Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

EVALUASI HASIL BELAJAR FISIKA 1

“METODE PENILAIAN PEMBELAJARAN DALAM LINGKUP FISIKA”

Disusun oleh :

Amelia Rahmawati (160210102048)


Anita Nadia A. (160210102058)
Nur Fadilah (160210102070)
Ridha Ayu F. (160210102071)
Maulana Andi Pratama (160210102074)

Kelas : B

PENDIDIKAN FISIKA - PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS KEGURUAN ILMU DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017

i
KATA PENGANTAR

Asalammu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan
sebaik-baiknya. Tak lupa kami ucapkan juga terima kasih kepada bapak/ibu dosen
mata kuliah evaluasi dan hasil belajar fisika yang telah membimbing, mengajari, dan
membantu kami dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Metode Penilaian
dalam Pengajaran lingkup Fisika”

Didalam makalah ini, kami memaparkan tentang pengertian dan apa saja
metode penilaian dalam pengajaran lingkup fisika. Semoga apa yang tercantum
didalam makalah ini, dapat berguna bagi para pembaca. Seperti kata pepatah “Tiada
Gading Yang Tak Retak” yang artinya bahwa tiada sesuatu apapun yang sempurna,
sama halnya makalah yang kami buat ini mungkin belum sempurna. Untuk itu kritik
dan saran sangat kami butuhkan untuk menjadi acuan , sehingga bisa lebih baik lagi
kedepannya. Sekian terima kasih.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb

Jember, 22 Maret 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHUHULAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAH.........................................................................................2
2.1 Pengertian................................................................................................2
2.2 Metode Tes..............................................................................................3
2.3 Metde Non-tes........................................................................................21
2.4 Asesmen Berbasis kelas.........................................................................31
2.5 Asesmen Kinerja....................................................................................34
2.6 Asesmen Portofolio................................................................................36

BAB III PENUTUP................................................................................................40


3.1 Kesimpulan ............................................................................................40
3.2 Saran .....................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................41

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Istilah teknik dapat diartikan sebagai alat. Jadi dalam masalah teknik evaluasi
hasil belajar terkandung arti alat yang dipergunakan dalam rangka melakukan
evaluasi hasil belajar. Dalam konteks evaluasi hasil proses pembelajaran di sekolah,
dikenal adanya dua macam teknik, yaitu teknik tes dan teknik nontes. Dengan teknik
tes, maka evaluasi hasil hasil proses pembelajaran itu dilakukan dengan jalan menguji
peserta didik, dengan teknik nontes maka evaluasi dilakukan dengan tanpa menguji
peserta didik.
Evaluasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan
memperhatikan tingkah lakunya. Hasil belajar dan proses belajar tidak hanya dinilai
oleh tes, baik melalui tes uraian maupun tes objektif. Kegitan mengukur, menilai dan
mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia pendidikan. Hal ini tidak terlepas kaena
kegiata tersebut merupakan suatu siklus yang dibutuhkan untuk mengetahui sejauh
mana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya misalkan melakukan
kegiatan suatu pengukuran yang dilakukan biasanya fituangkan berbagai bentuk tes
dan hal ini yang paling banyak digunakan. Namun tes bukanlah satu-satunya alat
dalam proses pengukuran, penilaian dan evaluasi pendidikan sebab masi ada teknik
lain penilaian yaitu misalkan pada non tes. Mengingat sangat luasnya pembicaraan
mengenai teknik tes dan teknik nontes, maka pembicaraan lebih lanjut mengenai hal
tersebut akan dikemukakan pada bab selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang dimaksud dengan metode penilaian?

1.2.2 Apa sajayang termasuk dala metode tes dan non tes?

1
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Metode berasal dari bahasa Yunani “methodos” yang artinya cara atau jalan
yang ditempuh. Sehubungan hal tersebut bahwasanya metode menyangkut masalah
cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang
bersangkutan. Beberapa pengertian dan definisi metode menurut para ahli :
1. Rothwell dan kanzanas,
Metode adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi.
2. Titus
Metode adalah rangkaian cara dan langkah yang tertib dan terpola untuk
menegaskan bidang keilmuan.
3. Macquarie
Metode adalah suatu cara melakukan sesuatu, terutama yang berkenaan
dengan rencana tertentu.
4. Wiradi
Metode adalah seperangkat sesuatu, terutama yang berkenaan dengan rencana
tertentu.
5. Drs. Agus M. Hardjana
Metode adalah cara yang sudah dipikirkan matang-matang dan dilakukan
dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang
hendak dicapai.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara melakukan sesuatu
dan rencana dalam pelaksanaan. Sedangkan penilaian itu sendiri merupakan proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar
peserta didik. Sehingga kita tahu bahwa metode penilaian adalah cara melakukan
rencana pelaksanaan dalam pegolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar peserta didik.

2
Kita tahu bahwa dalam proses penilaian hasil belajar pesera didik diperlukan
metode atau teknik serta instrumen yang perlu disiapkan untuk memenuhi dari tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu metode penilaian tersebut guna untuk
memberikan informasi kepada guru terhadap kemampuan atau pemahaman siswa
yang dicapai dalam pembelajaran. Metode penilaian pembelajaran tersebut
dikembangkan oleh guru yang dapat berupa penilaian jenis tes, non tes, penilaian
berbasis kelas, penilaia berbasis kelas, penilaian kinerja dan portofolio.

2.2 Metode Tes


Istilah “tes” berasal dari bahsa Perancis yaitu “testum” berarti piring yang
digunakan untuk memilih logam mulia dari benda-benda lain, seperti pasir, batu,
tanah, dan sebagainya. Menurut Fernandez (dalam Koyan, 2007), Tes adalah suatu
prosedur yang sistematis untuk mengamati perilaku seseorang dan
menggambarkannya dengan bantuan skala numerik atau sistem kategori tertentu.
Sedangkan berdasarkan Salvia dan Yseldyke (dalam Koyan, 2007), Tes adalah
seperangkat pertanyaan atau tugas-tugas untuk menentukan bentuk-bentuk respon
yang berkenaan dengan perilaku peserta didik yang dicari.
Dari hal tersebut kita tahu bahwa tes tersebut bertujuan untuk mengetahui
seberapa mana paham atau mengerti siswa dalam materi yang sudah disampaikan
didalam kelas atau proses pembelajaran. Jadi, guru dpat mendiagnosa dan
mengevaluasi kesulitan apa yang dihadapi siswa dalam mencerna materi yang
disampaikan. Tes adalah suatu alat yang sudah distandardisasikan untuk mengukur
salah satu sifat, kecakapan atau tingkah laku dengan cara mengukur sesuai dengan
sampel dari sifat, kecapakan atau tingkah laku (Haditono, Siti R., 1987 : 56). Alat
tersebut digunakan untuk menyelidiki menggunakan persoalan-persoalan atau
pertanyaan- pertanyaan yang telah dipilih dan distandardisasikan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu teknik atau cara yang
digunakan dalam rangka melaksanakan kegiatan pengukuran, yang didalamnya
terdapat serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunkan untuk

3
mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan,kemampuan, atau bakat yang
dimiliki oleh seseorang atau kelompok. Dilihat dari bentuknya penilaian terdiri atas
tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
Sebuah Tes dapat dikatakan sebagai alat pengukuran harus memenuhi
persyaratan Tes yaitu harus memiliki
a) Validitas
Sebuah tes disebut sebagai tes yang valid jika dapat mengukur apa yang
hendak diukur. Contoh untuk mengukur besarnya partisipan siswa dalam
proses pembelajaran dapat diukur melalui kehadiran, terpusatnya perhatian
siswa pada pelajaran da ketepatan menjawab pertanyaan yang diajukan.
b) Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel atau dapat dipercaya jika memberikan hasil
yang tepat jika dites berulang kali. Dimana hasil dari tes tersebut merupakan
ketetapan dengan kata lain, jika siswa diberi tes yang sama dengan waktu
yang berlainan, dan siswa tersebut tetap berada dalam ketetapannya.
c) Objektivitas
Objektif berarti bahwa tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhi. artinya
sebuah tes dikataka objektif apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhinya. Hal ini terjadi pada sistem skoring.
d) Praktikalibilitas
Sebuah tes dikatakan praltis apabila mudah dilaksanakan, misalnya tidak
menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan siswa untuk
mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
e) Ekonomis
Dimaksud dengan ekonomis adalah peralatan tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya yang mahal, tenaga banyak dan waktuyang lama.

4
2.2.1 Tes Tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tulis sendiri didasarkan pada rumusan
indikator yang sudah disusun dalam kisi-kisi. Sehingga penggunaan bentuk soal yang
tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada kompetensi yang akan diukur. Pada
kompetensi tertentu dapat dinyatakan menggunkan tes tertulis dengan bentuk soal
uraian, ataupun bentuk soal objektif. Di dalam Depdiknas (2008:5) jenis tes dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes uraian.
2.2.1.1 Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaan dapat dilakukan secara
objektif. Bentuk dari tes objektif adalah soal bentuk pilihan ganda. Soal bentuk
pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya (Depdiknas,
2008 : 15). Tes objek tif disebut juga tes jawaban singkat. Tes objektif sering disebut
juga tes dikotomi (dichotomously scored item) karena jawabannya anatara benar atau
salah dan sekornya antara 1 atau 0. Ada empat macam tes objektif yaitu tes jawaban
benar-salah (true-false), Pilihan ganda (multiple choice), isian (completion), dan
penjodohan (matching) (Nurgiyantoro, 2001 : 98).
1. Tes jawaban Benar-Salah (True-False)
Bentuk Tes Benar-Salah (B-S) adalah pernyataan yang mengandung dua
kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah. Salah satu fungsi bentuk soal benar-
salah adalah untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam membedakan antara
fakta dengan pendapat. Bentuk soal seperti ini lebih banyak digunakan unyuk
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana.
Ada beberapa teknik/petunjuk praktis dalam penyusunan soal bentuk B-S, yaitu:
 Jumlah item yang benar dan salah hendaknya sama.
 Berilah petunjuk cara mengerjakan soal yang jelas dan memakai kalimat
sederhana.

5
 Hendaknya jumlah item cukup banyak, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Kelemahan Soal Bentuk Benar-Salah
1. Sering membingungkan bagi mereka yang tidak mengetahui secara pasti
2. Lebih mendorong peserta tes untuk menebak jawaban, khususnya ketika ia
tidak mengetahui jawabannya. Sebab, kemungkinan untuk benar sebanding
dengan kemungkinan untuk salah.
3. Ada kecenderungan terlalu menguji kemampuan aspek ingatan
4. Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan dengan kemungkinan benar atau
salah
5. Kurang cocok untuk mengukur hasil belajar yang menyeluruh
6. Jawaban soal tidak memberikan bukti bahwa siswa mengetahui dengan baik
7. Memungkinkan dan mendorong siswa untuk menerka-nerka
8. Tidak ada informasi diagnostic untuk jawaban yang salah
9. Tidak bisa untuk mengukur kemampuan analisa
10. Kurang cocok untuk soal hitungan
11. Soal kurang bervariasi

Kelebihan Soal Bentuk Benar-Salah


1. Sangat baik untuk menguji hasil belajar tentang fakta dan ingatan
2. Relatif mudah dikonstruksi, khususnya dalam satu pokok bahasan tertentu
3. Relatif dapat menguji banyak bahan ajar yang lebih luas
4. Mudah diskor oleh dosen/guru secara langsung atau oleh orang lain, karena
sudah ada kunci jawaban
5. Petunjuk cara mengerjakan mudah dimengerti
6. Tidak perlu membuat jawaban pengecoh
7. Tidak makan waktu banyak dalam pembuatan soal-soalnya nya

6
Contoh tes jawaban Benar-salah dalam pembelajaran fisika yaitu
Pernyataan B/S
Muai panjang terjadi karena perubahan panjang benda
selang dari perubahan suhu
Semua Bahan akan memuai jika dipanaskan
Pada sistem tertentu, untuk mengukur suhunya dapat
diukur dengan semua jenis termometer dan hasilnya sama

2. Pilihan ganda (multiple choice)


Tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pernyataan atau kalimat yang belum lengkap
yang kemudian diikuti oleh sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat untuk
melengkapinya. Dari sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat sedang
yang lain merupakan pengecoh (distractors) (Nurgiyantoro, 2001 : 99). Soal tes
bentuk pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang lebih
kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis,
dan evaluasi.
Beberapa petunjuk praktis dalam menyusun soal bentuk pilihan ganda, yaitu:
 Harus mengacu pada kompetensi dasar dan indikator soal.
 Jangan memasukkan materi soal yang tidak relevan dengan apa yang sudah
dipelajari peserta didik.
 Pernyataan dan pilihan hendaknya merupakan kesatuan kalimat yang tidak
terputus.
 Harus diyakini bahwa hanya ada satu jawaban yang benar.
 Bila perlu beri jawaban pengecohnya.

Keuntungan soal bentuk pilihan ganda antara lain:


1. Cara penilaian dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan objektif,
2. Dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas,

7
3. Mampu mengungkap tingkat kognitif rendah sampai tinggi, dan
4. Dapat digunakan berulang kali.

Sedangkan kelemahannya antara lain:


1. Proses penyusunan soal benar-benar membutuhkan waktu yang lama,
2. Memberi peluang siswa untuk menebak jawaban, dan
3. Kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa

Contoh tes pilihan ganda yang diterapkan dalam pembelajaran fisika


1. Berikut ini alat yang tidak digunkan untuk mengukur massa adalah ....
A. Neraca Ohaus
B. Timbangan Badan.
C. Timbangan Beras
D. Neraca Pegas
E. Neraca Lengan
2. Satuan dari gaya berat adalah ....
A. Kg
B. Joule
C. Newton
D. Kg/m²
E. Ampere
3. Berat suatu benda yang massanya 600 gr adalah .... (g = 9,8 m/s2)
A. 0,061 N
B. 5,9 N
C. 61 N
D. 5,9 kN
E. 600 N

8
3. Menjodohkan (Matching)

Menurut Sukardi (2010: 123) item tes menjodohkan sering juga disebut
matching test item. Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes
objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan terdiri atas dua kolom yang
sejajar. Pada kolom pertama berisi pernyataan yang disebut daftar stimulus yang
berarti dengan daftar premis karena dalam kolom tersebut berisi definisi, frasa atau
kata tunggal dan kolom kedua berisi kata frasa yang disebut juga daftar respons atau
jawaban

Pertanyaan menjodohkan ini pada umumnya kegunaannya terbatas pada


pengukuran pengetahuan yang mencakup terminologi, batasan atau definisi, fakta,
dan asosiasi konsep yang memiliki kaitan sederhana. Hal ini sesuai dengan yang
dinyatakan oleh Cross (1992) dalam Sukardi (2010: 123) bahwa matching test items
are appropiate for identfying the relationship things; atau item tes menjodohkan
adalah tepat untuk mengidentifikasikan hubungan antar sesuatu. Dapat disimpulkan
bahwa tes menjodohkan merupakan tes yang memiliki dua lajur yang saling
berhubungan. Pada prinsipnya tes menjodohkan mengevaluasi pengetahuan tentang
fakta yang memiliki makna spesifik. Agar dapat digunakan sebagai materi premis
atau kolom respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika kedua kriteria tersebut tidak
dipenuhi maka tipe tes lain perlu dipertimbangkan penggunaannya.

Kelebihan tes tipe menjodohkan antara lain :

1. Baik untuk menguji hasil belajar yang berhubungan dengan pengetahuan


istilah, definisi, peristiwa atau penanggalan.
2. Dapat menguji kemampuan menghubungkan dua hal, baik yang berhubungan
langsung maupun tidak langsung.
3. Mudah dalam penyusunan sehingga guru dalam waktu yang tidak terlalu lama
dapat menyusun sejumlah butir soal yang cukup untuk menguji satu pokok
bahasan tertentu.

9
4. Dapat digunakan untuk seluruh mata pelajaran yang diuji. Dengan demikian
perangkat soal yang menggunakan tipe ini lebih merata dan keseluruhan
pokok bahasan dan sub-pokok bahasan dapat terwakili secara memadai.
5. Mudah diskor, seperti semua butir soal tes objektif lainnya, butir soal tipe
menjodohkan ini pun dapat diskor tanpa dipengaruhi subjektivitas guru.

Kelemahan tes tipe menjodohkan antara lain :

1. Matching test cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya
ingat saja
2. Karena mudah disusun, maka tes jenis ini acapkali dijadikan “pelarian” bagi
pengajar, yaitu dipergunakan kalau pengajar tidak sempat lagi untuk membuat
tes bentuk lain.
3. Karena jawaban yang pendekk-pendek, maka tes jenis ini kurang baik untuk
mengevaluasi pengertian dan kemampuan membuat tafsiran (interpretasi)
4. Tanpa disengaja, dalam tes jenis ini sering menyelinap atau masuk hal-hal
yang sebenarnya kurang perlu untuk di ujikan

Prinsip-prinsip pembuatan dan penulisan item tes menjodohkan :

1. Kata-kata dalam terjodoh (premise) dan penjodoh (response) masing-masing


harus homogen dan disusun dalam satu kelompok tersendiri.
2. Jumlah option yang dipakai tidak kurang dari 5 dan tidak lebih dari 15.
3. Premis harus dirumuskan dengan kejelasan yang maksimum dan mudah
dipahami peserta ujian. Premis diletakan di sebelah kiri dan jawaban di
sebelah kanan. Untuk memudahkan penskoran, garis kosong untuk jawaban di
letakkan di depan premis.
4. Pilihan jawaban harus disusun secara alfabetis atau kronologis. Jika jawaban
itu diatur sedemikian, siswa-siswa yang mengetahui jawaban dapat

10
melokalisasinya dalam daftar jawaban dalam waktu yang minim tanpa sering
membaca ulang daftar itu.
5. Petunjuk yang diberikan harus jelas menunjukkan dasar cara menjawab.
6. Semua pilihan untuk tiap pasangan menjodohkan harus dicetak dalam satu
halaman. Siswa mungkin akan menjadi bingung jika sebagian dari pilihan
terdapat pada halaman lain. Dalam hal ini tugas membaca soal-soal tes itu
menjadi sangat kompleks.
7. Jumlah jawaban harus banyak dari jumlah premis dalam satu perangkat, atau
satu jawaban dapat melayani beberapa premis. Jika jumlah premis dan
jawaban yang sama banyaknya, siswa akan mencoreng jawaban yang sudah
dipakai lalu menerka jawaban yang sudah dipakai lalu menerka jawaban
untuk premis yang masih tinggal
8. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari
sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak itu akan
membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi homogenitas
antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik dijadikan dua seri.
9. Hendaknya kumpulan soal diletakkan di sebelah kiri sedangkan jawabannya
di sebelah kanan.
10. Gunakan kalimat yang singkat dan langsung terarah pada pokok persoalan.
Contoh soal tes menjodohkan dalam fisika
SOAL PILIHAN
1. Tegangan V sebanding dengan kuat a. Alat untuk mengukur tegangan
arus listrik I yang mengalir pada suatu listrik
komponen listrik pada suhu tetap. b. Amperemeter
2. Jumlah arus listrik yang masuk ke c. Hukum I Kirchoff
suatu titik percabangan sama dengan d. Hukum Listrik
jumlah kuat arus listrik yang keluar dari e. Hukum Ohm
titik tersebut. f. Alat untuk mengukur besarnya

11
3. Dalam suatu rangkaian tertentu, hambatan
jumlah aljabar gaya gerak listrik dengan g. Hukum II Kirchoff
jumlah aljabar penurunan tegangan h. Galvanometer
sama dengan nol. i. Alat untuk mengukur arus listrik
4. Ohmmeter adalah … j. Gaya gerak listrik
5. Voltmeter adalah …

4. Melengkapi (Completion)
Tes bentuk melengkapi (complete test) dapat berupa isian dan ada pula yang
merupakan jawaban singkat. Tes ini merupakan satu-satunya tes objektif yang
menuntut agar peserta tes memberikan jawaban, bukan memilih jawaban . Tes
melengkapi dikatagorikan ke dalam tes objektif. Pada bentuk tes isian ini peserta tes
melengkapi atau mengisi titik-titik atau bagian yang dikosongkan pada pokok uji
dengan hanya satu kata, ungkapan, maupun angka. Peserta tes dapat pula diminta
untuk memberikan jawaban atas suatu soal yang memerlukan perhitungan. Apabila
pada suatu pokok uji tedapat dua atau lebih titik-titik yang harus diisi,maka setiap
titik-titik itu hanya dapat diisi dengan benar oleh kata atau angka yang sudah tertentu
atau pasti. Tes ini bisa disusun berurutan ke bawah dengan diberi nomor dan dapat
pula disusun dalam bentuk kalimat tersambung berbentuk karangan. Tes bentuk
melengkapi dapat juga berupa gambar table yang harus dilengkapi.

Kelebihan tes melengkapi isi antara lain:

1. Dengan mengunakan tes obyektif ini maka masalah yang diujikan tertuang
secara keseluruhan dalm konteksnya.
2. Butir- butir item tes obyektif bentuk fill in, berguna sekali untuk mengungkap
pengetahuan murid secara bulat atau utuh mengenai suatu hal atau suatu
bidang.
3. Cara penyusuann itemya mudah

12
4. Dengan menggunakan tes obyektif bentuk fill in maka masalah yang diujikan
tertuang secara keseluruhan dalam konteks.
Kelemahan tes tipe melengkapi antara lain:

1. Tes obyektif bentuk fill in cenderung lebih banyak mengungkap aspek


pengetahuan atau pengenalan saja.
2. Karena tes tertuang dalam bentuk rangakaian cerita maka tes obyektif bentuk
ini umumnya banyak memakan tempat.
3. Tes obyektif bentuk ini sifatnya kuarang komprehensif sebab hanya dapat
mengungkap sebagian saja dari.
4. Terbuka peluang untuk testee untuk bermain tebak terka

Prinsip-prinsip pembuatan dan penulisan item tes menjodohkan :

1. Gunakanlah pertanyaan atau pernyataan yang menuntut jawaban singkat dan


tertentu. Jawaban itu haruslah satu kata, satu ungkapan, sebuah angka, atau
sebuah simbol.
2. Jangan menggunakan kalimat yang dikutip langsung dari buku atau catatan
siswa. Penggunaan kalimat yang diambil langsung dari buku cenderung
mendorong peserta tes akan menghafal tanpa berusaha memahami apa yang
dibacanya.
3. Pertanyaan atau pernyataan hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan
mudah dipahami.
4. Dalam menanyakan masalah hitungan harus ditentukan tingkat ketepatan,
apakah angka bulat, satu desimal, atau dua desimal.
5. Tempat yang harus diisi (titik-titik) sebaiknya ditempatkan ditengah atau pada
akir kalimat agar tidak menimbulkan salah pengertian.
6. Panjangnya titik supaya dibuat sama untuk semua soal.
Contoh soal tes melengkapi dalam fisika :
1. Besar muatan 1e sama dengan … C

13
2. … adalah alat pengukur hambatan listrik

2.2.2 Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara lisan.
Tes lisan biasanya dilaksanakan dengan cara mengadakan percakapan antara siswa
dengan tester tentang permasalahannya yang diujikan. Tes lisan dapat digunakan
untuk mengungkapkan hasil belajar siswa, baik pada aspek kognitif maupun afektif.
Tes lisan sangat bermanfaat untuk mengukur aspek yang berkaitan dengan
kemampuan komunikasi (communicative skill). Tes lisan juga dapat digunakan untuk
menguji siswa, baik secara individual maupun secara kelompok. Pada dasarnya tes
lisan sama dengan tes uraian, perbedaannya terletak pada pelaksanaannya. Tes lisan
dilakukan dalam suatu komunikasi langsung antara tester dan testi.

Tes lisan digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berupa kemampuan untuk
mengemukakan pendapat-pendapat atau gagasan-gagasan secara lisan. Jika bahan ajar
yang diajukan sama maka ideal sekali kalau siswa mendapat perangkat soal yang
sama, tetapi hal ini sulit untuk dilakukan secara serempak terhadap semua testi oleh
tester yang sama. Dalam tes lisan, jawaban yang diberikan oleh testi dalam bentuk
ungkapan lisan. Instrumen yang digunakan disajikan dalam bentuk tulisan atau lisan.
Pada umumnya tes lisan berbentuk tanya jawab langsung secara lisan antara tester
dengan testi. Tes lisan ini sangat berguna bagi siswa untuk melatih diri dalam
mengungkapkan pendapat atau buah pikirannya secara lisan dan mengembangkan
kemampuan berbicara.

 Tujuan Tes Lisan

1. Kemampuan memecahkan masalah.


2. Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat.
3. Menggunakan bahasa lisan.

14
4. Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang
dikemukakan.

 Macam-macam Tes Lisan

Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal,
yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan
cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:

1. Tes lisan bebas


Yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan
pedoman yang dipersiapkan secara tertulis. Kelemahan tes lisan bebas ini adalah
sukar menentukan standar jawaban yang benar sebab jawaban siswa sifatnya
beraneka ragam.
2. Tes lisan berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan
kepada peserta didik. Tes ini lebih mudah dalam memeriksanya karena dapat
lebih mudah ditetapkan standar jawaban yang benar.
 Kelebihan tes lisan antara lain adalah:

1. Bisa mengetahui kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat secara


langsung dan dapat diketahui penguasaan siswa secara tepat.
2. Mengukur kemampuan berpikir taraf tinggi secara lebih leluasa.
3. Memungkinkan untuk melakukan pengecekan
4. Tak ada kesempatan untuk menyontek
5. Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik,
sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.
6. Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering
mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat

15
menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan
yang dimaksud.
7. Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.

 Kelemahan tes lisan di antaranya adalah:

1. Lebih memungkinkan untuk terjadinya ketidakadilan antar peserta didik.


2. Memungkinkan penguji untuk menyimpang dari lingkup bahan ajar yang akan
diujikan.
3. Membutuhkan waktu pelaksanaan yang relatif lebih lama dan seringkali siswa
kurang bebas dalam mengemukakan pendapat.
4. Peluang subjektivitas dalam penilaian lebih terbuka disbanding dengan tes tulis.

 Prinsip-prinsip pembuatan dan penulisan item tes lisan :


1. Sebelum tes lisan dilaksanakan sebaiknya tester sudah melakukan inventarisasi
berbagai jenis soal yang akan diajukan kepada testee dalam tes lisan dapat
diharapkan memiliki validitas yang tinggi, baik dari segi isi maupun
konstruksinya.
2. Setiap butir soal yang telah ditetapkan untuk diajukan dalam tes lisan itu, juga
harus disiapkan sekaligus pedoman jawaban betulnya.
3. Jangan sekali-kali menentukan skor atau nilai hasil tes lisan setelah seluruh
testee menjalani tes lisan.
4. Tes hasil belajar yang dilaksanakan dengan lisan hendaknya jangan sampai
menyimpang atau berubah arah dari evaluasi menjadi diskusi.
5. Dalam rangka menegakkan prinsip obyektivitas dan prinsip keadilan, dalam tes
yang dilaksanakan secara lisan itu, tester hendaknya jangan sekali-kali
“memberikan angin segar” atau “memancing-mancing” dengan kata-kata,
kalimat-kalimat tertentu yang sifatnya menolong testee tertentu alasan “kasihan”
atau karena tester menaruh “rasa simpati” kepada testee yang ada dihadapannya
itu.

16
6. Tes lisan harus berlangsung secara wajar. Jangan sampai menimbulkan rasa
takut, gugup serta panic di kalangan testee.
7. Harus diusahakan terciptanya keseimbangan alokasi waktu antara testee yang
satu dengan yang lain.
8. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan hendaknya dibuat bervariasi.
9. Sejauh mungkin dapat diusahakan tes lisan itu berlangsung secara individual
(satu demi satu).

Contoh soal tes lisan dalam fisika :

Guru menanyakan “sebutkan apa saja besaran pokok dan satuannya berdasarkan
SI” dan siswa langsung menjawab secara lisan

2.2.3 Tes Perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan
atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan.
Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan,
melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes
perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya
dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat menuliskan angka-angka yang
diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat
disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual,
sebaiknya menggunakan format pengamatan individual.

Tes perbuatan dimaksudkan untuk mengukur keterampilan siswa dalam


melakukan suatu kegiatan. Dalam tes perbuatan, persoalan disajikan dalam bentuk
tugas yang harus dikerjakan oleh testi. Pada intinya, ada dua unsure yang bisa
dijadikan bahan penilaian dalam tes perbuatan, yaitu proses dan produk. Pengukuran

17
proses merujuk kepada pengukuran keterampilan dari kemahiran testi melakukan
suatu kegiatan , sedangkan pengukuran produk merujuk kepada segi kualitas hasil.

 Kelebihan tes pebuatan antara lain :


1. Cocok digunakan untuk mengukur aspek perilaku psikomotor.
Salah satu wujud perubahan hasil belajar adalah berupa keterampilan melakukan
suatu kegiatan. Aspek keterampilan ini tidak bisa diungkap dengan tes tulis, dan
hanya cocok diungkap dengan tes tindakan.
2. Dapat digunakan untuk mengecek kesesuaian antar pengetahuan, teori, dan
keterampilan mempraktekannya.
Penggunaan tes tulis dan lisan hanya terbatas kepada pengungkapan pengetahuan
teoritis. Dengan menggunakan tindakan, guru akan mengetahui sejauh mana
siswa mampu menerapkan pengetahuan-pengetahuan teoritisnya dalam kegiatan
nyata, sehingga informasi untuk penilaian menjadi lebih lengkap.
3. Tidak ada kesempatan untuk menyontek.
Dalam tes perbuatan, penguji bisa mengamati langsung bagaimana seseorang
testi meragakan sesuatu kegiatan. Di samping itu, keterampilan sesorang untuk
melakukan suatu kegiatan akan sangat tergantung atas kemampuan dirinya,
maksudnya tidak bisa meniru begitu saja.
 Kelemahan tes perbuatan, antara lain :
1. Lebih sulit dalam mengadakan pengukuran.
Dalam pelaksanaan tes tindakan, penguji dituntut untuk mengadakan pengamatan
terhadap kegiatan yang testi secara cermat. Penguji dituntut untuk mengamati
semua unsure-unsur perilaku yang perlu dinilain secara serempak, dan ini relative
sulit dilakukan. Jika penguji hanya seorang, mungkin ada beberapa unsure
perilaku yang tak sempat teramati.
2. Memerlukan biaya yang relative besar.
Pelaksanaan tes perbuatan idealnya dilakukan dalam kondisi sebenarnya, atau
sekurang-kurangnya dalam kondisi yang menyerupai keadaan sebenarnya. Hal

18
ini menuntut adanya fasilitas dan perlengkapan yang memadai. Ditambah lagi
dengan bahan-bahan yang mungkin hanya digunkan seketika.
3. Memerlukan waktu yang relative.
Pelaksanaan tes perbuatan kebanyakkan tidak dapat dilakukan.secara serempak,
sebab akan menyulitkan penguji dalam melakukan pengamatan. Dengan
demikian, tes perbuatan perlu dilakukan secara individual, dan ini akan
memerlukan waktu yang relative lama.
 Prinsip-prinsip pembuatan dan penulisan item tes lisan :
1. Jabarkanlah kegiatan yang akan dipraktekkan ke dalam unsure-unsurnya.
Dalam pedoman pengamatan, unsure-unsur kegiatan yang akan dipraktekkan
perlu dijabarkan secara rinci. Hal ini penting dilakukan agar pengamatan dapat
dilakukan secara cermat. Dalam menjabarkan unsure-unsur pertimbangkanlah
unsure-unsur kegiatan mana yang pokok dan penting diamati, sehingga
pengukuran bisa representative.
2. Susunlah unsur – unsur prilaku yang akan di ukur dalam pedoman pengamatan
secara logis.
Untuk memudahkan pengecekan kegiatan, unsur – unsur kegiatan perlu disusun
secara logis . Penyusunan mungkin bisa didasarkan pada urutan langkah –
langkah kegiatan atau urutan pentingnya unsur – unsur kegiatan.
3. Buatlah petunjuk pengerjaan yang jelas dan lengkap.
Petunjuk pengerjaan perlu disiapkan secara jelas dan lengkap, kalau perlu
lengkap dengan langkah-langkahnya. Petunjuk yang kurang jelas bisa
menyebabkan testi ragu-ragu dalam melakukan kegiatan.
4. Identifikasi alat-alat perlengkapan yang diperlukan.
Agar pelaksanaan tes tindakan dapat dilakukan sebagaimana mestinya, perlu
disiapkan alat-alat yang perlu untuk tes. Alat-alat ini perlu diidentifikasi secara
cermat, sebab ketidak lengkapan alat-alat ini bisa menyebabkan ujian tidak dapat
dilakukan atau setidak-tidaknya menggangu kelancaran pelaksanaannya.

19
5. Pertimbangn kemungkinan Pelaksanaan.
Dalam merancang tes tindakan perlu dipertimbangkan secara matang,
kemungkinan- kemungkinan pelaksanaannya, apakah tes akan dilakukan dalam
kondisi nyata atau dalam bentuk simulasi. Kemudian bagaimana pula dengan
fasilitas yang tersedia. Cek apakah sudah lengkap seperti yang dibutuhkan atau
tidak.
 Penyekor hasil tes perbuatan.

Penyekor tes perbuatan didasarkan pada sejauh mana keterampilan dan


ketepatan testi meragakan kegiatan sesuai dengan petunjuk. Disini para penguji harus
memiliki gambaran operasional tentang penampilan yang diharapkan. Dengan kata
lain, para penguji harus mengetahui pola penampilan yang seharusnya. Hal-hal yang
dapat dijadikan acuan dlam pemberian angka adalah :

a. Kecepatan penampilan
b. Ketepatan cara melakukan
c. Ketelitian
d. Keterampilan menggunakan alat
e. Kesetiaan terhadap instruksi

Dalam proses penyekoran gunakan pedoman pengamatan (pedoman penyekoran).


Skor akhir sama dengan rata-rata dari jumlah skor setiap pengamatan.

 Contoh penilaian tes perbuatan dalam fisika :

Misal dalam melaksanakan praktikum guru dapat mengetahui kemampuan siswa dan
dapat menilainya secara langsung.

20
2.3 Metode Non Tes
Metode penilaian non tes merupakan metode penilaian yang digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap (affective domain) dan
ranah (Psychomotoric domain), sedangkan untuk mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dari segi ranah proses berfikirnya (cognitive domain) sering menggunakan
metode tes.

Dengan tenik non tes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dapat dilakukan dengan pengamatan secara sistematis (observasi), melakukan
wawancara (interview), menyebar angket (quistionnaire), dan memeriksa atau
meneliti dokumen-dokumen (documentary analysis).

2.3.1 Pengamatan Secara Sistematis (Observasi)

Observasi merupakan suatu jenis evaluasi non tes yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang terkait
dengan bahasan pembelajaran yang dilakukan. Pada metode observasi dapat
dilakukan pengamatan dan evaluasi terhadap dua pihak sekaligus yaitu, pertama, kita
dapat menilai perilaku individu (peserta didik) selama proses pengamatan
berlangsung. Kedua, kita dapat menilai dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru
yang berkaitan dengan keterampilan guru serta hubungan-hubungan sosial antara
guru dan peserta didik.

Tujuan dilakukan evaluasi mengunakan metode observasi adalah untuk


mengumpulkan informasi mengenai suatu fenomena atau kejadian tertentu juga
dilakukan untuk menilai perilaku kelas baik perilaku guru maupun peserta didik
dengan harapan penilaian lebih bersifat objektif. Hal ini dikarenakan observasi lebih
bersifat ilmiah serta dilakukan secara sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional,
guru dapat melihat proses apakah tingkah laku siswa itu bersifat sebenarnya atau
dibuat-buat.

21
Observasi dapat dikatakan baik dan tepat apabila memiliki sifat-sifat tertentu,
yakni ; hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pembelajaran, direncanakan secara
sistematis, hasilnya dicatatat dan diolah sesuai dengan tujuan, dan dapat diperiksa
validitas, rehabilitas dan ketelitiannya.

Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:

a. Observasi partisipatif (participant observation) dan nonpartisipatif (non-


participant observation)

Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi


(observer) ikut ambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observer tidak mengambil bagian
dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya.

b. Observasi sistematis dan observasi nonsitematis

Observasi sistematis adalah sebelum dilakukan observasi, observer sudah


mengatur struktur yang berisi kategori atau kriteria, dan masalah yang akan diamati.
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat
stuktur ketegori yang akan diamati.

c. Observasi Experimental dan observasi nonexperimental

Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif


tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala
sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan. Sedangkan observasi
noneksperimental adalah observasi yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Pada
observasi eksperimental, tingkah laku diharapkan muncul karena peserta didik
dikenai perlakuan, maka observer perlu persiapan yang benar-benar matang,
sedangkan pada observasi noneksperimental pelaksanaannya lebih sederhana.

22
Observasi secara umum mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Arifin
(2009) kelebihan dan kekurangan dari obsrvasi dianntaranya adalah :

a. Kelebihan
 Observasi merupakan alat untuk mengamati berbagai macam fenomena
 Observasi cocok untuk mengamati perilaku peserta didik maupun guru yang
sedang melakukan suatu kegiatan.
 Banyak hal yang tidak dapat diukur dengan tes, tetapi lebih tepat dengan
observasi.
 Tidak terikat dengan laporan pribadi.
b. Kekurangan
 Seringkali pelaksanaan observasi terganggu oleh keadaan cuaca, bahkan ada
kesan yang kurang menyenangkan dari observer ataupun observasi itu sendiri.
 Biasanya masalah pribadi sulit diamati.
 Jika yang diamati memakan waktu lama, maka observer sering menjadi jenuh.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan pedoman


observasi menurut Arifin (2009) adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan tujuan observasi


b. Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
c. Menyusun pedoman observasi
d. Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenaan proses
belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun penampilan guru dalam
pembelajaran
e. Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan-kelemahan
pedoman observasi
f. Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil uji coba
g. Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
h. Mengolah dan menafsirkan hasil observasi

23
Instrumen yang digunakan dalam observasi pada umumnya berupa check list,
rating scale, anecdotal records,catatan berkala, dan mechanical devices. Penerapan
metode evaluasi observasi dalam pembelajaran fisika, misalnya :

Contoh rating scale

Kelompok :…………………………………..
Nama Siswa :…………………………………..
Kelas/ Nomer Presensi :…………………………………..

Nilai
Proses Sains
5 4 3 2 1
a. Proses kreatif :
1. Merumuskan masalah
2. Merumuskan hipotesis
3. Merancang eksperimen
4. Membuat inferensi
b. Proses inkuiri :
1. Mengumpulkan data
2. Mencatat hasil observasi
3. Mengklasifikasi data
4. Mengorganisasi data
5. Menginterpretasi data

Keterangan : beri tanda () pada kolom yang sesuai 5: sangat baik, 4: baik, 3: cukup,
2: kurang, 1: sangat kurang

24
2.3.2 Wawancara

Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan


keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara sepihak,
berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah ditentukan. Dari pengertian
tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa wawancara adalah komunikasi yang
dilakukan dengan seorang narasumber dengan tujuan pengumpulan suatu data.
Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik
langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat komunikasi).

Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal yang harus diperhatikan


evaluator dalam pelaksanaan wawancara antara lain ; evaluator harus mendengar,
mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa yang narasumber berikan.
Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak hilang dan informasi
yang dibutuhkan dapat diproleh dengan baik.

Menurut Arifin (2009) ada 3 tujuan dalam melaksanakan wawancara yakni :


Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi
dan kondisi tertentu; Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah; Untuk
memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.

Dalam metode evaluasi terdapat dua jenis wawancara yang dapat digunakan,
yaitu:

a. Wawancara sistematis (systematic interview)

Wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator dengan cara


mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu dalam bentuk
panduan wawancara (interview guide). Dalam hal ini, responden dalm menjawab
pertenyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.

b. Wawancara tidak sistematis (nonsystematic interview)

25
Dalam wawancara bebas, pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-
pertanyaan kepada peserta didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman
tertentu, mereka dengan bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat
menganilis dan menarik kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan
dihadapkan kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam.

Dalam metode wawancara ini terdapat kelebihan dan kelemahan yang


diantaranya adalah:

a. Kelebihan

 Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung


pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek.
 Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam
pelaksaannya.
 Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi. Data tentang
keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan
observasi dan angket.
 Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara
dengan objek.

b. Kelemahan

 Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan


individu yang diwawancarai.
 Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan
wawancara.
 Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari
pewawancara.
 Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil
wawancara.

26
Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:

a. Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai background tentang


apa yang akan ditanyakan.

b. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara


tersebut.

c. Harus menjaga hubungan yang baik.

d. Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya.

e. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas.

f. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.

g. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber
data.

h. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.

i. Guru harus mengobrol dalam wawancara.

j. Batasi waktu wawancara.

k. Hindari penonjolan aku dari guru

Contoh transkip Wawancara

Tujuan wawancara:

 Ingin mengetahui apresiasi guru-guru fisika SMA di Jember terhadap pendekatan


keterampilan proses.

Aspek-aspek yang akan diselidiki :

 Latar belakang guru

27
 Kurikulum
 Metode mengajar
 Lingkungan sekolah
 Prestasi belajar siswa
 Fasilitas belajar

Hal-hal yang kan ditanyakan:

 Pendidikan tertinggi, pengalaman mengajar, penataran, penghasilan, dll.


 Penguasaan materi fisika, kesulitan dalam menjelaskan materi fisika, isi
kurikulum, dll.
 Metode mengajar yang paling disukai, kesulitan memilih metode mengajar yang
cocok, dll.
 Apakah lingkungan sekolah sudah mendukung tugas-tugas guru, peraturan-
peraturan yang dibuat sekolah, dll.
 Kesulitan belajar yang dihadapi siswa, nilai yang diperoleh siswa, respon siswa
terhadap proses pembelajaran, dll.
 Kelengkapan alat-alat dan bahan praktikum, waktu yang tersedia, buku-buku
serta bahan bacaan lainnya, dll.

Pihak-pihak yang akan diwawancarai :

 Guru-guru fisika, siswa


 Petugas laboratorium
 Kepala sekolah, pejabat-pejabat lain yang relevan.

2.3.3 Angket (Questinonare)

Menurut Yusuf (dalam Arniatiu,2010) kuisioner merupakan suatu rangkaian


pertanyaan yang berhubungan dengan objek yang akan dinilai dan harus diisi oleh
orang yang akan diukur (responden) dengan maksud untuk mendapatkan data.

28
Sama halnya dengan metode evaluasi observasi, metode evaluasi mengunakan
angket juga bertujuan untuk mengumpulkan informasi. Metode evaluasi angket dapat
memberikan informasi kepada guru mengenai siswa yang lemah serta mengalami
kesulitan-kesulitan belajar. Hal ini akan membantu guru untuk membimbing siswa
belajar lebih efektif, kreatif dan efisien.Jadi metode evaluasi angket ini nantinya akan
menjadi pertimbangan guru dalam memilih model dan metode yang sesuai dengan
karateristik dan kemampuan siswanya.

Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu angket
berstuktur dan angket tidak berstuktur.

a. Angket berstuktur

Angket berstruktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model
pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.

b. Angket tidak berstruktur

Angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian


panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi
penjelasan- penjelasan, alasan-alasan terbuka.

Dalam metode evaluasi angket ini terdapat kelebihan dan kelemahan yang
diantaranya adalah:

a. Kelebihan

 Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak
yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
 Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
 Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.

b. Kelemahan

29
 Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila
ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
 Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak,
atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.
Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
 Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua,
sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima,
sehingga tidak memberikan kembali angketnya.

Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan angket


(questioner) adalah sebagai berikut :

a. Menyusun kajian teoritik tentang objek /gejala yang akan diselidiki

b. Berdasarkan hasil kajian teoritik, kemudian diidentifikasi faktor-faktor yang akan


diselidiki

c. Berdasarkan faktor-faktor, kemudian diidentifikasi indikator-indikator yang


dapat teramati

d. Berdasarkan indikator, kemudian disusun item-item angket.

Contoh metode evaluasi angket (questioner) pembelajaran fisika, misalnya :


a) Angket tipe isian bebas (terbuka)
1. Bagaimanakah pendapat anda tentang praktikum fisika ?

Jawab:………………………………………………………………………

2. Sebutkan kesulitan-kesulitan yang anda hadapi di dalam mempelajari fisika.

Jawab:………………………………………………………………………

b) Angket Sikap

30
No Sikap siswa terhadap fisika SS S N TS STS
1. Fisika sangat berperanan dalam
perkembangan teknologi.

2. Artikel-artikel tentang hasil-hasil


penelitian fisika sangat menarik
untuk dibaca.

1) Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analisis)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta


didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan
cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang
menganut informasi mengenai riwayat hidup (auto biografi), dokumen yang memuat
informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang lingkungan
non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu penerangan dan
sebagainya (Sudijono : 2009).

Hal ini dikarenakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomot siswa itu tidak
mungkin terlepas dari pengaruh lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah
maupun lingkungan bermainnya. Semua komponen yang berada disekitar peserta
didik akan memberikan peranan penting didalam perkembangan pengetahuaanya,
meskipun dalam kadar dan persentae yang berbeda..

2.4 Asesmen Berbasis Kelas


Asesmen atau penilaian berbasis kelas merupakan salah satu pilar dalam
kurikulum berbasis kompetensi. Asesmen berbasis kelas ini bisa dipandang sebagai
proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil-hasil belajar

31
siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan,
bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik. Proses ini
mengidentifikasi pencapaian kompetensi atau hasil belajar yang dikemukakan melalui
pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dicapai disertai dengan peta
kemajuan belajar siswa dan pelaporan.
Asesmen berbasis kelas meliputi pengumpulan bukti secara komprehensif
yang dilakukan dengan berbagai teknik, untuk menunjukkan pencapaian hasil belajar
mahasiswa. Bila dihubungkan dengan KBK, asesmen berbasis kelas dapat
mendeskripsikan pencapaian kompetensi dan hasil belajar mahasiswa yang
dikemukakan dalam bentuk pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan
telah dicapai, disertai dengan profil kemajuan belajar siswa dan pelaporan.Asesmen
yang dilakukan dalam pembelajaran konvensional pada umumnya hanya dapat
mengungkap apa yang diketahui siswa, sedangkan asesmen berbasis kelas bertujuan
untuk mengungkap apa yang diketahui dan apa yang dapat dilakukan siswa. Melalui
asesmen berbasis kelas guru tidak hanya mendapat gambaran tentang pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang telah mereka pelajari. Lebih dari itu, guru dapat
mengungkap sikap dan motivasi siswa terhadap pelajaran serta kemampuan
pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan koneksi siswa.
Sikap siswa merupakan aspek yang sangat berpengaruh terhadap keterlibatan
siswa secara aktif dalam belajar. Sikap positif terhadap sesuatu menyebabkan
perasaan mampu. Minat berkaitan dengan kecenderungan hati terhadap sesuatu yang
akan mendorong tindakan positif untuk menekuni dan meningkatkan intensitas
kegiatan pada objek tertentu

1) Hasil Penilaian Berbasis Kelas Bermanfaat Untuk


 Umpan balik bagi siswa dalam mengetahui kemampuan dan
kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil
belajarnya.

32
 Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar siswa
sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remidiasi untuk
memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya
 Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program
pembelajarannya di kelas.
 Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan
walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda.

2) Keunggulan Penilaian Berbasis Kelas adalah

 Pengumpulan informasi kemajuan belajar baik formal maupun non formal


diadakan secara terpadu, dalam suasana yang menyenangkan, serta senantiasa
memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk
menunjukkan apa yang diketahui, dipahami dan mampu dikerjakan siswa.
 Pencapaian hasil belajar siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok,
tetapi dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya kriteria pencapaian
kompetensi, standar pencapaian, dan level pencapaian nasional, dalam rangka
membantu anak mencapai apa yang ingin dicapai bukan untuk
menghakiminya.
 Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara, agar kemajuan belajar
siswa dapat terdeteksi secara lengkap.
 Siswa perlu dituntut agar dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk
mengerahkan semua potensi dalam menanggapi, mengatasi semua masalah
yang dihadapi dengan caranya sendiri, bukan sekedar melatih siswa memilih
jawaban yang tersedia.
 Untuk menentukan ada tidaknya kemajuan belajar dan perlu tidaknya bantuan
secara berencana, bertahap dan berkesinambungan, berdasarkan fakta dan
bukti yang cukup akurat.

3) Prinsip-prinsip Penilaian Berbasis Kelas

33
 Valid, penilaian memberikan informasi yang akurat tentang hasil belajar
siswa.
 Mendidik, penilaian harus memberikan sumbangan positif terhadap
pencapaian belajar siswa.
 Berorientasi pada kompetensi, penilaian harus menilai pencapaian kompetensi
yang dimaksud dalam kurikulum.
 Adil, penilaian harus adil terhadap semua siswa dengan tidak membedakan
latar belakang sosial-ekonomi, budaya, bahasa dan gender.
 Terbuka, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan harus jelas dan
terbuka bagi semua pihak.
 Berkesinambungan, penilaian dilakukan secara berencana, bertahap dan terus
menerus untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan belajar siswa
sebagai hasil kegiatan belajarnya. (Depdiknas, 2002).

2.5 Asesmen Kinerja


Asesmen kinerja adalah teknik penilaian yang menuntut peserta didik
mendemonstrasikan kemahirannya dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan
tertentu, misalnya kemahiran mengidentifikasi kerusakan pada alat-alat yang
diperlukan untuk melakukan kinerja tertentu, bersimulasi, ataupun melakukan
pekerjaan yang sesungguhnya. Tes kinerja dapat dilakukan untuk menilai proses,
produk, serta proses dan produk. Tes kinerja, untuk memperoleh data tentang kinerja
atas bidang keterampilan tertentu yang dipertunjukkan oleh seseorang peserta didik.
Penilai mengajukan sejumlah tugas atau pekerjaan untuk dilakukan oleh peserta didik
dengan cara memperagakan secara psikomotor.
Asesmen kinerja bisa digunakan untuk menilai kemampuan siswa dalam
penyajian lisan, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi,
kemampuan siswa menari, kemampuan siswa menyanyi, memainkan alat musik, dan
sebagainya.

34
Dalam melakukan asesmen kinerja dapat 2 metode yang dapat digunakan,
yaitu:
a. Asesmen kinerja yang berorientasi pada masa lalu (past oriented appraisal
methods). Yaitu penilaian kinerja atas kinerja seseorang dari pekerjaan yang telah
dilakukannya.
b. Asesmen kinerja yang berorientasi ke masa depan (future oriented appraisal
methods). Yaitu penilaian kinerja dengan menilai seberapa besar potensi seseorang
untuk melakukan kinerja di masa yang akan datang.
Penilaian hasil kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala. Skala
merupakan alat untuk mengukur sikap, nilai, minat dan perhatian, dll, yang disusun
dalam bentuk pertanyaan untuk menilai responden dan hasilnya dalam bentuk
rentangan nilai dengan kreteria yang telah ditentukan.
Manfaat dan Kelebihan Asesmen Kinerja

Asesmen kinerja memberikan kesempatan kepada siswa dalam berbagai tugas


untuk memperlihatkan kemampuan keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau
kegiatan yang harus dikerjakan. Artinya, asesmen kinerja mengarah pada kemampuan
baik psikomotor, afektif, maupun kognitif. Dengan demikian melalui asesmen kinerja
guru dapat menilai siswa tidak hanya dari segi kognitif saja yang membuat penilaian
seringkali tidak adil.

Manfaat asesmen kinerja menurut Airasian (1994) yaitu mengindikasikan


bagaimana siswa menggunakan informasi untuk memperlihatkan kegiatan-kegiatan
atau aktivitas-aktivitas dan menghasilkan sesuatu dalam situasi dengan
menggambarkan kehidupan sebenarnya. Manfaat lainnya adalah bahwa satu kali
asesmen kinerja dikembangkan, maka instrumen tersebut dapat digunakan terus
menerus.

35
Sementara itu, keunggulan asesmen kinerja sebagaimana diungkapkan
Stiggins (1994) bahwa penggunaan asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru
lebih percaya diri dan menyukai kualitas asesmen kinerja. Reichel (1994)
mengemukakan bahwa asesmen kinerja berguna bagi guru untuk memandang
asesmen sebagai bagian dari proses belajar mengajar, bukan sekedar nilai akhir,
membangun atau membentuk kriteria-kriteria untuk memastikan evaluasi yang dibuat
tidak menjadi bias, menemukan berbagai keterampilan dan kualitas yang diharapkan
dapat membentuk karakter siswa, lebih menitikberatkan pada kunci konseptual dan
keterampilan pemecahan masalah daripada mengungkapkan fakta-fakta ingatan siswa
dan melibatkan siswa dalam evaluasi kerja mereka.

2.6 Asesmen Portofolio


Portofolio berasal dari bahasa Inggris “portfolio” yang berarti dokumen aau
surat-surat. Penilaian portofolio (portofolio assesment) merupakan salah satu bentuk
“performance assesment”. Portofolio (portfolio) adalah kumpulan hasil tugas/tes atau
hasil karya siswa yang dikaitkan dengan standar atau kriteria yang telah ditentukan.
Dengan kata lain, model penilaian yang bertujuan untuk mengukur kemampuan
peserta didik dalam membangun dan merefleksi suatu pekerjaan/tugas atau
karya melalui pengumpulan (collection) hasil karya siswa yang sistematis dalam satu
periode.
Prinsip dalam penilaian portofolio (portfolio assesment) adalah dokumen atau
data hasil pekerjaan siswa, baik berupa pekerjaan rumah, tugas atau tes tertulis
seluruhnya digunakan untuk membuat inferensi kemampuan dan perkembangan
kemampuan siswa. Informasi ini juga digunakan untuk menyusun strategi dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran
Bentuk fisik dari portofolio adalah folder, bendel, atau map yang berisikan
dokumen. Agar portofolio siswa mudah dianalisis untuk kepentingan penilaian, maka
idealnya perlu diorganisir dalam beberapa bagian sebagai berikut.
a) Halaman Judul

36
Pada halaman depan map portofolio adalah judul atau cover portofolio berisi
nama siswa, kelas, dan sekolah.

b) Daftar isi dokumen

Pada halaman dalam dari judul berisi daftar isi dokumen yang berada dalam
map portofolio.

c) Dokumen Portofolio

Bendel dokumen portofolio berisi kumpulan semua dokumen siswa baik hasil
karya siswa, lembar kerja (worksheet), koleksi bacaan, koleksi lukisan, maupun
lembaran-lembaran informasi yang dipakai dalam kegiatan belajar mengajar.

d) Pengelompokan Dokumen

Dokumen-dokumen dalam portofolio perlu dikelompokkan, misalnya


berdasarkan mata pelajaran, sehingga mudah untuk mendapatkannya bila diperlukan.
Agar kelompok dokumen mudah diorganisir, maka perlu diberi pembatas, misalnya
dengan kertas berwarna. Batasan tersebut sangat berguna untuk memisahkan antara
dokumen satu kelompok dengan kelompok yang lain. Tidak semua berkas karya
siswa didokumentasikan tetapi hanya karya siswa yang terpilih saja. Penentuan karya
siswa yang terpilih merupakan kesepakatan antara pendidik dan siswa.

Perlu ditegaskan bahwa portofolio bukan menggantikan sistem penilaian yang


ada. Portofolio yang berisi dokumen-dokumen selama siswa belajar dalam kurun
waktu tertentu, dipilih kembali untuk dilampirkan dan dilaporkan kepada orang tua
bersama rapor.
Pada akhir suatu periode, misalnya semester, portofolio dianalisis dan hasil
analisis berupa catatan komentar guru tentang informasi proses dan hasil belajar
siswa selama periode tersebut.

37
Format penilaian Portofolio Proses
Sebagaimana isi dan kriteria penialain, maka format penilaian pun harus
mengacu pada tujuan.format penilaian banyak modelnya. Salah satunya bisa
menggunakan model skala dengan tiga kriteria, seperti: baik, cukup, kurang.
Contoh:
Kompetensi Dasar: Nama: Angga Zalindra
Mengoperasikan komputer Nugraha
Berbasis Windows 2007 Tanggal: 20 November 2008
Indikator PENILAIAN
Baik Cukup Kurang
1. Melakukan pengetikan dengan
Windows 2007
2. Melakukan layout naskah dengan
Word 2007
3. Mencetak naskah yang telah dibuat
4. Membuat table dan gambar
5. Memasukkan gambar ke dalam file

Dicapai melalui: Komentar guru:


- Bantuan guru
- Seluruh kelas
- Perorangan
Komentar orang tua:

38
Format Penilaian Tugas Terstruktur
Nama : ………………………………………
Kelas : ………………………………………
Mata Pelajaran : ………………………………………
Jenis Tugas : Makalah
No. Aspek-aspek Penilaian Skor Bobot Nilai x Bobot
01 Judul 1
02 Masalah 1
03 Metode Penulisan 1
04 Landasan Teori 2
05 Sistematika Penulisan 1
06 Pembahasan 2
07 Simpulan 1
08 Bahasa: 1
- Tata Bahasa
- Gaya Bahasa

Jumlah 10

Nilai Akhir: (Jumlah Nilai x Bobot) : Jumlah Bobot


Catatan: ………………………………………………………
Jember,
Guru,

……………………

39
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Tes adalah cara atau prosedur yang perlu ditempuh dalam rangka pengukuran
dan penilaian dalam dunia pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas berupa
pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh testee,
sehingga atas dasar data tersebut dapat dijadikan nilai yang melambangkan
tingkah laku atau prestasi testee. Contoh yang termasuk tes, yaitu: tes seleksi,
tes formatif, tes individual, tes verbal, tes nonverbal, tes obyektif, dan tes essay,
dll.

3.1.2 Metode nontes adalah penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik
dilakukan tanpa menguji peserta didik, melainkan dilakukan dengan melakukan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis (observation), melakukan
wawancara (interview), menyebar angket (questionnaire), dan memeriksa atau
meneliti dokumen-dokumen. Contoh teknik nontes seperti: observasi,
kuesioner, wawancara, dan pemeriksaan dokumen.

3.2 Saran
Kami pemakalah menyadari pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu diharapkan para pembaca utuk memberikan kritik dan saran guna
memperbaiki pembuaan makalah di masa mendatang yang jauh lebih lagi.

40
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik, Prosedur, Bandung:


PT.Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, dan Prosedur.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Arniatiu. 2010. Evaluasi Pembelajaran. Makalah Perkuliahan. Padang : Non-
Publikasi.
Sudijono,Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Suharsimi, Arikunto. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Belajar (EDISI REVISI). Jakarta:
Bumi Aksara.
Thamrin. 2009. Penilaian Berbasis Kompetensi. Surakarta : FKIP UNS.
Wayan, N. dan Sunartana. 1983. Evaluasi Pendidikan Cet III. Surabaya : Usana
Offset Printing.

41

Anda mungkin juga menyukai