Meningkakan Kesiagaan dan Ketahanan Supply Chain dalam Menghadapi
Bencana Alam
Bencana merupakan faktor eksternal yang tak terduga kedatangannya yang
meliputi segala sesuatu yang bersifat dekstruktif dan berjangka waktu tertentu dalam memberikan dampak kerugian bagi perusahaan. Kerugian tersebut menyasar pada hal-hal signifikan seperti kegiatan operasional dan keuangan perusahaan. Jaringan rantai pasok bergerak sepanjang kegiatan manusia memiliki peradaban dan permukiman, tak terkecuali di negara kepulauan dengan banyak gunung aktif seperti Indonesia, Philipina dan Jepang. Bentuk-bentuk kemunduran atau hancurnya jaringan rantai pasok dapat berupa, hilangnya infrastruktur penunjang seperti tempat penyimpanan dan jalur transportasi, hilangnya data-data informasi mengenai ketersediaan barang pada gudang-gudang, atau terputusnya komunikasi antar pelaku rantai pasok. Kerugian-kerugian tersebut bila terus menerus terjadi tidak hanya berdampak pada arus barang, tetapi juga berdampak pada arus financial dan informasi. Hal-hal ini telah disepakati dan dihimbau untuk menentukan langkah- langkah yang akan dilakukan untuk meminimalkan besarnya dampak kerugian dari bencana dan meningkatkan kecepatan menjalin kembali komunikasi dan membentuk kembali jaringan rantai pasok. Secara umum kecepatan bangkit kembali dari kerusakan bergantung besar dari ketahanan fasilitas-fasilitas infrastruktur penunjang yang mampu bertahan dan kemampuan mempertahankan arus komunikasi. Langkah-langkah untuk bangkit dari bencana dan kembali secepat mungkin untuk memulihkan jaringan rantai pasok telah ditawarkan oleh FEMA’s Disaster Management Guide yang menjelaskan bagaimana mengatur model lokasi yang strategis, aman dan mudah diakses untuk dijadikan infrastruktur penunjang dalam rantai pasok untuk menghadapi bencana. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : Langkah 1 : Identifikasi sumber daya penopang hidup dan informasi darurat yang dibutuhkan di setiap lokasi yang ditempatkan di tempat aman. Seperti dokumen penting, kontak para kepala/manajer/penangunng jawab secara lengkap, peta wilayah, data lokasi cabang dan profil kantor perusahaan. Kemudian life support yang disimpan beruapa obat-obatan, air dan alat komunikasi yang energinya selalu tersimpan. Sumber daya penopang hidup diperlukan karena ketersedian akses informasi tidak berguna bila ‘si pemberi informasi’ tidak dalam keadaan hidup. Langkah 2 : Identifikasi semua fasilitas penting dalam rantai pasok, maksudnya adalah selalu mencari sebanyak mungkin informasi alternatif fasilitas yang memungkinkan untuk dipakai. Fasilitas penting ini adalah ruangan- ruangan atau gedung-gedung yang cukup aman dan kokoh untuk menyimpan aset- aset perusahaan yang frekuensi pengunaanya sering, yaitu manusia (tenaga terdidik dan terlatih) dan barang (baik itu bahan baku produk maupun peralatan penunjang operasi). Langkah 3 : Menetapkan jangkauan-jangkuan pelayanan tiap-tiap fasilitas darurat, maksudnya fasilitas-fasilitas yang dipakai sementara memiliki kapasitas maksimumnya masing-masing. Jadi apabila bencana telah terjadi dan para pelaku rantai pasok telah menemukan fasilitas-fasilitas berupa gedung atau ruangan yang di daya gunakan, diharapkan penumpukan aset-aset perusahaan tidak terjadi di suatu tempat. Hal ini malah memperlambat arus rantai pasok itu sendiri. Karena itu pembagian tugas dan wewenang serta besarnya aset yang disimpan harus disesuaikan. Langkah 4: Mengambil model pemetaan dalam pengambilan keputusan, maksudnya adalah fasilitas-fasilitas itu tidak hanya dipilih berdasarkan aman dan kokohnya saja. Tapi juga dipilih berdasarkan kemungkinan untuk saling terhubung melalui transportasi. Kunci untuk membangun kembali jaringan rantai pasok yang telah hancur dan membuatnya kembali seperti semula seperti sebelum terkena bencana adalah mempertahankan arus finansial, komunikasi dan mempertahankan aset. Karena itu apabila suatu jaringan rantai pasok perusahaan hancur karena bencana, harus segara dibentuk jaringan rantai pasok alternative baru dan memilih fasilitas- fasilitas cadangan yang aman, hal ini bertujuan untuk mempertahankan arus finansial dan mempertahankan aset-aset penting. Keempat langkah diatas akan semakin efektif bila persiapannya telah dilakukan sebelum bencana datang