Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis Klinis Katarak

Anamnesis:

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif yg didapatkan dari anamnesis kepada
pasien. Biasanya, pasien menyatakan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan
gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi,
temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan,
abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun , dan ketika katarak
sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki
penglihatan. Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari
silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya, ada yang mengatur
ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang
mengenakan topi berkelepak lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat
mengendarai mobil pada siang hari

Dari anamnesis yang yang dilakukan pada pasien didapatkan keluhan:

1. Penurunan tajam penglihatan secara progresif


2. Penglihatan seakan-akan melihat asap/kabut
3. Peka terhadap sinar atau cahaya (fotofobia)
4. Memerlukan cahaya yang baik untuk membaca

Pemeriksaan Fisik:

a. Pemeriksaan Visus
Pada pemeriksaan visus didapatkan penurunan visus sehingga visus pasien tidak 6/6 atau
5/5 akibat dari kekeruhan lensa tersebut yang menghalangi cahaya masuk kedalam retina.
Penurunan visus tersebut bergantung pada tingkat maturitas katarak itu sendiri.
b. Pemeriksaan segmen anterior
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan segmen anterior dapat dilakukan dengan menggunakan slit lamp.
Pemeriksaan ini memberikan gambaran mengenai morfologi kekeruhan lensa tersebut,
antara lain letak, ukuran, bentuk, pola warna dan kepadatan dari nucleus. Dari
pemeriksaan ini kita dapat mengetahui tipe atau jenis katarak yang dialami pasien.
c. Pemeriksaan segmen posterior
Pemeriksaan funduskopi dilakukan jika masih memungkinkan. Pemeiksaan ini dilakukan
dengan syarat bahwa TIO pasien < 21 mmHg. Jika TIO normal dapat diberikan midriatil
untuk dilakukan pemeriksaan funduskopi. Jika suda terjadi katarak hipermatur
pemeriksaan funduskopi susah untuk dilakukan karena lensa sudah menjadi keruh, retina
tidak dapat dievaluasi.
d. Pemeriksaan tonometry
Pemeriksaan tonometry dilakukan untuk mengetahui apakah TIO nya tinggi atau tidak.
Jika TIO tinggi > 21 mmHg maka kontraindikasi untuk dilakukan pemeriksaan
funduskopi. Selain itu jika TIO tinggi kita curiga adanya kelainan lain pada bola mata,
misalnya glaukoma.

Pemeriksaan Penunjang:

a. Biometri
Pemeriksaan biometri diilakukan untuk mengukur power IOL jika pasien akan di operasi
katarak.
b. USG
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menyingkirkan apakah ada kelainan lain selain
katarak.

Refrensi:
Asbury dan Vaughan. 2010. Oftamologi Umu edisi 17. Jakarta. EGC
Ilyas, sidarta dan Yulianti, Sri. 2013. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta. Badan Penerbit FKUI
National eye institute. 2015. Cataract What You Should Know. New York

Anda mungkin juga menyukai