Anda di halaman 1dari 26

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN KULIT DAN PENYAKIT KELAMIN

RSUD CILEGON

OLEH:

STEFANUS

(030.12.262)
Peny. Kulit kronis dan residif yang
sering terjadi pada bayi dan
masa kanak-kanak
DEFINISI

Berkaitan dgn fungsi barier kulit


yg abnormal, sensitisasi alergen,
& Infeksi kulit yg rekuren
Anak-
Dewasa ISAAC 
anak 10-
1-4% P>L
20%
Penurunan fungsi barier kulit

Dermatitis atopic beruhubungan dengan penurunan fungsi barrier kulit akibat


penurunan regulasi dari cornified envelope genes (filaggrin dan loricrin),
turunnya ceramide levels, peningkatan level dari endogenus proteolitik enzyme,
dan peningkatan transepidermal water loss.

Penggunaan sabun dan bahan detergen lainnya meningkatkan pH kulit sehingga


terjadi peningkatan dari endogenous protease yang meningkatkan pemecahan
dari fungsi barrier epidermal. Barier epidermal juga dapat rusak akibat paparan
dari tungau rumah dan Staphylococcus aureus
Cytokine dan chemokine

Inflamasi atopi kulit disusun oleh ekspresi local dari pro inflammatory cytokine
dan chemokine, seperti TNF-a dan IL-1 dari reseptor sel resident ( keratinocytes,
sel mast dan sel dendrit) di vascular endothelium, jalur aktivasi sel, yang menuju
induksi dari vascular endothelial cell adhesion molecules
Dermatitis atopik akut berhubungan dengan produksi dari cytokine Th-2, IL-4
dan IL-13 yang merupakan mediasi dari Immunoglobulin isotype menjadi
sintesis IgE dan meningkatkan ekpresi regulasi dari adhesi molecular pada sel
endotel

Dermatitis atopik kronis adanya peningkatan produksi IL-5, yang berhubungan


dalam perkembangan dan kelangsungan eosinophil. Peningkatan produksi dari
granylocyte macrophage colony-stimulating factor di dermatitis atopik
menginhibisi apoptosis dari monosit sehingga membuat hal ini persisten
• Merupakan sel untuk mendeteksi dan mengenali alergen
APC atau pathogen yang masuk ke kulit lewat TLR
• Jumlah yang berperan sangat banyak jika dibandingkan
dengan penyakit inflamasi kulit lainnya, cth. DKA & psoriasis

• Perannya T cell memory sangat penting terutama pada awal


Dermatitis atopik, Th2-like T cells memproduksi cytokine
T cell
yang meningkatkan reaksi inflamasi alergi pada kulit
• Pada kronis, ada pergantian menjadi Th1-like cells yang
berperan utama memproduksi IFN-y dan induksi aktivasi dan
apoptosis dari keratinocytes

• Dermatitis atopik keratinosit mengsekresi chemokine dan


Keratinocytes cytokine unik untuk mengaktivasi DC menjadi T cell naïve
untuk memproduksi IL-4 dan IL-13
Genetik

• Familly transmitted with a strong maternal influence


• Gen Filaggrin, merupakan faktor predisposisi mayor untuk dermatitis atopik

Basis pruritus pada Dermatitis atopik

• Kontrol pruritus merupakan salah satu hal yang sangat penting diperhatikan
pada pasien karena luka mekanikal akibat garukan dapat merangsang
pembentukan proinflamatori cytokine dan chemokine, sehingga timbul
semakin gatal lagi

• Molekul yang berperan termasuk turunan dari T-cell cytokine seperti IL-31,
stress-induced neruopeptides dan protease, eicosanoids dan eosinophil-
derived protein
Gejala Klinis

-DA dimulai saat masa bayi


-50% pasien yg mengidap penyakit
ini dimulai saat 1 tahun kehidupan
nya & 30% diantara usia 1-5 tahun
-Antara 50-80% pasien dgn DA
berkembang menjadi rinitis alergi
atau asma pada masa kanak-kanak
Three Items Severity Score (TISS)
Penilaian intensitas eritema, edema/papul, dan ekskoriasi dengan nilai 0-3.
Serupa dengan Score of Atopic Dermatitis (SCORAD), tiap penilaian dilakukan
pada lesi yang paling representatif. Skor TISS berkisar antara 0-9
Indeks SCORAD
Indeks SCORAD dikembangkan oleh European Task Force on Atopic Dermatitis
(ETFAD) pada tahun 1993 dan merupakan salah satu alat ukur yang paling sering
digunakan untuk menilai derajat keparahan DA. Saat ini, indeks SCORAD telah
direkomendasikan untuk digunakan pada setiap penelitian DA, terutama pada uji klinis.
Penilaian SCORAD:
1. Luas lesi kulit (skor = 0 – 100)
Luas lesi kulit yang dihitung adalah lesi inflamasi dan tidak mencakup kulit kering,
dengan menggunakan “rule of nine” dan lesi digambarkan pada lembar evaluasi.
Luas satu telapak tangan pasien menggambarkan 1% luas permukaan tubuh. Pada
pasien berusia di bawah 2 tahun terdapat sedikit perbedaan penilaian “rule of nine”
yakni pada daerah kepala dan tungkai bawah.
2. Intensitas morfologi lesi (skor = 0 – 18)
Morfologi lesi menilai eritema, edema/papul, eksudasi/krusta, ekskoriasi, likenifikasi
dan kulit kering. Setiap morfologi lesi dinilai intensitasnya berdasarkan panduan
gambar/foto*) (0 = tidak ada lesi, 1 = ringan, 2 = sedang, 3 = berat).
3. Keluhan subjektif (skor = 0 – 20)
Penilaian keluhan subjektif terhadap rasa gatal dan gangguan tidur selama 3 hari
terakhir. Penilaian dilakukan dengan menggunakan visual analog scale (VAS) yang
dinyatakan dalam skor 0–10 untuk masing-masing kriteria

Indeks SCORAD adalah hasil penjumlahan A/5 + 7B/2 + C, yaitu A = luas lesi, B
= intensitas morfologi lesi, dan C = keluhan subjektif pasien. Objective SCORAD
merupakan modifikasi indeks SCORAD tanpa memperhitungkan gejala subjektif.
Nilai maksimum indeks SCORAD dan objective SCORAD berturut-turut adalah 103
dan 83. Namun pada objective SCORAD dapat diberikan tambahan 10 poin jika
terdapat lesi yang berat pada wajah atau tangan ataupun lesi yang mengganggu
fungsi sehingga nilai maksimum objective SCORAD dapat mencapai 93
Pemeriksaan Tidak dibutuhkan utk evaluasi rutin &
Laboratorium treatment DA tanpa komplikasi

-Serum IgE
meningkat pada 70-
80% pasien DA Patch Test
-20-30% pasien DA
serum IgE normal

Pemeriksaan hitung
jenis  basofil,
eosinofil
• Dermatitis pada kelopak mata
• Blefaritis kronis
MATA • Keratokonjungtivitis atopik

• Infeksi kulit rekuren yg disebabkan oleh virus 


H.Simpleks
INFEKSI
Hand Exfoliative
Dermatitis dermatitis
• Manajemen intervensi DA
Edukasi • Quality of Life
• Intensive Education

• Broadband UVA/UVB
Phototeraphy • Narrowband UVB
• Combined UVAB

Identifikasi & • Stres


• Agen Infeksi
eliminasi faktor • Alergen spesifik
pemicu • Pruritus
Topikal Terapi

Topical Glucocorticoid
therapy  cream
betamethasone
valerate 0,1%

Topical Calcineurin
inhibitors 
pimecrolimus 0,1%
Sistemik Terapi

Glucocorticoid Cyclosporine Antimetabolites


TAR Preparations

Memberi efek anti-pruritic & anti-inflammatory


Terapi Lain

IFN-y Probiotics

Omalizumab Vitamin D

Allergen Chinese herbal


immunotheraphy Medications
Indikasi Rawat Inap

Eritroderma (+) Resisten terapi

Pada beberapa
kasus:
menghindarkan
pasien dari
alergen/stress

Anda mungkin juga menyukai