Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DAN VIROLOGI

PEMERIKSAAN JAMUR

Nama : Gede Wika Andri Pratama

Nim : 1608551031

Kelompok/ Gel. :VA/I

Tanggal : 13 Maret 2018

Asisten Dosen : Bayu Putri Handayani

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Jamur adalah organisme bersel tunggal atau bersel banyak yang dinding selnya
mengandung kitin, bersifat eukariotik, dan tidak berklorofil. Jamur multiseluler
terbentuk dari rangkaian sel yang membentuk benang hifa bersekat ataupun tidak
bersekat yang akan saling sambung menyambung membentuk miselium (Kawuri et al.,
2016). Secara umum, jamur dibagi menjadi tiga kelas yaitu divisi Zygomycota
merupakan jamur dengan hifa bersekat, divisi Ascomycota merupakan jamur dengan
hifa tidak bersekat dan askuspora terdiri dari 8 spora, serta divisi Basidiomycota yang
umumnya berukuran makroskopis, memiliki tudung (basidiokarp) dan tubuh buah
(Hastono, 2003).
Menurut Syamsuri (2007), jamur hidup secara heterotrof yaitu secara saprofit,
parasit atau simbiosis pada makhluk hidup lain atau pada inang tertentu untuk
memperoleh nutrisi. Pada keadaan tertentu, sifat jamur dapat berubah menjadi patogen
dan menyebabkan penyakit. Hal tersebut menyebabkan harusnya manusia berhati-hati
dalam menjaga kesehatan termasuk juga memilih makanan yang sehat dan terhindar
dari jamur. Berbagai jenis makanan yang sudah ditumbuhi jamur umumnya akan busuk
dan namun tidak basah (berlendir). Apabila jamur dibiarkan berkembang biak, maka
jamur akan membentuk koloni yang dapat dilihat secara makroskopik serta merusak
host atau inangnya. menurut Tournas et al. (2001) jamur dapat menyebabkan berbagai
tingkat dekomposisi bahan makanan.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui metode yang digunakan untuk pemeriksaan jamur.


2. Mengetahui morfologi dari jamur yang tumbuh pada sanpel baik secara
makroskopis dan mikroskopis.
3. Mengetahui spesies jamur yang tumbuh pada sampel.
II. MATERI DAN METODE
2. 1 Cara Kerja
Dipotong sampel jagung yang sakit (busuk) dan sehat berukuran 1 x 1 cm. Potongan
sampel kemudian dicuci dengan Bayclin selama 5 menit dan dicelup sebanyak tiga kali
ke dalam air steril. Setelah di keringkan dengan tissue, sampel ditanam pada media
Potato Dextrose Agar (PDA) dan didiamkan pada suhu ruangan selama 7 hari. Setelah
jamur sudah bertumbuh, maka pengamatan secara mikroskopis dapat dilakukan di
bawah mikroskop dengan mengambil hifa muda yang kemudian diamati dibawah
mikroskop.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Terlampir
3.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan jamur yang bertujuan untuk
mengidentifikasi jamur yang tumbuh pada bahan makanan. Sampel yang digunakan
adalah roti, buncis (Phaseolus vulgaris), bawang putih (Allium sativum), cabai besar
(Capsicum annum), jagung (Zea mays) dan nasi basi (Oryza sativa). Media yang
digunakan adalah PDA (Potato Dextrose Agar). PDA merupakan media yang umum
digunakan untuk membuat biakan murni dari suatu jamur (Gunawan, 2008).
pengamatan dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan secara
makroskopis dilakukan dengan melihat warna koloni dan pengamatan secara
mikroskopis dilakukan di bawah mikroskop dimana preparat ditetesi dengan
lactophenol blue. Pengunaan lactophenol blue bertujuan untuk memberi warna pada
jamur sehingga lebih mudah proses penglihatannya (Aneja, 2009).
Dari 6 sampel yang dilakukan pengujian hanya 3 diantaranya yang terdapat jamur
, diantaranya sampel roti, bawang putih (Allium sativum), jagung (Zea mays). Untuk
hasil pengamatan pada sampel buncis (Phaseolus vulgaris), cabai besar (Capsicum
annuum) dan nasi basi (Oryza sativa) tidak terdapat jamur yang tumbuh saat dilakukan
inkubasi selama enam hari hal ini dikarenakan praktikan salah dalam pembuatan
pembiakan jamur dari sampel.
Hasil pengamatan yang diperoleh pada sampel roti adalah adanya koloni dengan
warna hijau keabuan. Menurut Mizana dkk (2016), hasil ini menunjukan lebih dari satu
jenis jamur yang tumbuh. Namun pada praktikum ini kami diduga bahwa jamur yang
tumbuh adalajh jamur jenis Aspergilus flavum karena seperti ciri-ciri dari Aspergilus
flavum dimana terdapat koloni yang berwarna hijau. Ciri umum dari Aspergils flavum
adalah koloni berwarna hijau seiring dengan tumbuhnya konidia dan kondioform
pendek dengan kepala konidia berbentuk kolumnar (Prasetyaningsih dkk, 2015).
Hasil pengamatan pada sampel jagung (Zea mays) ditemukan adanya koloni
berwarna putih pada bagian tengah yang seperti kapas. Saat diamati dengan
menggunakan mikroskop berbentuk telur dengan satu ujungnya menyempit atau ujung
agak bengkok, makrokonidia hialin dimna berdasarkan ciri ciri tersebut termasuk
kedalam ciri – ciri jarum Fusarium sp.
Hasil pengamatan pada sampel bawang putih (Allium sativum) adalah adanya
koloni yang berwarna hitam dengan tepi yang merata dan saat diamati di bawah
mikroskop hifanya tak bersepta serta setiap konidioform yang menyokong satu konidia
dari cirinya maka mirip dengan jamur Aspergillus niger. Aspergillu niger tergolong
dalam genus aspergillus dan dapat diklasifikasikan sebagai anggota deuteromycetes
(Wardani dkk, 2016).
IV. KESIMPULAN
1. Metode yang digunkan untuk pemeriksaan jamur adalah metode pengamatan
langsung atau makroskopis dan metode pengamatan secara mikroskopis.
2. Aspergills flavus mempunyai ciri koloni berwarna hijau seiring dengan tumbuhnya
konidia dan kondioform pendek dengan kepala konidia berbentuk kolumnar.
Aspergillus niger mempunyai ciri hifanya tak bersepta serta setiap konidioform
yang menyokong satu konidia dan Fusarium sp mempunyai ciri warna koloni putih
pada bagian tengah dan bagian tepinya berwarna oranye, miseliumnya teratur dan
pertumbuhan koloninya merata, bentuknya melengkung , panjang dengan ujung
yang mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat. Saat diamati dengan
menggunakan mikroskop berbentuk telur dengan satu ujungnya menyempit atau
uung agak bengkok, makrokonidia hialin.
3. Jamur yang terdapat pada sampel roti adalah Aspergillus flavus, jamur yang
terdapat pada bawang putih (Allium sativum) adalah Aspergillus niger, jamur yang
terdapat pada jagung (Zea mays) adalah fusarium sp dan untuk buncis (Phoseulus
vulgaris), cabai besar (Capsicum annuum) dan nasi basi (Oryza sativa) pada
praktikum ini tidak didapat bakterinya.

DAFTAR PUSTAKA

Aneja, K. R. 2009. Experiments in Microbiology, Plant Pathology and Biotechnology.


Fourth Edition. India: New Age International

Gunawan, A.W. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya

Hastono, S. 2003. Cendawan dan Permasalahannya Terhadap Kesehatan Hewan.


Jurnal Veteriner. 4 (2) : 1 – 4

Kawuri, R., Y. Ramona dan I.B.G. Darmayasa. 2016. Penuntun Praktikum


Mikrobiologi Umum. Bali : Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Udayana.

. Mizana, D.K., S. Netty, A. Amir. 2016. Identifikasi Pertumbuhan Jamur Aspergillus


sp. pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang Berdasarkan Suhu dan Lama
Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas 5(2):355-360.

Prasetyaningsih, Y., F. Nadifah, I. Susilowati. 2015. Distribusi Jamur Aspergillus


flavus pada Petis Udang Yogyakarta. University Research Coloquium 2:307-
314.

Syamsuri, I., H. Suwono, Ibrohium, Sulisetijono, I.W. Sumberartha, dan S.E. Rahayu.
2007. Biologi untuk SMA Kelas X Semester 1. Jakarta : Erlangga.

Tournas, V., M.E. Stack, P.B. Misli. 2001. Yeast, Molds, and Myccotoxins.
Waashington D.C. : U.S. Food and Drug Administration. Center for Safety and
Applied Nutrition.
Wahdania, I., Asrul, Rosmini. 2016. Uji Daya Hambat Aspergillus niger pada Berbagai
Bahan Pembawa terhadap Phytopththora palmivora Penyebab Busuk Buah
Kakao (Theobroma cacao L.). Agrotekbis 4(5):521-529
Lampiran

Gambar 1.1 Sampel sakit dan sehat yang belum di diamkan selama 7 hari

Gambar 2.2 sampel sakit dan sampel sehat yang telah di diamkan selama 7 hari

Anda mungkin juga menyukai