Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu sediaan farmasi berupa obat-obatan baik obat sintesis maupun herbal
tidak luput dari yang namanya proses pemeriksaan mutu dan kualitas suatu
sediaan itu sendiri. Sama halnya juga dengan pemeriksaan mutu dan kualitas
dari suatu produk makanan.
Ibuprofen sebagai salah satu sediaan farmasi yang memiliki indikasi sebagai
analgesic dan anti-inflamasi harus melalui tahapan pemeriksaan uji klinik serta
uji kualitas dan mutunya, apalagi ibuprofen memiliki peran yang sangat
penting sebagai agent dalam proses pengobatan. Begitupula dengan produk
asam cuka yang berfungsi dalam meberikan rasa asam pada suatu makanan.
Pemeriksaan mutu dan kualitas suatu produk ini tidak lain dimaksudkan
agar produk tersebut aman apabila dikonsumsi oleh konsumen itu sendiri.
Pemeriksaan ini meliputi analisa secara kualitatif dan kuantitatif, dimana
analisa tersebut bertujuan dalam mengetahui ada atau tidaknya suatu zat dalam
suatu sediaan serta berapa jumlah yang terkandung didalamnya.
Salah satu metode yang digunakan dalam pemeriksaan suatu sediaan
farmasi ataupun produk makanan ialah Titrasi. Titrasi biasanya dibedakan
berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh
bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi
redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks
dan lain sebagainya (Khopkar, S.M. 1990).
Zat yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “titrant” dan biasanya
diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui
konsentrasinya disebut sebagai “titer” dan biasanya diletakkan di dalam
“buret”. Baik titer maupun titrant biasanya berupa larutan (Khopkar, S.M.
1990).
Salah satu metode titrasi yang digunakan dalam menentukan suatu kadar
ataupun konsentrasi larutan asam dengan larutan basa ialah metode titrasi asam
basa. Metode ini berprinsip pada rekasi penetralan (Tim, Teaching. 2017).
Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar
larutan asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam
ditetesi dengan larutan basa, atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen
(asam dan basa tepat habis bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan (asam
atau basa) diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi dapat ditentukan.
(Harjadi, W. 1990).
Berdasarkan uraian diatas maka dalam praktikum kali ini, akan dilakukan
analisa berupa titrasi asam basa pada salah satu sediaan farmasi yakni
ibuprofen tablet dan produk asam cuka yang berfungsi dalam menambah cita
rasa asam pada suatu makanan guna dalam menentukan kadar dan
konsentrasinya.
1.2 Maksud Dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud
Melatih mahasiswa dalam menentukan kadar atau konsentrasi
larutan asam dengan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya
atau sebaliknya.
1.2.2 Tujuan
Agar mahasiswa mampu menetukan kadar atau konsentrasi dari
suatu larutan sampel.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Asam Basa
Titrasi asam basa, dalam pengertianya titrasi asam basa di bagi menjadi tiga
menurut para ahli yaitu (Arham. 2013):
A. Teori Arrhenius Pada tahun 1886, Svante August Arrhenius, seorang
ilmuwan dari Swedia menyatakan teori tentang asam dan basa. Menurut
Arrhenius, asam merupakan zat yang menghasilkan ion hydrogen apabila
terlarut dalam air, sedangkan basa didefinisikan sebagi zat yang
menghasilkan ion hidroksida jika dilarukan dalam air. Jadi teori ini haya
terbatas pada pelarut air saja. Jika pelarutnya bukan air dan zat yang terurai
tidak mengandung hydrogen dan hidroksida, teori ini tidak berlaku.
B. Teori Bronsted dan Lowry Pada tahun 1923, Johannes Nicolaus Bronsted,
seorang kimiawan dari Danmark dan Thomas Martin Lowry, yang juga
seorang kimiawan dari Amerika Serikat mendefinisikan tentang asam
basa. Menurut Bronsted dan Lowry, asam adalah spesi yang memberikan
(donor) proton, sedangkan basa adalah spesi yang bertindak sebagai
penerima proton dalam suatu reaksi transfer proton. Teori Bronsted dan
Lowry melengkapi konsep asam basa Arrhenius. Ion hidroksida dalam teori
Arrhenius tetap menjadi asam dalam teori Bronsted dan Lowry.
C. Teori Lewis Pada tahun 1923, Gilbert N. Lewis seorang kimiawan dari
Amerika Serikat mendfinisikan asam basa berdasarkan teori ikatan kimia.
Menurut Lewis, asam adalah penerima (akseptor) pasangan electron
bebas. Sementara itu, basa adalah pemberi atau donor pasangan electron
bebas. Teori asam basa lewis lebih luas pengertiaannya dibandingkan
dengan dua teori sebelumnya. Spesi apapun yang dapat menerima pasangan
electron bebas disebut asam Lewis.
2.1.1 Metode Titrasi alkalimetri Dalam Penentuan kadar ibuprofen dan asam
cuka
Titrasi alkalimetri adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi
suatu asam dengan menggunakan larutan basa sebagai standar. Reaksi yang
terjadi pada prinsipnya adalah reaksi netralisasi, yaitu pembentukan garam
dan H2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara H+ dari suatu asam dan OH- dari
suatu basa (Esdi Pangganti. 2011).
Reaksi berlangsung stoikiometri apabila gerak pentitrasi sama dengan gerak
titran, saat ini disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek kondisi ini tidak
bisa dilihat secara visual tetapi dapat dilihat dengan bantuan indikator (asam-
basa) yang mempunyai warna yang spesifik pada ph tertentu. Seperti
indicator phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph 8,3-10. Saat
tercapainya perubahan warna pada titran disebut dengan titik titrasi (Esdi
Pangganti. 2011).
Titrasi Alkalimetri dapat digunakan untuk (Rivai, H. 1990):
menentukan kadar CH3COOH yang terkadung dalam asam cuka
Menentukan kadar HClO dalam pemutih
Larutan baku yang digunakan dalam alkalimetri biasanya Natrium Hidroksida
(NaOH). Standarisasi NaOH dapat dilakukan dengan Asam Oksalat.
Data pengamatan standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat
Data pengamatan penetapan kadar asam cuka
Perhitungan Normalitas NaOH
Perhitungan penetapan kadar Asetat dalam asam cuka.
2.1.2 Penentuan Titik Ekuivalen
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam
basa, antara lain (Setyo. 2009):
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah
“titik ekuivalen”
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes
(sedikit mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator
ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi
dihentikan. Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indikator
yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh pH. Penambahan indikator
diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya adalah dua hingga tiga tetes.
2.1.3 Kelebihan Dan Kekurangan Asam Basa
Kelebihan dan kekurangan teori asam basa arrhenius, yaitu (Setyo. 2009):
1. Kelebihan
Mampu menyempurnakan teori asam yang dikemukakan oleh Justus Von
Liebig. Liebig menyatakan bahwa setiap asam memiliki hidrogen (asam
berbasis hidrogen). Pernyataan ini tidak tepat, sebab basa juga memiliki
hidrogen.
2. Kekurangan
a) Teori asam basa Arrhenius terbatas dalam pelarut air, namun tidak
dapat menjelaskan reaksi asam basa dalam pelarut lain atau bahkan
reaksi tanpa pelarut.
b) Teori asam basa Arrhenius hanya terbatas sifat asam dan basa pada
molekul, belum mampu menjelaskan sifat asam dan basa ion seperti
kation dan anion.
c) Tidak menjelaskan mengapa beberapa senyawa yang mengandung
hidrogen dengan bilangan oksidasi +1 (seperti HCl) larut dalam air
untuk membentuk larutan asam, sedangkan yang lain seperti CH4 tidak.
d) Tidak dapat menjelaskan mengapa senyawa yang tidak memiliki OH-,
seperti Na2CO3 memiliki karakteristik seperti basa.
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Bahan Kimia
A. Alkohol (Dirjen POM. 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Etanol, Alkohol
RM/BM : C2H6O/46,0
Pemerian : Cairan tak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak, bau khas dan rasa panas.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, kloroform P dan
dalam eter P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai pelarut
B. Aquadest (Dirjen POM. 1979)
Nama resmi : Aqua destilata
Nama lain : Aquadest, air suling, aqua depurata
Rumus molekul : H2O
Berat molekul : 18, 02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berbau, tidak mempunyai rasa
Kegunaan : Sebagai larutan tambahan dan pelarut
C. Asam Oksalat (Dirjen POM. 1979)
Nama Resmi : Asam Etanadioat
Nama Lain : Asam Oksalat
Rumus Molekul : H2C2O4
B.M : 90,03
Pemerian : Hablur, tidak berwarna
Kelarutan : Larut dalam air, dan etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai larutan baku primer
D. Fenoftalein (Dirjen POM. 1979)
Nama Resmi : FENOLFTALEIN
Nama Lain : Fenolftalein, Indikator PP
RM : C20H14O4
BM : 318,33
Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan lemah,
tidak bberbau, stabil di udara.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam etanol
Penyimpana : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Zat tambahan,indicator
E. Natrium Hidroksida (Dirjen POM.1979)
Nama resmi : Natrii Hydroxydum
Nama lain : Natrium Hidroksida
Rumus molekul : NaOH
B.M : 40.00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keeping,
kering, keras, rapuh dan menunjukan susunan
hablur, putih, mudah meleleh basah, sanagt alkalis
dan korosif, segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol
(95%).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup
Kegunaan : Larutan baku sekunder (titran)
2.2.2. Sampel Uji
A. Asam Cuka (Dirjen POM. 1979)
Nama resmi : Acidum aceticum glaliale
Nama lain : Asam asetat glacal
Rumus molekul : C2H2O2
Berat molekul : 60,05
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol 95 %
Pemerian : Cairan jernih tidak berwarna
Penyimpanan : wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel (titrat)
B. Ibuprofen (Anonim. 2015)
Nama resmi : Ibuprofenum
Nama Lain : Ibuprofen
Rumus Molekul : C13H18O2
Berat Molekul : 206,28
Pemerian : Serbuk Kristal berwarna putih, dan tidak berbau
Kelarutan : Tidak larut dalam air, mudah larut dalam etanol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel (titrat)
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah : Buret,
erlenmeyer, gelas ukur, pipet tetes, statif dan klem.
3.2 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini ialah : asam
cuka, asam oksalat, ibuprofen, indicator fenoftalein, NaOH 0,1 N.
3.3 Prosedur Kerja
1) Pembuatan Larutan Baku Primer Asam Oksalat 0,1 N
Ditimbang asam oksalat sebanyak 6,3035 gr, kemudian dilarutkan
dengan aquadest bebas CO2 hingga mencapai 100 ml.
2) Penentuan Konsentrasi NaOH dengan Larutan Baku Asam Oksalat
Dipipet sebanyak 15 ml larutan baku asam oksalat dan dimasukkan
kedalam labu Erlenmeyer dan ditambahkan 3 tetes indicator PP, kemudian
NaOH dimasukkan kedalam buret, selanjutnya dilakukan titrasi, hingga
terjadi perubahan warna. Dicatat keadaan akhir buret dan jumlah ml NaOH
yang dipakai dan ditentukan konsentrasi NaOH.
3) Penetuan Asam asetat dalam Cuka
Ditimbang botol, dimasukkan kira-kira 5 ml cuplikan cuka dan timbang
lagi, kemudian dimasukkan kedalam labu takar dan ditambahkan aquadest
bebas CO2 hingga 100 ml. Dipipet 25 ml larutan tersebut kemudian
ditambahkan 3 tetes indicator PP, setelah itu dititrasi dengan larutan NaOH
sampai timbul warna merah muda. Dilakukan titrasi secara duplo serta
dihitung persen berat asam asetat dalam cuplikan.
4) Penentuan kadar Ibuprofen
Ditimbang ibuprofen sebanyak 0,1 gr, kemudian dimasukkan kedalam
Erlenmeyer dan ditambahkan 10 ml etanol 96%, ditetesi dengan indicator
PP sebanyak 3 tetes. Selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH sampai
timbul perubahan warna menjadi merah muda. Dilakukan triplo serta
dihitung persen kadar ibuprofen.
BAB IV
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel hasil pengamatan titrasi asam basa penetuan kadar sampel ibuprofen
dan asam cuka
Volume
No. Sampel Hasil Kadar
Titran Titrat
Terjadi
9,2 ml 15 ml perubahan
1. Ibuprofen 79,71%
(NaOH) (Ibuprofen) warna (merah
muda)
Terjadi
9,15ml 25 ml (Asam perubahan
2. Asam Cuka 15%
(NaOH) Cuka) warna (merah
muda)

4.2 Pembahasan
Penentuan kadar maupun konsentrasi dari suatu sampel sangat berpengaruh
pada suatu sediaan, untuk itu dilakukan analisa berupa titrasi asam basa pada
suatu sampel untuk mengetahui konsentrasi maupun kadar pada sampel
tesebut.
Dalam melakukan titrasi asam basa tahap awal yakni dengan membuat
larutan baku asam oksalat, larutan baku asam oksalat ini berperan sebagai
larutan baku primer dimana menurut Ibnu M. (2004) larutan ini bertujuan
dalam menentukan konsentrasi dari larutan NaOH sebagai larutan baku
sekunder yang nantinya NaOH akan digunakan dalam menentukan kadar dari
suatu sampel ibuprofen dan asam cuka. Pembuatan larutan baku asam oksalat
dengan menimbang 6,3035 gr asam oksalat yang selanjutnya dilarutkan ±
dalam 25 ml aquades bebas CO2 setelah itu ditambahkan aquades bebas CO2
hingga 100 ml. penggunaan aquadest bebas CO2 ini dikarenakan NaOH sebagai
larutan baku sekunder mudah bereaksi dengan CO2 membentuk Natrium
carbonat akibatnya akan berpengaruh terhadap proses titrasi (Ibnu M. 2004).
Adapun reaksi yang terjadi sebagai berikut :

NaOH + CO2  Na2CO3 + H2O

Setelah larutan baku asam oksalat dibuat, selanjutnya pembuatan larutan


asam cuka. Tahap awal dalam proses ini dimana, wadah kosong ditimbang
kemudian Sebanyak 5 ml asam cuka dimasukan kedalam wadah tersebut dan
ditimbang lagi untuk memperoleh massa asam cuka. Setelah itu asam cuka
dilarutkan dalam aquades bebas CO2 hingga mencapai 100 ml.
Pembuatan larutan ibuprofen, dengan menimbang ibuprofen sebanyak 0,1
gr yang sebelumnya ibuprofen berupa tablet yang telah digerus hingga halus.
Setelah diperoleh 0,1 gr selanjutnya dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan
dilarutkan dengan etanol 96%. Penggunan etanol 96% ini bertujuan dalam
melarutkan ibuprofen, menurut Dirjen POM (1979) dalam Farmakope
Indonesia edisi III dikatakan bahwa ibuprofen sangat mudah larut dalam etanol
96%.
Setelah semua larutan siap digunakan, selanjutnya dilakukan tahap titrasi,
dimana tahap awal ialah penentuan konsentrasi NaOH dengan larutan baku
asam oksalat. Tahap ini meliputi proses dimana sebanyak 15 ml larutan baku
asam oksalat ditetesi dengan indicator fenoftalein sebanyak 3 tetes. Menurut
Rivai, H, (1990) indicator fenoftalein bertujuan dalam mengetahui titik akhir
ekuivalen (artinya larutan titran dan titrat habis bereaksi). Setelah indicator
ditambahkan, selanjutnya dititrasi dengan 50 ml larutan NaOH yang dilakukan
secara duplo hingga berubah warna menjadi merah muda. Perubahan warna
menjadi merah muda ini disebabkan reaksi sebagai berikut (Rivai, H. 1990):

H2C2O4 + 2NaOH  Na2C2O4 + 2H2O

Diperoleh hasil dari titrasi ialah volume rata-rata NaOH 21,5 dengan
konsentrasi yang didapatkan ialah 0,069 N
Proses penentuan asam asetat dalam cuka meliputi tahap dimana sebanyak
25 ml larutan asam cuka ditetesi dengan indicator fenoftalein sebanyak 3 tetes.
Setelah itu larutan asam cuka dititrasi dengan 50 ml larutan NaOH hingga
terbentuk warna merah muda. Setelah itu dihitung persen berat asam asetat
dalam cuplikan. Dari hasi percobaan diperoleh hasil berupa konsentrasi asam
asetat yakni 0,025 N dan sebesar 15% kadar asam asetat dalam cuka. Adapun
reaksi yang terjadi antara asam cuka dengan NaOH sebagai berikut (Rivai, H.
1990):

NaOH + CH3COOH  CH3COONa + H2O

Proses penentuan kadar tablet ibuprofen yang sebelumnya telah dilarutkan


dengan etanol 96% melalui tahap penambahan indicator fenoftalein sebanyak
3 tetes pada sampel dan dititrasi dengan 50 ml larutan NaOH hingga berubah
warna menjadi merah muda. Dari percobaan diperoleh hasil kadar dari
ibuprofen ialah 79,71%.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, kadar ibuprofen dalam suatu
sediaan obat tablet memiliki presentasi sebesar 79,71% sedangkan asam cuka
dalam sediaan memiliki kadar 15%. Dalam menentukan kadar dari sampel
ibuprofen dan asam cuka kedua sampel harus dititrasi dengan larutan yang
bersifat basa yakni NaOH, selain itu titrat atau sampel harus ditambahkan
indicator sebagai zat pendukung untuk melihat titik akhir ekuivalen. Dalam
menentukan konsentrasi dari NaOH sebagai titran maka dilakukan titrasi
dengan larutan baku asam oksalat.
5.2 Saran
Sebaiknya dilakukan percobaan kembali dalam menetukan konsentrasi serta
kadar dari kedua sampel, agar data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai
pembanding.
DAFTAR PUSTAKA
Arham, 2013. Pengertian asam basa menurut para ahli. UI Press. Jakarta.
Anonim. 2015. (ISO) Informasi Spesialit Obat Indonesia vol. 50 thn 2016. PT. ISFI:
Jakarta.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI: Jakarta.
Esdi Pangganti. 2011. Titrasi Asam Basa. UGM Press: Yogyakarta.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta.
Ibnu, M. Shodiq. 2004. Common Text Book Kimia Analitik I. JICA UNM: Malang.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta.
Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta.
Tim, Teaching. 2017. Penuntun Praktikum Analisis Farmasi. Prodi SI-Farmasi
STIKES BMG: Gorontalo.

Setyo. 2009. Buku Ajar Analisis Kuantitatif. Universitas Diponegoro: Semarang.


LAMPIRAN 1
I. Skema Kerja
a) Pembuatan Larutan Baku Asam Oksalat

Asam Oksalat Aquades bebas


CO2

- Ditimbang
- Dimasukkan - Dimasukkan 25 ml

Erlenmeyer

- Ditambahkan 100 ml
aquades

Larutan Baku
Asam Oksalat

b) Pembuatan larutan asam cuka

Aquades bebas
Asam cuka Botol CO2

- Dimasukkan 5 ml - Ditimbang

- Dimasukkan

Botol - Ditambahkan 100 ml


aquades

- Ditimbang

Larutan asam
cuka
c) Penentuan Konsentrasi NaOH

Asam Oksalat
NaOH

- Dimasukkan 15 ml
- Ditambahkan 3 tetes - Dititrasi
indicator PP

Erlenmeyer

- Dihentikan saat terjadi


titik akhir ekuivalen

Hasil

d) Penentuan Kadar Sampel Asam cuka

Asam cuka NaOH

- Dimasukkan 25 ml
- Ditambahkan 3 tetes - Dititrasi
indicator PP

Erlenmeyer

- Dihentikan saat terjadi


titik akhir ekuivalen

Hasil
e) Penentuan Kadar Ibuprofen

Ibuprofen
NaOH

- Ditimbang 0,1 gr
- Dilarutkan etanol 95% - Dititrasi
- Ditambahkan 3 tetes
indicator PP

Erlenmeyer

- Dihentikan saat terjadi


titik akhir ekuivalen

Hasil
LAMPIRAN 2
II. Hasil Perhitungan
a) Perhitungan konsentrasi NaOH
VI x NI = V2 x N2
21.5 x NI = 15 x 0,1
N I = 15 x 0,1
21,5
= 0,069 N
b) Perhitungan kadar asam cuka
VI x NI = V2 x N2
25 x NI = 9,15 x 0,069
N I = 9,15 x 0,069
25
= 0,025 N
= 0,025 m/L x 60 gr/L
= 1,5 gr/L
= 0,1 L x 1,5 gr/L
= 0,15 gr
= 15%
c) Perhitungan kadar ibuprofen
% kadar = (V. titrasi – V. blanko) x N NaOH x BE Ibuprofen x 100%
Berat bahan baku (mg)
= (9,2 ml – 3,6 ml) x 0,069 x 206,3 x 100%
100 mg
= (5,6 ml) x 14, 234 x 100%
100 mg
= 79,71%
LAMPIRAN 3
III. Dokumentasi

Gambar 1.1 Gambar 1.2 Gambar 1.3


Proses penimbangan Proses pelarutan asam Laruan baku asam
asam oksalat oksalat oksalat

Gambar 1.4 Gambar 1.5


Gambar 1.6
Proses pembuatan Proses penggerusan
NaOH tabet ibuprofen Proses titrasi
Gambar 1.7 Gambar 1.8
Hasil titrasi Hasil titrasi kadar
penentuan konsentrasi asam cuka
NaOH

Gambar 1.9
Hasil titrasi kadar ibuprofen

Anda mungkin juga menyukai