Disusun oleh :
Kelas : B
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik-baiknya. Tak lupa kami ucapkan juga terima kasih kepada bapak/ibu dosen
mata kuliah evaluasi dan hasil belajar fisika yang telah membimbing, mengajari, dan
membantu kami dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Metode Penilaian
dalam Pengajaran lingkup Fisika”
Didalam makalah ini, kami memaparkan tentang pengertian dan apa saja
metode penilaian dalam pengajaran lingkup fisika. Semoga apa yang tercantum
didalam makalah ini, dapat berguna bagi para pembaca. Seperti kata pepatah “Tiada
Gading Yang Tak Retak” yang artinya bahwa tiada sesuatu apapun yang sempurna,
sama halnya makalah yang kami buat ini mungkin belum sempurna. Untuk itu kritik
dan saran sangat kami butuhkan untuk menjadi acuan , sehingga bisa lebih baik lagi
kedepannya. Sekian terima kasih.
Wassalammu’alaikum Wr. Wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHUHULAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1
BAB II PEMBAHASAH.........................................................................................2
2.1 Pengertian................................................................................................2
2.2 Metode Tes..............................................................................................3
2.3 Metde Non-tes........................................................................................21
2.4 Asesmen Berbasis kelas.........................................................................31
2.5 Asesmen Kinerja....................................................................................34
2.6 Asesmen Portofolio................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................41
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2.2 Apa sajayang termasuk dala metode tes dan non tes?
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang artinya cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan hal tersebut bahwasanya metode menyangkut masalah
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Beberapa pengertian dan definisi metode menurut para ahli :
1. Rothwell dan kanzanas,
Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
2. Titus
Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk
menegaskan bidang keilmuan.
3. Macquarie
Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan
dengan rencana tertentu.
4. Wiradi
Metode adalah seperangkat sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana
tertentu.
5. Drs. Agus M. Hardjana
Metode adalah cara yang sudah dipikirkan matang-matang dan dilakukan
dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang
hendak dicapai.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara melakukan sesuatu
dan rencana dalam pelaksanaan. Sedangkan penilaian itu sendiri merupakan proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik. Sehingga kita tahu bahwa metode penilaian adalah cara melakukan
rencana pelaksanaan dalam pegolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar peserta didik.
2
Kita tahu bahwa dalam proses penilaian hasil belajar pesera didik diperlukan
metode atau teknik serta instrumen yang perlu disiapkan untuk memenuhi dari tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu metode penilaian tersebut guna untuk
memberikan informasi kepada guru terhadap kemampuan atau pemahaman siswa
yang dicapai dalam pembelajaran. Metode penilaian pembelajaran tersebut
dikembangkan oleh guru yang dapat berupa penilaian jenis tes, non tes, penilaian
berbasis kelas, penilaia berbasis kelas, penilaian kinerja dan portofolio.
3
mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan,kemampuan, atau bakat yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Dilihat dari bentuknya penilaian terdiri atas
tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
Sebuah Tes dapat dikatakan sebagai alat pengukuran harus memenuhi
persyaratan Tes yaitu harus memiliki
a) Validitas
Sebuah tes disebut sebagai tes yang valid jika dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Contoh untuk mengukur besarnya partisipan siswa dalam
proses pembelajaran dapat diukur melalui kehadiran, terpusatnya perhatian
siswa pada pelajaran da ketepatan menjawab pertanyaan yang diajukan.
b) Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel atau dapat dipercaya jika memberikan hasil
yang tepat jika dites berulang kali. Dimana hasil dari tes tersebut merupakan
ketetapan dengan kata lain, jika siswa diberi tes yang sama dengan waktu
yang berlainan, dan siswa tersebut tetap berada dalam ketetapannya.
c) Objektivitas
Objektif berarti bahwa tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhi. artinya
sebuah tes dikataka objektif apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhinya. Hal ini terjadi pada sistem skoring.
d) Praktikalibilitas
Sebuah tes dikatakan praltis apabila mudah dilaksanakan, misalnya tidak
menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan siswa untuk
mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
e) Ekonomis
Dimaksud dengan ekonomis adalah peralatan tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya yang mahal, tenaga banyak dan waktuyang lama.
4
2.2.1 Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tulis sendiri didasarkan pada rumusan
indikator yang sudah disusun dalam kisi-kisi. Sehingga penggunaan bentuk soal yang
tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada kompetensi yang akan diukur. Pada
kompetensi tertentu dapat dinyatakan menggunkan tes tertulis dengan bentuk soal
uraian, ataupun bentuk soal objektif. Di dalam Depdiknas (2008:5) jenis tes dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes uraian.
2.2.1.1 Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaan dapat dilakukan secara
objektif. Bentuk dari tes objektif adalah soal bentuk pilihan ganda. Soal bentuk
pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya (Depdiknas,
2008 : 15). Tes objek tif disebut juga tes jawaban singkat. Tes objektif sering disebut
juga tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya anatara benar atau
salah dan sekornya antara 1 atau 0. Ada empat macam tes objektif yaitu tes jawaban
benar-salah (true-false), Pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan
penjodohan (matching) (Nurgiyantoro, 2001 : 98).
1. Tes jawaban Benar-Salah (True-False)
Bentuk Tes Benar-Salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-
salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara
fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana.
Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:
Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat
sederhana.
5
Hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Kelemahan Soal Bentuk Benar-Salah
1. Sering membingungkan bagi mereka yang tidak mengetahui secara pasti
2. Lebih mendorong peserta tes untuk menebak jawaban, khususnya ketika ia
tidak mengetahui jawabannya. Sebab, kemungkinan untuk benar sebanding
dengan kemungkinan untuk salah.
3. Ada kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek ingatan
4. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan dengan kemungkinan benar atau
salah
5. Kurang cocok untuk mengukur hasil belajar yang menyeluruh
6. Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik
7. Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka
8. Tidak ada informasi diagnostic untuk jawaban yang salah
9. Tidak bisa untuk mengukur kemampuan analisa
10. Kurang cocok untuk soal hitungan
11. Soal kurang bervariasi
6
Contoh tes jawaban Benar-salah dalam pembelajaran fisika yaitu
Pernyataan B/S
Muai panjang terjadi karena perubahan panjang benda
selang dari perubahan suhu
Semua Bahan akan memuai jika dipanaskan
Pada sistem tertentu, untuk mengukur suhunya dapat
diukur dengan semua jenis termometer dan hasilnya sama
7
3. Mampu mengungkap tingkat kognitif rendah sampai tinggi, dan
4. Dapat digunakan berulang kali.
8
3. Menjodohkan (Matching)
Menurut Sukardi (2010: 123) item tes menjodohkan sering juga disebut
matching test item. Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes
objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan terdiri atas dua kolom yang
sejajar. Pada kolom pertama berisi pernyataan yang disebut daftar stimulus yang
berarti dengan daftar premis karena dalam kolom tersebut berisi definisi, frasa atau
kata tunggal dan kolom kedua berisi kata frasa yang disebut juga daftar respons atau
jawaban
9
4. Dapat digunakan untuk seluruh mata pelajaran yang diuji. Dengan demikian
perangkat soal yang menggunakan tipe ini lebih merata dan keseluruhan
pokok bahasan dan sub-pokok bahasan dapat terwakili secara memadai.
5. Mudah diskor, seperti semua butir soal tes objektif lainnya, butir soal tipe
menjodohkan ini pun dapat diskor tanpa dipengaruhi subjektivitas guru.
1. Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya
ingat saja
2. Karena mudah disusun, maka tes jenis ini acapkali dijadikan “pelarian” bagi
pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat
tes bentuk lain.
3. Karena jawaban yang pendekk-pendek, maka tes jenis ini kurang baik untuk
mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi)
4. Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap atau masuk hal-hal
yang sebenarnya kurang perlu untuk di ujikan
10
melokalisasinya dalam daftar jawaban dalam waktu yang minim tanpa sering
membaca ulang daftar itu.
5. Petunjuk yang diberikan harus jelas menunjukkan dasar cara menjawab.
6. Semua pilihan untuk tiap pasangan menjodohkan harus dicetak dalam satu
halaman. Siswa mungkin akan menjadi bingung jika sebagian dari pilihan
terdapat pada halaman lain. Dalam hal ini tugas membaca soal-soal tes itu
menjadi sangat kompleks.
7. Jumlah jawaban harus banyak dari jumlah premis dalam satu perangkat, atau
satu jawaban dapat melayani beberapa premis. Jika jumlah premis dan
jawaban yang sama banyaknya, siswa akan mencoreng jawaban yang sudah
dipakai lalu menerka jawaban yang sudah dipakai lalu menerka jawaban
untuk premis yang masih tinggal
8. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari
sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan
membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas
antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik dijadikan dua seri.
9. Hendaknya kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri sedangkan jawabannya
di sebelah kanan.
10. Gunakan kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.
Contoh soal tes menjodohkan dalam fisika
SOAL PILIHAN
1. Tegangan V sebanding dengan kuat a. Alat untuk mengukur tegangan
arus listrik I yang mengalir pada suatu listrik
komponen listrik pada suhu tetap. b. Amperemeter
2. Jumlah arus listrik yang masuk ke c. Hukum I Kirchoff
suatu titik percabangan sama dengan d. Hukum Listrik
jumlah kuat arus listrik yang keluar dari e. Hukum Ohm
titik tersebut. f. Alat untuk mengukur besarnya
11
3. Dalam suatu rangkaian tertentu, hambatan
jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan g. Hukum II Kirchoff
jumlah aljabar penurunan tegangan h. Galvanometer
sama dengan nol. i. Alat untuk mengukur arus listrik
4. Ohmmeter adalah … j. Gaya gerak listrik
5. Voltmeter adalah …
4. Melengkapi (Completion)
Tes bentuk melengkapi (complete test) dapat berupa isian dan ada pula yang
merupakan jawaban singkat. Tes ini merupakan satu-satunya tes objektif yang
menuntut agar peserta tes memberikan jawaban, bukan memilih jawaban . Tes
melengkapi dikatagorikan ke dalam tes objektif. Pada bentuk tes isian ini peserta tes
melengkapi atau mengisi titik-titik atau bagian yang dikosongkan pada pokok uji
dengan hanya satu kata, ungkapan, maupun angka. Peserta tes dapat pula diminta
untuk memberikan jawaban atas suatu soal yang memerlukan perhitungan. Apabila
pada suatu pokok uji tedapat dua atau lebih titik-titik yang harus diisi,maka setiap
titik-titik itu hanya dapat diisi dengan benar oleh kata atau angka yang sudah tertentu
atau pasti. Tes ini bisa disusun berurutan ke bawah dengan diberi nomor dan dapat
pula disusun dalam bentuk kalimat tersambung berbentuk karangan. Tes bentuk
melengkapi dapat juga berupa gambar table yang harus dilengkapi.
1. Dengan mengunakan tes obyektif ini maka masalah yang diujikan tertuang
secara keseluruhan dalm konteksnya.
2. Butir- butir item tes obyektif bentuk fill in, berguna sekali untuk mengungkap
pengetahuan murid secara bulat atau utuh mengenai suatu hal atau suatu
bidang.
3. Cara penyusuann itemya mudah
12
4. Dengan menggunakan tes obyektif bentuk fill in maka masalah yang diujikan
tertuang secara keseluruhan dalam konteks.
Kelemahan tes tipe melengkapi antara lain:
13
2. … adalah alat pengukur hambatan listrik
Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan.
Tes lisan biasanya dilaksanakan dengan cara mengadakan percakapan antara siswa
dengan tester tentang permasalahannya yang diujikan. Tes lisan dapat digunakan
untuk mengungkapkan hasil belajar siswa, baik pada aspek kognitif maupun afektif.
Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur aspek yang berkaitan dengan
kemampuan komunikasi (communicative skill). Tes lisan juga dapat digunakan untuk
menguji siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada dasarnya tes
lisan sama dengan tes uraian, perbedaannya terletak pada pelaksanaannya. Tes lisan
dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara tester dan testi.
Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk
mengemukakan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan. Jika bahan ajar
yang diajukan sama maka ideal sekali kalau siswa mendapat perangkat soal yang
sama, tetapi hal ini sulit untuk dilakukan secara serempak terhadap semua testi oleh
tester yang sama. Dalam tes lisan, jawaban yang diberikan oleh testi dalam bentuk
ungkapan lisan. Instrumen yang digunakan disajikan dalam bentuk tulisan atau lisan.
Pada umumnya tes lisan berbentuk tanya jawab langsung secara lisan antara tester
dengan testi. Tes lisan ini sangat berguna bagi siswa untuk melatih diri dalam
mengungkapkan pendapat atau buah pikirannya secara lisan dan mengembangkan
kemampuan berbicara.
14
4. Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang
dikemukakan.
Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal,
yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan
cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
15
menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan
yang dimaksud.
7. Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
16
6. Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Jangan sampai menimbulkan rasa
takut, gugup serta panic di kalangan testee.
7. Harus diusahakan terciptanya keseimbangan alokasi waktu antara testee yang
satu dengan yang lain.
8. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hendaknya dibuat bervariasi.
9. Sejauh mungkin dapat diusahakan tes lisan itu berlangsung secara individual
(satu demi satu).
Guru menanyakan “sebutkan apa saja besaran pokok dan satuannya berdasarkan
SI” dan siswa langsung menjawab secara lisan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan
atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan.
Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan,
melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes
perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya
dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat menuliskan angka-angka yang
diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat
disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual,
sebaiknya menggunakan format pengamatan individual.
17
proses merujuk kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran testi melakukan
suatu kegiatan , sedangkan pengukuran produk merujuk kepada segi kualitas hasil.
18
ini menuntut adanya fasilitas dan perlengkapan yang memadai. Ditambah lagi
dengan bahan-bahan yang mungkin hanya digunkan seketika.
3. Memerlukan waktu yang relative.
Pelaksanaan tes perbuatan kebanyakkan tidak dapat dilakukan.secara serempak,
sebab akan menyulitkan penguji dalam melakukan pengamatan. Dengan
demikian, tes perbuatan perlu dilakukan secara individual, dan ini akan
memerlukan waktu yang relative lama.
Prinsip-prinsip pembuatan dan penulisan item tes lisan :
1. Jabarkanlah kegiatan yang akan dipraktekkan ke dalam unsure-unsurnya.
Dalam pedoman pengamatan, unsure-unsur kegiatan yang akan dipraktekkan
perlu dijabarkan secara rinci. Hal ini penting dilakukan agar pengamatan dapat
dilakukan secara cermat. Dalam menjabarkan unsure-unsur pertimbangkanlah
unsure-unsur kegiatan mana yang pokok dan penting diamati, sehingga
pengukuran bisa representative.
2. Susunlah unsur – unsur prilaku yang akan di ukur dalam pedoman pengamatan
secara logis.
Untuk memudahkan pengecekan kegiatan, unsur – unsur kegiatan perlu disusun
secara logis . Penyusunan mungkin bisa didasarkan pada urutan langkah –
langkah kegiatan atau urutan pentingnya unsur – unsur kegiatan.
3. Buatlah petunjuk pengerjaan yang jelas dan lengkap.
Petunjuk pengerjaan perlu disiapkan secara jelas dan lengkap, kalau perlu
lengkap dengan langkah-langkahnya. Petunjuk yang kurang jelas bisa
menyebabkan testi ragu-ragu dalam melakukan kegiatan.
4. Identifikasi alat-alat perlengkapan yang diperlukan.
Agar pelaksanaan tes tindakan dapat dilakukan sebagaimana mestinya, perlu
disiapkan alat-alat yang perlu untuk tes. Alat-alat ini perlu diidentifikasi secara
cermat, sebab ketidak lengkapan alat-alat ini bisa menyebabkan ujian tidak dapat
dilakukan atau setidak-tidaknya menggangu kelancaran pelaksanaannya.
19
5. Pertimbangn kemungkinan Pelaksanaan.
Dalam merancang tes tindakan perlu dipertimbangkan secara matang,
kemungkinan- kemungkinan pelaksanaannya, apakah tes akan dilakukan dalam
kondisi nyata atau dalam bentuk simulasi. Kemudian bagaimana pula dengan
fasilitas yang tersedia. Cek apakah sudah lengkap seperti yang dibutuhkan atau
tidak.
Penyekor hasil tes perbuatan.
a. Kecepatan penampilan
b. Ketepatan cara melakukan
c. Ketelitian
d. Keterampilan menggunakan alat
e. Kesetiaan terhadap instruksi
Misal dalam melaksanakan praktikum guru dapat mengetahui kemampuan siswa dan
dapat menilainya secara langsung.
20
2.3 Metode Non Tes
Metode penilaian non tes merupakan metode penilaian yang digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan
ranah (Psychomotoric domain), sedangkan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitive domain) sering menggunakan
metode tes.
Dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan
wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau
meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).
Observasi merupakan suatu jenis evaluasi non tes yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang terkait
dengan bahasan pembelajaran yang dilakukan. Pada metode observasi dapat
dilakukan pengamatan dan evaluasi terhadap dua pihak sekaligus yaitu, pertama, kita
dapat menilai perilaku individu (peserta didik) selama proses pengamatan
berlangsung. Kedua, kita dapat menilai dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru
yang berkaitan dengan keterampilan guru serta hubungan-hubungan sosial antara
guru dan peserta didik.
21
Observasi dapat dikatakan baik dan tepat apabila memiliki sifat-sifat tertentu,
yakni ; hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran, direncanakan secara
sistematis, hasilnya dicatatat dan diolah sesuai dengan tujuan, dan dapat diperiksa
validitas, rehabilitas dan ketelitiannya.
22
Observasi secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Arifin
(2009) kelebihan dan kekurangan dari obsrvasi dianntaranya adalah :
a. Kelebihan
Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena
Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang
sedang melakukan suatu kegiatan.
Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan
observasi.
Tidak terikat dengan laporan pribadi.
b. Kekurangan
Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada
kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.
23
Instrumen yang digunakan dalam observasi pada umumnya berupa check list,
rating scale, anecdotal records,catatan berkala, dan mechanical devices. Penerapan
metode evaluasi observasi dalam pembelajaran fisika, misalnya :
Kelompok :…………………………………..
Nama Siswa :…………………………………..
Kelas/ Nomer Presensi :…………………………………..
Nilai
Proses Sains
5 4 3 2 1
a. Proses kreatif :
1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Merancang eksperimen
4. Membuat inferensi
b. Proses inkuiri :
1. Mengumpulkan data
2. Mencatat hasil observasi
3. Mengklasifikasi data
4. Mengorganisasi data
5. Menginterpretasi data
Keterangan : beri tanda () pada kolom yang sesuai 5: sangat baik, 4: baik, 3: cukup,
2: kurang, 1: sangat kurang
24
2.3.2 Wawancara
Dalam metode evaluasi terdapat dua jenis wawancara yang dapat digunakan,
yaitu:
25
Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman
tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat
menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan
dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam.
a. Kelebihan
b. Kelemahan
26
Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:
g. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber
data.
Tujuan wawancara:
27
Kurikulum
Metode mengajar
Lingkungan sekolah
Prestasi belajar siswa
Fasilitas belajar
28
Sama halnya dengan metode evaluasi observasi, metode evaluasi mengunakan
angket juga bertujuan untuk mengumpulkan informasi. Metode evaluasi angket dapat
memberikan informasi kepada guru mengenai siswa yang lemah serta mengalami
kesulitan-kesulitan belajar. Hal ini akan membantu guru untuk membimbing siswa
belajar lebih efektif, kreatif dan efisien.Jadi metode evaluasi angket ini nantinya akan
menjadi pertimbangan guru dalam memilih model dan metode yang sesuai dengan
karateristik dan kemampuan siswanya.
Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu angket
berstuktur dan angket tidak berstuktur.
a. Angket berstuktur
Angket berstruktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model
pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
Dalam metode evaluasi angket ini terdapat kelebihan dan kelemahan yang
diantaranya adalah:
a. Kelebihan
Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak
yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.
b. Kelemahan
29
Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila
ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak,
atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua,
sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima,
sehingga tidak memberikan kembali angketnya.
Jawab:………………………………………………………………………
Jawab:………………………………………………………………………
b) Angket Sikap
30
No Sikap siswa terhadap fisika SS S N TS STS
1. Fisika sangat berperanan dalam
perkembangan teknologi.
Hal ini dikarenakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomot siswa itu tidak
mungkin terlepas dari pengaruh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah
maupun lingkungan bermainnya. Semua komponen yang berada disekitar peserta
didik akan memberikan peranan penting didalam perkembangan pengetahuaanya,
meskipun dalam kadar dan persentae yang berbeda..
31
siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses ini
mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang dikemukakan melalui
pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dicapai disertai dengan peta
kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
Asesmen berbasis kelas meliputi pengumpulan bukti secara komprehensif
yang dilakukan dengan berbagai teknik, untuk menunjukkan pencapaian hasil belajar
mahasiswa. Bila dihubungkan dengan KBK, asesmen berbasis kelas dapat
mendeskripsikan pencapaian kompetensi dan hasil belajar mahasiswa yang
dikemukakan dalam bentuk pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan
telah dicapai, disertai dengan profil kemajuan belajar siswa dan pelaporan.Asesmen
yang dilakukan dalam pembelajaran konvensional pada umumnya hanya dapat
mengungkap apa yang diketahui siswa, sedangkan asesmen berbasis kelas bertujuan
untuk mengungkap apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan siswa. Melalui
asesmen berbasis kelas guru tidak hanya mendapat gambaran tentang pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang telah mereka pelajari. Lebih dari itu, guru dapat
mengungkap sikap dan motivasi siswa terhadap pelajaran serta kemampuan
pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi siswa.
Sikap siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap sesuatu menyebabkan
perasaan mampu. Minat berkaitan dengan kecenderungan hati terhadap sesuatu yang
akan mendorong tindakan positif untuk menekuni dan meningkatkan intensitas
kegiatan pada objek tertentu
32
Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa
sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remidiasi untuk
memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya
Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program
pembelajarannya di kelas.
Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan
walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.
33
Valid, penilaian memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar
siswa.
Mendidik, penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap
pencapaian belajar siswa.
Berorientasi pada kompetensi, penilaian harus menilai pencapaian kompetensi
yang dimaksud dalam kurikulum.
Adil, penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan
latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa dan gender.
Terbuka, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan
terbuka bagi semua pihak.
Berkesinambungan, penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa
sebagai hasil kegiatan belajarnya. (Depdiknas, 2002).
34
Dalam melakukan asesmen kinerja dapat 2 metode yang dapat digunakan,
yaitu:
a. Asesmen kinerja yang berorientasi pada masa lalu (past oriented appraisal
methods). Yaitu penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah
dilakukannya.
b. Asesmen kinerja yang berorientasi ke masa depan (future oriented appraisal
methods). Yaitu penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi seseorang
untuk melakukan kinerja di masa yang akan datang.
Penilaian hasil kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala. Skala
merupakan alat untuk mengukur sikap, nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun
dalam bentuk pertanyaan untuk menilai responden dan hasilnya dalam bentuk
rentangan nilai dengan kreteria yang telah ditentukan.
Manfaat dan Kelebihan Asesmen Kinerja
35
Sementara itu, keunggulan asesmen kinerja sebagaimana diungkapkan
Stiggins (1994) bahwa penggunaan asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru
lebih percaya diri dan menyukai kualitas asesmen kinerja. Reichel (1994)
mengemukakan bahwa asesmen kinerja berguna bagi guru untuk memandang
asesmen sebagai bagian dari proses belajar mengajar, bukan sekedar nilai akhir,
membangun atau membentuk kriteria-kriteria untuk memastikan evaluasi yang dibuat
tidak menjadi bias, menemukan berbagai keterampilan dan kualitas yang diharapkan
dapat membentuk karakter siswa, lebih menitikberatkan pada kunci konseptual dan
keterampilan pemecahan masalah daripada mengungkapkan fakta-fakta ingatan siswa
dan melibatkan siswa dalam evaluasi kerja mereka.
36
Pada halaman depan map portofolio adalah judul atau cover portofolio berisi
nama siswa, kelas, dan sekolah.
Pada halaman dalam dari judul berisi daftar isi dokumen yang berada dalam
map portofolio.
c) Dokumen Portofolio
Bendel dokumen portofolio berisi kumpulan semua dokumen siswa baik hasil
karya siswa, lembar kerja (worksheet), koleksi bacaan, koleksi lukisan, maupun
lembaran-lembaran informasi yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar.
d) Pengelompokan Dokumen
37
Format penilaian Portofolio Proses
Sebagaimana isi dan kriteria penialain, maka format penilaian pun harus
mengacu pada tujuan.format penilaian banyak modelnya. Salah satunya bisa
menggunakan model skala dengan tiga kriteria, seperti: baik, cukup, kurang.
Contoh:
Kompetensi Dasar: Nama: Angga Zalindra
Mengoperasikan komputer Nugraha
Berbasis Windows 2007 Tanggal: 20 November 2008
Indikator PENILAIAN
Baik Cukup Kurang
1. Melakukan pengetikan dengan
Windows 2007
2. Melakukan layout naskah dengan
Word 2007
3. Mencetak naskah yang telah dibuat
4. Membuat table dan gambar
5. Memasukkan gambar ke dalam file
38
Format Penilaian Tugas Terstruktur
Nama : ………………………………………
Kelas : ………………………………………
Mata Pelajaran : ………………………………………
Jenis Tugas : Makalah
No. Aspek-aspek Penilaian Skor Bobot Nilai x Bobot
01 Judul 1
02 Masalah 1
03 Metode Penulisan 1
04 Landasan Teori 2
05 Sistematika Penulisan 1
06 Pembahasan 2
07 Simpulan 1
08 Bahasa: 1
- Tata Bahasa
- Gaya Bahasa
Jumlah 10
……………………
39
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Tes adalah cara atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran
dan penilaian dalam dunia pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas berupa
pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee,
sehingga atas dasar data tersebut dapat dijadikan nilai yang melambangkan
tingkah laku atau prestasi testee. Contoh yang termasuk tes, yaitu: tes seleksi,
tes formatif, tes individual, tes verbal, tes nonverbal, tes obyektif, dan tes essay,
dll.
3.1.2 Metode nontes adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis (observation), melakukan
wawancara (interview), menyebar angket (questionnaire), dan memeriksa atau
meneliti dokumen-dokumen. Contoh teknik nontes seperti: observasi,
kuesioner, wawancara, dan pemeriksaan dokumen.
3.2 Saran
Kami pemakalah menyadari pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu diharapkan para pembaca utuk memberikan kritik dan saran guna
memperbaiki pembuaan makalah di masa mendatang yang jauh lebih lagi.
40
DAFTAR PUSTAKA
41