Anda di halaman 1dari 8

Pengertian Kegawatdaruratan Obstetri

Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat cukup bulan meliputi perdarahan
yang terjadi pada minggu awal kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan
ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan mendekati cukup bulan
(plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri, perdarahan persalinan per vagina setelah seksio
sesarea, retensio plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma, dan
koagulopati obstetri (Manuaba, 2008).

Jenis-jenis Kegawatdaruratan Obstetri


Yang termasuk kegawatdaruratan obstetrik , yaitu :
1. Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi yang usia kehamilannya kurang dari 20 minggu.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya amenore, tanda-tanda kehamilan, perdarahan hebat
per vagina, pengeluaran jaringan plasenta dan kemungkinan kematian janin.Pada abortus
septik, perdarahan per vagina yang banyak atau sedang, demam (menggigil), kemungkinan
gejala iritasi peritoneum, dan kemungkinan syok (Manuaba, 2008).
Etiologi
Abortus pada wanita hamil bisa terjadi karena beberapa sebab diantaranya :
a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi. Kelainan inilah yang paling umum menyebabkan
abortus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 8 minggu. Beberapa faktor yang
menyebabkan kelainan ini antara lain : kelainan kromoson/genetik, lingkungan tempat
menempelnya hasil pembuahan yang tidak bagus atau kurang sempurna dan pengaruh zat
zat yang berbahaya bagi janin seperti radiasi, obat obatan, tembakau, alkohol dan infeksi
virus (Manuaba, 2008).
b. Kelainan pada plasenta. Kelainan ini bisa berupa gangguan pembentukan pembuluh darah
pada plasenta yang disebabkan oleh karena penyakit darah tinggi yang menahun (Manuaba,
2008).
c. Faktor ibu seperti penyakit penyakit khronis yang diderita oleh sang ibu seperti radang
paru paru, tifus, anemia berat, keracunan dan infeksi virus toxoplasma (Manuaba, 2008).

d. Kelainan yang terjadi pada organ kelamin ibu seperti gangguan pada mulut rahim, kelainan
bentuk rahim terutama rahim yang lengkungannya ke belakang (secara umum rahim
melengkung ke depan), mioma uteri, dan kelainan bawaan pada rahim (Manuaba, 2008).
Klasifikasi
Abortus pun dibagi bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain (Manuaba, 2008) :
a. Abortus Komplet
Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20 minggu.
b. Abortus Inkomplet
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari rahim dan masih ada yang tertinggal.
c. Abortus Insipiens
d. Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks yang telah mendatar,
sedangkan hasil konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim.
e. Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan per vaginam, sedangkan jalan lahir masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim.
f. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus terlah meninggal dalam kandungan
sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya masih dalam kandungan. g.
Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut turut atau lebih.
h. Abortus Infeksius
Abortus yang disertai infeksi organ genitalia.
i. Abortus Septik
Abortus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan produknya kedalam
sirkulasi sistemik ibu.
Untuk menangani pasien abortus, ada beberapa langkah yang dibedakan menurut jenis abortus
yang dialami, antara lain (Manuaba, 2008):
a. Abortus Komplet
Tidak memerlukan penanganan penanganan khusus, hanya apabila menderita anemia ringan
perlu diberikan tablet besi dan dianjurkan supaya makan makanan yang mengandung
banyak protein, vitamin dan mineral.

b. Abortus Inkomplet
Bila disertai dengan syok akibat perdarahan maka pasien diinfus dan dilanjutkan transfusi
darah. Setelah syok teratasi, dilakukan kuretase, bila perlu pasien dianjurkan untuk rawat
inap.
c. Abortus Insipiens
Biasanya dilakukan tindakan kuretase bila umur kehamilan kurang dari 12 minggu yang
disertai dengan perdarahan.
d. Abortus Iminens
Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan karena cara ini
akan mengurangi rangsangan mekanis dan menambah aliran darah ke rahim.
Ditambahkan obat penenang bila pasien gelisah.
e. Missed Abortion
Dilakukan kuretase. harus hati hati karena terkadang plasenta melekat erat pada rahim. f.
Abortus Habitualis
Cari penyebab
Transfusi leukosit / Heparin.
g. Abortus Infeksius- Abortus Septik
Infus ; Kp Transfusi
Anti Biotika Spektrum Luas
Kultur – Sensitivity Test Bila
keadaan sudah layak Kuret
Kalau Tetanus :
1) Inj. ATS
2) Irigasi H2O2
3) Histerektomi
2. Mola hidatidosa (Kista Vesikular)
Mola Hidatidosa (Hamil Anggur) adalah suatu massa atau pertumbuhan di dalam rahim yang
terjadi pada awal kehamilan. Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dimana seluruh
villi korialisnya mengalami perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan
edema vesikular dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara
histologist, ditemukan proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan
displasia. Vili khorialis terisi cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah
(Manuaba, 2008).
Etiologi
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang mungkin dapat
menyebabkan dan mendukung terjadinya mola, antara lain (Manuaba, 2008):
a. Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik sehingga
mati, tetapi terlambat dikeluarkan
b. Imunoselektif dari trofoblast
c. Keadaan sosioekonomi yang rendah
d. Paritas tinggi
e. Kekurangan protein
f. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Klasifikasi
a. MOLA HIDATIDOSA SEMPURNA
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel – vesikel jernih. Ukuran vesikel
bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering
berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai
oleh adanya, antara lain (Manuaba, 2008):
1) Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan stroma vilus
2) Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
3) Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
4) Tidak adanya janin dan amnion
Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genotip 46XX dan sisanya
46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola sempurna
dapat dibagi atas 2 jenis, yaitu (Manuaba, 2008) :
1) Mola Sempurna Androgenetic
Homozygous
Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom paternal
identik, didapatkan dari duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu
perempuan; 46,YY tidak pernah ditemukan (Manuaba, 2008).
Heterozygous
Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan.
Semua kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena
pembuahan dua sperma (Manuaba, 2008).
2) Mola Sempurna Biparental
Genotip ayah dan ibu terlihat, tetapi gen maternal gagal mempengaruhi janin
sehingga hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempurna biparental jarang
ditemukan. Bentuk rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan sepertinya
diturunkan sebagai autosomal resesif) pernah ditemukan. Telah ditemukan daerah
kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13. Presentasi klinis yang tipikal pada
kehamilan mola sempurna dapat didiagnosis pada trimester pertama sebelum onset
gejala dan tanda muncul. Gejala yang paling sering terjadi pada mola sempurna yaitu
perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua dan menyebabkan
perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya besar dan
cairan merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus mola
hidatidosa. Pasien juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini diakibatkan
peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (HCG) (Manuaba, 2008).
b. MOLA HIDATIDOSA PARSIAL
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin tampak
sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada
sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya dengan
sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola parsial
tidak memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya
datang dengan tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion
yakni Perdarahan vagina dan hilangnya denyut jantung janin, Pada mola parsial, jaringan
fetus biasanya didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus pada villi merupakan
penemuan yang seringkali ada. Komplemen kromosomnya yaitu 69,XXX atau 69,XXY.
Ini diakibatkan dari fertilisasi ovum haploid dan duplikasi kromosom haploid paternal atau
akibat pembuahan dua sperma. Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola
sempurna, ditemukan jaringan trofoblastik hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic
(Manuaba, 2008).
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya
terjadi pada minggu ke 14 – 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa,
pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah
beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala (Manuaba,
2008).
a. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS
b. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar):
1) Gejala – gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB
yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab
2) Gejala – gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni)
MANIFESTASI KLINIS
a. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.
b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. merupakan gejala utama dari
mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama berapa minggu sampai beberapa
bulan sehingga dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai
dengan usia
kehamilan.
d. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun ballottement.
e. Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
h. Gejala Tirotoksikosis
DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan
gejala klasik yakni (Manuaba, 2008):
a. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah perdarahan
vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan. Uterus membesar
(distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa mengalir melalui
vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
b. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini merupakan
akibat dari peningkatan secara tajam hormon â-HCG.
c. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit
yang hangat.
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi
onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi.
Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya mengeluhkan
gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan
vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola
komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus
uteri) (Manuaba, 2008).
Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik
yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia
yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria
(> 300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista
theca lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh
pembesaran ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan
hanya dapat diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap
tingginya kadar beta HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi (Manuaba,
2008).
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila
didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang
banyak sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia
merupakan komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya
koagulopati.sehingga pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga
pemeriksaan tes fungsi hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin
(Manuaba, 2008).
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi
kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang
mengindikasikan vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa
intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan
diagnosis mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru –
paru merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG (Manuaba, 2008).
Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus,
terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY.
Sebagai tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan,
termasuk c-myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang
normal. Pada mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus (Manuaba,
2008).
3. Kehamilan Ekstrauteri (Ektopik)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi diluar endometrium
kavum uteri (Manuaba, 2008).
Penyebab
Gangguan ini adalah terlambatnya transport ovum karena obstruksi mekanis pada jalan yang
melewati tuba uteri. Kehamilan tuba terutama di ampula, jarang terjadi kehamilan di ovarium
(Manuaba, 2008).
Tanda dan Gejala
Nyeri yang terjadi serupa dengan nyeri melahirkan, sering unilateral (abortus tuba), hebat dan
akut (rupture tuba), ada nyeri tekan abdomen yang jelas dan menyebar. Kavum douglas
menonjol dan sensitive terhadap tekanan. Jika ada perdarahan intra-abdominal, gejalanya
sebagai berikut (Manuaba, 2008):
a. Sensitivitas tekanan pada abdomen bagian bawah, lebih jarang pada abdomen bagian atas.
b. Abdomen tegang.
c. Mual.
d. Nyeri bahu.
e. Membran mukosa anemis.
Jika terjdi syok, akan ditemukan nadi lemah dan cepat, tekanan darah di bawah 100 mmHg,
wajah tampak kurus dan bentuknya menonjol-terutama hidung, keringat dingin, ekstremitas
pucat, kuku kebiruan, dan mungkin terjadi gangguan kesadaran (Manuaba, 2008).

Diagnosis
Ditegakkan melalui adanya amenore 3-10 minggu, jarang lebih lama, perdarahan per vagina
tidak teratur (tidak selalu) (Manuaba, 2008).
a. lakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba.
Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang
berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan :
a. Transfusi, infus, oksigen,
b. Atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi. Sisa-sisa
darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan
harus dirawat inap di rumah sakit
Daftar Pustaka
Manuaba. (2008). Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obsteri Ginekologi sosial untuk profesi
bidan. jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai