain itu, dengan adanya otonomi daerah di bidang pendidikan pemerintah berupaya dan
bertekad untuk memberdayakan sekolah di seluruh jenjang pendidikan. Maka dari itu, semua
uruan dan wewenang diserahkan kepada pemerintah daerah kabupaten atau kota, bahkan dapat
diserahkan lansung kepada kepala sekolah itu sendiri. Dalam hal ini, sekolah harus mampu
memberdayakan sumber dayanya dengan meningkatkan kegiatan manajemen sekolah yang
efektif dan efisien.
Namun pada kenyataannya banyak sekolah yang mengalami kendala dalam
melaksanakan manajemen sekolah. Hal tersebut menjadi faktor penghambat untuk
meningkatkan mutu. Seperti yang diungkapkan Sallis yang dikutip oleh Husaini Usman, ia
mengemukakan bahwa :

1
Depdiknas, Manajemen Peniingkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum, 2000), h.37
2
Ibid, h.33

1
“sebagian besar rendahnya mutu disebabkan oleh buruknya manajemen dan kebijakan
pendidikan. Warga sekolah hanyalah pelaksana belaka dari kebijakan yang telah ditetapkan
atasannya. Pendapat Sallins ini mendukung pendapat juran, salah seorang begawan mutu
pendidikan. Juran berpendapat bahwa masalah mutu, 85% oleh menajemennya, sisanya oleh
faktor lainnya.”3
Salah satu permasalahn utama rendahnya mutu pendidikan disebabkan kurang
keterampilan sekolah dalam mengelola manajemen sekolahnya, baik itu mngelola tenaga SDN
nya, kurikulum, sarana dan prasarana maupun mengelola pembiayaan pendidikan. Tanggung
jawab sekolah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari memperbaiki
sistem manajemen sekolah. Salah satu cara untuk memperbaiki buruknya sistem manajemen
sekolah yaitu dengan mengimplementasikan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).
MBS merupakan salah satu jawaban pemberian otonomi daerah di bidang
pendidikan dan telah diundang-undangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas Pasal 51 ayat (1) yang berbunyi: “Pengelolaan satuan pendidikan anak usia
didini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar
pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah.4
Melihat Manajemen berbasis sekolah yang sangat dibutuhkan untuk mengelola
manajemen sekolah maka penulis kali ini mencoba mengkaji kembali perbedayaan sumber
daya guna yang digunakan untuk mengelolah sekolah. Pada pembahasan kali ini akan dikaji
pada pemberdayaan daya Sumber pada manajemen berbasis sekolah. Dari pembahasan tema
ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan tentang pemberdayaan guna sumber dalam
manajemen berbasis sekolah.

3
Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi Ketiga, (Jakarta : PT.Bumi
Aksara, 2010).Hlm.622-623
4
Ibid,h.623

2
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Berbasis Sekolah?
2. Bagaimana Pemberdayaan guna Sumber Daya dalam MBS?
3. Bagaimana Manajemen Sumber Daya Manusia disekolah?
4. Apa saja sumber daya manusia bukan Manusia?
5. Apa saja sumber daya manusia?
6. Bagaimana upaya-upaya sekolah dalam manajemen sumber daya manusia?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui arti dari Manajemen Berbasis Sekolah
2. Untuk memahami Pemberdayaan daya guna Sumber Daya dalam MBS
3. Untuk mengetahui Manajemen Sumber Daya Manusia di Sekolah
4. Untuk memahami Sumber daya bukan manusia
5. Untuk memahami sumber daya manusia
6. Untuk mengetahui upaya-upaya sekolah dalam manajemen SDM.

D. MANFAAT PENULISAN
1. Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berharga bagi pembaca
dalam memahami Pemberdayaan daya guna Sumber daya dalam MBS.
2. Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Manajemen Berbasis
Sekolah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)


Manajemen Berbasis Sekolah merupakan padanan dari School-Based Management
(SBM). Dalam hal ini, Bank Dunia (The World Bank) seperti yang dikutip oleh
Suparlan menyebutkan bahwa :
School-based management is the decentralization of levels of authority to the
school level. Responsibility and decision-making over school operation is
transferred to pricipals, teachers, parents, sometimes studens, and other school
community members. The school levels actors, however, have to conform to, or
operate, within a set of centrally datermined policies.5 Berdasarkan pengertian MBS
diatas dapat diartikan sebagai desentralisasi level otoritas penyelenggaraan sekolah
kepada level sekolah. Tanggung jawab dan pengambilan keputusan terhadap
pelaksanaan atau penyelenggaraan sekolah telah diserahkan kepada kepala sekolah,
guru-guru, para orang tua siswa, kadang-kadang peserta didik atau siswa, dan
anggota komunitas sekolah lainnya).
Menurut Sri Minarti di dalam buku Manajemen Sekolah, ia menjelaskan bahwa :
“Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah pendekatan politis untuk
mendesain ulang organisasi sekolah dengan memberikan kewenangan dan
kekuasaan kepada partisipasi sekolah pada tingkat lokal guna memajukan
sekolahnya. Partisipasi lokal yang dimaksudkan adalah partisipasi kepada sekolah,
guru, siswa dan masyarakat sekitar.6
Defini MBS menurut Departemen Pendidkan Nasional Republik Indonesia (2001:3)
yang dikutip oleh Rosmalah, menyebutkan MBS dengan Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah yang diartikan sebagai: “Model Manajemen yang memberikan
otonomi yang lebih besar pada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan

5
Suparlan, Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan Praktik, (Jakarta : Bumi Aksara,
2013), Cet.1, h.49
6
Sri Minarti, Manajemen Sekolah (Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri), (Jogyakarta :
AR-RUZZ MEDIA, 2011), Cet-1, h.15

4
partisipatif yang melibatkan secara langsung warga sekolah untuk mengingkatkan
kualitas sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional”. 7
Lebih jauh, di dalam Jurnal Administrasi Pendidikan, Ibrahim menjelaskan bahwa:
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan salah satu langkah yang baik
dalam mendukung dan mengawal peningkatan mutu sekolah. Peningkatan mutu
sekolah dapat diperoleh melalui pertisipasi aktif masyarakat terhadap sekolah,
transparasi dan akuntabilitas pengelolaan sekolah, peningkatan kompetensi guru dan
standar. MBS menekankan pada seluruh pihak yang berkepentingan dalam
peningkatan mutu pendidikan dalam menggodok dan merumuskan segala macam
keputusan yang berkaitan dengan pendidikan.8
Berdasarkan uraian diatas maka dapat pemakalah simpulkan bahwa manajemen
berbasis sekolah (MBS) adalah kewenangan sekolah yang secara leluasa untuk
mengelola sumber dayanya secara mandiri dengan mengikutsertakan partisipasi warga
sekolah, komite dan masyarakat agar penyelenggaraan pendidikan berjalan dengan
optimal.
B. Manajemen Berbasis Sekolah sebagai proses Pemberdayaan
Dalam dunia pendidikan, pemberdayaan merupakan cara yang sangat praktis dan
produktif untuk mendapatkan hasil yang baik. Proses untuk mendapat yang terbaik dan
produktif tersebut adalah dengan membagi tanggung jawab secara proporsional kepada
para guru. Satu prinsip terpenting dalam pemberdayaan ini adalah melibatkan guru
dalam proses pengambilan keputusan dan tanggung jawab.
Dalam MBS sendiri, pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja
sekolah agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif, dan efisien. Pada sisi lain,
untuk memberdayakan sekolah harus pula ditempuh upaya-upaya memberdayakan
merupakan cara untuk membangkitkn kemauan dan potensi peserta didik agar memiliki
kemampuan mengontrol diri dan lingkungan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
peningkatan kesejahteraan.
Sedikitnya terdapat delapan langkah pemberdayaan dalam kaitannya dengan MBS.
Delapan langkah tersebut tergambar dalam flow chart sebagai berikut:

7
Rosmalah, “Hakikat Impelementasi Berbasis Sekolah”, Jurnal Publikasi Pendidikan, Vol. VI Nomor
1, 2016, h.66
8
Ibnu Hajar A, Aan Komariyah, dan Dedy Achmad K, “Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah
dalam upaya Meningkatkan Mutu Sekolah (Studi Analisis Deskriptif Implementasi manajemen Berbasis sekolah
di SMAN 2 Indramayu”, Jurnal Adminitrasi Pendidikan, Vol 1 Nomor 1, 2014, h.3

5
1. Menyusun kelompok guru sebagai penerima awal atas rencana program
pemberdayaan.
2. Mengidentifikasi dan membangun kelompok peserta didik di sekolah
3. Memilih dan memilah guru dah tokoh masyarakat yang terlibat secara langsung
dalam implementasi manajemen berbasis sekolah.
4. Membentuk dewan sekolah yang terdiri dari unsur sekolah, unsur masyarakat di
bawah pengawasan pemerintah daerah.
5. Menyelenggarakan pertemuan-pertemuan para anggota dewan sekolah
6. Mendukung aktivitas kelompok yang tengah berjalan
7. Mengembangkan hubungan yang harmonis antara sekolah dan masyarakat.
8. Menyelenggarakan lokakarya untuk evaluasi.9
C. Manajemen Sumber Daya Manusia disekolah
Menurut Edwin B. Flippo dalam bukunya “Personnel management”, yang
dikutip Handoko dalam bukunya “Manajemen personalia dan sumber daya manusia”
mengemukakan, bahwa manjemen sumber daya manusia adalah perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan,
pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan
sumber daya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi, dan
masyarakat (2004:3). Sedangkan menurut French dalam Handoko (2004:3-4),
manajemen personalia sebagai penarikan, seleksi, pengembangan, penggunaan, dan
pemeliharaan sumber daya manusia oleh organisasi untuk mencapai baik tujuan-tujuan
individu maupun organisasi. Manajemen sumber daya manusia berkaitan erat dengan
pengelolaan individuindividu dalam organisasi, sehingga setiap individu mempunyai
kontribusi dalam pencapaian tujuan organisasi. Hal ini tentu saja juga berlaku pada
sekolah sebagai suatu organisasi yang memiliki tujuan tertentu dan tercermin dalam
visi, misi, dan tujuan sekolah.

9
Ahmad Zaini Aziz, Manajemen Berbasis Sekolah : Alternatif Peningkatan Mutu Pendidikan
Madrasah, Vol VII Nomor 1, 2015, h.86-87

6
Berdasarkan pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa dalam
mengelola sumber daya manusia di sekolah tetap harus dilakukan melalui proses yang
ada di fungsi-fungsi manajemen secara umum, yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan. Namun demikian, ada 4 (empat) prinsip dasar dalam
manajemen sumber daya manusia di sekolah, yang harus dipegang oleh kepala sekolah,
yaitu: 1) dalam mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen
paling berharga, 2) sumber daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola
dengan baik, sehingga mendukung tercapainya tujuan institusional, 3) kultur dan
suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial kepala sekolah sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah, dan 4) manajemen
personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru, staf
administrasi, peserta didik, orangtua peserta didik, dan yang terkait) dapat bekerja sama
dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah (Depdikbud, 1999:77).
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa seluruh sumber daya manusia yang
ada di sekolah harus mampu dikelola dengan baik oleh kepala sekolah, sehingga visi,
misi, dan tujuan sekolah akan tercapai sesuai harapan seluruh warga sekolah. Sebagai
pimpinan tertinggi di sekolah, tugas kepala sekolah mencakup 3 aspek, yaitu: 1)
pengadaan tenaga, 2) pemanfaatan tenaga yang telah dimiliki, serta 3) pembinaan dan
pengembangan. Dalam pengadaan tenaga, kepala sekolah harus melakukan analisis
pekerjaan sehingga tenaga akan benar-benar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Setelah
itu dilakukan, maka sekolah baru mengadakan tenaga yang dibutuhkan. Untuk sekolah
negeri tidak bisa merekrut sendiri, tetapi mengusulkan pengangkatan tenaga baru
kepada atasan langsung (Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten/Kota).
Kepala sekolah dalam pembinaan dan pengembangan tenaga yang dimiliki dapat
dilakukan dengan peningkatan profesionalisme, pembinaan karir, dan peningkatan
kesejahteraan. Langkah tersebut tentu akan berpengaruh terhadap kontribusi tenaga
pendidik dan kependidikan atau sumber daya manusia yang dimiliki sekolah dalam
pencapaian tujuan sekolah.10

10
Basuki Jaka, Optimalisasi Manajemen Sumber daya manusia dalam upaya peningkatan mutu sekolah, Vol.12
Nomor 2, Oktober 2016, hlm.27-36

7
D. Manajemen Sumber Daya Bukan Manusia
1. Manajemen Program Sekolah
Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik di sekolah jika didukung
oleh adanya program, baik di tingkat kelas, sekolah, maupun tingkat gugus. Hal ini
berarti bahwa proses pendidikan harus dikelola dengan baik yang tersusun dalam
sebuah program sekolah. Proses penyusunan program ini merupakan proses yang
terdiri atas kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan Dengan kata lain program
adalah suatu kegiatan dalam membuat atau membentuk pengelolaan sekolah secara
mandiri berdasarkan analisis kekuatan, kelemahan, peluang, tantangan atau analisis
situasi dan kondisi dengan memperhatikan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku dan tuntutan masyarakat.
Dalam menyusun program peranserta sumber daya manusia yang ada perlu
dilibatkan seperti:
o kepala sekolah, guru, dan tenaga administrasi,
o orang tua/wali siswa,
o tokoh masyarakat,
o utusan siswa, dan
o pengawas.
Langkah-langkah dalam penyusunan program sekolah antara lain sebagai berikut:
a. Menentukan Visi, Misi, Tujuan sekolah dan Target Sekolah.
Visi sekolah adalah gambaran tentang kualitas pendidikan di tingkat sekolah
yang diinginkan di masa depan. Cara merumuskan visi sekolah antara lain sebagai
berikut:
o mempelajari visi pendidikan nasional;
o mempelajari visi pendidikan di tingkat propinsi;
o mempelajari visi pendidikan daerah; dan
o merumuskan visi sekolah yang dapat dicapai dalam jangka waktu tertentu ke
depan.
Misi sekolah adalah tindakan untuk merealisasikan visi, yang telah dirumuskan.
Cara merumuskan misi sekolah adalah dengan melakukan kegiatan:
o mempelajari visi sekolah; dan
o merumuskan tindakan untuk mencapai visi sekolah.
Sementara itu, tujuan sekolah adalah penjabaran dari visi, misi ke dalam
operasional yang dapat dicapai dalam kurun waktu yang pendek misalnya dalam satu

8
tahun ke depan. Sedangkan target sekolah adalah penjabaran tujuan yang ingin dicapai
ke dalam target seperti peningkatan mutu akademik (prestasi belajar) dan non akademik
(kesenian, pramuka, olahraga, sikap) yang harus dicapai dalam setiap tahun ajaran,
semester, dan bulanan. Cara-cara untuk mencapai target sekolah antara lain sebagai
berikut:
a. membangkitkan dedikasi guru dengan cara meluruskan niat pengabdian sebagai
sumber daya manusia yang melaksanakan tugasnya secara professional;
b. membuat kesepakatan tugas (kewajiban) imbalan (hak) ganjaran jika berprestasi dan
sanksi jika mengingkari kewajiban berdasarkan aturan yang disepakati;
c. menanamkan rasa memiliki pada seluruh warga sekolah dan masyarakat terhadap
sekolah;
d. melakukan rapat berkala untuk mengetahui kemajuan, mencari solusi bersama
dalam menghadapi dan memecahkan masalah; dan
e. menciptakan iklim kerja yang kondusif sehingga tercipta suasana kerja yang
menyenangkan dan saling mendukung
b. Mengambil Keputusan Strategis
Keputusan strategis adalah cara jitu yang dikembangkan untuk mengatasi
tantangan dan meraih peluang dengan mempertimbangkan factor kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki sekolah dalam mencapai hasil maksimal sesuai dengan tujuan.
Keputusan strategis perlu dilakukan agar sekolah memiliki perencanaan yang tepat
untuk memperoleh keunggulan kuantitas dan kualitas (akademik/non akademik) sesuai
keinginan dan tuntutan masyarakat dengan dukungan maksimal dari sumber daya yang
dimilikinya.
Cara yang dapat ditempuh dalam melakukan pengambilan keputusan strategis adalah
dengan melakukan analisis situasi dan kondisi yang berkenaan dengan :
1. Pengidentifikasi masalah
2. Pengumpulan data
3. Penganalisian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancama secara komprehensif
(tenaga kependidikan, keuangan, kegiatan belajar mengajar, sarana/prasana,
kesiswaan, kerjasama dan lain-lain )
4. Penentuan skala prioritas
Setelah melakukan analisis dan kondisi seperti di atas, maka pengambilan
keputusan strategis lain yang perlu dilakukan antara lain sebagai berikut :
a) Menyusun program kerja

9
b) Menyusun pembagian tugas
c) Menyusun strategi untuk mencapai tujuan, dan
d) Menyusun anggaran yang diperlukan
Program kerja yang baik adalah program kerja yang dapat dilaksanakan sesuai
kemampuan dapa diukur kemajuannya, memiliki rincian siapa yang
melaksanakan, dimana dan kapan dilaksanakan, serta biaya yang diperlukan
untuk bisa melaksanakan program kerja itu.
2. Manajemen Kurikulum
Manajemen kurikulum mesti diarahkan supaya pembelajaran berjalan dengan
baik dengan mengacu pada pencapaian tujuan belajar siswa. Manajemen kurikulum
berkaitan dengan pengelolaan pengalaman belajar yang dialami siswa. Tahapan
dalam manajemen kurikulum di sekolah adalah tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan tahap pengedalian.
Sebenarnya di sekolah, manajemen kurikulum adalah kegiatan
mengoperasionalkan visi, misi, tujuan dan target sekolah dengan mengacu pada
kurikulum nasional dan lokal yang berlaku sesuai dengan situasi dan kondisi
sekolah yang dijabarkan dalam program tahunan dan program semesteran
berdasarkan kalender pendidikan.
Cara yang dapat ditempuh dalam menyusun program tahunan kegiatan belajar
mengajar antara lain sebagai berikut :
a. Menentukan hari belajar efektif dengan berpedoman pada hari belajar efektif
yang berlaku
b. Menentukan hari belajar efektif per minggu dan melakukan analisis materi
pelajaran dengan mempertimbangkan: pencapaian tujuan, kedudukan mata
pelajaran dalam mata pelajaran lainnya, nilai aplikasinya, kemukhtahiran,
karakteristik pelajaran, dan kebutuhan sekolah.
c. Menugaskan tenaga kependidikan untuk menyusun program tahunan
d. Melakukan pembahasan program tahunan
e. Menyusun jadwal pelajaran
f. Menyepakati perlunya untuk rencana pelajaran
g. Membahas bersama rencana pelajaran yang disusun guru
h. Melakukan supervisi secara berkala
i. Mengembangkan sistem penilaian
j. Memenuhi media pembelajaran

10
k. Menyepakati sistem pemberdayaan yang dapat mengakomodsasi kemajuan
belajar siswa, dan
l. Menyepakati bahwa pembelajaran senantiasa berpedoman pada prinsip-prinsip
didaktik dan metodik yang baik.

E. Manajemen Sumber Daya Manusia


1. Manajemen Personil Sekolah
Manajemen personil sekolah adalah kegiatan pembinaan dan pemberdayaan
personil yang ada di sekolah dan masyarakat untuk pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan di sekolah.
Cara yang dapat ditempuh dalam manajemen personil di sekolah adalah dengan
melakukan pembinaan dan pemberadayaan yang terarah dan terus menerus agar
personil yang ada dapat melaksanakan tugas profesionalnya dengan baik dalam
rangka pencapaian tujuan-tujuan pendidikan di sekolah. Pembinaan dan
pemberdayaan personil mencakup pembinaan akademis atau profesionalnya, karier
dan kesejahteraan.
a. Pembinaan Akademis
Dalam melakukan pembinaan akademis terhadap tenaga kependidikan adalah
berkenaan dengan penguasaan materi pelajaran dan penguasaan keterampilan
pedagogis dalam mengelola kegiatan belajar mengajar serta sikap tenaga
kependidikan sebagai pendidik dan pengajar. upaya yang dapat dilakukan dalam
melakukan pembinaan kemampuan akademis tenaga kependidikan antara lain
sebagai berikut:
1) Menentukan syarat minimal kompetensi yang mesti dimiliki oleh setiap
tenaga kependidikan yang ada.
2) Mengajak tenaga kependidikan yang ada di sekolah untuk dapat mengenali
kemampuan yang dimilikinya.
3) Meningkatkan kemampuan akademis tenaga kependidikan melalui berbagai
cara yang bisa ditempuh, antara lain:
 mengikutsertakan tenaga kependidikan dalam kegiatan pelatihan yang
relevan;
 menanamkan budaya untuk meningkatkan kemampuan terhadap setiap
tenaga kependidikan yang ada;
 menanamkan budaya untuk berprestasi;

11
 menanamkan budaya rasa memiliki;
 menanamkan budaya belajar, kerja keras, dan membangun diri.
b. Pemberdayaan Personil dan Staf lainnya
Pemberdayaan personil dan staf yang ada di sekolah maupun yang ada di masyarakat
sebenarnya adalah pemanfaatan pengetahuan, keterampilan dansikap mereka untuk
membantu sekolah dalam rangka mencapai tujuan-tujuan sekolah. Kegiatan-kegiatan
yang dapat dilakukan dalam pemberdayaan personil dan staf yang ada di sekolah antara
lain sebagai berikut::
o mencatat dan mendaftarkan tugas-tugas yang harus dikerjakan;
o mengupayakan agar tugas tersebut dapat dilaksanakan oleh staf sekolah.
Bila ada tugas-tugas yang tidak dapat dilaksanakan oleh staf yang ada di sekolah, maka
dapat mencarikan tenaga yang ada di masyarakat setempat;
 memahamkan minat dan kemampuan personil yang ada;
 merumuskan tugas dan tanggung jawab masing-masing;
 mendiskusikan tugas dan tanggung jawab;
 melakukan pembagian tugas bersama;
 melakukan supervisi secara berkala;
 memberikan tugas tambahan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan sesuai
kemampuan masing-masing.
c. Pembinaan Karier
Pembinaan karier personil terkait dengan jabatan fungsional dan jabatan structural
berdasarkan prestasi kerja. Cara yang dapat ditempuh dalam melakukan pembinaan
karier terhadap personil yang ada di sekolah adalah dengan menciptakan situasi dan
kondisi yang mendukung yang memungkinkan personil yang ada dapat mencapai
jenjang karier dengan tepat waktu sesuai peraturan yang berlaku. Pembinaan karier
terhadap personil akan dapat terlaksana dengan baik apabila situasi dan kondisi
lingkungan kerja dapat tercipta dengan baik. Untuk itu, penciptaan situasi dan kondisi
seperti yang diinginkan merupakan hal yang sangat penting. Kegiatan yang dapat
dilakukan dalam menciptakan situasi dan kondisi yang diinginkan antara lain sebagai
berikut:
o menanamkaan budaya malu apabila datang tidak tepat waktu;
o melakukan penilaian secara obyektif dan jujur;
o mendorong tenaga kependidikan mencapai jenjang karier secara optimal dengan
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

12
d. Kesejahteraan Personil
Kesejahteraan berarti suatu pemenuhan kebutuhan yang terkait dengan mental
spiritual, keadaan jasmaniah, dan penghasilan dari personil yang ada di
sekolah.Kegiatan yang dapat dilakukan dalam mengusahakan kesejahateraan terhadap
personil yang berkaitan dengan mental spiritual antara lain sebagai berikut:
o menciptakan iklim social yang menyenangkan;
o meningkatkan hubungan kekeluargaan;
o meningkatkan kerjasama dengan orang tua siswa, alumni, dan masyarakat setempat.
Sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan untuk dapat mengupayakan kesejahteraan
terhadap personil yang berkaitan dengan keadaan jasmaniah antara lain sebagai berikut:
o olah raga bersama secara terjadwal
o rekreasi bersama
o jaminan social
Sementara itu, kegiatan yang dapat ditempuh oleh kepala sekolah dalam mengupayakan
kesejahteraan terhadap personil yang ada di sekolah yang berkenaan dengan
penghasilan antara lain sebagai berikut:
o insentif yang layak sesuai dengan kinerja
o penghargaan dalam bentuk material dan moril bagi yang berprestasi11

F. Upaya-Upaya Sekolah Dalam Manajemen Sumber Daya Manusia


Agar seluruh sumber daya manusia yang ada di sekolah, seperti wakil kepala
sekolah, guru, tenaga administrasi, peserta didik, orangtua peserta didik, komite
sekolah, dan pihak-pihak terkait dapat berperan secara optimal dalam pencapaian visi,
misi, dan tujuan sekolah, maka perlu dikelola dan diberdayakan oleh kepala sekolah
sesuai kapasitas masing-masing.
Untuk meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga adminstrasi dapat
dilakukan melalui: 1) mengikutsertakan dalam pelatihan baik yang dilaksanakan di
sekolah (in house training) maupun di luar sekolah dan setelah pelatihan harus
mengimbaskan kepada guru/tenaga administrasi lain, 2) sekolah menyediakan buku-
buku atau referensi yang memadai bagi guru/tenaga administrasi, dan 3) mendorong
dan memfasilitasi guru/tenaga administrasi untuk melakukan tutor sebaya melalui
kegiatan MGMP atau MGBK baik di tingkat sekolah atau kabupaten/kota. Bentuk

11
Ruswandi Hermawan, Pengembangan Sumber Daya Sekolah, Vol 2 Nomer.5, Januari 2010, hlm.2-5

13
upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dan tenaga adminstrasi, misalnya
pelatihan tentang kurikulum, pengembangan media pembelajaran, keterampilan
menggunakan komputer, pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi, kearsipan,
perpustakaan, pengelolaan laboratorium, dan lain-lain.
Selain itu, kepala sekolah harus melakukan pembinaan karir bagi guru dan
tenaga administrasi dengan membantu, mendorong, dan memfasilitasi agar mereka
dapat meningkatkan karirnya. Langkah yang dapat dilakukan kepala sekolah, antara
lain: 1) mengkaitkan prestasi guru/tenaga administrasi dengan peningkatan jabatan baik
struktural maupun fungsional, 2) membantu guru agar lancar dalam kenaikan pangkat
melalui usulan PAK, dan 3) jika di sekolah tidak ada formasi kosong, maka kepala
sekolah dapat membantu guru/tenaga administrasi yang berprestasi untuk dipromosikan
ke sekolah lain atau ke tingkat yang lebih tinggi. Satu hal yang tidak kalah pentingnya
adalah pembinaan kesejahteraan. Kesejahteraan dapat berupa materi atau non-materi
yang mengarah pada kepuasan kerja. Untuk itu perlu dilakukan oleh kepala sekolah hal-
hal sebagai berikut: 1) memberikan apa yang menjadi hak guru dan tenaga administrasi,
2) memberikan penghargaan bagi guru dan tenaga administrasi yang berprestasi atau
mengerjakan tugas dengan baik, 3) membina hubungan kekeluargaan di antara para
guru dan tenaga administrasi beserta keluarganya, 4) memberikan kesempatan dan
memfasilitasi agar setiap guru dan tenaga administrasi dapat mengaktualisasikan
potensinya dengan cara memberi kesempatan mengemukakan gagasan dan
mewujudkannya, dan 5) jika memungkinkan mengupayakan kesejahteraan materi
dalam APBS sepanjang tidak menyalahi aturan yang ada. Agar setiap guru dan tenaga
administrasi dapat bekerja secara efektif dan efisien, maka kepala sekolah perlu
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. menempatkan orang pada jabatan atau tugas yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya;
2. melakukan musyawarah dalam setiap penentuan jabatan atau tugas sehingga dapat
menerima dengan perasaan senang;
3. menciptakan kondisi kerja dan memberikan fasilitas agar pekerjaan/tugas yang
diberikan dapat berjalan dengan baik;
4. membiasakan memanfaatkan tenaga secara efisien;
5. menciptakan tugas kepada seluruh tenaga yang dimiliki sehingga tidak ada orang
yang“menganggur”; dan

14
6. memberikan penghargaan, seperti memberi pujian dalam rapat atau jika
memungkinkan diberikan hadiah yang bersifat material.
Guru sebagai ujung tombak keberhasilan proses pembelajaran harus selalu didorong
dan difasilitasi oleh kepala sekolah agar mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan
baik. Peran guru sebagai pendidik, pengajar, dan pelatih akan berlangsung dengan baik
apabila dikelola dengan baik pula sehingga akan memberikan hasil pendidikan yang
optimal dan sesuai harapan semua pihak. Di samping guru sebagai tenaga pendidik,
maka tenaga administrasi juga berperan penting dalam mendukung tugas pendidik dan
urusan persekolahan lainnya, seperti kegiatan surat-menyurat, inventaris barang,
perpustakaan, pemeliharaan dan pendayagunaan laboratorium, dan sebagainya.
Dengan demikian, peran tenaga administrasi juga sangat penting dalam mendukung
kegiatan pembelajaran yang efektif. Bahkan peserta didik, orangtua peserta didik, dan
komite sekolah seharusnya juga bisa dikelola dengan baik agar memberi dukungan
secara menyeluruh terhadap pencapaian tujuan sekolah. Mereka juga perlu dilibatkan
dalam pengambilan kebijakan sekolah sesuai porsinya masing-masing sehingga akan
memberikan dukungan yang kuat dalam pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah.
Semua upaya yang dilakukan tersebut sebenarnya bermuara pada kepentingan peserta
didik, yaitu menghasilkan lulusan yang bermutu, lulusan yang menguasai seluruh
kompetensi yang dipersyaratkan dengan kategori baik.12
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa kepala sekolah harus melakukan
upaya-upaya tertentu dalam mengelola sumber daya manusia yang dimiliki sekolah
agar seluruh tenaga, terutama guru dan tenaga administrasi agar mereka memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian tujuan sekolah sesuai dengan visi dan
misi sekolah

12
Op Cit, hlm.32-33

15
BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1. Manajemen berbasis sekolah (MBS) adalah kewenangan sekolah yang secara leluasa
untuk mengelola sumber dayanya secara mandiri dengan mengikutsertakan
partisipasi warga sekolah, komite dan masyarakat agar penyelenggaraan pendidikan
berjalan dengan optimal.
2. Prinsip-prinsip MBS adalah sebagai berikut : Kemandirian, keterbukaan, Kemitraan,
partisipatif, akuntabilitas
3. Aspek-aspek strategi manajemen : konsep dan asumsi tentang hakikat manusia,
konsep organisasi sekolah, gaya pengambilan keputusan, gaya kepemimpinan,
penggunaan kekuasaan, keterampilan-keterampilan manajemen.
4. Dalam MBS sendiri, pemberdayaan dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja
sekolah agar dapat mencapai tujuan secara optimal, efektif, dan efisien. Pada sisi
lain, untuk memberdayakan sekolah harus pula ditempuh upaya-upaya
memberdayakan merupakan cara untuk membangkitkn kemauan dan potensi peserta

16
didik agar memiliki kemampuan mengontrol diri dan lingkungan untuk
dimanfaatkan bagi kepentingan peningkatan kesejahteraan.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2000, Manajemen Peniingkatan Mutu Berbasis Sekolah, (Jakarta: Direktorat Pendidikan
Menengah Umum

Hajar, Ibnu A, Komariyah ,Aan, dan Achmad ,Dedy K, 2014“Implementasi Manajemen


Berbasis Sekolah dalam upaya Meningkatkan Mutu Sekolah (Studi Analisis Deskriptif
Implementasi manajemen Berbasis sekolah di SMAN 2 Indramayu”, Jurnal Adminitrasi
Pendidikan, Vol 1 Nomor 1
Hermawan,,Ruswandi, 2010, Pengembangan Sumber Daya Sekolah, Vol 2 Nomer.5, Januari 2010
Jaka, Basuki , 2016, Optimalisasi Manajemen Sumber daya manusia dalam upaya
peningkatan mutu sekolah, Vol.12 Nomor 2, Oktober
Minarti ,Sri,2011, Manajemen Sekolah (Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri),
Jogyakarta : AR-RUZZ MEDIA

17
Rosmalah, 2016 “Hakikat Impelementasi Berbasis Sekolah”, Jurnal Publikasi Pendidikan,
Vol. VI Nomor 1

Suparlan, 2013Manajemen Berbasis Sekolah dari Teori sampai dengan Praktik, Jakarta : Bumi
Aksara
Usman ,Husaini, 2010, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan Edisi Ketiga, Jakarta :
PT.Bumi Aksara

Zaini Aziz ,Ahmad, 2015,Manajemen Berbasis Sekolah : Alternatif Peningkatan Mutu


Pendidikan Madrasah, Vol VII Nomor 1

18

Anda mungkin juga menyukai