Mata Merah
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun datang ke poliklinik diantar ibunya dengan keluhan
kedua mata merah sejak 2 hari yang lalu setelah bermain sepak bola. Keluhan disertai dengan
keluar banyak air mata dan gatal. Penglihatan tidak mengalami gangguan. Pasien pernah
menderita peyakit seoerti ini 6 bulan yang lalu.
Pasien sudah mencoba mengobati dengan obat warung tetapi tidak ada perubahan.
Setelah mendapatkan terapi pasien diminta untuk kontrol rutin dan menjaga seta memelihara
kesehatan mata sesuai tuntutan ajaran Islam.
1
BRAINSTORMING
KATA SULIT
1. VOD : ketajaman penglihatan mata kanan
2. VOS : ketajaman penglihatan mata kiri
3. Giant papil : diameter papil melebar atau membesar lebih dari 1 mm
4. Lakrimasi : proses pengeluaran air mata
5. Injeksi konjungtiva : pelebaran arteri konjungtiva posterior
6. Cobble stone appearance : lesi pada palpebral yang menyerupai jalan berbatu
(permukaan tidak rata)
7. Limbus kornea : perbatasan antara kornea dan sklera
2
HIPOTESIS
Terpapar alergen, infeksi, kebersihan yang kurang, dan riwayat atopi dapat menyebabkan mata
gatal, merah, berair yang disebabkan oleh inflamasi yang mengeluarkan mediator inflamasi
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah dan pengeluaran histamine. Pembentukan
infiltrate yang mengeluarkan sel mast basophil dan eosinophil lalu terbentuknya kolagen dan
jaringan ikat. Pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan tes alergi Ige serum, air mata, dan
pewarnaan gram. Pertolongan pertama yang dapat membantu pasien adalah membersihkan
sekret, kompres dengan air dingin pada mata, tetes mata untuk meluruhkan alergen,
antihistamin, antibiotic bila ada infeksi bakteri.
Dalam pandangan Islam cara menjaga dan memelihara kesehatan mata dengan menjaga
pandangan, menjaga kesehatan, dan wudhu.
3
SASARAN BELAJAR
1. Memahami dan menjelaskan tentang anatomi mata
1.1 Makroskopis
1.2 Mikroskopis
2. Memahami dan menjelaskan tentang fisiologi penglihatan dan lakrimasi mata
3. Memahami dan menjelaskan mata merah
3.1 Visus turun
3.2 Visus tidak turun
4. Memahami dan menjelaskan tentang konjungtivitis
4.1 Definisi
4.2 Etiologi
4.3 Klasifikasi
4.4 Patofisiologi
4.5 Manifestasi klinis
4.6 Diagnosis dan diagnosis banding
4.7 Tatalaksana
4.8 Komplikasi
4.9 Pencegahan
4.10 Prognosis
5. Memahami dan menjelaskan pandangan Islam tentang cara menjaga dan memelihara
kesehatan mata
4
1. Memahami dan menjelaskan tentang anatomi mata
1.1. Makroskopis
5
Bola mata (bubus oculi), atau organ penglihatan, berada pada kavitas orbita, dimana organ ini
dilindungi dari cedera dan pergerkan oleh otot-otot okular serta tulang (os sphenoidale,
zygomaticum, frontale, ethmoidale, lacrimale, dan maxilla). Selain itu, ada pula struktur
aksesorius yang berhubungan dengan mata, seperti otot-otot, fascia, alis, kelopak mata,
konjungtiva, dan badan lakrimal.
Ukuran bola mata lebih panjang pada diameter transversal dan antero-posterior daripada
diameter vertikal. Pada wanita, ketiga diameter tersebut lebih kecil daripada laki-laki. Diameter
antero-posterior pada bayi baru lahir berkisar 17.5 mm, dan saat pubertas berkisar 20-21 mm.
Bola mata terbenam dalam lemak di orbita, tetapi dipisahkan dari jaringan tersebut oleh
kantung membranosa tipis, fascia bulbi.
Lapisan Mata
Lapisan mata dari luar ke dalam adalah:
(1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian depan;
(2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat
badan siliaris dan iris
(3) tunika nervosa, retina.
1. Sklera
Sklera dikenal juga sebagai putih mata, merupakan 5/6 dinding luar bola mata dengan
ketebalan sekitar 1 mm. Sklera mempunyai struktur jaringan fibrosa yang kuat sehingga
mampu mempertahankan bentuk bola mata dan mempertahankan jaringan-jaringan halus pada
mata. Pada anak-anak, sklera akan terlihat berwarna biru sedangkan pada orang dewasa akan
terlihat seperti warna kuning.
2. Konjungtiva
Konjungtiva adalah membrana mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak & melipat ke
bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus. Konjungtiva ada 2, yaitu
konjungtiva palpebra (melapisi kelopak) dan konjungtiva bulbi (menutupi bagian depan bola
mata). Fungsi konjungtiva: memberikan perlindungan pada sklera dan memberi pelumasan
pada bola mata. Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh darah.
3. Kornea
Kornea adalah jaringan bening, avaskular, yang membentuk 1/6 bagian depan bola mata, dan
mempunyai diameter 11mm. Kornea merupakan kelanjutan dari sklera.
4. Lensa
Lensa terletak di depan badan kaca dan di belakang iris. Merupakan bangunan lunak, bening,
dan bikonveks (cembung), yang dilapisi oleh kapsul tipis yang homogen.Titik pusat permukan
anterior dan posterior disebut polus anterior & polus posterior, garis yg melewati kedua polus
disebut sumbu (aksis).Lensa dibungkus suatu kapsul, yang merupakan membran bening yg
menutup lensa dengan erat dan tebal pada permukaan anterior.Fungsi dari kapsul ini adalah
7
untuk mengubah bentuk lensa dan melindungi dr badan kaca dan humor akuos. Lensa berperan
penting pd pembiasan cahaya.
5. Iris
Iris terdiri dari otot polos yang tersusun sirkuler dan radier. Otot sirkuler bila kontraksi akan
mengecilkan pupil, dirangsang oleh cahaya sehingga melindungi retina terhadap cahaya yang
sangat kuat. Otot radier dari tepi pupil, bila kontraksi menyebabkan dilatasi pupil. Bila cahaya
lemah, otot radier akan kontraksi, shg pupil dilatasi utk memasukkan cahaya lebih banyak.
Fungsi iris: mengatur jml cahaya yang masuk ke mata dan dikendalikan oleh saraf otonom.
6. Badan siliar
Badan siliar menghubungkan koroid dengan iris.Tersusun dalam lipatan-lipatan yang berjalan
radier ke dalam, menyusun prosesus siliaris yang mengelilingi tepi lensa.Prosesus ini banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf. Badan siliaris ini berfungsi untuk menghasilkan
aquous humour.
7. Koroid
Koroid adalah membran berwarna coklat, yang melapisi permukaan dalam sklera.Koroid
mengandung banyak pembuluh darah dan sel-sel pigmen yang memberi warna gelap. Fungsi
koroid: memberi nutrisi ke retina dan badan kaca, dan mencegah refleksi internal cahaya.
8. Vitreous Humour dan Aquous Humour
Tekanan mata dipengaruhi tekanan vitreous humour pada posterior mata dan aquous humour
yang mengisi kamera anterior (bilik depan). Normalnya volume vitreous humour (badan kaca)
adalah tetap.
9. Aquous humour
Cairan ini bertanggung jawab mengatur tekanan intraokuler. Perubahan kecepatan masuknya
aquous humour ke dalam mata dari prosesus siliaris atau kecepatan keluarnya humor akuos
dari sudut filtrasi akan mempengaruhi tekanan intraokuler.
10. Vitreous Humour (Badan Kaca)
Merupakan jaringan albuminosa setengah cair yang bening, yang mengisi ruang antara lensa
dan retina.Cairan ini mengisi 4/5 bagian belakang bola mata dan mempertahankan bentuk bola
mata serta mempertahankan retina untuk mengadakan aposisi dg koroid.Badan kaca tidak
mengandung pembuluh darah dan hanya mendapat nutrisi dari jaringan sekitarnya.
11. Retina
Retina merupakan lapisan paling dalam pada mata, merupakan lapisan penerima cahaya.Retina
terdiri dari membran lunak, rapuh, tipis. Tebal dari 0,4 mm dekat masuknya saraf optikus smpai
0,1 mm pada orra serata. Warna merah ungu karena adanya rodopsin.Retina mempunyai bintik
kuning (makula lutea).Elemen peka cahaya mengandung sel-sel batang dan kerucut.
Sel batang untuk intensitas cahaya rendah, sedangkan sel kerucut digunakan pada penglihatan
cahaya terang untuk penglihatan warna.Letak di pusat retina. Sistemnya adalah dengan
mengubah rangsang cahaya mjd impuls listrik yang berjalan sepanjang serabut saraf sensoris
menuju pusat penglihatan di otak
8
Perdarahan
Mata mendapat pasokan darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis interna) melalui
arteri retina, arteri siliaris, dan arteri muskularis.Sirkulasi konjungtiva beranastomosis di
anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna.
Saraf optik anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri siliaris.Retina
mendapat pasokan darah dari cabang arteriol dari arteri retina sentral.Fovea sangat tipis
sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina.Fovea mendapat darah secara tidak
langsung, seperti juga lapisan luar retina, oleh difusi oksigen dan metabolit dari koroid
melewati epitel pigmen retina.
Persarafan
Saraf yang bertangung jawab terhadap mata manusia
adalah saraf optikus (Nervus II).Bagian mata yang
mengandung saraf optikus adalah retina.Saraf optikus
adalah kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan
visual dari retina ke otak.
Sedangkan saraf yang menggerakkan otot bola mata
adalah saraf okulomotoris (Nervus III), saraf ini
bertanggungjawab terhadap pergerakan bola mata,
membuka kelopak mata, dan mengatur konstraksi pupil
mata.
Saraf lainnya yang mempengaruhi fungsi mata adalah saraf lakrimalis yang merangsang dalam
pembentukan air mata oleh kelenjar air mata.Kelenjar Lakrimalis terletak di puncak tepi luar
dari mata kiri dan kanan dan menghasilkan air mata yang encer.
Tambahan
1) Nervus III : Saraf ini memasuki sinus kavernosus pada dinding lateral dan memasuki
orbita melalui fissura orbita superior. Nukleusnya terletak di tengah.
2) Nervus IV : Saraf keempat memasuki orbita melalui fissura orbita superior.Nukleusnya
terletak di otak tengah.
3) Nervus VI : Saraf ini memasuki orbita melalui fissura orbita superior.Nukleusnya
terletak di pons
1.2. Mikroskopis
9
Mata adalah organ indera yang sangat khusus bagi penglihatan dan fotoresepsi. Setiap bola
mata dikelilingi oleh 3 lapisan yang berbeda. Lapisan luar adalah sklera, yaitu lapisan opak
jaringan ikat padat. Dibagian anterior, sklera dimodifikasi menjadi kornea transparan yang
memungkinkan cahaya masuk ke mata. Di bagian dalam sklera, terdapat lapisan berpigmen
padat yang disebut dengan choroid. Di dalam choroid terdapat banyak pembuluh darah yang
memberi makan kepada sel-sel fotoreseptor di retina dan struktur lain bola mata. Lapisan paling
dalam mata adalah retina fotosensitif yang melapisi tiga perempat mata bagian posterior. Sel-
sel fotosensitif retina berakhir pada daerah yang disebut ora serrata. Di bagian anterior ora
serrata retina tidak lagi fotosensitif. (Eroschenko, 2003)
Mata juga mengandung 3 bilik, camera oculi anterior (COA), terletak diantara kornea dan iris;
camera oculi posterior, terletak diantara iris dan lensa; corpus vitreous, ruang besar berisi
humor vitreous yang berupa gel, terletak diantara lensa dan retina. Camera oculi anterior dan
posterior terisi suatu cairan yang disebut dengan humor aqueosus. Cairan ini dihasilkan oleh
processus ciliaris yang berada di belakang iris, berjalan dari camera posterior ke camera
anterior lalu akan didrainase melalui vena. (Eroschenko, 2003)
Retina mengandung selapis sel fotoreseptor (sel kerucut dan sel batang) yang peka terhadap
berkas cahaya melalui lensa. Saraf yang keluar dari retina adalah saraf (sensoris) afferen yang
menghantarkan impuls cahaya dari fotoreseptor ke otak melalui N. Opticus untuk interpretasi
visual. (Eroschenko, 2003)
Pada bagian posterior mata terdapat sebuah bercak berpigmen kekuningan yang disebut makula
lutea. Di pusat makula lutea terdapat sebuah lekukan kecil yang disebut dengan fovea centralis.
Bagian fovea centralis ini tidak mengandung sel batang maupun pembuluh darah, yang ada
hanya kumpulan dari sel kerucut. Oleh karena itu bisa dikatakan fungsi dari fovea centralis ini
lebih mengarah kepada interpretasi warna. (Eroschenko, 2003)
Palpebra
Lapisan terluar palpebra adalah kulit tipis. Kulit tipis M. Orbicularis oculi
Follicle bulu
Epidermis terdiri atas epitel berlapis gepeng mata
Conjunctiva
palpebrae Kelenjar Meibom M. Ciliaris Riolani
10
Lapisan terdalam palpebra adalah membran mukosa, yang disebut juga sebagai konjungtiva
palpebra. Lapisan ini letaknya bersebelahan dengan bola mata. Epitel yang melapisinya adalah
epitel berlapis silindris rendah dengan sedikit sel goblet. Epitel berlapis gepeng kulit berlanjut
ke atas tepi palpebra, kemudian ditransformasikan menjadi epitel berlapis silindris pada bagian
konjungtiva palpebra. Lamina propria pada konjungtiva palpebra mengandung serat-serat
kolagen serta elastin. Di bawah lamina propria terdapat lempeng jaringan ikat padat kolagen,
yang disebut dengan tarsus. Daerah ini mengandung kelenjar sebasea khusus (besar) yang
disebut dengan kelenjar tarsalis Meibom. Asini sekretorius yang keluar dari kelenjar ini akan
bermuara ke dalam suatu ductus centralis yang panjang yang berjalan paralel dengan
konjungtiva palpebra dan bermuara di tepi palpebra. (Eroschenko, 2003)
Kelenjar Lakrimalis
Kelenjar lakrimalis menyekresi air mata dan disusun oleh beberapa
kelenjar tubulo asinar. Asini sekretorisnya bervariasi dalam hal bentuk
maupun ukurannya dan mirip jenis serosa, tetapi lumennya lebih besar.
Sejumlah asini menampakkan kantung-kantung tak teratur sel di dalam
lumennya. Sel-sel asinar lebih silindris dibandingkan dengan
piramidal, mengandung granul sekresi dan tetes lipid lebih besar yang
terpulas lemah. Sel-sel mioepitel mengelilingi setiap asini.
(Eroschenko, 2003)
Duktus ekskretorius intralobular yang lebih kecil dilapisi epitel selapis kuboid atau silindris.
Duktus intralobular yang lebih besar dan duktus interlobularis yang dilapisi dua sel silindris
rendah atau epitel bertingkat semu. (Eroschenko, 2003)
Jaringan ikat intralobular hanya sedikit, tetapi jaringan ikat interlobular sangat banyak dan
dapat mengandungn sel-sel lemak. (Eroschenko, 2003)
Kornea
Permukaan anterior kornea ditutupi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk dan tanpa
papil. Lapisan sel terbawah (basal) silindris dan berada di atas membran basal tipis. Di bawah
epitel kornea terdapat membrana limitans anterior (membrana Bowman). Membrana Bowman
berasal dari lapisan dibawahnya, stroma kornea (substantia proria). Stroma kornea membentuk
11
badan kornea. Stroma terdiri atas berkas serat kolagen paralel
yang membentuk lamela tipis dan lapisan-lapisan fibroblas gepeng
yang bercabang, keratosit, yang terletak diantara serat kolagen.
Keratosit kornea merupakan bagian yang telah dimodifikasi.
(Eroschenko, 2003)
Bola Mata
Bola mata dikelilingi oleh 3 lapisan konsentris utama,
yaitu jaringan ikat fibrosa kuat di luar (sklera dan
kornea), lapisan tengah atau uvea (choroid berpigmen
yang sangat vaskular; corpus ciliaris, terdiri atas
processus ciliaris dan M. ciliaris; iris), yang terakhir
adalah lapisan terdalam (jaringan saraf fotosensitif,
retina). (Eroschenko, 2003)
Sklera adalah lapisan jaringan ikat kuat, opak, putih, terdiri atas anyaman padat serat kolagen.
Sklera membantu mempertahankan kekakuan bola mata dan tampak sebagai bagian putih mata.
Batas antara sklera dan kornea disebut limbus kornea, yang terletak di bagian anterior mata. Di
bagian posterior mata terdapat N. opticus yang muncul dari kapsul ocular, tempat peralihan
sklera bola mata dan duramater (jaringan ikat susunan saraf). (Eroschenko, 2003)
Choroid dan corpus ciliaris terletak bersebelahan dengan sklera. Pada potongan sagital bola
mata, corpus ciliaris tampak berbentuk segitiga, terdiri atas M. ciliaris dan processus ciliaris.
M. ciliaris adalah otot polos, serat-seratnya tersusun memanjang, melingkar dan radial.
Perluasan corpus ciliaris yang berlipat dan vaskular akan membentuk processus ciliaris.
Processus ini melekat pada equator lensa melalui ligamentum suspensorium bulbi dan
membuat lensa berbentuk konveks. (Eroschenko, 2003)
Iris menutupi sebagian lensa dan merupakan bagian berwarna mata. Penyebaran serat otot
polos secara melingkar dan radial membentuk sebuah lubang yang dinamakan pupil.
(Eroschenko, 2003)
Bagian dalam mata yang terdapat di depan lensa dapat dibagi menjadi 2 kompartemen, yaitu
camera oculi anterior (COA) dan camera oculi posterior (COP). Camera oculi anterior terletak
diantara iris dengan kornea. Sedangkan camera oculi posterior (COP) terletak diantara iris
dengan lensa. Kedua ruangan ini berisi cairan yang encer, yang disebut dengan humor aquosus.
Kompartemen yang berada dibagian belakang lensa disebut corpus vitreous. Corpus vitreous
berisi materi gelatinosa, yaitu humor vitreous yang transparan. (Eroschenko, 2003)
12
Lapisan dalam retina merupakan bagian dari bola mata yang fotosensitif. Namun tidak semua
bagian retina ini fotosensitif, dibagian depan dari ora serrata (terletak di belakang corpus
vitreous) merupakan bagian retina yang non-fotosensitif. Hal tersebut dikarenakan pada bagian
ini tidak ditemukan lagi adanya sel-sel batang dan kerucut. (Eroschenko, 2003)
Pada fovea centralis tidak dapat ditemukan pembuluh darah maupun sel
batang. Pada daerah ini hanya terdapat sel kerucut, yang berperan dalam
interpretasi warna suatu benda. (Eroschenko, 2003)
Papilla opticus merupakan tempat N. opticus meninggalkan bola mata.
Pada papilla opticus tidak terdapat sel batang maupun sel kerucut. Oleh
sebab itu daerah ini disebut juga bintik buta mata. (Eroschenko, 2003)
Sklera luar bersebelahan dengan jaringan orbital, yang mengandung jaringan ikat longgar, sel-
sel lemak, jaringan lemak orbita, serat saraf, pembuluh darah, pembuluh limfatik serta kelenjar.
(Eroschenko, 2003)
Lapisan terluar retina adalah epitel pigmen. Membran basalnya membentuk lapisan terdalam
membran vitrea choroid. Sel pigmen kuboid mengandung granul (pigmen) melanin di bagian
apeks sitoplasma, sementara processus dengan granul pigmen terjulur diantara sel kerucut dan
sel batang retina. (Eroschenko, 2003)
13
Disebelah sel pigmen terdapat lapisan fotosensitif yang terdiri atas sel batang langsing dan sel
kerucut yang lebih tebal. Kedua jenis ini terdapat di sebelah membrana limitans eksterna yang
dibentuk oleh cabang-cabang sel neuroglia, yaitu sel Muller. (Eroschenko, 2003)
Lapisan inti luar mengandung inti sel batang dan sel kerucut serta cabang luar sel Muller. Di
dalam lapisan pleksiform luar, akson sel kerucut dan batang bersinaps dengan dendrit sel-sel
bipolar dan sel horizontal. Lapisan inti dalam mengandung inti sel-sel bipolar, horizontal dan
amakrin, serta sel neuralgia Muller. Sel-sel horizontal dan amakrin adalah sel asosiasi. Di
dalam lapisan pleksiform dalam, akson-akson sel bipolar bersinaps dengan dendrit sel ganglion
dan sel amakrin. (Eroschenko, 2003)
Lapisan sel ganglion mengandung badan sel-sel ganglion dan sel neuroglia. Dendrit dan sel
ganglion bersinaps pada lapisan pleksiform dalam. (Eroschenko, 2003)
Lapisan serat N. opticus mengandung akson sel ganglion dan anyaman serat dalam sel Muller.
Akson sel ganglion berkumpul pada discus opticus dan membentuk N. opticus. Ujung dalam
serat sel Muller memancar membentuk membrana limitans interna retina. (Eroschenko, 2003)
Pembuluh darah retina berjalan di dalam lapisan serat N. opticus dan sampai ke lapisan inti
dalam. Terlihat berbagai potongan pembuluh pada lapisan ini. (Eroschenko, 2003)
Fungsi Mata
Mata dibentuk untuk menerima rangsangan bekas-bekas cahaya pada retina, dengan
perantaraan serabut-serabut nervus optikus mengalihkan rangsangan ke pusat penglihatan pada
otak untuk ditafsirkan.
TABEL FUNGSI BAGIAN MATA
14
Sclera Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi
tempat melekatnya otot mata
Otot-otot Otot-otot yang melekat pada mata :
1) Muskulus rektus superior : menggerakkan mata ke
atas
2) Muskulus rektus inferior : menggerakkan mata ke
bawah
3) Muskulus rektus medial : menggerakkan mata ke
dalam
4) Muskulus rektus lateral : menggerakkan mata ke sisi
luar
5) Muskulus oblikus superior : menggerakkan mata ke
atas sisi luar
6) Muskulus oblikus inferior : menggerakkan mata ke
bawah sisi luar
Bila sebuah bayangan tertangkap mata, berkas-berkas cahaya benda yang dilihat menembus
kornea, akueus humor, lensa dan badan vitreus guna merangsang ujung-ujung saraf dalam
retina.Rangsangan yang diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visual
15
dalam otak untuk ditafsirkan.Kedua daerah visual menerima berita dari kedua mata, sehingga
menimbulkan lukisan dan bentuk.
Fisiologi Penglihatan
Cahaya masuk melalui kornea diteruskan ke pupil. Pupil merupakan lubang bundar anterior
dibagian tengah iris yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata. Pupil membesar bila
intensitas cahaya kecil (bila berada di tempat gelap), dan apabila berada di tempat terang atau
intensitas cahayanya besar, maka pupil akan mengecil. Yang mengatur perubahan pupil
tersebut adalah iris. Iris merupakan cincin otot yang berpigmen dan tampak di dalam aqueous
humor, karena iris merupakan cincin otot yang berpigmen, maka iris juga berperan dalam
menentukan warna mata. Setelah melalui pupil dan iris, maka cahaya sampai ke lensa. Lensa
ini berada diantara aqueous humor dan vitreous humor, melekat ke otot–otot siliaris melalui
ligamentum suspensorium. Fungsi lensa selain menghasilkan kemampuan refraktif yang
bervariasi selama berakomodasi, juga berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke retina. Apabila
mata memfokuskan pada objek yang dekat, maka otot–otot siliaris akan berkontraksi, sehingga
lensa menjadi lebih tebal dan lebih kuat. Dan apabila mata memfokuskan objek yang jauh,
maka otot–otot siliaris akan mengendur dan lensa menjadi lebih tipis dan lebih lemah. Bila
cahaya sampai ke retina, maka sel–sel batang dan sel–sel kerucut yang merupakan sel–sel yang
sensitive terhadap cahaya akan meneruskan sinyal–sinyal cahaya tersebut ke otak melalui saraf
optik. Bayangan atau cahaya yang tertangkap oleh retina adalah terbalik, nyata, lebih kecil,
tetapi persepsi pada otak terhadap benda tetap tegak, karena otak sudah dilatih menangkap
bayangan yang terbalik itu sebagai keadaan normal.
Proses pada saat otak mengekspresikan gelap atau terang yaitu:
Gelap
↓
konsentrasi GMP-siklik meningkat
↓
Konsentrasi Na meningkat
↓
Depolarisasi membrane
↓
Pengeluaran zat inhibitor
↓
Neuron bipolar dihambat
↓
Tidak adanya melihat pada korteks penglihatan di otak
↓
Tidak ada ekspresi melihat
Cahaya/terang
↓
Fotopigmen terjadi disosiasi dari retinen dan opsin
↓
Konsentrasi Na tinggi
↓
Penurunan GMP-siklik
↓
Penutupan kanal Ca
16
↓
Menutupnya canal Ca
↓
Pengeluaran zat inbihitor dihambat
↓
Terjadi eksitasi neuron bipolar
↓
Perambatan potensial aksi ke korteks penglihatan di otak
↓
Adanya ekspresi melihat
Fisiologi Lakrimasi
Glandula lacrimalis terletak pada tepi supero-lateral orbita. Saluran-salurannya bermuara ke
dalam bagian lateral fornix superior di conjunctiva. Persarafan: serabut-serabut
sekremotorik dari nukleus salivatorius superior melalui ganglion geniculi, n.
petrosus superficialis major, ganglion pterygopalatinum, ramus zygomatico -
temporalis, n. maxillaris, selanjutnya melalui nn. lacrimales.
Sirkulasi air mata:
1. Glandula lacrimalis.
2. Lacus lacrimalis.
3. Meluas di atas cornea.
4. Punctum lacrimalis di tepi medial.
5. Canalis lacrimalis.
6. Saccus lacrimalis.
7. Ductus nasolacrimalis.
8. Meatus nasi inferior di dinding lateral cavum nasi.
Glandula lacrimalis terdiri atas pars orbitalis yang besar dan pars palpebralis yang kecil.
Keduanya saling berhubungan pada ujung lateral m. levator palpebrae superioris. Glandula ini
terletak diatas bola mata, di bagian anterior dan superior orbita, posterior terhadap
septumorbitale. Kira-kira 12 duktus keluar dari permukaan bawah kelenjar dan bermuara pada
bagianlateral fornix superior konjungtiva. Persarafan Glandula lacrimalis; saraf sekremotorik
parasimpatis berasal dari nucleus lacrimalis n. facialis. Serabut-serabut preganglionik
mencapai ganglion pterygopalatinum (sphenopalatinum) melalui n.intermediusdan ramus
petrosus magnus serta n.canalis pterygoidei. Serabut-serabut postganglionik meninggalkan
ganglion dan bergabung dengan n.maxillaris. Kemudian serabut ini berjalan didalam ramus
zygomaticum serta n.zygomaticotemporalis, dan mencapai glandula lacrimalis melalui
n.lacrimalis.
18
4) Keratitis bacterial: penyebab seperti Staphylococcus, Pseudomonas, Haemophilus,
Streptococcus, Enterobacter. Factorpredisposisi berupa pemakaian kontak lensa,
trauma, kontaminasi obat tetes. Keluhan seperti kelopak mata lengket tiap bangun
pagi, nyeri, mata silau, merah, berair, penglihatan berkurang. Pengobatan diberikan
berdasarkan gram (-) batang: tobramisin, ceftazidime, fluoroquinolone; gram (-)
coccus: ceftriaxone, ceftazidime, moxifloxacin dan gram (+): cefazoline,
vancomycin, moxifloxacin.
5) Keratitis jamur: karena trauma pada cornea oleh terpapar ranting pohon, daun dan
bagian tumbuh-tumbuhan. Jamur penyebab seperti Fusarium, Filamentous, yeast,
Candida, Aspergillus. Keluhan seperti nyeri hebat, berair, penglihatan menurun,
silau. Pengobatan dengan ketoconazole (200-600 mg/hari).
6) Keratitis virus: herpes simplex, herpes zoster. Infiltrate halus pada dataran depan
cornea, keratitis terkumpul didaerah membrane Bowman, bilateral, tanpa gejala
kelainan conjunctiva atau tanda akut.Pengobatan dengan IDU, TFT, Acyclovir.
7) Keratitis alergi: radang cornea karena reaksi imn yang mungkin sel mediated pada
jaringan yang sudah sensitive terhadap antigen. Gejala berupa lakrimasi, fotofobia,
nyeri, hyperemia conjunctiva, kurangnya air mata, menebalnya epitel cornea,
perasaan panas disertai gatal dan tajam penglihatan berkurang. Pengobatan dengan
steroid.
8) Ulkus cornea: hilangnya sebagian permukaan cornea akibat kematian jaringan
cornea. Disebabkan reaksi toksik alergi, autoimun, infeksi. Pengobatan: tidak boleh
dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga akan berfungsi sebagai incubator,
secret yang terbentuk dibersihkan 4x1 sehari, kemungkinan terjadi glaucoma
sekunder, debridement, antibiotic. Dilakukan pembedahan bila pengobatan tidak
sembuh, terjadi jaringan paru yang menggaggu penglihatan.
9) Galukoma akut: terjadi peningkatan tekanan intraocular, terjadi pada usia lebih dari
40 tahuun dengan sudut bilik mata sempit. Iris terdorong ke depan akibat cairan di
belakang mata tidak dapat mengalir melalui pupil. Keluhan lain berupa kelopak
mata bengkak, mata merah, tekanan bola mata sangat tinggi sehingga pupil melebar,
cornea suram dan edem, iris sembab meradang, papil saraf optic hiperemis, edem
dan lapang pandang menciut berat, penglihatan menurun. Pengobatan pada
serangan aki=ut dengan pilokarpin 2% setiap menit selama 5 menit disusul tiap 1
jam selama sehari. Pengobatan topical dengan Asetazolamid 500 mg IV, disusul
dengan 250 mg tiap 4 jam sesudah keluhan enek hilang. Manitol IV juga dapat
diberikan 1,5-2 mg/kgBB dalam larutan 20% atau urea IV mg/kgBB. Anestesi
retrobulbar xilokain 2% dapat mengurangi produksi aqueous humor, morfin 50 mg
untuk mengurangi nyeri. Pembedahan dapat dilakukan dengan iridektomi atau suatu
pembedahan filtrasi.
10) Uveitis: radang uvea, penyebabnya dapat berupa trauma, diare kronis, penyakit
Reiter, herpes simplex, sindrom Bechet, sindrom Posner Schlosman, pasca bedah,
infeksi adenovirus,parotitis, influenza, Chlamydia. Keluhan mata nyeri, merah,
fotofobia, penglihatan turun ringan, berair. Pengobatan dengan steroid bentuk tetes
pada siang hari dan bentuk salep pada malam hari.
b. Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang ditemukan pada orang tua,
terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas.
Letak bercak ini pada celah kelopak mata terutama di bagian nasal. Pinguekula merupakan
degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.
c. Hematoma subkonjungtiva dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh
(umur, hipertensi, arteriosklerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian
antikoagulan, dan batuk rejan). Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak
langsung, yang kadang-kadang menutup perforasi jaringan bola mata yang terjadi.
d. Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak Antara
konjungtiva dan permukaan sklera. Radang episklera dan sklera mungkin disebabkan oleh
reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik, seperti tuberkulosis, reumatoid artritis,
lues, SLE, dan lainnya. Merupakan suatu reaksi toksik, alergik, atau bagian dari infeksi.
Dapat saja kelainan ini terjadi secara spontan dan idiopatik. Episkleritis umumnya mengenai
satu mata dan terutama perempuan usia pertengahan dengan bawaan penyakit reumatik.
e. Skleritis biasanya disebabkan oleh kelainan atau penyakit sistemik. Lebih sering
disebabkan oleh penyakit jaringan ikat, pasca herpes, sifilis, dan gout. Kadang-kadang
disebabkan oleh tuberkulosis, bakteri (pseudomonas), sarkoidosis, hipertensi, benda asing,
dan pasca bedah. Skleritis biasanya terlihat bilateral dan juga sering terdapat pada
perempuan.
20
4. Memahami dan menjelaskan tentang konjungtivitis
4.1. Definsi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada
konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan
iritasi mata (James, 2005).
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau
peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata
dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan
mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata
rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang
memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008).
4.2. Etiologi
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan
kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N gonnorhoeae, Neisseria
kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh Streptococcus
pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk
konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk
kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi
duktus nasolakrimalis (Jatla, 2009). Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata
kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain.
Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis
dan keadaan imunodefisiensi (Marlin, 2009).
Konjungtivitis Bakteri
A. Definisi
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri. Pada
konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata dan
iritasi mata (James, 2005).
21
2. Trachomatous inflamation intense (TI) : terjadi penebalan konjungtiva tarsal akibat proses
keradangan. Konjungtiva tarsal tampak lebih merah, kasar dan menebal serta banyak terdapat
follikel.
3. Trachomatous scarring (TS) : tampak adanya jaringan parut (sikatrik pada konjungtiva
tarsal).
4. Trachomatous Trichiasis (TT) : minimal terdapat satu bulu mata yang menggores bola mata.
5. Corneal opacitiy (CO) : kekeruhan kornea yang sangat jelas sampai mencapai pupil.
Konjungtivitis Virus
A. Definisi
Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus,
dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang
dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri
(Vaughan, 2010).
Konjungtivitis Alergi
A. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan oleh
reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun (Cuvillo et al, 2009).
Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi
hipersensitivitas tipe 1 (Majmudar, 2010).
Konjungtivitis Jamur
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi
yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada
pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp,
penyakit ini juga dapat disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan
Coccidioides immitis walaupun jarang (Vaughan, 2010).
22
Konjungtivitis Parasit
Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris
lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium dan Pthirus pubis
walaupun jarang (Vaughan, 2010).
Konjungtivitis lain
Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga dapat
disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti penyakit tiroid, gout dan
karsinoid. Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut
diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya (Vaughan, 2010).
Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis
herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah. (AOA, 2008).
4.4. Patofisiologi
Konjungtivitis bakteri
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci,
staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada mekanisme pertahanan tubuh
ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan
pada flora normal dapat terjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ
sekitar ataupun melalui aliran darah (Rapuano, 2008). Penggunaan antibiotik topikal jangka
panjang merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta
resistensi terhadap antibiotik (Visscher, 2009).
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi konjungtiva
sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari
perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada
mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva (Amadi, 2009).
Konjungtivitis virus
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis konjungtivitis
ataupun mikroorganisme penyebabnya (Hurwitz, 2009). Mikroorganisme yang dapat
menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi.
Hiperemis konjungtiva bulbi (Injeksi konjungtiva). Kemerahan paling nyata didaerah forniks
dan berkurang ke arah limbus, disebabkan dilatasi arteri konjungtiva posterior akibat adanya
peradangan. Warna merah terang mengesankan konjungtivitis bakterial, dan warna keputihan
mirip susu mengesankan konjungtivitis alergi.
Lakrimasi
Diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing, terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata
yang abnormal mengesankan keratokonjungtivitis sicca.
Eksudasi
Eksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. Eksudat berlapis-lapis dan amorf pada
konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika, yang
biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur pagi hari,
dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.
a. Serous-mukous, kemungkinan disebabkan infeksi virus akut
b. Mukous (bening, kental), kemungkinan disebabkan alergi
c. Purulent/ Mukopurulen, kemungkinan disebabkan infeksi bakteri
Pseudoptosis
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller (M.
Tarsalis superior). Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. Misalnya Trachoma dan
keratokonjungtivitis epidemika.
24
Hipertrofi Papil
Hipetropi papil merupakan reaksi non spesifik, terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus
atau limbus di bawahnya oleh serabut-serabut halus. Ketika berkas pembuluh yang membentuk
substansi papila sampai di membran basal epitel, pembuluh ini bercabang-cabang di atas papila
mirip jeruji paying.
Pembentukan Folikel
Folikel adalah bangunan akibat hipertrofi lomfoid lokal di dalam lapisan adenoid konjungtiva
dan biasanya mengandung sentrum germinotivum. Kebanyakan terjadi pada viral
conjungtivitis, chlamidial conjungtivitis, serta toxic conjungtivitis karena topical medication.
Pada pemeriksaan, vasa fecil bisa terlihat membatasi foliker dan melingkarinya.
Adenopati Preaurikuler
Beberapa jenis konjungtivitis akan disertai adenopoti preaurikular. Dengan demikian setiap ada
radang konjungtiva harus diperiksa adalah pembebasan dan rasa sakit tekan kelenjar limfe
preaurikuler.
Konjungtivitis bakteri
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva
baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis bakteri biasanya
lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai
edema pada kelopak mata (AOA, 2010). Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami
gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan
debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang paling khas
adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur. (James, 2005).
Konjungtivitis virus
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya. Pada
keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai demam dan
mata seperti kelilipan, mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu
dijumpai infiltrat subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan
selama lebih dari 2 bulan (Vaughan & Asbury, 2010).
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas
dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam (Senaratne & Gilbert, 2005).
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya
mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan
dan sering disertai keratitis herpes. Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan
oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda
asing, hipersekresi airmata, kemerahan, edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan
kadang-kadang dapat terjadi kimosis (Scott, 2010).
Konjungtivitis alergi
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Pada
konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhan keluhan utama adalah gatal,
25
kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien
dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata
yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus di konjungtiva tarsalis
inferior. Sensasi terbakar, pengeluaran sekret mukoid, merah, dan fotofobia merupakan
keluhan yang paling sering pada keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian palpebra
yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus yang berat ketajaman
penglihatan menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala
yang mirip konjungtivitis vernal (Vaughan, 2010).
2. Pemeriksaan fisik
Data fokus:
Objektif: VOS dan VOD kurang dari 6/6. Mata merah, edema konjungtiva, epipora,
sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis purulen (Gonoblenorroe).
Subjektif: Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.
3. Pemeriksaan penunjang
A. Pemeriksaan Mata
o Pemeriksaan tajam penglihatan.
o Pemeriksaan dengan uji konfrontasi, kampimeter, dan perimeter (sebagai alat
pemeriksaan pandangan).
o Pemeriksaan dengan melakukan uji fluoresein (untuk melihat adanya efek epitel
kornea).
o Pemeriksaan dengan melakukan uji festel (untuk mengetahui letak adanya
kebocoran kornea).
o Pemeriksaan oftalmoskop.
o Pemeriksaan dengan slitlamp dan loupe dengan sentolop (untuk melihat benda
menjadi lebih besar disbanding ukuran normalnya).
B. Therapy Medik
o Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes
simplek virus).
C. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel –
26
sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
Konjungtivitis bakteri
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja penyakit
berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua. Pada pasien
yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat
penyakit pada pasangan seksual. Perlu juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat
penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-
obat kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat
alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat penggunaan lensa-kontak (Marlin, 2009).
Konjungtivitis virus
Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu diagnosisnya
difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipetipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan
informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi
gejala, faktorfaktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis
konjungtivitis virus (AOA, 2010). Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan
juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi (Gleadle, 2007).
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala
klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan
jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan biaya (Hurwitz, 2009).
Konjungtivitis alergi
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta observasi pada gejala
klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi. Gejala yang paling penting untuk
mendiagnosis penyakit ini adalah rasa gatal pada mata, yang mungkin saja disertai mata berair,
kemerahan dan fotofobia (Weissman, 2010).
27
H. Normal normal Sel radang (+), Kental
Aquous flare (+), tyndal
efek (+)
Iris Normal normal Kadang edema Kripta menghilang
(bombans) karena edema
Pupil Normal normal miosis Mid midriasis
(d:5mm)
Lensa Normal normal Sel radang Keruh
menempel
4.7. Tatalaksana
Non Farmakologi
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
Konjungtivitis bakteri
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Terapi
dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen
yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical
dan sistemik . Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas
dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva (Ilyas, 2008).
Konjungtivitis virus
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya
sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik
harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga
diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi (James, 2005).
Konjungtivitis alergi
Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-antihistamin topikal dan kompres
dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka pendek untuk meredakan gejala
lainnya (Vaughan, 2010).
4.8. Komplikasi
Konjungtiviis bakteri
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada pasien yang
sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling sering terjadi dan dapat
merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini
dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga
komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat mengubah
bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata dapat
menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada kornea (Vaughan, 2010).
28
Konjungtiviis virus
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis.
Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau
parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit (Vaughan, 2010).
Konjungtiviis alergi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan infeksi sekunder
(Jatla, 2009).
4.9. Pencegahan
Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran
konjungtivitis antar pasien.
a. Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau
mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
b. Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang
sakit
c. Jangan menggunakan handuk atau lap bersama dengan penghuni rumah lain
d. Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.
e. Mengganti sarung bantal dan handuk dengan yang bersih setiap hari.
f. Hindari berbagi bantal, handuk dan saputangan dengan orang lain.
g. Usahakan tangan tidak megang-megang wajah (kecuali untuk keperluan tertentu), dan
hindari mengucek-ngucek mata.
h. Bagi penderita konjungtivitis, hendaknya segera membuang tissue atau sejenisnya
setelah membersihkan kotoran mata.
4.10. Prognosis
Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang lain
bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi tersebut
dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat
dipertahankan.
Bila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. Namun jika bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan
dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina
5. Memahami dan menjelaskan pandangan Islam tentang cara menjaga dan memelihara
kesehatan mata
Maha suci Allah, yang telah memberi kita pandangan, pendengaran dan hati agar kita
bersyukur. Dengan kasih sayang-Nya, Allah telah mengizinkan kita untuk menikmati warna-
warni alam semesta dan beraneka rupa bentuk benda2. Shalawat serta salam mari kita
lantunkan pada Rasulullah terkasih yang telah menunjukan kepada kita cara yang semestinnya
ketika menggunakan anugrah Allah yang berupa mata ini.
Mata sesungguhnya adalah gerbang maksiat, apabila tidak digunakan dengan baik sesuai
tuntunan islam. Barang siapa yang tidak dapat menahan pandangan mata sangat mungkin akan
menjerumuskan nya pada zina dan maksiat.
Rasulullah adalah orang yang sangat menjaga pandangannya, beliau sangat berhati-hati dalam
memandang yang dilarang Islam. Diantarannya dari melihat wanita yang bukan mahramnya.
“Katakanlah kepada orang laki-laki beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan
pelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka dan sesungguhnya
29
Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat.’ Dan katakanlah kepada wanita yang
beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.”
(QS.An-Nuur [24]: 30-31).
Pandangan yg sesat adalah panah2 setan, sedangkan setan itu tidak menginginkan apapun dari
manusia selain keburukan dan kebinasaan. Oleh karena itu, penjagaan kita terhadapnya adalah
salah satu kunci pokok jalan keselamatan, Jalan menuju kebahagiaan yang sesunguhnya.
Pandangan liar yang kita lakukan diluar dari ajaran islam sesungguhnya dapat mengikis dan
mengurangi iman kita. Iman tidak runtuh secara langsung, namun perlahan-lahan tapi pasti. Itu
merupakan jurus setan yang paling efektif agar iman manusia menjadi rontok dan hilang.
Marilah kita mencontoh rasulullah untuk tidak memandang yang diharamkan Allah, ingatlah
sewaktu rasulullah memalingkan/menggerakkan wajah sahabat (Al-Fadl) yang
memandang seorang wanita asing dengan sengaja ketika ihram. Marilah kita ingat sabda-
sabdanya yang menyuruh kita bersungguh-sungguh menahan pandangan dengan lawan jenis,
kecuali pada hal-hal tertentu yaitu pengajaran, jual beli, kesaksian, kedokteran, dsb yang
diperbolehkan Islam.
Ayo kita bersama-sama taburi hati kita dengan firman-firman Allah yang menjanjikan bahwa
barang siapa yang menjaga dirinya dari perbuatan yang Allah haramkan, maka Allah akan
mengaruniai kecintaan kepada hamba-Nya itu. Ayo jagalah pandangan kita agar terjaga dengan
baik dan akan membuat kita merasakan manisnya iman dan lezatnya beribadah. Subhanallah.
“ sesungguhnya terdapat dalam diri Rasulullah saw suri teladan yang baik bagi kamu (yaitu)
bagi siapa yang mengharap (rahmat) Allah dan (kebahagiaan) hari akhir dan banyak
menyebut nama Allah.” (QS.Al-Ahzab [33]: 21)
Rasulullah SAW punya cara menjaga kesehatan mata. Diriwayatkan Abu Daud dalam kitab
sunannya, dari Abdurrahman Ibnu Nu'man Ibnu Ma'ad Ibnu Haudzah al-Anshariy, dari ayah
dan kakeknya disebutkan bahwa Rasul menyuruh mengolesi mata dengan batu celak mata yang
dibaluri wewangian misik sebelum tidur.
Rasulullah SAW memerintahkan celak itsmid yang dibubuhi minyak wangi menjelang tidur.
Namun kata Rasul, orang yang berpuasa hendaknya menjauhinya. Abu Ubaid meriwayatkan
bahwa arti dibubuhi minyak wangi adalah minyak kasturi.
30
Dalam Sunan Ibnu Majah diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA bahwa Rasulullah SAW memiliki
tempat celak yang Rasulullah SAW gunakan tiga kali di bagian mata.
Sementara dalam riwayat Tirmidzi, dari Ibnu Abbas bahwa jika memakai celak, Nabi SAW
menggunakan tiga kali pada mata kanan, dimulai dari kanan dan diakhiri di bagian kanan dan
dua kali pada bagian kiri.
Abu Daud meriwayatkan Rasulullah SAW bersabda, " Siapa saja yang bercelak seharusnya dia
menggunakan bilangan ganjil." Apakah bilangan ganjil itu berlaku pada kedua belah mata? Di
mana masing-masing mata dicelaki tiga kali? Atau kanan tiga kali dan mata kiri dua kali?
Imam Ahmad menjelaskan, " Hal yang perlu diperhatikan dalam mencelaki mata adalah
hendaknya mata kanan didahulukan terlebih dahulu. Hendaknya mencelaki mata dengan
bilangan (celakan) ganjil, bisa dilakukan pada mata kanan tiga kali, kemudian mata kiri dua
kali atau mata kanan dan kiri masing-masing tiga kali."
Para ahli medis mengatakan celak mata memiliki daya guna dan faedah. Di antara kegunaan
yang paling utama adalah menjaga kesehatan mata, menjaga kejernihan pandangan mata dan
menambah ketajaman daya pandang serta penglihatan mata, sehingga bisa memandang dengan
jelas dan terang.
Celak mata juga berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran mata dan memperindah mata.
Adapun saat paling tepat untuk celak mata adalah ketika hendak tidur. Karena pada saat itu
ketenangan mata dan kestabilan gerak mata sangat terjaga, sehingga fungsi celak akan berjalan
secara optimal di saat manusia tidur.
Celak biasanya berupa bubuk untuk bulu mata atau disapukan di sekeliling mata. Telah
diketahui banyak orang bahwa celak adalah perhiasan yang dipakai wanita untuk berhias.
Walaupun terdapat perbedaan diantara para ulama tentang boleh-tidaknya wanita bercelak di
depan lelaki non-mahram.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku Pintar Kedokteran Nabi oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, penerbit Fathan Prima
Media.
2. http://emedicine.medscape.com/article/1191467-differential (Diakses pada tanggal 18
Februari 2017; pukul 11.48 WIB)
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31458/4/Chapter%20II.pdf (Diakses
pada tanggal 18 Februari 2017; pukul 11.48 WIB)
4. http://www.aoa.org/patients-and-public/eye-and-vision-problems/glossary-of-eye-
and-vision-conditions/conjunctivitis?sso=y (Diakses pada tanggal 18 Februari 2017;
pukul 09.15 WIB)
5. http://www.dream.co.id/fresh/begini-cara-rasul-jaga-kesehatan-mata-140905s.html
Diakses pada tanggal 18 Februari 2017; pukul 11.30 WIB)
6. http://www.webmd.com/eye-health/eye-health-conjunctivitis#1 Diakses pada tanggal
18 Februari 2017; pukul 12.00 WIB)
7. Ilyas H. Sidarta dan Rahayu Sri. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 5. Badan Penerbit
FKUI: Jakarta
8. Lukitasai, A., 2011. Trachoma. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, vol 11, p.7.
9. Paulsen F dan Waschke J. 2014. Sobotta Atlas Anatomi Manusia. Ed. 23. Jilid 3.
EGC: Jakarta
10. Sherwood Lauralee. 2015. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. EGC: Jakarta
11. Vaughan D. 2010. Oftalmologi Umum. Ed. 17. EGC: Jakarta.
32