Anda di halaman 1dari 30

BAB 12 ANALISIS OBLIGASI

1) SELUK BELUK OBLIGASI


Utang pemerintah kepada masyarakat yang diberikan melalui penerbitan obligasi jauh lebih
baik daripada utang pemerintah kepada Bank Indonesia yang berasal dari pencetakan utang
baru, karena pencetakan uang baru dapat berakibat fatal yaitu jatuhnya nilai rupiah. Namun
demikian, penerbitan obligasi ini membutuhkan persyaratan berupa pendapatan yang stabil
bagi penerbit obligasi (bondissuer). Pendapatan yang stabil ini adalah syarat mutlak agar
obligasi dapat dilunasi dan harga obligasi akan diterima baik oleh pasar. Perusahaan yang
menggunakan dana obligasi untuk membiayai bidang usaha yang sifat pendapatannya tidak
stabil atau terpengaruh oleh siklus ekonomi, akan terancam gagal dalam melunasi kupon
dan/atau pokok nilai obligasinya.
A. Jenis obligasi:
 Government bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat
 Corporate bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan
 Convertible bonds adalah obligasi yang dapat dipertukarkan dengan saham
perusahaan penerbit obligasi
 Municipal bonds adalah obligasi yang diterbitkan oleh Kotapraja atau Kotamadya
 Serie bonds adalah obligasi yang diterbitkan melalui beberapa tahapan
 Serial bonds adalah obligasi yang pelunasannya dilakukan secara diangsur
 Term bonds adalah obligasi yang diterbitkan dan dilunasi sekaligus
 Ballon bonds adalah obligasi yang pelunasannya dimulai dari sedikit dan semakin
lama semakin besar
 Euro bonds adalah obligasi dalam mata uang US dan beredar di luar Amerika
Serikat
 Puttable bonds adalah obligasi yang pelunasannya dapat diminta dengan segera oleh
pemegang obligasi sebelum jatuh tempo, tetapi sesudah protection period
 Callable bonds adalah obligasi yang dapat dilunasi oleh emiten sebelum jatuh
tempo tetapi sesudah protection period
 Secured bonds adalah obligasi yang dijamin oleh aktiva
 Unsecured bonds (debentures) adalah obligasi tanpa jaminan aktiva atau tanpa
guarantor
 Bearer bonds adalah obligasi atas pembawa yang dapat diperjualbelikan antar
investor tanpa melalui perantara
 Registered bonds adalah obligasi atas nama yang harus diperjualbelikan melalui
bursa efek
 Zero coupon bonds adalah obligasi tanpa kupon. Obligasi ini dijual dengan harga
diskon dan dilunasi pada harga nominal. Obligasi yang membayar kupon disebut
coupon bonds, di mana pembayarannya dapat dilakukan secara triwulanan atau
tengah tahunan seperti terlihat dalam Gambar 9.5.
B. Kopur dan Kupon
Emisi obligasi dapat diterbitkan dalam beberapa nilai nominal obligasi atau disebut
kopur, yaitu Rp100.000,00, Rp1.000.000,00, Rp10.000.000,00 Rp25.000.000,00 dan
Rp100.000.000,00. Sementara itu, dilakukan juga pembayaran kupon yang dapat
dilakukan dalam tingkat yang tetap (fixed rate) atau mengambang (floating rate).
Floating rate berarti mengambang sebesar persentase tertentu (umumnya 3%) di atas
bunga deposito atau Sertifikat Bank Indonesia. Biasanya, obligasi yang beresiko adalah
yang berkupon fixed rate. Pada saat tingkat bunga umum di bawah fixed coupon rate,
maka penjualan obligasi masih menarik bagi investor. Pada saat tingkat bunga umum
meningkat karena pemerintah mengeluarkan kebijakan “tight money policy” dengan
menarik uang dari peredaran, yaitu dana milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang semula berada di deposito bank swasta, da kemudian mentransfernya ke rekening
Bank Indonesia, maka kurs obligasi berjatuhan.
C. Puttable Bonds dan Callable Bonds
Klausul mengenai put option dan call option dalam perjanjian obligasi (indentures)
adalah sangat penting, terutama bagi obligasi yang diterbitkan di suatu negara yang
tingkat bunga umumnya berfluktuasi. Resiko yang melekat pada obligasi yang
memiliki fixed coupon rate akan terjadi apabila tingkat bunga umum naik atau turun di
luar batas yang ditentukan. Apabila tingkat bunga umum naik di atas tingkat kupon,
sementara pemegang obligasi (bandholder) atau investor menerima kupon tetap, maka
pihak yang dirugikan adalah bondholder. Sebaliknya, apabila tingkat bunga umum
turun jauh di bawah tingkat kupon, maka yang dirugikan adalah pihak yang
menerbitkan obligasi (bondissuer) karena harus membayar kupon terlalu tinggi.
Untuk menghindari kerugian yang akan diderita oleh bondissuer maupun
bondholder, ketentuan (klausula) dalam indentures yang disebut dengan put option bagi
bondholder dan call option bagi bondissuer harus segera dibuat. Bondholder memiliki
put option, yaitu hak untuk meminta pelunasan sebelum jatuh tempo tetapi setelah
protection period. Di lain pihak, bondissuer memiliki call option, yaitu hak untuk
membeli kembali sebelum jatuh tempo tetapi setelah protection period.
Kurs yang diterima oleh bondholder karena melaknakan put option, atau disebut
put price, dan kurs yang dibayar oleh bondissuer karena melaksanakan call option, atau
disebut call price telah diatur dalam perjanjian obligasi (indenture). Pada put price,
semakin cepat dilaksanakan semakin rendah harganya. Sebaliknya pada call price,
semakin cepat dilaksanakan semakin tinggi harganya.
D. Variabel yang Mempengaruhi Kurs Obligasi
Variabel-variabel yang mempengaruhi kurs obligasi adalah sebagai berikut:
 Tingkat bunga umum
 Kupon obligasi
 Jatuh tempo
 Tingkat resiko pelunasan
Jika tingkat bunga umum naik, maka kurs obligasi akan turun dan begitu juga
sebaliknya. Rumusan tersebut hanya berlaku untuk obligasi dengan tingkat kupon yang
bersifat tetap. Jika kupon lebih besar daripada bunga umum, berarti kurs obligasi berada
pada tingkat at premium atau di atas nominal atau berada di atas 100, dan apabila
sebaliknya, kurs obligasi berada di bawah 100 atau di bawah nominal atau at discount.
Jika tingkat kupon sama dengan bunga umum, maka secara teoritis kurs obligasi sama
dengan nilai nominalnya atau sama dengan 100. Obligasi yang tidak pernah mengalami
gagal bayar bunga atau gagal bayar pelunasan (default) akan memiliki nilai lebih atau
kurs tetap yang lebih tinggi daripada obligasi lainnya. Nilai lebih tersebut tercermin
pada convexity yang positif. Sebaliknya, obligasi yang pernah mengalami gagal bayar
akan kurang bernilai yang tercermin pada convexity yang negatif. Bonafiditas
merupakan kemampuan emiten obligasi untuk melunasi pembayaran kupon atau
angsuran pokok secara tepat waktu. Bonafiditas emiten obligasi tercermin pada
peringkat obligasi seperti AAA, AA, A atau BBB, BB, B dan seterusnya.
2) KURS OBLIGASI
A. Penghitungan Kurs
Perhitungan kurs obligasi dapat dilakukan dengan menggunakan present value method,
yaitu menghitung nilai sekarang dari cash flow yang akan diterima selama sisa masa
jatuh tempo. Cash flow terdiri dari kupon yang masih akan diterima beberapa kali
sesuai dengan sisa jatuh tempo dan nominal obligasi pada akhir jatuh tempo. Sebagai
pembandingnya adalah minimum yield atau yield to maturity (YTM), yang pada
umumnya adalah tingkat bunga umum rata-rata atau tingkat bunga Sertifikat Bank
Indonesia.
B. Interest Included dan Interest Excluded
Dalam dunia nyata, transaksi jual beli obligasi kebanyakan tidak dilakukan tepat pada
tangal jatuh tempo, sehingga ada sejumlah bunga yang harus dibayar kepada pemegang
obligasi lama (penjual). Kupon mendatang akan diterima oleh pembeli, padahal
sebagian masa kupon sudah berlalu dan menjadi hak penjual. Karena itu, pembeli wajib
membayar sebagian kupon kepada penjual secara terpisah dari kurs obligasi (interest
excluded) atau m emasukkannya ke dalam kurs obligasi (interest included).
C. Hubungan Kurs dan Yield To Maturity (YTM)
Pada YTM = 12%, kurs obligasi berada pada tingkat 100, dan kurs ini akan meningkat
apabila YTM turun menjadi 8% dan akan menurun apabila YTM meningkat menjadi
16%.
Hubungan antara YTM dan kurs obligasi secara teoritis digambarkan
proporsional, tetapi dalam dunia nyata tidak demikian. Hal ini dikarenakan kurs
obligasi tidak hanya ditentukan oleh elemen bunga atau YTM, tetapi juga ditentukan
oleh maturity dan bonafiditas emiten yang menerbitkan obligasi. Jika YTM naik, maka
kurs obligasi akan turun, tetapi tidak proporsional dan demikian pula sebaliknya.
Setiap jenis obligasi mempunyai reaksi yang berbeda terhadap perubahan YTM,
karena kondisi keuangan setiap issuer obligasi tidaklah sama. Sebagian bondissuer
mungkin dapat terus membayar kupon secara tepat waktu, dan sebagian lagi mungkin
menundanya,bahkan ada yang gagal melaksanakan pembayaran. Cara yang paling
mudah untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan melihat peringkat obligasi (bond
rating) yang diterbitkan oleh PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia) atau Standart &
Poor di Amerika Serikat, seperti AAA, AA, A, BBB, BB, B dan seterusnya.
3) YIELD OBLIGASI
Yield adalah keuntungan atas investasi obligasi yang dinyatakan dalam persentase.
Keuntungan yang diterima dapat berupa kupon yang diterima maupun selisih kurs obligasi.
Keuntungan atas investasi yang berupa selisih kurs dapat bersifat merugikan atau
menguntungkan. Apabila kurs beli lebih rendah daripada kurs jual atau terminal, berarti
terjadi keuntungan dan begitu pula sebaliknya. Terdapat beberapa metode dalam
penghitungan yield
A. Nominal yield
Nominal yield adalah yield sebesar tingkat kupon yang diperoleh dari pembelian
obligasi pada harga nominalnya, dan kupon diterima terus menerus sampai jatuh tempo.
Pada akhir jatuh tempo akan diterima jumlah investasi sebesar nilai nominalnya.
B. Current yield
Current yield adalah kupon yang diterima dari modal yang diinvestasikan dalam
obligasi. Apabila modal yang diinvestasikan sebesar nilai nominal, maka current yield
akan sama dengan nominal yield. Apabila modal yang diinvestasikan lebih besar dari
nilai nominal, maka current yield akan berada di bawah tingkat kupon. Apabila modal
yang diinvestasikan lebih rendah dari nilai nominal, maka current yield akan berada di
atas tingkat kupon.
C. Yield to Maturity (YTM)
YTM digunakan dengan memperhitungkan sisa maturity obligasi yang harus dijalani.
Sebelum maturity tiba, kurs obligasi dapat berada di atas pari (di atas nilai nominal)
atau di atas 100 atau di bawah pari (di bawah nilai nominal) atau di bawah 100. Pada
saat jatuh tempo kurs obligasi sama dengan 100 karena emiten akan membayar sebesar
nilai nominal.
D. Yield to Call (YTC) dan Yield to Put (YTP)
Pada saat bondissuer melaksanakan opsi call, call price selalu lebih rendah daripada
market price karena apabila market price lebih kecil daripada call price, maka
bondissuer akan menarik kembali obligasi dengan cara membeli dari pasar. Investor
akan mendapat YTC yang lebih rendah daripada YTM apabila harga beli obligasi
diperoleh di atas call price, dan YTC yang lebih besar daripada YTM apabila harga beli
obligasi di bawah call price.
Pada saat bondholder melaksanakan opsi put, put price selalu lebih besar daripada
market price, karena apabila market price lebih besar daripada put price, maka
bondholder lebih menguntungkan menjual di pasar daripada melaksanakan put option.
Investor akan mendapat YTP yang lebih rendah daripada YTM apabila harga beli di
atas put price, dan YTP yang lebih besar daripada YTM apabila harga beli di bawah
put price.
E. Internal Rate of Return
Dalam dunia nyata, investasi dalam obligasi merupakan suatu proses pembelian,
penyimpanan, penjualan atau penerimaan pelunasan. Pada saat pembelian, investor
membayar suatu kurs beli, selama masa penyimpanan investor menerima kupon, dan
pada saat penjualan investor menerima kurs jual atau pada saat pelunasan oleh emiten
investor menerima nilai nominal. Kurs beli merupakan nilai yang harus dibayar
sekarang, sehingga disebut sebagai nilai sekarang atau modal. Kupon yang diterima
secara periodik disebut sebagai cash flow periodik dan kurs jual atau nominal yang
diterima disebut sebagai terminal value pada saat periode berakhir. Metode IRR ini
adalah salah satu metode untuk menghitung yield obligasi.

4) DURATION
A. Tingkat bunga dan perubahan kurs obligasi
Investasi dalam deposito, atau SBI, akan menghasilkan bunga bebas resiko tanpa
memikirkan pengelolaannya. Sementara itu, investasi dalam obligasi mengandung
resiko seperti kegagalan penerimaan kupon atau gagal pelunasan dan kerugian karena
kehilangan kesempatan untuk melakukan investasi di tempat lain (opportunity cost).
Oleh karena itu, yield obligasi yang diperoleh harus lebih tinggi daripada tingkat
deposito atau SBI.
Ketika pertama kali menerbitkan obligasi, kupon yang dibayar harus lebihbesar
daripada tingkat bunga untuk menarik investor dan pada umumnya perbedaan antara
kupon dan bunga berkisar dari 4% sampai 6 % yang disebut dengan spread. Kupon
obligasi yang bersifat tetap sepanjang maturity disebut dengan fixed rate. Sementara
itu, jenis kupon lainnya bersifat floating rate atau variabel rate, yang berubah-ubah
setiap periode 3 bulan atau direvisi setiap 6 bulan sekali. Penetapan floating rate
didasarkan pada bunga rata-rata bank umum selama suatu periode sebelumnya
ditambah dengan satuan spread misalnya misalnya 3% atau 4%. Jadi floating rate selalu
di atas tingkat deposito, kecuali terjadi kejadian luar biasa di bidang keuangan yang
membuat tingkat bunga mengalami 2 atau 3 kali tingkat normal. Floating rate sangat
menguntungkan bagi bondissuer maupun bondholder karena tingkat kupon mengikuti
perkembangan bunga.
Risiko obligasi terutama dihadapi oleh obligasi yang memberikan kupon fixed
rate. Besarnya kupon ini bersifat tetap (fixed rate) sementara tingkat bunga umum
berubah-ubah setiap periode, sehingga kurs obligasi akan berfluktuasi yang pada
gilirannya dapat menimbukan keuntungan atau kerugian bagi bondholder maupun
bondissuer. Pada saat tingkat bunga umum turun, kurs obligasi naik dan begitu juga
sebaliknya. Besar kecilnya perubahan kurs obligasi tergantung pada besar kecilnya
perubahan bunga. Semakin besar penurunan bunga, semakin tinggi kurs obligasi.
Semakin besar kenaikan bunga, semakin rendah kurs obligasi. Hubungan antara tingkat
bunga umum dan kurs obligasi bersifat negatif. Setiap kali terjadi perubahan tingkat
bunga umum, kurs obligasi dapat dihitung kembali secara konvensional dengan
menggunakan metode present value. Metode yang lebih cepat untuk menghitung
perubahan kurs obligasi akibat perubahan tingkat bunga umum adalah duration dan
convexity .
B. Penghitungan duration
Penurunan tingkat bunga dinyatakan dalam istilah basis poin. Penurunan tingkat bunga
sebesar 1% sama dengan turun 100 basis poin dan biasa ditulis 100BP. Jika bunga turun
25BP berarti turun ¼%, jika turun 300BP berarti turun 3% dan seterusnya. Jika bunga
naik 500BP, berarti naik 5% dan jika naik 10BP berarti naik 0,1%. Duration adalah
suatu angka yang menyatakan volatilitas kurs dan selalu dibaca negatif. Semakin besar
duration berarti semakin makin besar volatilitas kurs obligasi.

5) CONVEXITY
Kurs obligasi yang dihitung kembali akibat adanya perubahan tingkat bunga dapat
dilakukan dengan menggunakan metode duration. Hasil perhitungan tersebut merupakan
kurs perkiraan, yang seringkali berbeda dengan kurs di pasar. Perbedaan tersebut disebut
sebagai convexity riil. Apabila kita ingin mengestimasi perubahan kurs obligasi secara
lebih tepat lagi, maka selain duration perlu dihitung juga convexity teoritis. Jadi, perubahan
kurs obligasi akibat adanya perubahan tingkat bunga tercermin dari gabungan antara
duration dan convexity .
A. Hubungan Kurs dengan Convexity Negatif
Pada saat bunga umum turun, seharusnya kurs obligasi di pasar naik, tetapi kenyataanya
kurs itu berada di bawah kurs teoritisnya. Hal ini terjadi karena investor tidak
sepenuhnya percaya bahwa penurunan bunga umum akan berlaku dalam jangka
panjang, sehingga investor masih tetap menggunakan YTM yang lebih tinggi.
B. Convexity Positif dan Negatif Normal
Hal ini terjadi apabila pada saat bunga umum turun, kurs obligasi naik lebih tinggi dari
kurs teoritisnya. Pada saat bunga umum naik, kurs obligasi di pasar turun lebih tajam
dari kurs teoritisnya atau dengan kata lain, investor memperkirakan bunga umum akan
turun lebih tinggi lagi di masa yang akan datang.
C. Convexity Positif dan Negatif Tidak Normal
Pada saat bunga umum turun, kurs obligasi ikut turun sehingga merugikan investor. Ini
berarti pada saat penurunan bunga umum diperkirakan akan berlansung lama, investor
justru mengestimasi kenaikan bunga umum untuk jangka panjang sehingga hasil
penghitungan kurs lebih rendah dari kurs sebelumnya. Pada saat bunga umum naik,
kurs obligasi juga ikut naik, yang artinya investor tidak percaya bahwa kenaikan bunga
umum kan berlaku untuk jangka panjang dan malah mengestimasi bunga umum akan
naik lebih kecil dari kenaikan yang sekarang.

6) ZERO COUPON BONDS


Zero coupon bonds adalah obligasi yang tidak memberikan kupon secara periodik, tetapi
pada saat dijual diberlakukan harga di bawah harga nominal. Pada saat jatuh tempo,
pelunasan obligasi dilakukan pada nilai nominalnya. Pemotongan harga atau diskon
tergantung pada tingkat yield dan maturity yang ditetapkan oleh bondissuer.
BAB 14 MANAJEMEN PORTOFOLIO

Definisi Portofolio

Portofolio berarti sekumpulan investasi. Portofolio juga diartikan sebagai kumpulan dari
instrumen investasi yang dibentuk untuk memenuhi suatu sasaran umum investasi. Sasaran dari
portofolio investasi tentunya sangat bergantung pada individu masing-masing investor. Teori
portofolio (portfolio theory) menyatakan bahwa risiko dan pengembalian keduanya harus
dipertimbangkan dengan asumsi tersedia kerangka formal untuk mengukur keduanya dalam
pembentukkan portofolio. Dalam bentuk dasarnya, teori portofolio dimulai dengan asumsi bahwa
tingkat pengembalian atas efek dimasa depan dapat diestimasi dan kemudian menentukan risiko
dengan variasi distribusi pengembalian. Dengan asumsi tertentu, teori portofolio menghasilkan
hubungan linear antara risiko dan pengembalian.

Istilah portofolio dalam dunia keuangan digunakan untuk menyebutkan kumpulan investasi yang
dimiliki oleh institusi ataupun perorangan. Memiliki portofolio seringkali merupakan suatu bagian
dari investasi dan strategi manajemen resiko yang disebut diversifikasi. Dengan memiliki beberapa
aset, resiko tertentu dapat dikurangi. Ada pula portofolio yang ditujukan untuk mengambil suatu
resiko tinggi yang disebut portofolio konsentrasi ( concentrated portfolio).

Teori portofolio adalah pendekatan investasi yang diprakarsai oleh Harry M. Makowitz (1927)
seorang ekonom lulusan Universitas Chicago yang telah memperoleh Nobel Prize di bidang
ekonomi pada tahun 1990. Teori portofolio berkaitan dengan estimasi investor tehadap ekspektasi
risiko dan return, yang diukur secara statistik untuk membuat portofolio investasinya. Markowitz
menjabarkan cara mengkombinasikan aset ke dalam diversifikasi portofolio yang efisien. Dalam
portofolio ini, risiko dapat dikurangi dengan menambah jumlah jenis aset ke dalam portofolio dan
tingkat expected return dapat naik jika investasinya terdapat perbedaan pergerakan harga dari aset-
aset yang dikombinasi tersebut (“Harry Max Markowitz”) Pada prakteknya para pemodal pada
sekuritas sering melakukan diversifikasi dalam investasinya dengan mengkombinasikan berbagai
sekuritas, dengan kata lain mereka membentuk portofolio.

Menurut Husnan (2003:45), portofolio berarti sekumpulan investasi. Tahap ini menyangkut
identifikasi sekuritas-sekuritas mana yang akan dipilih dan berapa proporsi dana yang akan
ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut. Pemilihan banyak sekuritas (pemodal
melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk mengurangi risiko yang ditanggung. Pemilihan
sekuritas ini dipengaruhi antara lain oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, status pajak, dan
sebagainya.

Dalam kenyataannya kita akan sulit membentuk portofolio yang terdiri dari semua kesempatan
investasi, karena itu biasanya dipergunakan suatu wakil (proxy) yang terdiri dari sejumlah besar
saham atau indeks pasar. Contohnya di Bursa Efek Jakarta yang menggunakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) atau Indeks LQ45.

Segmentasi produk adalah mengelompokan produk-produk yang akan diproduksi dan akan
dijual sesuai dengan keadaan konsumen yang ada. Jadi produsen akan memproduksi sesuatu sesuai
dengan keadaan atau perilaku konsumen. Apakah konsumen mau barang yang seperti “ini” atau
barang yang seperti “itu”. Contohnya adalah Samsung.
Analisis Top Down

Tindakan portofolio efek selalau dilakukan dengan anlisis “top down” yaitu analisis yang dimulai
dari wawasan makro sampai mikro.

Analisis Kondisi Internasional dan Nasional

Situasi Umum Internasional Krisis umum Imperialisme saat ini terus menuju perkembangannya
yang semakin akut dan kronis. Krisis yang terjadi sejak awal 2008 ini disebabkan karena spekulasi
kredit perumahan yang diciptakan oleh imperialisme yang pada kenyataannya kembali
mengakibatkan penggelembungan kredit perumahan yang tidak bisa diselesaikan karena tidak
sesuai dengan kemampuan atau daya beli masyarakat. Ditengah tingginya beban pajak yang yang
harus ditanggung masyarakat, dilain sisi bunga kredit perumahanpun terus naik, sementara
pendapatan masyarakatnya tidak pernah meningkat, sehingga kenyataannya memuncak dengan
ketidak mampuan masyarakat membayar bunga kredit yang tinggi. Selain karena
penggelembungan kredit perumahan, krisis yang terjadi ditubuh imperialisme saat ini juga terjadi
karena overproduksi persenjataan dan produk Industri lainnya sejak tahun 2002 yang tidak sesuai
dengan kebutuhan pasar. Penggelembungan kredit dan over produksi tersebut menyebabkan
hutang bagi rakyat dan kolaps atau bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar milik imperialis.
Kenyataan-kenyataan yang ditunjukkan dalam Perkembangan situasi umum dunia baik dilapangan
Ekonomi, Politik, Militer dan kebudayaan saat ini tidak menunjukkan perubahan apapun atas
situasi krisis yang terjadi dalam tubuh Imperialisme. Secara umum dalam analisis perkembangan
situasi Internasional saat ini lebih menyoroti pada problem krisis dan perkembangannya. Dalam
Analisis yang didasarkan pada keadaan objektif atas perkembangan umum internasional saat ini,
kita tidak ada koreksi atas keadaan umum internasional. Faktanya adalah, sampai saat ini situasi
krisis umum imperialisme tidak terselesaikan atau tidak menunjukkan perubahannya yang lebih
baik bahkan dalam perkembangannya menunjukkan bahwa krisis Internasional semakin akut dan
tajam. Perkembangan terbaru situasi krisis saat ini terus menghantam banyak negara terutama
negara-negara Eropa seperti Yunani, Itali, Francis dan Spanyol. Kerasnya laju Inflasi saat ini
mengakibatkan terjadinya defisit Anggaran di Negara-negara Eropa tersebut, bahkan United
Kingdom (Inggris) sempat mengalami kekosongan KAS negara. Situasi tersebut juga memicu
terjadinya pemogokan umum (General Strike) buruh. Di Yunani menunjukkan peningkatan
gerakan rakyat serta meningkatnya keteganan di Timur tengah. Demikian pula di Spanyol yang
menunjukkan peningkatan angka pengangguran. Terjadinya Inflasi juga mengakibatkan defisit
anggaran pada lembaga-lembaga donor Internasional, sehingga negara-negara yang bekerjasama
dengan lembaga-lembaga donor tersebut dipaksa untuk melakukan pemotongan subsidi disetiap
sektor, termasuk sektor public (Public Service). Hal lain dalam perkembangan situasi Internasional
saat ini juga menunjukkan tindakan kekerasan terhadap rakyat semakin meningkat. Tindakan
kekerasan yang anti manusiawi juga telah ditunjukkan dengan terjadinya kasus penyerangan
terhadap kapal Mavi Marmara yang mengangkut relawan dan barang-barang bantuan kemanusiaan
seperti obat-obatan dan bahan makanan menuju Gaza beberapa bulan lalu. Posisi dan kedudukan
Amerika Serikat (AS) dalam perkembangan situasi dunia saat ini masih menunjukkan kekuatannya
sebagai kepemimpinan tertinggi Imperialisme. AS masih menunjukkan dominasinya sebagai
kekuatan terbesar imperialisme yang ditopang dengan kekuatan Capital dan Militernya yang masih
unggul dari Negara-negara Imperialis lainnya, terutama dalam aspek ekonomi dengan Oligarchy
Finance dan Export Capital. Dalam aspek ekonomi situasi Internasional menunjukkan
perkembangan krisis yang semakin akut, tajam dan bar-bar. Imperialisme dibawah kepemimpinan
AS terus berupaya untuk menyelesaikan krisis tersebut dengan berbagai upaya. salah satu upaya
yang dilakukan Imperialisme AS adalah dengan menjalankan konsep ekonomi Neoliberal yang
menekaknkan pada praktek Privatisasi, Liberalisasi dan Deregulasi dan pencabutan subsidi publik.
Kenyataan krisis yang tidak menunjukkan perubahan yang makin baik, membuat Imperialisme
semakin gelabakan dalam menyelasaikannya, sehingga jalan keluar yang dilakukan tetap dengan
jalan keras ataupun damai. Jalan keras yang ditunjukkan Imperialisme dalam upaya penyelesaian
krisis terbukti dengan berbagai agresi terhadap negara-negara jajahan dan setengah jajahan,
terjadinya tegangan disemanjung korea yaitu adanya konfrontasi Korsel versus Korut, Adanya
ketegngan ditimur tengah antara Israel dan palestina yang mengakibatkan penyerangan Mavi
Marmara, serta ketegangan antara Iran yang lansung berkontradikasi dengan US. Slain itu,
Imperialisme AS juga terus melakukan perluasan pengaruh militernya termasuk dengan
memperbanyak anggota NATO ke berbagai negara serta kebijakan national securitynya yang di
gagas sejak tahun 1993, yang point utamanya meliputi:

a). AS bisa mencegah negara manapun untuk mengembangkan kemampuan militernya,

b). AS bisa melakukan tindakan preventif terhadap negara yang dianggap membahayakan AS dan
sekutunya,

c). AS bisa terlepas atau terbebas dari keputusan atau aturan dari internasional/PBB.

Jalan damai yang dimaksud dalam penyelesaian krisis sebagai upaya Imperialis AS adalah dengan
membangun kerjasama melalui pertemuan-pertemuan bilateral seperti Pertemuan antar Negara
atau Regional dan FTA maupun multilateral seperti pertemuan G-6, G-7, G-8 hingga G-20.
Melalui pertemuan dan forum-forum tersebut AS terus memperkuat dirinya dengan berbagai
kebijakan yang mengikat bagi negara-negara yang bergantung termasuk seperti Indonesia. A.
Situasi Umum Dalam Negeri Perkembangan situasi umum suatu Negera baik dalam aspek
ekonomi, politik dan budaya akan sangat dipengaruhi dengan perkembangan umum dunia, terlebih
Negara-negara yang masih bergantung terhadap negara lainnya termasuk negara jajahan maupun
negara setengah jajahan dan setengah feodal dengan orientasi produksi Eksport dan sangat
tergantung atas produk. Indonesia dengan karakter setengah jajahan dan setengah Feodal dibawah
dominasi Imperialisme AS masih berada dalam keadaan yang semakin terbelakang baik secara
Ekonomi, Politik dan Budaya. Fakta tersebut dibuktikan dengan kenyataan hidup rakyat Indonesia
yang terus merosot. 1. Ekonomi Krisisi dalam Negeri yang melanda Indonesia saat ini akibat laju
krisisi umumimperialisme yang makin kronis, dipicu oleh tiga factor utama yang makin
menjerumuskan rakyat dalam lubang penderitaan yang makin dalam yaitu “Monopoli atas lahan
dan tambang yang makin luas dan ketergantungan atas Import, Meningkatnya utang Negara dan
swasta mencapai 1,780 Trilliun, serta politik upah murah yang kian menjerat kehidupan klas
buruh”. Monopoli lahan yang makin luas ditunjukkan dengan makin meluasnya eksploitasi atas
sumberdaya alam, makin meluasnya perkebunan dan industri besar yang dilakukan oleh
komprador dan tuan tanah. Saat ini monopoli terbesar dilakukan oleh 10 (sepuluh) perusahaan
swasta terbesar yang mencapai monopoli hingga 5,3 juta Ha. sedangkan monopoli atas tambang
terutama batubara dalam 5 (lima) tahun terakhir mencapai 84 juta Ha yang tersebar diberbagai
daerah. Selain itu juga terjadi pengaplingan atas laut melalui UU HP3, serta monopoli yang atas
tanah yang dilakukan oleh Negara melalui Taman Nasional 23,3 Ribu Ha, PTPN dan TNI. Politik
Upah Murah yang dijalankan oleh Pemerintah saat ini makin menjauhkan klas buruh dan rakyat
lainnya dari standar hidup layak. Sistem pengupahan yang diberlakukan di Indonesia tidak sesuai
dengan kenyataan perkembangan ekonomi dan pendapatan rakyat. Inflasi yang sedang
berkembang diberbagai Negara termasuk di Indonesia tidak dijadikan sebagai referensi yang harus
disesuaikan oleh Pemerintah dalam menetapkan upah. Sebagai Contoh, Standar KHL yang
ditetapkan oleh Dewan Pengupahan khusus untuk Jakarta hanya 1,3 Juta. KHL yang ditetapkan
tersebut didasarkan pada hasil Survey dewan pengupahan dalam Periode Januari-Juli, sedangkan
kenyataan dibulan Agustus-Desember tidak diperhitungkan. Kenyataan menunjukkan bahwa saat
ini terjadi Inflasi akibat kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang menyebabkan kenaikan harga
Kebutuhan pokok. Selain itu, Agustus mendatang sudah memasuki Bulan Puasa dan Lebaran (Idul
Fitri) pada bulan September yang sudah pasti akan mengakibatkan inflasi atas kenaikan harga
kebutuhan pokok. Kenyataan tersebutpun tidak diperhitungkan oleh dewan Pengupahan.
Kenyataan-kenyataan yang ditunjukkan dengan beberapa Ciri diatas mengakibatkan kemerosotan
ekonomi rakyat. Makin meluasnya monopoli atas lahan tentunya akan mengakibatkan hilangnya
sandaran hidup kaum tani dan sudah tentu menyebabkan peningkatan angka penganggurran
ditengah keterbatasan Lapangan Tenaga kerja yang disediakan oleh Pemerintah. Sedangkan Utang
Negara dan swasta yang terus membengkak akan mengakibatkan pemaksaan terhadap rakyat
menanggung beban huutang tersebut baik melalui pajak ataupun pemotongan upah bagi buruh
serta berbagai regulasi yang melahirkan kebijakan-kebijakan yang menjerat rakyat termasuk
kebijakan-kebijakan Privatisasi dan Liberaisasi disektor-sektor public. Rendahnya Kebutuhan
Hidup Layak yang ditetapkan oleh Pemerintah mengakibatkan penyerapan pendapatan rakyat yang
tidak sesuai dengan kebutuhan hidupnya. 2. Politik Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih
menjadi klas penguasa yang menjadi boneka Imperialisme yang selalu siap menjalankan kebijakan
ekonomi Neoliberal Produk Imperialisme. Kenyataan tersebut terbukti dengan berbagai kebijkan
dan kesepakatan-kesepakatan yang diambil dengan Negara-negara Imperialisme. Situasi Politik
lainnya menunjukkan adanya pertentangan antar klik Reaksi untuk memperebutkan kekuasaan,
Memperebutkan posisi sebagai Rejim boneka Imperialisme. Praktek penguasa yang tidak pernah
memiliki kehendak untuk memajukan budaya dan kesejahteraan rakyat (Anti Rakyat) sudah pasti
me gakibatkan semakin merosotnya kehidupan ekonomi rakyat dan terus mendapatkan represif
dari klik reaksi terutama dipedesaan. Kesetiaan Pemerintah, SBY sebagai klas penguasa sekaligus
menjadi boneka Imperialis yang bersedia melakukan apa saja untuk memenuhi kehendak Tuan
Imperialisnya dibuktikan dengan penyerahan sumberdaya Alam dan manusianya secara besar-
besaran terhadap Imperialis melalui kolaborasi jahat borjuis komprador dan Tuan Tanah. Bahkan
SBY semakin membuktikan kesetiaanya dengan berbagai tindak kekerasan yang dilakukan
terhadap rakyat dalam menyelesaikan kasus yang dihadapinya.

Risiko Investasi
Risiko adalah tingkat potensi kerugian yang timbul karena perolehan hasil investasi yang
diharapkan tidak sesuai dengan harapan. Jorion (2000), menyatakan risiko sebagai volatility dari
suatu hasil yang tidak diekspektasi, secara general nilai dari aset atau kewajiban dari bunga.
Oleh karena itu, para investor dipasar modal harus dapat menyadari sungguh-sungguh bahwa
secara teoritis setiap investasi yang dilakukan disamping mengharapkan keuntungan, investor juga
harus sadar terdapat kemungkinan risiko atau kerugian. Selanjutnya perlu juga dipahami oleh para
pemodal bahwa terdapat hubungan kuat dan positif antara tingkat keuntungan (return) yang
diharapkan dengan tingkat risiko (risk). Semakin tinggi potensi keuntungan juga akan diikuti
dengan semakin tingginya tingkat risiko dan sebaliknya semakin rendah potensi keuntungan akan
semakin rendah pula risikonya (High Return High Risk dan Low Return Low Risk).
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected return-ER) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin besar tingkat
perbedaannya berarti semakin besar pula tingkat risikonya. Risiko dapat dibedakan menjadi:
Risiko Sistematis (systematic risk)
Merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena fluktuasi
risiko ini dipengaruhi oleh faktor-faktor makro yang dapat mempengaruhi pasar secara
keseluruhan. Risiko ini disebabkan oleh faktor-faktor yang serentak mempengaruhi harga saham
di pasar modal, misalnya perubahan dalam kondisi perekonomian, iklim politik, peraturan
perpajakan, kebijakan pemerintah, dan lain sebagainya.
Dalam buku Husnan, yang berjudul Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas,
menjelaskan bagaimana cara mengestimasi beta, beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik
estimasi yang menggunakan data historis. Data historis adalah untuk menghitung beta waktu lalu
dipergunakan sebagai taksiran beta yang akan datang. Beta sekuritas individual cenderung
mempunyai koefisien determinasi (dalam bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah
dari beta portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai Ri yang bisa
dijelaskan oleh RM, dengan demikian semakin besar koefisien determinasi semakin akurat
estimasi beta.
Risiko Tidak Sistematis (unsystematic risk)
Merupakan risiko yang dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, karena risiko ini hanya
ada dalam satu perusahaan atau industri tertentu. Misalnya faktor struktur modal, struktur aset,
tingkat likuiditas, tigkat keuntungan, dan lain sebagainya.

Capital maintenance
Munculnya income berarti ada pengembalian atas modal disetor (return on invested
capital). Pengembalian tersebut terjadi hanya setelah jumlah yang diinvestasikan dapat dijaga atau
dikembalikan. Maka dari itu dalam konsep capital maintenance, penting untuk
membedakan return of dan return on invested capital, dan penentuan income.
Ada dua konsep utama capital maintenance : financial capital maintenance dan physical capital
maintenance. Financial capital maintenance adalah ketika jumlah finansial dari net aset pada akhir
periode melebihi jumlah finansial net aset pada awal periode, kecuali transaksi dengan pemilik.
Pandangan ini didasarkan pada transaksi dan merupakan pandangan tradisional dari capital
maintenance yang diterapkan oleh para akuntan.
Physical capital maintenance menyatakan bahwa return on capital terjadi ketika kapasitas
produktif secara fisik suatu perusahaan pada akhir periode melebihi kapasitasnya di awal periode,
dengan mengecualikan transaksi dengan pemilik. Konsep ini menyatakan bahwa income diakui
hanya setelah dapat memberikan pengganti aset operasi perusahaan. Kapasitas produksi pada suatu
waktu adalah sama dengan nilai saat ini (current value) net aset untuk menghasilkan pendapatan.
Current values menjadi ekspektasi mengenai kemampuan menghasilkan pendapatan di masa
depan.

Securities Market Line


Hubungan antara risiko dan return portofolio efisien akan menghasilkan garis pasar
sekuritas modal (capital market line, CML), sementara hubungan antra risiko dan return sekuritas
individual akan menghasilkan garis pasar sekuritas (security market line, CML).
Garis pasar modal menggambarkan hubungan antara return harapan dengan resiko total
dari portofolio efisien pada pasar yang seimbang. Berdasarkan Gambar 6.1 di atas, terlihat bahwa
titik M merupakan titik persinggungan antara garis RF-L dengan kurva efficient frontier.
Asumsinya, pada pasar yang seimbang semua investor akan berinvestasi pada portofolio M, karena
porotofolio M merupakan portofolio aseet berisiko yang optimal. Selanjutnya jika kita tarik garis
dari titik RF ke titik L dan menyinggung titik M, maka pilihan investor akan berada pada titik
tertentu di sepanjang garis RF-M. Pilihan masing-masing investor bisa berbeda-beda tergantung
dari kombinasi porsi dana yang akan diinvestasikan pada asset berisiko dan asset yang bebas resiko.
Jika pilihan investor berada pada titik RF, berarti 100% dana investor akan diinvestasikan pada
asset bebas risiko. Sebaliknya, jika pilihan investor berada pada titik M, berarti 100% dana investor
diinvestasikan pada asset berisiko. Sedangkan jika pilihan investor berada pada titik-titik setelah
titik M (antara titik M dan L), bearti investor menginvestasikan lrbih dananya pada asset berisiko
dengan porsi yang melebihi 100%. Tindakan ini sering disebut sebagai short selling, yaitu
meminjamkan sejumlah dana sebagai tambahan dana untuk diinvestasikan pada asset berisiko
(sehingga total dana yang diinvestasikan adalah 100% plus porsi pinjaman).

Jika kurva efficient frontier dalam gambar 6.1. di atas kita hilangkan, dan hanya kita ambil
titik M saja sebagai portofolio asset berisiko yang optimal, maka akan kita dapatkan garis RF-L,
yang selanjutnya akan disebut sebagai garis CML. Dengan demikian, garis pasar modal (CML)
bisa digambarkan seperti dalam Gambar berikut ini
Garis CML tersebut memotong sumbu vertical pada titik RF. Selisi antara tingkat return
harapan dari portofolio pasar (E(RM)) denagn tingkat return bebas risiko merupakan tingkat return
tambahan yang bisa diperoleh investor, sebagai kompensasi atas risiko portofolio pasar (σM) yang
harus ditanggungnya. Selisi return pasar dan return bebas risiko ini disebut juga dengan premi
risiko portofolio pasar (E(RM)-Rf). Besarnya risiko portofolio pasar ditunjukan oleh garis putus-
putus horizontal dari RF sampai σM.
Kemiringan (slope) CML pada gambar di atas, menunjukkan harga pasar risiko (market
price of risk) untuk portofolio yang efisien atau harga keseimbangan return yang disyaratkan pasar
untuk setiap 1% kenaikan risiko portofolio. Slope CML dapat dihitung dengan menggunakan
rumus :
E(RM) - RF = Slope CML
σM
BAGIAN 2 BAB 14
1) Appraisal Ratio
a. Definisi
Appraisal Ratio adalah perbandingan atau rasio dengan melakukan pembagian resiko
secara spesifik dalam rangka memeringkat saham.
b. Metode
Dalam Menghitung Appraisal Ratio, ada 2 metode yang digunakan, yaitu :
- Metode Treynor dan Black, dimana kinerja saham dihitung dari membagi alpha
dengan deviasi standar residual (resiko spesifik atau resiko tidak sistematis yang ada
dalam suatu investasi, baik saham maupun fortofolio. Berfungsi untuk meningkatkan
kinerja saham

Rumus :𝛼𝑖 ⁄𝜎𝜖

Contoh

Peringkat Saham ri CAPM 𝛼𝑖 𝜎(𝜖𝑡 ) TBi


1 BBCA 0,37 0,21 0,16 0,21 0,75
2 UNVR 0,26 0,12 0,14 0,23 0,61
3 PWON 0,63 0,22 0,41 0,70 0,58
4 AALE 0,71 0,44 0,27 0,52 0,52
5 SMGR 0,53 0,31 0,22 0,46 0,48
6 ANTM 0,63 0,40 0,23 0,75 0,31
7 ASII 0,64 0,51 0,13 0,58 0,23
8 CGRM 0,57 0,62 -0,05 1,35 -0,04
9 CTRA 0,47 0,52 -0,05 0,76 -0,06
19 BNBR 0,06 0,37 -0,31 0,42 -0,74
Bobot BBCA = 0,75 / 2,94 = 0,26
TB = 𝛼𝑖 ⁄𝜎𝜖 = 0,24 / 0,41 = 0,57

- Metode Model Miller, menggunakan tolak ukur resiko dari variance residual yang ada
yang mengakibatkan penilaian kinerja saham dan bobot investigasi tiap jenis investasi
berbeda dan mempengaruhi alpha rata-rata investasi

2
Rumus :𝛼𝑖 ⁄𝜎(𝜖𝑡 )

2) Model M2
Model ini di ciptakan oleh franco Modigliani dan cucunya yang bernama leh modgiliani
(1997).oleh larna itu modelnya di sebut M2 .model ini menggunakaan mrket return sebagai
minimum return atau benchmark termasuk market risk.

Peringkat Saham Av.ri Dev. P* (1 − 𝑃 TBi M2


Std. ∗)
1 BBCA 0,37 0,29 1,62 -0,62 0,55 0,19
2 UNVR 0,71 0,77 0,61 0,39 0,46 0,10
3 PWON 0,53 0,58 0,81 0,19 0,44 0,08
4 AALE 0,63 0,73 0,64 0,36 0,43 0,07
5 SMGR 0,26 0,24 1,96 -0,96 0,43 0,07
6 ANTM 0,64 0,89 0,53 0,47 0,38 0,02
7 ASII 0,63 0,89 0,53 0,47 0,37 0,01
8 CGRM 0,47 1,03 0,46 1,54 0,26 -0,10
9 CTRA 0,57 1,6 0,29 0,71 0,22 -0,14
19 BNBR 0,06 0,62 0,76 0,24 0,06 -0,30

Sebagai contoh,saham BBCA memiliki return rata sebesar 37% dan devesiasi standart sebesar
29%,sedangkan pasar memilii market standrt deviation 47%.oleh sebab itu return BBCA harus di
sesuaikan terhadap pasar dengan membandingkan antara market risk dengan BBCA risk.faktor
penyesuaian stock return tersebut di beri symbol P*

P* =market risk di bagi dengan stock risk


Adjusted stock return =P* X riatau P*ri
Faktor investasi pada risk free asset = (1-P*)
Adjusted return investasi pda satu saham = P*ri X ri + (1-P*)X ri
M2 = adjusted return-market return

3). Return dan resiko portiofolio


Portofolio merupakan investasi dalam berbagai instrument keuangan atau disebut juga
diversifikasi. Portofolio ditujukan untuk mengurangi risiko investasi dengan cara menyebarkan
dana ke berbagai aset yang berbeda, sehingga jika satu aset menderita kerugian sementara aset
lainnya tidak rugi maka nilai investasi kita tidak hilang semua. Pernyataan dari Harry Markowitz
yaitu “Don’t put all your eggs in one basket” atu jangan menaruh semua telur ke dalam satu
keranjang, merupakan pelajaran yang sangat berharga karena jika keranjang tersebut jatuh maka
telur yang ada di dalamnya akan pecah semua dan menyebabkan kita rugi total. Hal ini berarti
investasi harus dipilah – pilah (assets allocation) ke dalam berbagai bentuk; ada yang berupa
saham, obligasi, SBI, deposito berjangka dan reksa dana. Selanjutnya harus dijelaskan secara lebih
rinci – misalnya dalam bentuk saham, berupa persentase yang dana yang dialokasikan untuk saham
sector property, perbankan, farmasi, makanan, industri dasar, manufaktur, otomotif, dan dan
seterusnya. Kemudian dirinci lagi jenis daham yang akan dipilih (stock selection), misalnya untuk
sektor farmasi, saham dari emiten mana yang akan dibeli ?
Korelasi Negatif
Dalam melakukan diversifikasi sebaiknya dihindari saham – saham yang berkorelasi positif,
atau pilihlah saham yang berkorelasi negatif. Misalnya, saham pabrik semen dan saham property
merupakan saham yang berkorelasi positif. Begitu pula halnya dengan saham Astra International,
Astra Otoparts, dan Gajah Tunggal (pabrik ban), sebab ketiga saham tersebut termasuk dalam
sektor yang sama yaitu otomotif. Jika kita sudah berinvestasi dalam saham semen janganlah
berinvestasi dalam saham property atau jika sudah memiliki saham Astra International janganlah
memiliki saham Astra Otoparts dan seterusnya. Kebaikan dari korelasi positif adalah apabila
sekuritas dalam portofolio sedang naik harga maka keuntungan menjadi sangat besar, tetapi
keburukannya adalah ketika harga sedang turun maka kita akan mengalami kerugian besar.
Kebaikan dari memiliki sekuritas yang berkorelasi negatif adalah apabila salah satu saham merugi,
saham yang lain belum tentu ikut merugi atau mungkin masih tetap untung, sehingga investor
tidak mengalami kerugian total. Korelasi positif ataupun korelasi negatif dapat dihitung secara
manual atau secara elektronik melalui program spreadsheet seperti microsoft excel.
Covariance (ra,rb)
Korelasi (ra, rb) : 𝜎a x 𝜎b

Tabel C1 : Korelasi Positif, Negatif, dan Tidak Berkorelasi


Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3
Bulan
ra ra rb rb ra rb
1 0,10 0,150 0,10 -0,150 0,100 -0,050
2 0,105 0,158 0,105 -0,158 0,105 0,020
3 0,110 0,165 0,110 -0,165 -0,110 -0,300
4 0,116 0,174 -0,116 0,174 -0,116 0,300
5 0,122 0,182 -0,122 0,182 -0,122 -0,250
6 0,128 0,191 -0,128 0,191 -0,128 0,200
Av. ri 0,113 0,170 -0,008 0,012 -0,045 -0,013
Covar 0,0001 -0,0193 -0,001
Dev. Std. 0,010 0,016 0,124 0,186 0,114 0,238
Korelasi 0,833 -0,83 -0,02

Tabel C1 memperlihatkan hubungan antara ra, rbberkorelasi positif, negatif, atau tidak
berkorelasi dengan angka – angka return hipotesis. Pada table 14.22 ditunjukkan bahwa scenario
1 berkorelasi positif antara saham A dan saham B, sedangkan skenario 2 berkorelasi negatif. Pada
skenario 3 antara saham A dan saham B berkorelasi sangat kecil, hanya 2% sehingga dianggap
seperti tidak berkorelasi. Selain itu, hubungan antara saham A dan saham B juga dikatakan tidak
berkorelasi. Selain itu, hubungan antara saham A dan saham B juga dikatakan tidak berkorelasi
karena hubungannya itu tidak menentu, kadang – kadang positif, kadang – kadang negative, dan
silih berganti. Tingkat perubahan harga saham juga berbeda – beda secara tajam dalam suatu
periode sehingga tidak memiliki pola yang sistematis.
Return Portofolio
Return portofolio adalah return dari suatu investasi dalam berbagai instrumen keuangan pada
suatu periode tertentu. Dalam praktik, terdapat contoh 4 jenis portofolio, yaitu reksa dana saham,
reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, dan reksa dana pasar uang. Setiap investor
dapat membentuk sendiri jenis portofolionya untuk kepentingan pribadi atau kepentingan
organisasinya sendiri seperti dana pensiun, dana asuransi, yayasan pendidikan, yayasan olahraga,
yayasan kesenian, dan sebagainya. Reksa dana merupakan portofolio yang dikelola oleh manajer
investasi untuk dijual kepada masyarakat luas, oleh karena itu tunduk kepada peraturan Bapepam.
Portofolio yang bukan merupakan reksa dana tidak terikat oleh peraturan Bapepam, tetapi terikat
oleh peraturan yang dibuat oleh organisasi itu sendiri. Portofolio yang dibentuk untuk kepentingan
pribadi mempunyai kebebasan mutlak.
Contoh perhitungan return portofolio adalah return reksa dana. Nilai aktiva bersih – NAB
merupakan harga pasar suatu reksa dana yang harus dibayar jika membeli, atau akan diterima jika
menjual. NAB reksa dana terbit setiap hari dan dapat dilihat dalam harian Bisnis Indonesia. Hal
ini berarti masyarakat dengan mudah dapat menghitung return harian, mingguan, ataupun bulanan
dengan rumus :
𝑁𝐴𝐵𝑡
Return reksa dana :𝑁𝐴𝐵 -1
𝑡−1

NABt = nilai aktiva bersih waktu t (hari ini, minggu ini, bulan ini, dst)
NABt-1 = nilai aktiva bersih waktu sebelumnya
Tabel C2 : Return dari Portofolio dengan Berbagai Instrumen Keuangan
Aset Nilai Pasar Proporsi Return (ri) Return (rp)
Saham Rp 300.000.000 0,60 0,20 0,120
Obligasi Rp 100.000.000 0,20 0,10 0,020
Pasar Uang Rp 100.000.000 0,20 0,06 0,012
Total Rp 500.000.000 1,00 0,152

Tabel C3 : Return dari Portofolio dengan Berbagai Instrumen Keuangan


Aset Nilai Pasar Porsi Return Return Portofolio
Saham Rp 75.000.000 0,25 0,60 0,120
Obligasi Rp 75.000.000 0,25 0,30 0,020
Pasar Uang Rp 150.000.000 0,50 -0,05 -0,025
Total Rp 500.000.000 0,20

Tabel C2 memperlihatkan sebuah contoh portofolio dalam berbagai jenis instrument keuangan.
Sedangkan Tabel C3 memperlihatkan bagian saham dari portofolio pada Tabel 14.23, yang
berisikan data mengenai jenis – jenis saham yang dipilih beserta proporsinya. Untuk mendapatkan
return portofolio saham terlebih dahulu kita perlu menghitung proporsi investasi dalam tiap – tiap
jenis saham : Untuk saham ASII Rp 75 juta / Rp 300 juta = 0,25; HMSP Rp 75 juta / Rp 300 juta
= 0,25 dan untuk saham PWON Rp 150 juta / Rp 300 juta = 0,50. Bobot atau proporsi saham ini
kemudian dikalikan dengan average return untuk tiap – tiap saham guna mendapatkan return
portofolio. Dalam Tabel C3 return masing – masing saham merupakan average return (return rata
– rata) bulanan selama 12 bulan pada tahun 2003.
Risiko Portofolio
Risiko portofolio adalah risiko investasi dari sekelompok saham dalam portofolio ataupun
sekelompok instrument keuangan dalam suatu portofolio. Risiko portofolio dapat dihitung sebagai
risiko harian. risiko mingguan, risiko bulanan, dan risiko tahunan. Jika dihitung sebagai risiko
harian, maka dasar penghitungan risiko adalah data harian, dan jika dihitung sebagai risiko bulanan,
maka data yang digunakan sebagai dasar penghitungan risiko adalah data bulanan. Terdapat dua
ukuran yang digunakan sebagai risiko, yaitu : (1) deviasi standar dan (2) beta saham.
a) Deviasi standar
Deviasi standar menggambarkan gejolak return saham dari return rata – rata. Gejolak return
tersebut dapat bersifat positif, artinya berada di atas return rata – rata atau bersifat negatif yang
berarti berada dibawah return rata – rata.
Mari kita perhatikan Peraga C1 dan C2. Pada peraga C1 kita dapat melihat bahwa return
portofolio naik dan turun sangat tipis, yaitu berada anatara 10% dan 14%. Hal ini dapat diartikan
juga bahwa harga saham yang ada di dalam portofolio juga bergerak naik dan turun sangat tipis,
yaitu sekitar 2%. Dengan return rata – rata portofolio, rp = 0,12 dan deviasi standar portofolio, 𝜎p
= 0,02, maka portofolio ini akan memiliki estimasi return di masa depan berupa : return terendah
sebesar 0,12 – 0,02 = 0,10, return tertinggi sebesar 0,12 + 0,02 = 0,14 dan return rata – rata sebesar
0,12
Pada peraga C2 kita dapat melihat return portofolio naik dan turun lebih bergejolak yaitu
berada antara 18% dan 6%. Hal ini dapat diartikan bahwa harga saham yang ada di dalam
portofolio juga bergerak naik dan turun sekitar 6% dari return rata – rata. Dapat kita lihat dari
keusa peraga ini bahwa semakin besar deviasi standar (𝜎i), semakin tinggi risikonya.
b) Beta Saham
Sekarang kita beralih ke Peraga C3 dan C4. Kedua peraga ini menampilkan grafik dari beta
suatu portofolio. Peraga C3 menampilkan grafik untuk nilai beta yang lebih besar daripada 1,
sedangkan Peraga C4 menampilkan grafik untuk nilai beta yang kurang dari 1. Nilai beta sebesar
1 merupakan nilai dari beta pasar secara keseluruhan. Jika nilai dari beta portofolio, βp adalah 1,5
hal ini berarti bahwa nilai return portofolio sebesar 1,5 kali return pasar. Semakin besar nilai beta
portofolio berarti semakin tinggi gejolak return portofolio dibandingkan return pasar. Dengan kata
lain semakian tinggi gejolak return portofolio dibandingkan return pasar. Dengan kata lain semakin
tinggi nilai beta semakin tinggi risiko investasi portofolio. Nilai βp sebesar -2,0 berarti bahwa
return portofolio negatif 2 kali return pasar. Apabila return pasar hari ini adalah 2%, berarti return
portofolio merugi sebesar 2 x 2% = 4%. Sebaliknya apabila return pasar negatif 1,5%, berarti
return portofolio mengalami keuntungan sebesar -2 x -1,5% = +3%. Seperti telah disebutkan, tolok
ukur risiko dapat berupa deviasi standar dan beta saham. Beta saham juga digunakan dalam
mengestimasi return saham melalui capital assets pricing model – CAPM.
Capital Assets Allocation
Capital allocation line – CAL adalah grafik yang menunjukkan kombinasio risiko dan return
yang baik untuk diinvestasikan, yang terdiri dari risky assets (dalam hal ini adalah portofolio) dan
risk free assets.
Peraga C5 memperlihatkan sebuah portofolio yang terdiri dari tiga jenis saham G, F, dan C
serta risk free assets berupa SBI berjangka waktu 1 bulan. Portofolio ini menghasilkan return
portofolio sebesar 14% dan deviasi standar portofolio 23% (yang ditandai dengan titik P pada
peraga). Bobot investasi setiap saham dalam portofolio dihitung berdasarkan besaran nilai kinerja
(RVA). Berikut ini adalah contoh perhitungannya :
Bobot investasi untuk saham G = 0,62/1,76 = 0,35
Rp (G) = 0,35 x 0,14 = 0,05
𝜎p (G) = 0,35 x 0,21 = 0,07
Dan seterusnya untuk keempat jenis saham lainnya. Hasil perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel C4.
Tabel C4 :Portofolio 3 Jenis Saham dengan Risk Froe Rate 1 %
Saham Return Dev. Std. RVA Bobot rp 𝜎p Sp
G 0,14 0,21 0,62 0,35 0,05 0,07
F 0,13 0,22 0,55 0,31 0,04 0,07
C 0,16 0,25 0,60 0,34 0,05 0,09
Total 1,76 1,00 0,14 0,23 0,59

4.) Capital Market Line


Cara perhitungan return sama seperi perhitungan return saham individu ataupun return
portofolio,yang berbeda hanya data-data yang di gunakan.return market di hitung berdasarkan
data indeks pasar,dimana rumusnya :
Rm,t=(indeks pasar t : index pasar t-1 )- 1
Keterangan :
rm,t : return pasar pada waktu t (t= hari ini,minggu ini,bulan ini,dst)
index pasar t = bisa berupa ISHG LQ45,ataupun indeks regional pada waktu ini
index pasar t-1 = bisa berupa ISHG LQ45,ataupun indeks regional pada waktu sebelumnya.

5.) rata-rata aritmatika vs geometrika


Penghitungan return rata-rata dapat menggunakan rata-rata aritmetika ataupun geometrika
dengan hasil yang berbeda. Rata-rata aritmetika umumnya memberikan hasil yang lebih besar
daripada rata-rata geometrika, atau rata-rata geometrika lebih rendah daripada rata-rata aritmetika.
Berikut ini contoh perihitungan rata-rata perhitungan return saham HMSP selama 6 bulan:
Bulan Return
Januari, 2014 0,128
Februari -0,035
Maret -0,082
April 0,089
Mei 0,015
Juni 0,030
Total 0,145
Rumus:
∑𝑛1 𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 aritmatika =
𝑛
1
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 geometrika = [(1 + 𝑟1 ) × (1 + 𝑟2 ) × (1 + 𝑟𝑛 )]𝑛 − 1

0,145
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 aritmatika = = 0,024
6
1
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 geometrika = [1,128 × 0,965 × 0,918 × 1,089 × 1,015 × 1,03]6 − 1 = 0,022
BAGIAN 2 BAB 20
A. REDEMPTION (PEMBELIAN KEMBALI)

Jika reksa dana bersifat open-end, investor dapat menjual kembali unit penyertaan kepada
manajer investasi,bank kustodian, arau melalui agen penjual yang ditunjuk oleh manajer investasi.
Hal ini berarti total nilai aktiva bersih reksa dana open-end selalu berubah – ubah setiap hari.
Apabila suatu ketika para investor berbondong – bondong menjual kembali reksa dana sehingga
manajer investasi mengalami kesulitan keuangan, maka manajer investasi berhak mengatur jadwal
redemption. Selambat – lambatnya 7 hari bursa sejak diminta penjualan kembali itu harus
diselesaikan.

Dalam keadaan mengalami kesulitan keuangan, manajer investasi diperkenankan melakukan


pinjaman uang jangka pendek sebesar maksimal 10% dari total aktiva bersih.

Setelah memberitahu Bapepam, manajer investasi dapat menginstruksikan kepada bank


custodian dan agen penjualan untuk menolak pembelian kembali (pelunasan) apabila terjadi hal –
hal berikut :

1. Bursa Efek di mana sebagian besar portofolio efek reksa dana diperdagangkan ditutup.
2. Perdagangan efek atas sebagian besar portofolio efek reksa dana di bursa efek dihentikan.
3. Keadaan darurat.
4. Terdapat hal – hal lain yang ditetapkan dalam kontrak pengelolaan investasi setelah
mendapatkan persetujuan dari Bapepam.

Apabila reksa dana KIK mengalami kesulitan keuangan yang sangat serius, atau kegiatan
operasional mengalami kemunduran serius, maka Bapepam dapat mengalihkan atau membekukan
dan melikuidasi reksa dana tersebut demi kepentingan pemegang unit penyertaan.

B. KEWAJIBAN DAN LARANGAN MANAJER INVESTASI

Kewajiaban Manajer Investasi

Kewajiban manajer investasi dapat diringkas sebagai berikut :

1. Mengelola portofolio sesuai dengan kebijakan investasi yang dicantumkan dalam kontrak dan
prospektus.
2. Menyusun tata cara dan memastikan bahwa semua uang para calon pemegang unit penyertaan
disampaikan kepada bank custodian selambat-lambatnya pada akhir hari kerja berikutnya.
3. Melakukan pembelian kembali unit penyertaan.
4. Memelihara semua catatan penting yang berkaitan dengan laporan keuangan dan pengelolaan
reksa dana.

Larangan Bagi Manajer Investasi

1. Membeli efek luar negeri yang informasinya tidak dapat diakses lewat media massa atau
fasilitas internet.
2. Membeli efek luar negeri melebihi 15 % dari NAB reksa dana.
3. Membeli efek satu emiten melebihi 5% dari modal disetor emiten.
4. Membeli efek satu emiten melebihi 10% dari nilai aktiva bersih reksa dana pada saat
pembelian. Pembatasan ini tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia.
5. Menjual unit penyertaan kepada setiap pemodal melebihi 2% dari jumlah unit penyertaan,
kecuali bagi manajer investasi bersangkutan.
6. Membeli efek beragun aset (EBA) lebih dari 10% NAB, dengan catatan setiap EBA tidak
melebihi 5% dari NAB.
7. Membeli EBA yang tidak tercatat di bursa efek.
8. Menempatkan dana investasi dalam kas atau setara kas kurang dari 2% NAB.
9. Membeli efek yang tidak melalui penawaran umum, kecuali efek pasar uang.
10. Melakukan short sale dan margin trading.
11. Melakukan emisi obligasi dan sekuritas kredit.
12. Terlibat dalam berbagai bentuk pinjaman, kecuali pinjaman jangka pendek yang berkaitan
dengan penyelesaian transaksi dan pinjaman tersebut tidak melebihi 10% dari nilai portofolio
reksa dana pada saat pembelian.
13. Membeli efek IPO padahal manajer investasi adalah penjamin emisi dari efek yang dimaksud.
14. Terlibat dalam transaksi bersama atau kontrak bagi hasil dengan manajer investasi atau pihak
afiliasinya.
15. Membeli efek yang diterbitkan oleh pihak terafiliasi lebih dari 20% dari NAB (kecuali
hubungan terafiliasi karena penyertaan modal pemerintah).

Kewajiban Bank Kustodian


1. Memberikan jasa penitipan kolektif dan custodian sehubungan dengan kekayaan reksa dana.
2. Menghitung nilai aktiva bersih (NAB) dari unit penyertaan setiap hari.
3. Membayar biaya – biaya yang berkaitan dengan reksa dana atas perintah manajer investasi.
4. Menyimpan catatan secara terpisah yang menunjukkan semua perubahan dalam jumlah unit
penyertaan, jumlah unit penyertaan yang dimiliki oleh setiap pemegang unit penyertaan, dan
nama, kewarganegaraan, alamat, serta identitas lain dari para pemegang unit penyertaan.
5. Mengurus penerbitan dan penebusan dari unit penyertaan sesuai dengan kontrak.
6. Memastikan bahwa unit penyertaan diterbitkan hanya atas penerimaan dana dari calon
pemegang unit penyertaan.
7. Menolak instruksi manajer investasi apabila melanggar Undang – Undang Pasar Modal atau
KIK.

C. BIAYA REKSA DANA

Biaya yang menjadi Beban Manajer Investasi

1. Biaya persiapan
2. Biaya administrasi
3. Biaya pemasaran
4. Biaya pencetakan prospektus
5. Biaya distribusi prospektus pertama kali.

Biaya yang Menjadi Beban Portofolio Reksa Dana

1. Biaya pengelolaan manajer investasi


2. Biaya bank kustodian
3. Biaya asuransi
4. Biaya transaksi
5. Biaya pembaharuan prospectus dan pendistribusiannya

D. KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

Pada awal pembentukan reksa dana, ketentuan permodalan ditetapkan sebagai berikut :
1. Sekurang – kurangnya 1% dan sebanyak – banyaknya 20% dari jumlah total unit penyertaan
yang ditetapkan dalam kontrak.
2. Masing – masing pihak memilki sebanyak – banyaknya 2,5% dari total unit penyertaan yang
ditetapkan dalam kontrak.
3. Pihak dalam butir 2 diatas dilarang menjual kembali dalam jangka pendek setahun sejak
pernyataan pendaftaran efektif.

E. JENIS REKSA DANA

Reksa dana KIK menginvestasikan dananya melalui pembelian dan penjualan : (1) efek yang
diterbitkan lewat penawaran umum, dan (2) instrument pasar uang yang jatuh tempo kurang dari
satu tahun. Komposisi portofolio antara saham, obligasi, dan instrument pasar uang tercermin dari
berbagai jenis reksa dana yaitu : (1) Reksa dana pasar uang; (2) Reksa dana pendapatan tetap; (3)
Reksa dana saham; dan (4) Reksa dana campuran.

Reksa Dana Pasar Uang

Reksa dana pasar uang adalah reksa dana yang hanya melakukan investasi pada efek bersifat
utang dengan jatuh tempo kurang dari 1 tahun. Reksa dana pasar uang tidak memungut biaya
penjualan dan biaya pembelian kembali unit penyertaan. Istilah biaya penjualan dan biaya
pembelian dilihat dari sudut reksa dana.

Reksa Dana Pendapatan Tetap

Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang – kurangnya
80% dari aset / aktivanya dalam bentuk efek yang bersifat utang. Reksa dana pendapatan tetap
relatif stabil harganya untuk semua siklus ekonomi. Penyimpangan harga baru akan terjadi dalam
siklus recession atau depression apabila banyak bondissuer yang mengalami default sehingga kurs
obligasi berjatuhan. Oleh karena itu, membaca gejala awal dan akibat recession terhadap
bondissuer sangat penting untuk pengambilan keputusan shifting obligasi. Keterlambatan dalam
mengambil keputusan shifting akan menjatuhkan harga reksa dana pendapatan tetap.

Reksa Dana Saham

Reksa dana saham adalah reksa dana yang melakukan investasi sekurang – kurangnya 80% dari
aset / aktivanya dalam efek yang bersifat ekuitas. Reksa dana saham merupakan reksa dana yang
paling sulit melakukan penyesuaian terhadap kondisi siklus ekonomi. Reksa dana saham
mengalami kejayaan dalam kondisi ekonomi recovery atau expansion dan mengalami kemunduran
dalam kondisi recession atau depression. Apabila gejala memasuki kondisi recession sudah
diketahui, beralihlah dari jenis saham durable goods ke nondurable goods dengan tetap
mempertahankan komposisi saham 80%, sehingga nilai reksa dana relatif dapat dipertahankan.
Harga saham emiten yang memproduksi durable goods akan melejit pada kondisi recovery atau
kondisi expansion dan akan jatuh harganya pada kondisi recession dan kondisi depression. Emiten
yang memproduksi nondurable goods relative lebih stabil harga sahamnya untuk semua kondisi
ekonomi. Keterlambatan dalam melakukan shifting jenis saham berarti reksa dana akan
menanggung kerugian. Reksa dana saham dilarang melakukan shifting dari saham menjadi
obligasi, dan hal ini merupakan hambatan terbesar bagi reksa dana saham, sehingga banyak jenis
reksa dana saham berjatuhan harganya karena terlambat melakukan shifting saham. Durable goods
adalah produk tahan lama seperti properti, otomotif, baja, dan pesawat terbang, sementara
nondurable goods adalah produk tidak tahan lama seperti farmasi, rokok, makanan, minuman, dan
consumer’s goods. Manusia dapat mengabaikan durable goods tetapi tidak dapat mengabaikan
nondurable goods. Dalam keadaan krisis maupun tidak krisis, kaya atau miskin, pandai atau bodoh,
nondurable goods selalu dibutuhkan. Oleh karena itu, nondurable goods tidak terpengaruh banyak
oleh siklus ekonomi sehingga disebut juga produk nonsiklus. Sebaliknya durable goods termasuk
produk yang dipengaruhi oleh siklus ekonomi. Dalam keadaan ekonomi makmur atau
berkemabang, barang – barang yang bersifat durable goods sangat laku dan harganya selalu
meningkat. Harga saham suatu perusahaan yang memproduksi durable goods selalu meningkat
dalam kondisi ekonomi expansion. Dalam keadaan ekonomi recession atau depression harga
produk durable goods akan berjatuhan.

Reksa Dana Campuran

Reksa dana campuran adalah reksa dana yang melakukan investasi dalam efek bersifat ekuitas
dan efek bersifat utang yang perbandingannya tidak seperti dalam reksa dana saham ataupun reksa
dana pendapatan tetap. Reksa dana campuran merupakan reksa dana yang paling fleksibel dalam
melakukan penyesuaian terhadap setiap kondisi ekonomi, karena dapat melakukan shifting secara
drastic dari saham menjadi obligasi atau dari obligasi menjadi saham. Dalam kondisi recovery atau
expansion, porsi durable goods lebih besar daripada nondurable goods, sedangkan dalam kondisi
recession atau depression porsi nondurable goods lebih besar daripada porsi durable goods. Dalam
kondisi recovery atau expansion, porsi saham lebih besar daripada porsi obligasi, sedangkan dalam
kondisi recession atau depression porsi obligasi lebih besar daripada porsi saham. Hal ini sangat
dimungkinkan karena sifat reksa dana campuran memiliki komposisi diversifikasi yang tidak
mengikat seperti reksa dana saham atau reksa dana pendapatan tetap.

F. TIPE INVESTOR DAN REKSA DANA

Pembentukan jenis reksa dana mengikuti tipe investor. Ada tiga tipe investor, yaitu (1) risk
taker atau risk lover atau risk seeker, (2) risk averter atau risk aversion, dan (3) moderate investor
atau balance investor atau indifference investor.

Risk Taker

Tipe investor ini adalah investor yang berani mengambil risiko, yaitu jika ingin untung besar harus
berani mengambil risiko yang juga besar. Investor semacam ini berasal dari mantan pengusaha,
atau mantan panjudi, atau mantan koruptor. TIpe investor risk taker sangat cocok ditawari reksa
dana saham.

Risk Averter

Tipe investor risk averter adalah investor yang takut merugi, yang berasal dari karyawan
menengah ke bawah, pegawai negeri menengah ke atas, dan masyarakat menengah ke bawah. Tipe
investor ini cocok ditawari reksa dan pendapatan tetap. Tipe investor risk averter tidak
mengharapkan keuntungan setinggi – tingginya, tetapi lebih senang keuntungan di atas deposito
asalkan aman dan tidak rugi.

Moderate Investor

Tipe moderate investor menghendaki keuntungan yang sedang dengan risiko moderat, yaitu
keuntungan di atas obligasi tetapi aman. Tipe moderate investor berasal dari kalangan artis,
olahragawan, pegawai menengah ke atas, dan kalangan masyarakat menengah ke atas. Tipe
moderate investor cocok ditawari reksa dana campuran.

G. PENGARUH SIKLUS EKONOMI

Memahami siklus ekonomi merupakan hal yang sangat penting bagi investor, karena dapat
mengarahkan investor untuk melakukan pemilihan jenis saham dan melakukan pertukaran jenis
efek yang diinvestasikan (shifting assets). Bahkan sebelum siklus ekonomi memasuki tahap /
kondisi baru, tanda – tanda awal pergantian tahapan siklus harus diamati agar dapat melakukan
shifting assets lebih cepat sehingga mendapatkan keuntungan berlebih atau menghindari kerugian
yang lebih besar. Berikut ini adalah berbagai contoh pengaruh siklus ekonomi terhadap reksa dana.

Pada tahun 1198 terjadi resesi ekonomi dan di tahun 1999 – 2002 Indonesia mengalami
depresi ekonomi. Setelah tahun 2002, mulai terlihat tanda – tanda awal (leading indicator) ke arah
recovery (bullish market), yang tercermin dari keadaan yang dapat diamati berikut ini :

 Bursa efek mulai semarak,


 Perizinan usaha banyak dikeluarkan,
 Impor bahan baja semarak,
 Pemilihan presiden aman, lancar, dan tidak berdarah,
 Kampanye pemilu aman tidak berdarah,
 Investor asing mulai masuk.

Apabila tanda – tanda awal tersebut tidak ada dan kondisinya masih tetap tidak berubah,
berarti depresi masih akan berlanjut. Indikator semacam ini disebut leading indicator. Tahap
recovery di Indonesia tampak dari indikator indeks harga saham gabungan (IHSG) sejak Januari
2003 sampai Desember 2004 yang terus – menerus meningkat – dari 388 poin sampai 1.000 poin.

Sebaliknya, ketika suatu perekonomian akan memasuki tahap resesi akan terlihat tanda – tanda
awal yang dapat diamati seperti berikut ini :

 Indeks bursa efek turun terus - menerus


 Banyak barang dan kredit yang ditawarkan
 Mulai banyak terjadi pemutusan hubungan kerja.
 Mulai banyak terjadi penutupan usaha.

Indikator semacam itu disebut juga leading indicator pasar kea rah bearish market. Penurunan
kegiatan ekonomi mungkin hanya berlangsung selama beberapa bulan (< 6 bulan) dan kemudian
sudah membaik lagi, sehingga perekonomian tidak memasuki tahap resesi. Akan tetapi, jika
setelah 6 bulan keadaan ekonomi masih belum membaik, bisa dikatakan bahwa perekonomian
sedang memasuki tahap resesi. Apabila resesi sudah berjalan 18 bulan dan ternyata belum pulih
juga, maka hal tersebut merupakan tanda bahwa krisis ekonomi akan menjadi lebih parah. Apabila
resesi sudah melewati 18 bulan dan belum selesai atau belum ada tanda – tanda membaik, berarti
siklus ekonomi akan memasuki tahap depresi – yaitu suatu keterpurukan ekonomi yang akan lebih
panjang lagi.

Dalam siklus ekonomo resesi, harga saham perusahaan yang membuat produk tahan lama
(durable goods) akan berjatuhan, sedangkan saham emiten yang membuat produk tidak tahan lama
(nondurable goods) harganya relatif stabil. Pada masa resesi NAB reksa dana akan berjatuhan,
sedangkan NAB reksa dana pendapatan tetap realtif stabil. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa jika siklus ekonomi mengalami kemakmuran -- masa recovery dan prosperity —investasi
yang menguntungkan adalah dalam saham emiten yang membuat durable goods atau reksa dana
saham. Dalam kondisi ekonomi merosot – masa resesi dan depresi – investasi yang
menguntungkan adalah dalam saham emiten yang membuat nondurable goods dan reksa dana
pendapatan tetap.

Reksa dana campuran yang komposisinya sebagian besar berupa saham dari emiten produsen
durable goods dalam masa recovery sangat mungkin NAB-nya akan terus meningkat. Sedangkan
dalam masa resesi, NAB emiten produsen durable goods akan terus menurun. Jadi untuk
berinvestasi dalam reksa dana campuran harus diketahui terlebih dahulu komposisi saham yang
ada dalam portofolio, saham dari produk durable goods atau dari nondurable goods, kemudian
disesuaikan dengan tahapan dari siklus ekonomi yang sedang berlangsung sewaktu investasi akan
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai