Anda di halaman 1dari 13

Manajemen Kelas

Oleh Yusran kapludin

A. Pengertian Manajemen Kelas

Manajemen kelas tidak hanya pengaturan belajar, fasilitas fisik dan rutinitas, tetapi menyiapkan
kondisi kelas dan lingkungan sekolah agar tercipta kenyamanan dan suasana belajar yang
efektif. Oleh karena itu, sekolah dan kelas perlu dikelola secara baik, dan menciptakan iklim
belajar yang menunjang.

Guru harus memahami beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar anak, supaya tercipta
proses belajar yang baik. Faktor yang perlu diperhatikan antara lain:

Kondisi fisik, Sosioemosional,Organisasional.

Semua faktor ini harus difahami oleh guru agar tujuan KBM dapat tercapai dengan sebaik-
baiknya, atau setiap kegiatan belajar mengajar, baik yang sifatnya instruksional maupun tujuan
pengiring akan dapat dicapai secara optimal. Lingkungan fisik yang memenuhi syarat,
mendukung meningkatnya intensitas proses KBM siswa. Di samping itu juga mempunyai
pengaruh terhadap pencapaian tujuan pengajaran.. Dalam pola susunan berkelompok siswa dapat
berkomunikasi dengan mudah satu sama lain dan bisa pindah dari kelompok yang satu dengan
kelompok lainnya. Secara lebih terperinci maka kegiatan pembelajaran dapat diidentifikasi
sebagai berikut :

1. Pengaturan Ruangan/ Kelas

2. Pengorganisasian Anak Didik

a. Kegiatan klasikal

b. Kegiatan kelompok

c. Kegiatan individual

3. Pengaturan media/ Sumber Belajar

Konsep Dan Kegiatan Manajemen Kelas

Terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen yaitu:

a) manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal
manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada
keterampilan dan kemampuan manajerial yang diklasifikasikan menjadi
kemampuan/keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual.
b)manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu
sebagai aktivitas manajemen.

c) manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan
atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.

Menurut Sudjana (2000:77) manajemen merupakan rangkaian berbagai kegiatan wajar yang
dilakukan seseorang berdasarkan norma-norma yang telah ditetapkan dan dalam pelaksanaannya
memiliki hubungan dan saling keterkaitan dengan lainnya. Hal tersebut dilaksanakan oleh orang
atau beberapa orang yang ada dalam organisasi dan diberi tugas untuk melaksanakan kegiatan
tersebut.

Manajemen atau pengelolaan diartikan proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk
mencapai sasaran. Sedangkan kelas diartikan secara umum sebagai sekelompok siswa yang ada
pada waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Manajemen kelas adalah segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar
mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan
baik sesuai dengan kemampuan. Atau dapat dikatakan bahwa manajemen kelas merupakan usaha
sadar untuk mengatur kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis. Usaha sadar itu
mengarah pada penyiapan bahan belajar, penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang
belajar, mewujudkan situasi/kondisi proses belajar mengajar dan pengaturan waktu sehingga
pembelajaran berjalan dengan baik dan tujuan kurikuler dapat tercapai (Dirjen PUOD dan Dirjen
Dikdasmen, 1996). Menurut Dirjen Dikdasmen yang menjadi tujuan manajemen kelas adalah :

1. Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin.

2. Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi


pembelajaran.

3. Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa
dalam kelas.

4. Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individunya.

Konsep dasar yang perlu dicermati dalam manajemen kelas adalah penempatan individu,
kelompok, sekolah dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Tugas guru seperti
mengontrol, mengatur atau mendisiplinkan peserta didik adalah tindakan yang kurang tepat lagi
untuk saat ini. Sekarang aktivitas guru yang terpenting adalah memanej, mengorganisir dan
mengkoordinasikan segala aktivitas peserta didik menuju tujuan pembelajaran. Mengelola kelas
merupakan keterampilan yang harus dimiliki guru dalam memutuskan, memahami,
mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas terhadap aspek-aspek
manajemen kelas.

Adapun aspek- aspek yang perlu diperhatikan dalam manjemen kelas adalah sifat kelas,
pendorong kekuatan kelas, situasi kelas, tindakan selektif dan kreatif. Manajemen Kelas adalah
rentetan kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif,
yaitu meliputi :

Tujuan pengajaran,

Pengaturan waktu,

Pengaturan ruangan dan peralatan,

Pengelompokan siswa dalam belajar. (Alam S : 1B)

Kegiatan Manajemen Kelas

Kegiatan manajemen kelas (pengelolaan kelas) meliputi dua kegiatan yang secara garis besar
terdiri dari;

1. Pengaturan orang (siswa) Pengaturan orang atau siswa adalah bagaimana mengatur dan
menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual dan perkembangan
emosionalnya. Siswa diberikan kesempatan untuk memperoleh posisi dalam belajar yang
sesuai dengan minat dan keinginannya.
2. Pengaturan fasilitas Pengaturan fasilitas adalah kegiatan yang harus dilakukan siswa,
sehingga seluruh siswa dapat terfasilitasi dalam aktivitasnya di dalam kelas. Pengaturan
fisik kelas diarahkan untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa sehingga siswa merasa
senang, nyaman, aman, dan belajar dengan baik. Untuk lebih jelasnya, pengaturan siswa
dan fasilitas kelas dapat dilihat dalam bagan seperti di bawah ini:

kegiatan dalam pengelolaan kelas

Kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan dalam manajemen kelas sebagai aspek-aspek


manajemen kelas yang tertuang dalam petunjuk pengelolaan kelas adalah : 1. Mengecek
kehadiran siswa. Siswa di lihat keberadaannya satu persatu terutama diarahkan untuk melihat
kesiapannya dalam mengikuti proses belajar mengajar. 2. Mengumpulkan hasil pekerjaan siswa,
memeriksa dan menilai hasil pekerjaan tersebut. 3. Pendistribusian bahan dan alat. 4.
Mengumpulkan informasi dari siswa. 5. Mencatat data. 6. Pemeliharaan arsip. 7. Menyampaikan
materi pelajaran. 8. Memberikan tugas/PR.

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan para guru, dalam pertemuan dengan siswa di kelas
menurut Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996:13) adalah:

1. Ketika bertemu dengan siswa, guru harus:


 Bersikap tenang dan percaya diri

 Tidak menunjukkan rasa cemas, muka masam atau sikap tidak simpatik.

 Memberikan salam lalu memperkenalkan diri.

 Memberikan format isian tentang data pribadi siswa atau guru menyuruh siswa menulis
riwayat hidupnya secara singkat.

2. Guru memberikan tugas kepada siswa dengan tertib dan lancar.

3. Mengatur tempat duduk siswa dengan tertib dan teratur.

4. Menentukan tata cara berbicara dan tanya jawab.

5. Bertindak disiplin baik terhadap siswa maupun terhadap diri sendiri.

Tujuan Manajemen Kelas

Manajemen kelas pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Adapun kegiatan pengelolaan fisik dan pengelolaan sosio-
emosional merupakan bagian dalam pencapaian tujuan pembelajaran dan belajar siswa. Tujuan
pengelolaan kelas menurut A.C. Wragg : 25 – Anak-anak memberikan respon yang setimpal
terhadap perlakuan yang sopan dan penuh perhatian dari orang dewasa. – Mereka akan bekerja
dengan rajin dan penuh konsentrasi dalam melakukan tugas-tugas yang sesuai dengan
kemampuannya. Indikator Keberhasilan dalam pengelolaan kelas adalah.;

– Terciptanya suasana/kondisi belajar mengajar yang kondusif (tertib, lancar, berdisiplin dan
bergairah)

– Terjadinya hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan antara siswa
dengan siswa (Alam S : 2003) Tujuan manajemen kelas : (Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen :
1996)

– Mewujudkan situasi dan kondisi kelas, baik sebagai lingkungan belajar maupun sebagai
kelompok belajar, yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan kemampuan
semaksimal mungkin

– Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya interaksi


pembelajaran

– Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan social, emosional dan intelektual siswa
dalam kelas.
– Membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar belakang social, ekonomi, budaya serta
sifat-sifat individualnya.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Kelas

Berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan


pembelajaran yang akan dicapai, banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor
tersebut melakat pada kondisi fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non
fisik (sosio-emosional) yang melekat pada guru. Untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang
baik, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain:

1. Kondisi fisik

Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran.
Lingkungan fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung
meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh positif terhadap
pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:

a. Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar

Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-
desakan dan saling menganggu antara siswa yang satu dengan lainnya pada saat melakukan
aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang
melakukan kegiatan. Jika ruangan itu tersebut mempergunakan hiasan, pakailah hiasan-hiasan
yang mempunyai nilai pendidikan.

b. Pengaturan tempat duduk.

Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan terjadinya tatap muka,
dengan demikian guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan
mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.

c. Ventilasi dan pengaturan cahaya

Suhu, ventilasi dan penerangan (kendati pun guru sulit mengatur karena sudah ada) adalah aset
penting untuk terciptamya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi harus cukup
menjamin kesehatan siswa.

d. Pengaturan penyimpanan barang-barang

Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang mudah dicapai kalau segera
diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan belajar. Barang-barang yang karena nilai
praktisnya tinggi dan dapat disimpan di ruang kelas seperti buku pelajaran, pedoman kurikulum,
kartu pribadi dan sebagainya, hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
mengganggu gerak kegiatan siswa.Tentu saja masalah pemeliharaan juga sangat penting dan
secara periodik harus dicek dan recek.
Kondisi lingkungan fisik tempat belajar memberikan pengaruh terhadap hasil bejar anak. Guru
harus dapat menciptakan lingkungan yang membantu perkembangan pendidikan peserta
didik. Ruang tempat berlangsungnya pembelajaran ; Ruang Kelas, Ruang Laboratorium, Ruang
Serbaguna/Aula. Pengaturan tempat duduk ; Pola berderet atau berbaris-belajar, Pola susun
berkelompok, Pola formasi tapal kuda, Pola lingkaran atau persegi. Ventilasi dan pengaturan
cahaya. Pengaturan penyimpanan barang-barang.

2. Kondisi Sosio-Emosional

Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi
sosio-emosional tersebut meliputi :

a. Tipe kepemimpinan

Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana emosional di dalam
kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya secara demokratis, laisez faire atau
demokratis. Kesemuanya itu memberikan dampak kepada peserta didik.

b. Sikap guru

Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah hendaknya tetap sabar,
dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki.
Kalaupun guru terpaksa membenci, bencilah tingkah lakunya bukan membenci siswanya.
Terimalah siswa dengan hangat sehingga ia insyaf akan kesalahannya. Berlakulah adil dalam
bertindak. Ciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya sehingga ada
dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.

c. Suara guru

Suara guru, walaupun bukan faktor yang besar, turut mempengaruhi dalam proses belajar
mengajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi atau malah terlalu rendah
sehingga tidak terdengar oleh siswa akan mengakibatkan suasana gaduh, bisa jadi membosankan
sehingga pelajaran cenderung tidak diperhatikan. Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup
jelas dengan volume suara yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong
siswa untuk memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak
membosankan siswa.

d. Pembinaan hubungan baik (raport)

Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam masalah pengelolaan kelas
adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa
senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan
belajar yang sedang dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar
mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan pengajaran.

Tipe kepemimpinan guru, artinya adalah fungsi yang melakat pada guru ketika berada dalam
kelas. Gaya apa yang muncul ketika guru melaksanakan peran sebagai pemimpin dalam
pembelajaran di kelas. Apakah gaya otoriter segala sesuatunya diatur dan diarahkan oleh sendiri
dan siswa tidak diberikan kesempatan untuk terlibat didalamnya, atau gaya demokrasi dimana
terjadi proses timbal balik antara guru dan murid sesuai dengan peranannya masing-
masing. Sikap guru, sikap yang diperlihatkan oleh guru di depan kelas atau di luar kelas yang
akan mempengaruhi mod anak, apakah anak merasa tertarik dengan sikap guru atau malah tidak
tertarik. Sikap yang baik sebagai seorang guru, bapak/ibu, kakak, orang dewasa yang
memberikan bimbingan tentunya adalah hal yang paling baik diperlihatkan. Pembinaan
hubungan baik, hubungan antara guru dengan murid harus dibangun berdasarkan fungsi masing-
masing dalam konteks belajar mengajar dikelas, akan tetapi apabila memungkinkan dapat juga
dibangun sifat-sifat kekeluargaan dan keakraban yang menyebabkan siswa merasa nyaman dan
aman berhubungan seperti dengan ibu dan bapaknya dirumah.

3. Kondisi Organisasional

Kegiatan rutin yang secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas maupun tingkat sekolah
akan dapat mencegah masalah pengelolaan kelas. Dengan kegiatan rutin yang telah diatur secara
jelas dan telah dikomunikasikan kepada semua siswa secara terbuka sehingga jelas pula bagi
mereka, akan menyebabkan tertanamnya pada diri setiap siswa kebiasaan yang baik. Di samping
itu mereka akan terbiasa bertingkah laku secara teratur dan penuh disiplin pada semua kegiatan
yang bersifat rutin itu. Kegiatan rutinitas tersebut anatar lain: 1. Pergantian pelajaran 2. Guru
berhalangan hadir 3. Masalah antar siswa 4. Upacara bendera 5. Kegiatan lain.

Kondisi Organisasional Kegiatan rutin secara organisasional dilakukan baik tingkat kelas
maupun tingkat sekolah akan mencegah timbulnya masalah dalam pengelolaan kelas. Pergantian
pelajaran, ketika terjadi penggantian dalam pelajaran harus disikapi oleh guru karena dalam
proses ini ada jeda (kekosongan) yang memungkinkan terjadinya interaksi yang tidak diharapkan
dari siswa dengan siswa lainnya. Perlu disikapi dengan arif bahwa ketika mengahiri pelajaran
guru tidak terlalu cepat karena guru selanjutnya apakah sudah tiba dan apabila belum maka masa
jeda itu terlalu lama.

Guru berhalangan hadir, guru yang berhalangan hadir akan menyebabkan terjadinya kekosongan
dalam proses belajar mengajar. Untuk menghindari terjadinya keributan atau perilaku-perilaku
yang tidak diharapkan dari siswa seperti berlarian kesanaha kemari menggangu kelas lain, dan
menimbulkan kerusakan pada fasilitas kelas, maka guru piket harus paham apa yang terjadi dan
mempersiapkan diri untuk menutup ketidakhadiran tersebut. Masalah antar siswa, masalah antar
siswa biasanya terjadi karena kondisi emosional yang tidak terkendali dan tidak terorganisasikan
oleh guru. Guru harus memahami karakteristik dan potensi guru sehingga dapat dipahami
keseluruhan perilaku masing-masing dan menekan munculnya konflik diantaranya.

Kondisi Administrasi Teknik Kondisi administrasi teknik akan turut mempengaruhi manajemen
pembelajaran di dalam kelas.seperti Daftar presensi, kerapihan, kebersihan dan
keteraturan daftar presensi akan memberikan dukungan terhadap proses pembelajaran yang
dilakukan. Keterdukungan dari sisi keteraturan dalam presensi akan memberikan efek psikologis
terhadap siswa karena terjadi keadilan dalam perlakuan.

Ruang bimbingan siswa, ruang bimbingan siswa diarahkan untuk memberikan bantuan pada
siswa yang secara emosional memiliki masalah. Hal terpenting dari ruang bimbingan adalah
bagaimana ruang tersebut tidak menimbulkan ketakutan ketika harus berhubungan dengan guru
disana.

Tempat baca, tempat baca merupakan bagian dari fasilitas yang memberikan kesempatan bagi
siswa untuk berinteraksi dengan kawan- kawannya, dengan fasilitas dan guru. Tempat sampah,
tempat sampah yang bersih ditempatkan di tempat yang tepat dan tidak menggangu kegiatan
belajar maupun bermain siswa, akan memberikan dukungan terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran di kelas. Bau sampah, berserakan dimana-mana, siswa tidak mengetahui tempat
penyimpanan sampah atau karena tidak ada tempat sampah akan berakibat buruk pada kondisi
sosio-emosional dan fisik siswa.

Catatan pribadi siswa, catatan pribadi adalah alat berinteraksi guru dengan siswanya. Perlakuan-
perlakuan khusus yang dibutuhkan untuk masing-masing siswa dapat dilihat dari catatan-catatan
tentang siswa.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

a. Faktor intern; Faktor intern yang dimaksudkan adalah kondisi internal dari siswa itu sendiri
seperti kondisi jasmaniah siswa, apakah secara fisik siswa dapat mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Kondisi Psikologis, apakah siswa tidak sedang mengalami atau merasakan adanya
masalah, sehingga mengganggu konsetrasinya. Kondisi kelelahan, baik secara fisik maupun
mental siswa mengalami kelelahan. Lebih jelasnya kondisi-kondisi tersebut dapat dilihat di
bawah ini;

Jasmaniah; Faktor-faktor kesehatan atau kelainan fungsi pada tubuh jasmaniah siswa akan
memberikan pengaruh terhadap kegiatan belajar yang diikutinya.

Psikologis ; Intelegensi, perhatian, minat bakat, motif, kematangan, kesiapan

Kelelahan ; Kelelahan baik jasmaniah maupun rohanian akan memberikan pengaruh buruk
terhadap proses dan hasil belajar anak.

b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah unsur lingkungan luar diri dari siswa itu
sendiri. Kondisi-kondisi dalam keluarganya di rumah, keadaan sekolah, dan kondisi masyarakat
sekitar rumah dan sekolah akan memberikan pengaruh terhadap konsentrasi dan kesiapan siswa
untuk emgnikuti kegiatan belajar mengajar.

Keberhasilan hidup manusia ternyata tidak hanya ditentukan oleh kecakapan


intelektualitasnya saja tetapi lebih dikuatkan oleh kecerdasan emosinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa keberhasilan hidup hanya 20% ditunjang oleh IQ selebihnya
adalah unsur pendukung lain. Unsur pendukung yang terbesar adalah EQ atau kecerdasan
emosi. Peran IQ dalam mengantarkan sukses seseorang hanya menempati urutan kedua sesudah
kecerdasan emosi. Dan, SQ serta PQ juga ikut menjadi faktor yang mendukung keberhasilan
seseorang dalam berbagai bidang kehidupan. Emosi di sini lebih dipandang sebagai sumber
energi dan semangat manusia yang paling kuat yang dapat memberikan sumber kebijakan
intuitif. Emosi memberi informasi penting dan berpotensi menguntungkan. Bagi sebuah pribadi,
kecerdasan emosi mampu menyalakan kreativitas, membuat jujur dengan diri sendiri,
memberikan panduan nurani bagi hidup dan karir, menuntun ke kemungkinan yang tidak
terduga. Kecerdasan emosi juga menuntut seseorang untuk belajar mengakui dan menghargai
orang lain. Kecerdasan emosi bekerja secara sinergis dengan keterampilan kognitif. Orang yang
berprestasi tinggi memiliki keduanya. Makin kompleks pekerjaan makin penting kecerdasan
emosi. Kekurangan kecerdasan emosi dapat menyebabkan orang terganggu dalam menggunakan
keahlian teknis atau keenceran otak yang mungkin dimilikinya. Terdapat lima unsur kecerdasan
emosi.

Pertama, kesadaran diri. Kesadaran diri mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan
menggunakannya untuk memandu proses pengambilan keputusan, memiliki tolok ukur yang
realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri.

Kedua, pengaturan diri. Pengaturan diri berfungsi menangani


emosi sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas, peka terhadap kata
hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya sasaran, dan mampu
segera memulihkan diri dari tekanan emosi.

Ketiga, motivasi. Motivasi berfungsi menggunakan hasrat yang paling dalam untuk
menggerakkan dan menuntun menuju sasaran, membantu mengambil inisiatif dan bertindak
sangat efektif, serta berguna untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi.

Keempat, Empati. Empati berfungsi merasakan yang dirasakan orang lain, memahami
perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya, dan menyelaraskan diri
dengan bermacam-macam orang.

Kelima, keterampilan sosial. Keterampilan sosial berfungsi menangani emosi dengan baik
ketika berhubungan dengan orang lain, membaca situasi dan jaringan sosial dengan cermat,
melancarkan interaksi, dan menggunakannya untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah,
bernegosiasi, serta bekerja sama. Kecerdasan emosi, dengan melihat pandangan di atas, jelas
tidak dapat dipungkiri lagi keluarbiasaannya. Dan tentunya hal tersebut akan
memunculkan energi serta sinergi baru apabila diterapkan dalam budaya pembelajaran
yang meaningful. Kebaruan konsep pembelajaran meaningful didasarkan atas kondisi masa
datang yang membutuhkan kompetensi tersendiri. Kompetensi yang harus ada pada
setiap orang paling tidak terdiri atas akhlak yang baik, yang diwujudkan dalam
kejujuran, disiplin, dan amanah; kemampuan analisis yang terdiri atas menggali informasi,
mengolah informasi, dan mengambil keputusan; serta keterampilan sosial, yang
terdiri atas percaya diri, kemampuan berkomunikasi, dan bekerja sama.
Berbagai kompetensi tersebut dapat terwujud apabila model pembelajaran yang terjadi
memperhatikan beberapa hal berikut.

Pertama, keyakinan bahwa pembelajar memiliki potensi dan berbeda-beda.

Kedua, pembelajar lebih memerlukan situasi belajar dan komunitas belajar.

Ketiga, fungsi belajar yang diberikan pada kehidupan secara utuh.

G. Interaksi Guru dan Murid dalam Kegiatan Belajar-Mengajar di Kelas

Interaksi mengandung pengertian hubungan komunikasi timbal balik antara komunikan dan
komunikator atau penutur dengan mitra tutur. Hubungan antara penutur dan mitra tutur biasanya
disebabkan oleh adanya interaksi sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message).
Selanjutnya, untuk menyampaikan pesan diperlukan adanya media. Oleh karena itu, unsur yang
terlibat dalam komunikasi adalah: penutur, mitra tutur, pesan dan media.

Dalam bidang pendidikan dikenal istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif ini berlangsung
dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Dalam arti yang lebih spesifik,
dikenal istilah interaksi belajar-mengajar. Maka, apa yang disebut interaksi edukatif, secara
khusus adalah interaksi belajar-mengajar, yakni komunikasi timbal balik antara guru dan siswa
untuk mencapai tujuan belajar-mengajar (Sardiman, 2001:7). Dalam kegiatan belajar-mengajar
di kelas secara sederhana dapat diasumsikan bahwa unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi
interaktif itu adalah guru (penutur/ komunikator), siswa (mitra tutur/komunikan), pesan
(bahan/materi pelajaran), dan media adalah bahasa.

Interaksi guru dan murid dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas mempunyai ciri khusus yang
berbeda dengan interaksi sosial lainnya. Ciri- ciri khusus itu diantaranya; (1) memiliki tujuan
yang jelas, yakni membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu dengan memusatkan siswa
sebagai pusat perhatian, (2) ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang didesain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, (3) ditandai dengan satu penggarapan materi khusus (ada
topik/pokok bahasan), (4) ditandai dengan adanya aktivitas siswa, (5) guru berperan sebagai
pembimbing, (6) ada pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang
harus ditaati oleh semua pihak, baik guru maupun murid, dan (7) ada batas waktu untuk
mencapai tujuan. (Edi Sunardi, 1980).

Lebih lanjut, Winarno (1994: 26-29) memberikan ikhtisar tentang gambaran interaksi belajar
mengajar di kelas sebagai suatu proses yang divisualisasikan, sebagai berikut:

(1) Dalam proses belajar mengajar ditekankan konsep interaksi yang menggambarkan
hubungan aktif dua arah antara pendidik dengan anak didik. Hal ini dapat diskemakan demikian:

Hubungan interaksi dua arah

Hubungan aktif dua arah antara pendidik dan anak didik.


Karena hubungan aktif itu tidak hanya berbentuk hubungan aktif tanpa tujuan, yang berarti
hubungannya diikat oleh tujuan, maka gambaran hubungan interaktif antara pendidik dan anak
didik itu menjadi demikian:

Hubungan interaktif antara pendidik dan anak didik yang diikat oleh tujuan

Dalam upaya mencapai tujuan pendidik memilih bahan atau materi pelajaran yang sesuai dengan
tujuan, sehingga gambaran hubungan interaktif itu menjadi demikian:

Hubungan dua arah antara pendidik dan anak didik yang diikat oleh tujuan dan materi pelajaran
yang sesuai dengan tujuan.

Tentu tidak sampai itu saja upaya pendidik (guru) dalam mencapai tujuan. Guru harus
melengkapinya dengan komponen-komponen yang lain, seperti metode yang dianggap paling
cocok, sarana yang diperlukan dan evaluasi yang tepat. Secara ringkas hubungan antarkomponen
itu dapat digambarkan demikian:

Hubungan interaktif antara pendidik dan anak didik yang diikat oleh tujuan, bahan pelajaran,
metode, sarana dan evaluasi Visualisasi tersebut memberikan gambaran bahwa dalam interaksi
belajar-mengajar di kelas terlibat berbagai komponen pembelajar.

Guru sebagai penutur (komunikator) hal ini berkaitan dengan media (channel) yakni bahasa,
lebih khusus bentuk tindak tutur direktif yang digunakan pada kegiatan belajar- mengajar di
kelas. Sebagai komunikator yang mengendalikan komunikasi di kelas, guru dituntut memiliki
berbagai keterampilan komunikasi yang terkait dengan interaksi belajar-mengajar. Sardiman
(2001:209-219) mengusulkan tujuh keterampilan operasional yang perlu dikembangkan guru
dalam interaksi belajar-mengajar, yakni keterampilan (1) membuka pelajaran, (2) memberi
motivasi, (3) melibatkan siswa, (4) mengajukan pertanyaan, (5) menggunakan isyarat nonverbal,
(6) menanggapi murid, dan (7) menggunakan waktu.

Dari keterampilan yang harus dimiliki oleh guru saat berada di kelas menjalankan kegiatan
belajar-mengajar terdapat urutan kegiatan yang lazim diterapkan oleh guru, walaupun pada
hakekatnya diterapkan secara lentur (fleksibel) mengikuti perkembangan situasi kelas. Urutan
kegiatan tersebut adalah; (1) membuka atau memulai pelajaran, (2) menyampaikan apersepsi, (3)
menyampaikan tujuan, (4) menarik perhatian, (5) menyampaikan penjelasan, (6) menyampaikan
instruksi, (7) memantau respon, (8) menyampaikan kesimpulan, (9) menyampaikan pertanyaan
untuk memeriksa pemahaman, (10) mengakahiri atau menutup pelajaran. Dari urutan kegiatan
tersebut, guru dimungkinkan banyak melakukan tindak tutur direktif kepada muridnya, baik
dalam bentuk kalimat aktif maupun kalimat pasif. Interaksi guru dan murid dalam kegiatan
belajar-mengajar di kelas merupakan bagian terpenting dari keberhasilan proses pembelajaran.

Ruang kelas bukan hanya sebagai tempat guru melaksanakan keputusan-keputusan rutin, tetapi
lebih dari pada sebuah tempat dimana ada bagian interaksi yang bervariasi. Elemen –elemen itu
adalah murid dan guru, termasuk latar belakang pendidikan dan sosial mereka, pengalaman,
pengetahuan dan pengharapan- pengharapan.
Oleh karenanya, interaksi guru dan murid harus dipelihara dan dijaga senyaman mungkin selama
proses kegiatan belajar mengajar di kelas. Untuk menjaga kondisi seperti itu guru memerlukan
pengetahuan yang cukup tentang tindak tutur direktif dan prinsip kesantunan dalam berbahasa.
Dengan demikian tingkat akuntabilitas pembelajaran kepada wali murid/ masyarakat bisa
meningkat.

Peranan penting guru dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas juga dikemukakan olehFuller.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa negara berkembang, termasuk
Indonesia, dilaporkannya bahwa guru merupakan faktor penentu penyebab rendahnya mutu
pendidikan di suatu sekolah. Begitu pula penelitian yang dilakukan

International Association for the Evaluation of Education Achievement menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara tingkat penguasaan guru terhadap bahan yang diajarkan dengan
pencapaian prestasi para siswanya (Harras, 1994).

Dalam sebuah kelas guru berperan aktif dan bertanggung jawab penuh dalam pembelajaran.
Guru dan siswa secara ideal harus bekerja sama dalam suatu kemitraan (partnership). Strategi
yang paling penting yang akan mewujudkan kemitraan adalah negosiasi. Negosiasi belajar antara
guru dan siswa cenderung menghasilkan pengalaman belajar yang akan mengakomodasi
kebutuhan, minat dan kemampuan tertentu siswa. Guru dan siswa bekerja sama dalam suatu arah
dan rasa percaya yang timbul dari pemahaman terhadap aktivitas belajar (Alwasilah, 2000:72).

Guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar di kelas juga berperan sebagai konselor dan
manajer proses kelompok. Peran guru sebagai konselor (pembimbing) diharapkan dapat
memberikan contoh sebagai seorang yang komunikatif yang selalu berupaya mengaitkan secara
maksimal maksud pembicara dengan interpretasi mitra tutur, melalui penggunaan paraphrase,
konfirmasi, dan masukan. Sementara itu, peran guru sebagai manajer kelompok diharapkan
memiliki tanggung jawab untuk mengatur kelas sebagai latar bagi komunikasi dan aktivitas
komunikatif. Dalam praktiknya di kelas, guru memonitor, mendorong, dan menekan keinginan
untuk menyuplai ketidaklengkapan dalam kosakata dan strategi komunikasi.

Salah satu bagian terpenting peranan guru dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar di kelas
adalah guru harus memiliki kompetensi dasar mengajar. Pengelolaan kelas yang baik akan
menciptakan suasana pembelajaran yang kreatif, menyenangkan dan professional. Pengelolaan
kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya, apabila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar (E.Mulyasa, 2004:
Hasibuan dkk, 194; Bolla J., 1985). Keterampilan pengelolaan kelas ini bertujuan: (a)
mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai tujuan pembelajaran, (b) membantu
siswa menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari tujuan pembelajaran, (c)
mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan, untuk mencapai tujuan pembelajaran, (d) membina hubungan interpersonal yang
baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa, sehingga pembelajaran menjadi efektif
(Hasibuan dkk.,1994; Bolla.J.,1985). Selanjutnya, komponen-komponen keterampilan mengelola
kelas adalah sebagai berikut;
(a) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal (bersifat preventif). Keterampilan ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan kegiatan pembelajaran, sehingga berjalan secara optimal,
efisien dan efektif. Keterampilan tersebut meliputi: 1) Menunjukkan sikap tanggap. Tanggap
terhadap perhatian, keterlibatan, ketidakacuhan, dan ketidakterlibatan dalam tugas- tugas di
kelas. Siswa merasa bahwa guru hadir bersama mereka dan tahu apa yang mereka perbuat. 2)
Memberi perhatian. Pengelolaan kelas yang efektif terjadi apabila guru mampu membagi
perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang sama. Membagi
perhatian dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu visual dan verbal. 3) Memusatkan perhatian
kelompok. Kegiatan siswa dalam belajar dapat dipertahankan apabila dari waktu ke waktu guru
mampu memusatkan perhatian kelompok pada tugas-tugas yang dilakukan. 4) Memberi petunjuk
yang jelas. Penyampaikan informasi maupun pemberian petunjuk oleh guru harus secara jelas
dan singkat sehingga siswa tidak kebingunan. 5) Menegur. Apabila ada siswa atau kelompok
yang bertingkah laku mengganggu di kelas, hendaknya guru memberi teguran secara tegas dan
jelas. 6) Memberi penguatan. Guru dapat memberikan penguatan negatif kepada siswa yang
menggangu, atau penguatan positif kepada siswa yang mengganggu, atau penguatan positif
kepada siswa yang bertingkah laku wajar. (b) Keterampilan yang berhubungan dengan
pengembalian kondisi belajar yang optimal. Keterampilan ini berkaitan dengan respons guru
terhadap gangguan siswa yang berkelanjutan. Dalam hal ini guru dapat mengadakan tindakan
remedial untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal (E. Mulyasa, 2004; Hasibuan dkk.,
1994). Prinsip-prinsip penggunaan keterampilan mengelola kelas adalah: 1) Modifikasi tingkah
laku. Guru hendaknya menganalisis tingkah laku siswa yang mengalami masalah, dan
memodifikasi tingkah laku tersebut dengan mengaplikasikan pemberian penguatan secara
sistematis. 2) Guru dapat menggunakan pendekatan pemecahan masalah kelompok dengan cara:
memperlancar tugas-tugas, memelihara kegiatan kelompok, memelihara semangat siswa dan
menangani konflik yang timbul. 3) Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang
menimbulkan masalah. Guru dapat menggunakan seperangkat cara untuk mengendalikan tingkah
laku keliru yang muncul, dan ia mengetahui sebab-sebab dasar yang mengakibatkan
ketidakpatutan tingkah laku tersebut serta berusaha untuk menemukan pemecahannya. (Hasibuan
dkk., 1994; Bolla J., 1985)

Anda mungkin juga menyukai