Anda di halaman 1dari 11

Referensi :

James Hupp, Edward Elis III, Myron J Tucker. Contemporary of Oral Maxillofacial Surgery
5th ed. 2008.
Miloro, micahel. Peterson’s Principles of Oral and Maxiollofacial Surgery 2nd Edition. 2004

RENCANA PERAWATAN DAN TATA LAKSANA INFEKSI


Prinsip-prinsip dalam rencana perawatan infeksi odontogenik, adalah:
1. Determinasi keparahan infeksi
Tiga faktor utama yang perlu diperhatikan dalam mendeterminasi keparahan infeksi kepala dan
leher yaitu :
 Lokasi anatomis
Tingkat keparahan dapat dinilai
dengan ada/tidaknya ancaman
terhadap jalan napas dan organ vital
seperti jantung.
 Laju perkembangan
 Airway compromise

Tingkat keparahan infeksi ditentukan berdasarkan pada


 pemeriksaan lengkap : keluhan utama pasien, berapa lama infeksi sudah terjadi, gejala
yang dirasakan pasien, perawatan yang sudah dilakukan.
 pemeriksaan fisik : tanda vital pasien, meliputi temperatur, tekanan darah, denyut nadi,
dan laju napas.
 penampilan umum : kepala dan leher, pembengkakan dan eritema, trismus, disfagia
atau dyspnea
 pemeriksaan intraoral
 pemeriksaan radiografik
2. Mengevaluasi mekanisme pertahanan tubuh pasien
Mengevaluasi riwayat medis pasien ditujukan untuk
memperkirakan pertahanan tubuh pasien dalam melawan
infeksi. Penyakit metabolic yang tidak terkontrol, penyakit
immune system-supressing, terapi immunosupresif serta
penggunaan beberapa tipe obat, seperti obat-obatan yang
dikonsumsi pasien yang kemoterapi kanker dan transplantasi
organ dapat mengurangi pertahanan tubuh tersebut.
3. Menentukan apakah pasien sebaiknya ditangani oleh drg umum atau SP.BM
Beberapa infeksi odontogenik berpotensi membahayakan kehidupan dan membutuhkan
penanganan medis dan bedah. Tiga kriteria utama yang mengindikasi perujukan ke ruang
gawat darurat rumah sakit karena akan membahayakan jalur napas adalah:
 Infeksi yang berkembang secara cepat
Infeksi dimulai 1 atau 2 hari sebelum anamnesis dilakukan dan bertambah buruk secara
cepat dengan peningkatan pembengkakan, nyeri, dan tanda serta gejala yang
berhubungan. Tipe infeksi odontogenik ini menyebabkan pembengkakan pada ruang
fasial dalam dari leher yang dapat menekan jalur napas.
 Kesulitan bernapas (dyspnea)
Pasien dengan pembengkakan berat dari jaringan lunak pernapasan atas sebagai akibat
dari infeksi sehingga mengalami kesulitan dalam menjaga jalur napas agar tetap baik.
Dalam situasi ini, pasien seringkali kesulitan dalam berbicara dan bernapas. Dirujuk
ke ruang gawat darurat rumah sakit agar jalan napasnya dibuka.
 Kesulitan menelan (dysphagia)
Pasien dengan infeksi ruang fasial dalam progresif akut mengalami kesulitan dalam
menelan salivanya sendiri.
Kriteria perujukan pasien ke spesialis bedah mulut
4. Menangani infeksi dengan bedah
Prinsip utama tatalaksana dari infeksi odontogenik adalah melakukan pembedahan drainase
drainage untuk mengeluarkan pus dan debris nekrotik dan menghilangkan penyebab dari
infeksi tersebut. Ketika dilakukan insisi dan drainase, pus dan bakteri diangkat, jumlah bakteri
dan debris berkurang drastis, tekanan hidrostatik jaringan berkurang. Supply darah dan
pertahanan host meningkat. Hingga pada akhirnya penyebaran infeksi berhenti.
Sebelum melakukan insisi dan drainase abses, perlu dilakukan uji
resistensi dan kultur bakteri. Indikasi melakukan uji resistensi dan
kultur bakteri adalah:
• Infeksi telah menyebar hingga melebihi processus alveolaris
• Infeksi berprogres cepat
• Sebelumnya diberikan terapi antibiotik multipel
• Infeksinya nonresponsif (setelah lebih dari 48 jam)
• Infeksi rekuren
• Pertahanan tubuh pasien buruk
Tahapan melakukan uji resistensi dan kultur bakteri adalah:
1) Anestesi area yang akan dibedah
2) Desinfeksi permukaan dengan larutan desinfektan (misalnya,vpovidone iodine) dan
keringkan dengan kasa steril
3) Siapkan syringe 3 mL dan jarum gauge besar, biasanya 18 gauge, untuk memperoleh
spesimen.
4) Masukkan jarum ke dalam abses atau cellulitis, dan aspirasi pus sebanyak 1-2 mL.
Spesimen yang diperoleh dapat berupa pus yang disertai darah dan cairan jaringan.
5) Spesimen kemudian diinokulasikan langsung ke culturettes aerob dan anaerob, berupa
tube steril yang mengandung swab dan medium transport bakteri.
6) Kirim spesimen ke laboratorium dan minta laporan hasil uji berupa pewarnaan Gram,
kultur aerob dan anaerob, serta uji sensitivitas antibiotik.
Prosedur insisi dan drainase:
1) Insisi abses sepanjang tidak lebih dari 1 cm,
menembus mukosa dan submukosa.
2) Hemostat dimasukkan dan dibuka ke beberapa
arah untuk menghancurkan kavitas pus atau
lokulasi kecil yang belum terbuka oleh insisi
awal
3) Drain kecil dimasukkan untuk mempertahankan
pembukaan. Biasanya dengan . inch sterile
Penrose drain. Atau menggunakan bahan sarung
tangan/rubber dan dimasukkan dengan hemostat.
4) Drain dijahit ke satu tepi insisi dengan benang yang nonresorbable. Tempatkan di
jaringan yang cukup kuat agar tidak lepas jahitannya.
5) Drain dipertahankan hingga drainase selesai (2-5 hari). Benang jahit dipotong dan drain
ditarik.
5. Menunjang pasien secara medis
Melakukan kontrol terhadap penyakit sistemik, kondisi pertahanan tubuh, penyakit
kardiovaskuler, dan medikasi yang sedang dijalani pasien. Dibutuhkan perawatan medis
sebelum, saat, dan sesudah perawatan sesuai dengan keadaan sistemik pasien, karena kondisi
kesehatan pasien yang buruk dapat memengaruhi respon tubuh pasien terhadap perawatan
infeksi yang telah diberikan.
6. Pilih dan resepkan antibiotik yang sesuai
Memilih antibiotik yang sesuai untuk menanggulangi infeksi odontogenik harus dilakukan
secara hati-hati. Untuk memberikan antibiotik, terdapat tiga hal yang harus dipertimbangkan,
yaitu:
 Tingkat keparahan infeksi ketika pasien datang ke dokter gigi. Jika infeksi tersebut
menyebabkan pembengkakan, berkembang secara cepat, atau merupakan diffuse
cellulitis, hal tersebut menunjang kebutuhan akan antibiotik dalam tambahan terapi
pembedahan.
 Apakah perawatan bedah yang adekuat dapat dicapai. Jika pembedahan yang adekuat
tidak dapat dilakukan, antibiotik dapat diberikan untuk menghambat perkembangan
infeksi.
 Kondisi pertahanan tubuh pasien. Jika pertahanan tubuh baik dan hanya mengalami
infeksi minor, maka tidak perlu diberikan antibiotik. Jika pertahnan tubuh menurun,
maka antibiotik perlu diberikan meskipun hanya terjadi infeksi minor.
Berikut adalah indikasi penggunaan antibiotik terapeutik:
• Pembengkakan meluas melebihi processus alveolaris
• Cellulitis
• Trismus
• Limfadenopati
• Suhu tubuh melebihi 38,3􀁱C
• Perikoronitis parah
• Osteomyelitis
Hal yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan antibiotik adalah:
• Mengelola kebutuhan antibiotik
• Terapi empiris rutin
• Menggunakan antibiotik spektrum sempit
• Menggunakan antibiotik dengan insidensi keracunan dan efek samping terendah
• Menggunakan antibiotik bakterisidal jika memungkinkan
• Memperhatikan biaya antibiotik
Antibiotik oral yang efektif untuk infeksi odontogenik adalah: penicillin, amoxicillin,
clindamycin, azithromycin, metronidazole, dan moxifloxacin. Pilihan obat antibiotik biasanya
adalah penicillin. Obat alternatif bagi pasien yang alergi terhadap penisilin adalah clindamycin
dan azithromycin. Metronidazole hanya berguna untuk melawan bakteri anaerob, sehingga
hanya digunakan pada infeksi pada yang melibatkan bakteri anaerob. American Dental
Association (ADA) dalam The ADA’s Council on Scientific Affairs merekomendasikan dokter
gigi untuk menggunakan antibiotik spektrum sempit untuk infeksi yang sederhana. Antibiotik
spektrum luas dapat digunakan pada infeksi yang kompleks. Infeksi sederhana dapat
didefinisikan sebagai infeksi yang hanya melibatkan processus alveolaris atau vestibulum oral,
dan memiliki respon imun yang normal. Sedangkan infeksi kompleks dapat didefinisikan
sebagai infeksi yang telah menyebar melebihi processus alveolaris dan vestiblum oral, dengan
kegagalan perawatan sebelumnya, atau pada pasien immuno-compromised.
7. Berikan antibiotik secara benar
Ketika sudah diputuskan untuk memberikan antibiotik kepada pasien, antibiotik tersebut harus
diresepkan dengan dosis dan interval pemakaian yang benar. Dokter gigi harus memastikan
pasien meminum antibiotik sesuai dosis dan hingga habis.
8. Evaluasi pasien secara periodik
Biasanya pasien diminta untuk kembali datang ke dokter gigi 2 hari setelah dilakukan
pembedahan dan terapi antibiotik untuk dilakukan pemantauan terhadap respons perawatan
dan komplikasi. Jika terapi berhasil, pembengkakan dan rasa sakit akan berkurang secara
drastis. Periksa juga lokasi insisi dan drainase untuk menentukan apakah drain sudah dapat
dilepas. Parameter lain seperti suhu tubuh, trismus, pembengkakan, dan subjektifitas pasien
terhadap kondisinya sekarang perlu dievaluasi.
FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN DALAM PERAWATAN
KEDOKTERAN GIGI
1. Pasien dengan Hipertensi
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dan menjadi pertimbangan dalam pelakasanaan
perawatan dental terkait penyakit hipertensi yang pasien derita, yaitu:
 Meningkatnya tekanan darah secara tiba-tiba karena stress & kecemasan atau dari zat
vasokonstriktor pada anestesi lokal/retraction cord.
 Adanya interaksi obat antihipertensi beserta efek sampingnya juga harus diperhatikan.
 Mengevaluasi dan menentukan jika adanya hipertensi.
 Melakukan penilaian riwayat medis sebelum perawatan dimulai (diagnosis hipertensi,
bagaimana perawatannya, obat antihipertensi yang dikonsumsi, ada/tidaknya gejala
hipertensi, dan stabilitas penyakitnya)
 Identifikasi lain berupa perawatan lain yang dilakukan akibat terjadinya komplikasi
hipertensi (co: gagal jantung, miokardial infark (MI), DM). Bisa juga diidentifikasi
dengan melakukan pemeriksaan tekanan darah pasien. Jika hasilnya tinggi segera rujuk
ke PD.
Evaluasi pasien
 Melakukan rujukan pasien kepada dokter sp.pd jika tekanan darah tidak terkontrol
dengan baik atau jika kondisi tidak ditangani.

 Pasien dengan diagnosis prehipertensi  dokter gigi harus memberi tahu bahwa pasien
harus mengubah gaya hidupnya agar mengurangi risiko penyakit berkembang. Jika
modifikasi gaya hidup tidak cukup untuk mendapatkan tekanan darah yang diinginkan,
maka terapi menggunakan obat dapat dilakukan.

 Pasien dengan hipertensi tahap 1 dan 2  dilakukan perawatan untuk mengurangi


tekanan darah hingga mencapai dibawah 140/90 mmHg dan dibawah 130/80 mmHg
jika disertai diabetes atau penyakit ginjal.

 Pasien dengan hipertensi yang parah dan tidak terkontrol  pasien memerlukan
perawatan sesegera mungkin, opname di rumah sakit, dan perlu dilakukan penurunan
tekanan darah sesegera mungkin dan perlu untuk dirawat di Intensive Care Unit.

 Pasien dengan hipertensi yang parah tetapi dengan tanda dan gejala klinis yang tidak
membahayakan  memerlukan perawatan segera, tetapi level hipertensi ini tidak
termasuk dalam kegawatdaruratan. Memerlukan perawatan berkala untuk mengurangi
tekanan darahnya dan perawatannya mencakup administrasi dari agen antihipertensi
yang diberikan secara oral dan memiliki efek singkat kemudian dilakukan penyesuaian
resimen pengobatan.
 Antibiotik
Hindari penggunaan erythromycin dan clarithromycin (tidak azithromycin) dengan
calcium channel blockers, karena kombinasi tersebut dapat meningkatkan efek
hipotensi.
 Analgesik
Hindari penggunaan jangka panjang NSAID (2 minggu), karena agen tersebut dapat
mengganggu efektivitas dari beberapa medikasi antihipertensi seperti α1 adrenergic
blockers dan direct vasodilator.
 Anestesi
o Dosis rendah anestesi lokal dengan perbandingan 1:100,000 atau 1:200,000
epinephrine (e.g., 1 atau 2 carpules) pada pasien dengan tekanan darah < 180/110
mmHg. Kuantitas yang lebih besar mungkin dapat ditoleransi dengan baik, namun
dengan peningkatan risiko. Levonordefrin sebaiknya dihindari.
o Pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol (tekanan darah > 180/110 mmHg),
penggunaan epinephrine mungkin dapat ditoleransi tetapi sebaiknya didiskusikan
terlebih dahulu dengan dokter.
 Kecemasan
Pasien dengan hipertensi yang merasa cemas atau takut merupakan indikasi untuk
preoperatif oral (triazolam) dan/atau intraoperatif inhalasi sedasi (nitrous oxide dan
oksigen). Terapkan protokol manajemen stress.
 Tekanan darah
Pasien dengan tekanan darah < 180/110 mmHg dapat menerima beberapa kebutuhan
perawatan dental. Untuk pasien dengan tekanan > 180/110 mmHg, perawatan dental
sebaiknya ditunda sampai tekanan darah terkontrol. Jika mendesak atau keadaan
darurat yang mengharuskan perawatan dental, hal ini harus dilakukan dalam batasan
dan cara konservatif yang memungkinkan.
 Posisi kursi
Hindari perubahan posisi yang terlalu cepat karena beberapa obat antihipertensi
menyebabkan ortostatik hipotensi.
 Obat
Beberapa obat antihipertensi dilaporkan memiliki manifestasi oral. Nonselective β-
adrenergic blockers berpotensi mempengaruhi epinephrine, tetapi interaksi tersebut
bergantung pada dosis dan tidak terjadi pada dosis lazim.
 Alat
Untuk pasien dengan hipertensi tingkat II (tekanan darah > 160/100 mmHg), pengawasan
periodik terhadap tekanan darah selama perawatan sebaiknya dilakukan.

2. Pasien dengan Penyakit Kardiovaskuler


a. Penyakit Jantung Iskemik (Jantung Koroner/Aterosklerosis)
 Etiologi: aterosklerosis (penebalan lapisan dalam dinding arteri akibat akumulasi
lemak & kolestrol) penyempitan lumen pembuluh darah penurunan asupan oksigen
terutama jantung terjadi nyeri dada (angina).
 Gejala: sakit di daerah dada (disebut juga sbg angina pectoris, terjadi dalam waktu yg
singkat. Angina yg dpt diprediksi dengan gejala yg tetap setelah melakukan aktivitas
tertentu disebut stable angina, kalau gejalanya berubah-ubah & terjadinya dalam waktu
istirahat disebut unstable angina. Apabila nyeri dada ini berkelanjutan, disebut
myocardial infarction/MI).
 Medikasi: antiplatelet, anti-thrombin, dan obat penurun kolestrol
 Manifestasi oral: akibat konsumsi antikoagulan/antiplatelet
o Xerostomia
o Perdarahan yg bermanifestasi sebagai hematioma, petekie, dan perdarahan gusi
o Prolonged post operative bleeding setelah dilakukan tindakan perawatan gigi
operatif
b. Gagal jantung kongestif
 Definisi: keadaan yg tjd saat jantung gagal memompakan darah dlm jumlah yg
memadai utk mencukupi kebutuhan metabolisme/jantung hanya dapat bekerja
dengan baik jika tekanan pengisian (ventricular filling) dinaikkan (tjdnya
ketidakseimbangan fungsi sistolik & diastolic). Gagal jantung jg merupakan end
stage dari setiap penyakit jantung, co: jantung koroner, MI
 Etiologi: hipertensi, jantung koroner (CAD), VHD (Valvular Heart Disease)
 Klasifikasi (menurut New York Heart Association):
o Kelas I : aktivitas tidak dibatasi, kegiatan fisik normal tidak menyebabkan lelah,
dyspnea atau palpitasi
o Kelas II : sedikit limitasi aktivitas, aktivitas sehari-hari menimbulkan lelah,
dyspnea & palpitasi
o Kelas III : limitasi aktivitas, nyaman saat istirahat, sedikit aktivitas dpt memicu
lelah & dyspnea
o Kelas IV : tidak dpt beraktivitas & tidak nyaman saat beristirahat
 Manifestasi oral:
o Reaksi lichenoid, burning mouth sensation, dan gangguan pengecapan akibat
konsumsi ACE inhibitor (mis. captopril & enalapril)
o Xerostomia akibat konsumsi obat diuretik
o Premedikasi oral, ex: 5-10 mg diazepam (Valium) atau 1,5-3 mg bromazepam
(Lexotanil), 1 jam sebelum prosedur bedah kemungkinan dapat membantu
c. Penyakit jantung bawaan
 Definisi: kelainan formasi dari jantung atau pembuluh besar dekat jantung,
umumnya terjadi pada anak-anak.
 Penyebabnya tidak diketahui, namun beberapa pasien dgn PJB memiliki penyebab
genetic (co: Down syndrome)
 Manifestasi klinis: defek atrial/ventrikel septal, pulmonary/aortic stenosis,
transposition, abnormalitas katup jantung
 Hal yang perlu diperhatikan:
o Konsultasi dengan dokter penyakit dalam
o Pramedikasi 1 jam sebelum prosedur bedah
o Jika direkomendasikan oleh kardiologis: pemberian antibiotik profilaksis
o Penggunaan vasokonstriktor dengan konsentrasi seminimal mungkin
o Kunjungan singkat, meminimalisir rasa sakit
d. Arrhythmia jantung
 Definisi: gangguan detak/irama jantung.
o Brakikardia ( <60 detak/menit)
o Takikardia (> 100 detak/menit)
o Irregular  dapat menyebabkan henti jantung
 Manifestasi oral: Hyperplasia gingival, xerostomia
 Hal yang perlu diperhatikan:
o Konsultasi dengan dokter penyakit dalam
o Pada kasus yang berat hindari pemakaian anestesi lokal yang mengandung
vasokonstriktor atau menunda prosedur dental
o Gunakan pramedikasi sebelum prosedur bedah jika diperlukan
e. Infeksi Endokarditis
 Definisi: infeksi yang terjadi pada katup jantung/di lapisan endokardium. Bakteri
memasuki memasuki aliran darah & berkoloni pd defek jantung
 Etiologi: cardiac valve disease, penyakit jantung rheumatic kronis, penyakit jantung
bawaan, dan keterlibatan Streptocossus viridians
 Tanda & gejala:
o Demam (selalu ada), penurunan nafsu makan & BB, kemerahan kulit, sakit
kepala, arthralgia, sulit nafas
o Perubahan di kulit, jari, atau mata & suarajantung yg abnormal

Anda mungkin juga menyukai