Anda di halaman 1dari 42

BAB I

IDENTITAS PEMRAKARSA

A. Pemrakarsa/ Penanggung Jawab

1. Nama: a. a. Agung Hariyadi


b. b. Mukti Lestari
c. c. Virgananda Ulfa Kharisma
2. Alamat: Jl. Godean KM.4 gang Kajor RT/RW 03/01 Nogotirto,
Gamping, Sleman, Yogyakarta
3. No.Telp: 085745985042

B. Industri
1. Nama Usaha : Industri tahu “Felin”

2. Alamat : Dukuh Madugondo, Desa Sitimulyo,Kecamatan


Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
3. No. Telp / Fax : 0274-443-293
BAB II

RENCANA USAHA DAN ATAU KEGIATAN

A. Nama Rencana Usaha


Industri tahu “Felin”
B. Lokasi Rencana Usaha
Dukuh Madugondo, Desa Sitimulyo, Kecamatan Piyungan, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
C. Skala Usaha dan atau Kegiatan
1. Jenis dan kapasitas produksi
a. Jenis kegiatan
Jenis kegiatan ini termasuk kegiatan komersial. Kegiatan yang dilakukan yaitu memproduksi
tahu, mengemas, dan mendistribusikannya kepedagang-pedagang dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan
tersebut meliputi pengadaan bahan baku, penyimpanan bahan baku, pemilihan bahan baku,
pembuatan tahu, dan pendistribusian tahu ke pasar.
b. Kapasitas Produksi (Volume Kegiatan)
Luas lahan produksi tahu “Felin“ dibangun pada tanah seluas 600 m2, panjangnya 40 m dan
lebarnya 15 m. Jumlah karyawan sebanyak 30 orang. Jumlah kedelai yang di produksi dalam sehari
adalah 500 kg. Air yang diperlukan untuk proses produksi tahu adalah 100.000 liter, air diperoleh
dari sumur yang dibangun di belakang ruang produksi. Sumur ini digunakan untuk memenuhi
semua kebutuhan air dipabrik tersebut. Listrik yang digunakan yaitu listrik dengan daya 1200 watt.
Pembakaran dilakukan dengan bahan bakar kayu. Bangunan meliputi ruang produksi, ruang
pengemasan dan penyimpanan bahan jadi, kamar mandi dan WC, tempat parkir karyawan, sumur,
gudang penyimpanan bahan baku.

2. Jumlah bahan baku


Bahan baku yang akan digunakan adalah kedelai. Bahan baku kedelai berasal dari para
petani kedelai. Bahan baku yang dibutuhkan sekitar 3500 kg setiap minggunya. Pengambilan bahan
baku kedelai menggunakan media transportasi truk. Setelah sampai ditempat industri tahu dilakukan
penyimpanan kedelai, selanjutnya dilakukan pemilahan bahan baku dengan kualitas terbaik untuk
proses produksi. Proses produksi sesuai dengan perhitungan produksi yang akan dilakukan.
Pengolahan dari tahap awal sampai akhir. Tahap pembuatan tahu yaitu: perendaman kedelai,
pencucian kedelai, penggilingan kedelai, perebusan bubur kedelai, penyaringan bubur kedelai,
penggumpalan sari kedelai, pengepresan dan pencetakan, pemotongan tahu, perebusan tahu dan
pemasaran tahu.
3. Jumlah penggunaan energi
a) Penggunaan lahan
Luas lahan yang dipergunakan dalam proses pembuatan tahu adalah :
Fasilitas Luas Lahan
Ruang Produksi 580 m2
Ruang Administrasi 12 m2
Gudang Penyimpanan kedelai 30 m2
Parkiran 8 m2

b) Penggunaan sumber daya manusia


Sumber daya manusia yang digunakan sebagai pegawai pabrik tahu “Felin” terdiri dari
resepsionis 1 orang, satpam 2 orang, penyortir kedelai 2 orang, perendam dan pencuci kedelai 3
orang, penggiling kedelai 4 orang, perebus kedelai 4 orang, penyaring kedelai 4 orang, penggumpal
2 orang, pencetakan dan pengepresan 4 orang, pemotongan 3 orang, pengemas 2 orang dan kurir 2
orang. Untuk satpam diberlakukan 2 shift yaitu 1 orang untuk shift siang dan 1 orang untuk shift
malam, sedangkan pegawai lainnya bekerja pada jam yang sama yaitu 08.00 WIB- 16.00
WIB.Satpam bertanggungjawab menjaga keamanan pabrik dan semua barang maupun kendaraan di
pabrik. Kurir bertanggung jawab untuk mengantarkan pesanan tahu ke pelanggan. Penyortir
bertanggung jawab untuk memilih kedelai yang baik untuk diproses, perendam dan pencuci
bertanggungjawab merendam kedelai kemudian mencucinya sampai bersih, penggiling
bertanggungjawab menggiling kedelai, perebus kedelai bertanggungjawab merebus kedelai,
penyaring bertanggungjawab menyaring kedelai hasil gilingan, penggumpal bertanggungjawab
memberikan asam cuka ke kedelai hasil saringan, pencetak dan pengepres bertanggungjawab
mencetak dan mengepres di dalam cetakan, pemotong tahu bertanggungjawab memotong tahu
menjadi ukuran tertentu dan pengemas bertanggungjawab memasukkan tahu kedalam plastik.
Semua pegawai diawasi langsung oleh oleh pemilik “Felin”. Pendapatan yang diterima semua
pegawai setiap bulannya sesuai dengan UMR kota Yogyakarta.

c) Fasilitas yang diperlukan


Fasilitas yang di perlukan dalam Industri Tahu :
1. Fasilitas Utama
No Nama fasilitas Jumlah
1. Ember 15 buah
2. Penggilingan kedelai 3 buah
3. Tungku penguapan sari kedelai + pengaduk 5 buah
4. Saringan bambu besar 4 buah
5. Kotak besar tempat penggumpalan 3 buah
6. Pengepresan tahu 6 buah
7. Pencetakan tahu 4 buah
8. Papan tahu 20 buah
9. Rak tahu 10 buah
10. Penggaris dan pisau pemotong tahu 20 buah
11. Tungku 5 buah
12. Panci perebusan 5 buah
13. Panci besar 5 buah

2. Fasilitas Pendukung
a. Tempat parkir
Banyaknya motor karyawan datang dan keluar masuk parkiran. Distribusi dan pengadaan
bahan menggunakan mobil box distributor keluar masuk pabrik untuk mengambil hasil
produksi tahu “Fellin” akan menimbulkan dampak debu, kebisingan, gas buang
kendaraan, getaran, kecelakaan kerja, gangguan keamanan.
b. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi dan WC pabrik sebanyak 6. Dampak yang akan timbul dari kamar mandi
dan wc tersebut yaitu adanya bau, limbah padat dan limbah cair, lingkungan sanitasi
kurang dan terganggunya kesehatan.
c. Gudang
Gudang seluas 30m2 yang didalamnya terdapat tumpukan kedelai untuk bahan baku
pembuatan tahu akan menimbulkan dampak yaitu munculnya berbagai binatang
pengganggu (tikus, kecoa), debu.

D. Garis Besar Komponen Rencana Usaha dan atau Kegiatan


a. Diagram Alir Proses Produksi

Kedelai datang

Penyimpanan
bahan
Penyortiran kedelai

Perendaman dan
pencucian kedelai

Penggilingan kedelai

Perebusan bubur
kedelai

Penyaringan bubur
kedelai

Penggumpalan sari
kedelai

Percetakan dan Pengemasan Pemasaran


Pemotongan tahu
pengepresan tahu

b. Uraian Kegiatan
Kegiatan proses produksi di Industri Tahu, meliputi :

1. Kedelai datang
Kedelai datang diambil dari para petani kedelai, kedelai tersebut dimasukkan kedalam
karung. Dalam proses pengangkutan kedelai ke gudang penyimpanan, pabrik tersebut
menggunakan kendaraan truk karena kedelai yang didatangkan sebanyak 3500 kg untuk 1
minggu produksi tahu. Gudang penyimpanan kedelai tersebut mempunyai akses jalan yang
luas untuk keluar masuk truk, sehingga truk dapat berhenti tepat di depan gudang
penyimpanan. Kedelai biasanya datang pada siang atau malam hari dan lokasi gudang
penyimpanan tersebut terletak diantara rumah penduduk.
2. Penyimpanan bahan
Setelah kedelai datang kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan seluas 30 m2.
Kedelai yang disimpan untuk produksi 1 minggu yaitu berjumlah 3500 kg. Kedelai yang
sudah dikarungi kemudian dimasukkan dan disimpan kedalam gudang dengan cara
ditumpuk-tumpuk.
3. Penyortiran kedelai
Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling awal dalam
pembuatan tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau belum tersimpan lama
digudang. Kedelai yang baru dapat menghasilkan tahu yang baik (aroma dan bentuk). Untuk
mendapatkan tahu yang mempunyai kualitas yang baik, diperlukan bahan baku biji kedelai
yang sudah tua, kulit biji tidak keriput, biji kedelai tidak retak dan bebas dari sisa-sisa
tanaman, batu kerikil, tanah, atau biji-bijian lain. Penyortiran bahan baku dilakukan
menggunakan ayakan. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang baik dan
yang tidak baik, kemudian memakai bahan baku yang baik untuk proses produksi. Kedelai
yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih, atau hijau dan jarang menggunakan jenis
kedelai yang berwarna hitam. Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kualitas tahu tetap
terjaga dengan baik.
4. Perendaman dan pencucian kedelai
Pada proses ini kedelai direndam sebanyak 450 kg per hari di dalam bak atau ember besar
sebanyak 15 buah yang berisi air selama ± 3-4 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk
membuat kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas. Setelah direndam, kemudian
dilakukan pengupasan kulit kedelai dengan jalan meremas-remas dalam air, kemudian
dikuliti. Setelah itu air bekas rendaman kedelai dibuang dan dilakukan pencucian kedelai.
Pencucian kedelai dilakukan di dalam ember dengan air yang mengalir. Tujuan pencucian ini
adalah untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun tercampur dalam kedelai karena
dapat mempengaruhi kualitas produk dari pengolahan tersebut.
5. Penggilingan kedelai
Proses penggilingan dilakukan dengan mesin penggiling di tempat khusus untuk
penggilingan. Penggunaan mesin akan memperhalus hasil gilingan kedelai. Banyaknya bahan
baku yang digiling yaitu 450 kg kedelai untuk 1 x proses produksi setiap harinya. Pada saat
penggilingan diberi air mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar. Air yang dibutuhkan
pada waktu pengilingan yaitu 20 liter/12 kg kedelai. Hasil dari proses penggilingan berupa
bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong keluar kemudian ditampung dalam
ember.
6. Perebusan bubur kedelai
Proses perebusan bubur kedelai dengan menggunakan panci besar sebanyak 5 buah dan
menggunakan tungku berbahan bakar kayu. Air yang dibutuhkan pada proses perebusan yaitu
60 liter/12kg dengan suhu 120oC selama 15 menit (mendidih). Setelah dilakukan perebusan
bubur kedelai disaring dan menghasilkan air sisa perebusan. Air sisa tersebut dibuang ke bak
saluran air limbah.
7. Penyaringan bubur kedelai
Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang sudah direbus)
kemudian disaring dengan saringan besar yang bisa menampung jonjot-jonjot kedelai yang
tidak lolos saring. Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian
akan diproses lebih lanjut.
8. Penggumpalan sari kedelai
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu. Filtrat tersebut ditampung
kedalam bak besar, filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka dengan
perbandingan 1 : 5. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan
menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara lapisan atas dengan
gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas dan
lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut terjadi karena adanya koagulasi
protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan. Endapan
tersebut yang merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Penggumpalan sari
kedelai dilakukan selama 2-3 jam dan akan menghasilkan cairan sisa sari kedelai yang
kemudian dialirkan ke bak saluran air limbah.
9. Pengepresan dan pencetakan
Proses ini dilakukan dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian
dan sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan ke dalam
cetakan yang sudah tersedia dan dialasi dengan kain dan diisi sampai penuh. Cetakan yang
digunakan berupa cetakan dari kayu berbentuk segi empat yang dilubangi kecil-kecil supaya
air dapat keluar. Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin
berat benda yang digunakan untuk mengepres semakin keras tahu yang dihasilkan. Alat
pemberat/pres biasanya mempunyai berat ± 3,5 kg dan lama pengepresan biasanya ± 1 menit,
sampai air sisa pengepresan keluar.
10. Pemotongan tahu
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakan dengan
cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring yang melapisi tahu. Setelah itu
tahu dipindahkan ke dalam bak yang berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum siap
dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air
dengan menggunakan pisau dan dilakukan secara cepat agar tahu tidak hancur. Pemotongan
yang dilakukan secara tidak hati-hati atau tidak cermat akan menimbulkan dampak.
11. Perebusan tahu
Tahu yang sudah dipotong-potong kemudian direbus ke dalam panci besar dengan bahan
bakar kayu, Perebusan dilakukan selama 20 menit. Setelah itu didinginkan dengan cara
dimasukkan kedalam ember yang berisi air kemudian besok paginya siap untuk dipasarkan.
12. Pengemasan tahu
Pengemasan tahu menggunakan plastik berlabel tahu “fellin” dengan jumlah 10 biji
dalam satu kemasan dan dikerjakan oleh tenaga manusia. Pengemasan dilakukan hampir
setiap hari setelah selesai produksi.
13. Pemasaran
Yang diperjual belikan di pabrik tahu ini adalah produk tahu hasil proses produksi.
Pembelian dapat langsung maupun lewat pemesanan, dapat diambil sendiri maupun di antar
oleh karyawan pabrik menggunakan kendaraan bermotor maupun kendaraan roda empat
(mobil box). Hampir setiap pagi hingga sore banyak kendaraan yang keluar masuk pabrik
untuk mengambil produksi tahu “fellin”.
c. Uraian Dampak Kegiatan
Kegiatan proses produksi di Industri Tahu, meliputi :
1. Kedelai datang
Kedelai datang diambil dari para petani kedelai, kedelai tersebut dimasukkan kedalam
karung. Dalam proses pengangkutan kedelai ke gudang penyimpanan, pabrik tersebut
menggunakan kendaraan truk karena kedelai yang didatangkan sebanyak 3500 kg untuk 1
minggu produksi tahu. Gudang penyimpanan kedelai tersebut mempunyai akses jalan yang
luas untuk keluar masuk truk, sehingga truk dapat berhenti tepat di depan gudang
penyimpanan. Kedelai biasanya datang pada siang atau malam hari dan lokasi gudang
penyimpanan tersebut terletak diantara rumah penduduk.
Dampak : truk pengangkut kedelai yang keluar masuk ke dalam gudang menimbulkan
gangguan bagi masyarakat sekitar karena bising oleh kegiatan pengangkutan dan pemindahan
kedelai ke dalam gudang serta lingkungan akan menjadi kotor.
2. Penyimpanan bahan
Setelah kedelai datang kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan seluas 30 m2.
Kedelai yang disimpan untuk produksi 1 minggu yaitu berjumlah 3500 kg. Kedelai yang
sudah dikarungi kemudian dimasukkan dan disimpan kedalam gudang dengan cara
ditumpuk-tumpuk.
Dampak : Biasanya bahan baku disimpan digudang menyebabkan ruangan akan penuh
sehingga karyawan akan sulit untuk membersihkan sserta menjadi tempat tinggal binatang
pengganggu seperti kecoa, tikus sehingga bahan baku berkurang karena sebagian rusak dan
gangguan keamanan.
3. Penyortiran kedelai
Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling awal dalam
pembuatan tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau belum tersimpan lama
digudang. Kedelai yang baru dapat menghasilkan tahu yang baik (aroma dan bentuk). Untuk
mendapatkan tahu yang mempunyai kualitas yang baik, diperlukan bahan baku biji kedelai
yang sudah tua, kulit biji tidak keriput, biji kedelai tidak retak dan bebas dari sisa-sisa
tanaman, batu kerikil, tanah, atau biji-bijian lain. Penyortiran bahan baku dilakukan
menggunakan ayakan. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang baik dan
yang tidak baik, kemudian memakai bahan baku yang baik untuk proses produksi. Kedelai
yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih, atau hijau dan jarang menggunakan jenis
kedelai yang berwarna hitam. Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kualitas tahu tetap
terjaga dengan baik.
Dampak yang ditimbulkan dari proses pemilihan (penyortiran) kedelai adalah sampah
dari sisa-sisa biji kedelai yang sudah tua, kulit biji yang keriput, biji kedelai yang retak, sisa-
sisa tanaman, batu kerikil, tanah dan biji-bijian lain biasanya menghasilkan limbah dari
kedelai yang tidak baik sehingga lingkungan sanitasi akan terganggu.
4. Perendaman dan pencucian kedelai
Pada proses ini kedelai direndam sebanyak 450 kg per hari di dalam bak atau ember besar
sebanyak 15 buah yang berisi air selama ± 3-4 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk
membuat kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas. Setelah direndam, kemudian
dilakukan pengupasan kulit kedelai dengan jalan meremas-remas dalam air, kemudian
dikuliti. Setelah itu air bekas rendaman kedelai dibuang dan dilakukan pencucian kedelai.
Pencucian kedelai dilakukan di dalam ember dengan air yang mengalir. Tujuan pencucian ini
adalah untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun tercampur dalam kedelai karena
dapat mempengaruhi kualitas produk dari pengolahan tersebut.
Dampak yang terjadi pada kegiatan perendaman kedelai sampai proses akhir pemisahan
jonjot-jonjot tahu berupa limbah cair sehingga kandungan pencemar limbah CODnya tinggi
dan pHnya tinggi sehingga limbah cair tertentu bila dibuang ke badan air dan jonjot-jonjot
tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup di
sekitar sungai. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan
dalam berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati serta bersifat negatif.
5. Penggilingan kedelai
Proses penggilingan dilakukan dengan mesin penggiling di tempat khusus untuk
penggilingan. Penggunaan mesin akan memperhalus hasil gilingan kedelai. Banyaknya bahan
baku yang digiling yaitu 450 kg kedelai untuk 1 x proses produksi setiap harinya. Pada saat
penggilingan diberi air mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar. Air yang dibutuhkan
pada waktu pengilingan yaitu 20 liter/12 kg kedelai. Hasil dari proses penggilingan berupa
bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong keluar kemudian ditampung dalam
ember.
Dampak : Penggilingan kedelai menggunakan mesin penggiling biji kedelai dengan
tenaga penggerak dari motor listrik dampak dari kegiatan ini adalah suara bising sehingga
terganggunya kenyamanan masyarakat, selain itu juga kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja.
6. Perebusan bubur kedelai
Proses perebusan bubur kedelai dengan menggunakan panci besar sebanyak 5 buah dan
menggunakan tungku berbahan bakar kayu. Air yang dibutuhkan pada proses perebusan yaitu
60 liter/12kg dengan suhu 120oC selama 15 menit (mendidih). Setelah dilakukan perebusan
bubur kedelai disaring dan menghasilkan air sisa perebusan. Air sisa tersebut dibuang ke bak
saluran air limbah.
Dampak : Dalam kegiatan ini menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari sisa-sisa
pembangunan rumah dampak dari kegiatan ini biasanya akan terjadi pencemaraan udara dari
asap dan debu sisa pembakaran akibatnya warga khususnya para karyawan pabrik akan
kurang nyaman akibat terhirupnya asap dan abu tersebut.
7. Penyaringan bubur kedelai
Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang sudah direbus)
kemudian disaring dengan saringan besar yang bisa menampung jonjot-jonjot kedelai yang
tidak lolos saring. Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian
akan diproses lebih lanjut.
Dampak : Dalam kegiatan ini menghasilkan ampas atau limbah padat dari bubur kedelai
dengan filtrat yang dihasilkan akibatnya jika limbah tersebut dibuang ke sungai lalu dihisap
oleh tumbuhan yang hidup disekitar sungai. Berkurangnya flora darat serta bersifat negatif
mengganggu estetika kenyamanan bagi masyarakat sekitarnya.
8. Penggumpalan sari kedelai
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu. Filtrat tersebut ditampung
kedalam bak besar, filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka dengan
perbandingan 1 : 5. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan
menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara lapisan atas dengan
gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas dan
lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut terjadi karena adanya koagulasi
protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan. Endapan
tersebut yang merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Penggumpalan sari
kedelai dilakukan selama 2-3 jam dan akan menghasilkan cairan sisa sari kedelai yang
kemudian dialirkan ke bak saluran air limbah.
Dampak : Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih kemudian akan diproses
selanjutnya dan diendapkan dan menggumpalkan protein akibat kegiatan tersebut akan
menghasilkan limbah padat dari filtrat tersebut sehingga jika limbah cair yang dari kolam
pengolahan yang masuk ke dalam air permukaan sungai, dimana masyarakat sekitar tinggal
akibatnya yang mungkin timbul berupa penyakit kulit serta bersifat negatif.
9. Pengepresan dan pencetakan
Proses ini dilakukan dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian
dan sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan ke dalam
cetakan yang sudah tersedia dan dialasi dengan kain dan diisi sampai penuh. Cetakan yang
digunakan berupa cetakan dari kayu berbentuk segi empat yang dilubangi kecil-kecil supaya
air dapat keluar. Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin
berat benda yang digunakan untuk mengepres semakin keras tahu yang dihasilkan. Alat
pemberat/pres biasanya mempunyai berat ± 3,5 kg dan lama pengepresan biasanya ± 1 menit,
sampai air sisa pengepresan keluar.
Dampak yang ditimbulkan dari proses pengepresan dan pencetakan tahu adalah
pencemaran air dari sisa-sisa pencetakan.
10. Pemotongan tahu
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakan dengan
cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring yang melapisi tahu. Setelah itu
tahu dipindahkan ke dalam bak yang berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum siap
dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air
dengan menggunakan pisau dan dilakukan secara cepat agar tahu tidak hancur. Pemotongan
yang dilakukan secara tidak hati-hati atau tidak cermat akan menimbulkan dampak.
Dampak yang dihasilkan yaitu sisa air yang digunakan untuk memotong. Selain itu juga
bekas pisau yang rusak setelah lama digunakan. Dan terjadinya kecelakaan kerja.
11. Perebusan tahu
Tahu yang sudah dipotong-potong kemudian direbus ke dalam panci besar dengan bahan
bakar kayu, Perebusan dilakukan selama 20 menit. Setelah itu didinginkan dengan cara
dimasukkan kedalam ember yang berisi air kemudian besok paginya siap untuk dipasarkan.
Dampak yang ditimbulkan dari proses perebusan tahu adalah asap, polusi udara, debu,
abu sisa pembakaran, dan air bekas perebusan.
12. Pengemasan tahu
Pengemasan tahu menggunakan plastik berlabel tahu “fellin” dengan jumlah 10 biji
dalam satu kemasan dan dikerjakan oleh tenaga manusia. Pengemasan dilakukan hampir
setiap hari setelah selesai produksi.
Dampak yang dihasilkan yaitu berupa plastik yang rusak karena proses tersebut.
13. Pemasaran
Yang diperjual belikan di pabrik tahu ini adalah produk tahu hasil proses produksi.
Pembelian dapat langsung maupun lewat pemesanan, dapat diambil sendiri maupun di antar
oleh karyawan pabrik menggunakan kendaraan bermotor maupun kendaraan roda empat
(mobil box). Hampir setiap pagi hingga sore banyak kendaraan yang keluar masuk pabrik
untuk mengambil produksi tahu “fellin”.
Dampak yang akan timbul yaitu debu, kebisingan, gas buang kendaraan, getaran, konflik
sosial.
BAB III

PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

A. Matrik Dampak

Sumber Dampak Jenis Dampak Besaran Dampak Keterangan


Limbah Cair Terjadinya Limbah cair yang Karena pada setiap
penurunan kualitas dihasilkan adalah tahapan produksi
air akibat sekitar 100 tidak semuanya
pembuangan liter/hari menghasilkan
limbah cair limbah
Limbah Padat Terjadinya Limbah padat yang Karena pada
(ampas tahu) penurunan kualitas dihasilkan adalah tahapan
air akibat sekitar 50kg/hari penyaringan sari
pembuangan kedelai akan
limbah padat serta menghasilkan
terjadi penimbunan limbah padat
sampah berupa ampas tahu
Asap pembakaran Terjadinya Limbah atau asap Asap yang berasal
saat perebusan atau pencemaran udara yang dihasilkan dari pembakaran
pemasakan akibat pembakaran selama produksi kayu bakar yang
kayu saat digunakan pada
perebusan atau saat pemasakan
pemasakan atau perebusan

B. Pengelolaan dampak proses produksi pembuatan tahu “ Fellin”

1. Kedelai datang
Kedelai datang diambil dari para petani kedelai, kedelai tersebut dimasukkan kedalam karung.
Dalam proses pengangkutan kedelai ke gudang penyimpanan, pabrik tersebut menggunakan kendaraan
truk karena kedelai yang didatangkan sebanyak 3500 kg untuk 1 minggu produksi tahu. Gudang
penyimpanan kedelai tersebut mempunyai akses jalan yang luas untuk keluar masuk truk, sehingga truk
dapat berhenti tepat di depan gudang penyimpanan. Kedelai biasanya datang pada siang atau malam hari
dan lokasi gudang penyimpanan tersebut terletak diantara rumah penduduk. Truk yang keluar masuk
kedalam lokasi penyimpanan menimbulkan dampak yaitu dampak negatif, yaitu :
a. Kebisingan
Pengelolaan dampak kebisingan dengan cara : mengurangi kebisingan pada kegiatan tersebut
adalah ketika jalan utama menuju gudang penyimpanan jaraknya tidak terlalu jauh maka truk
diberhentikan dijalan utama dan pengangkutan kedelai menuju penyimpanan menggunakan kereta
dorong.
b. Lingkungan menjadi kotor
Lingkungan kotor disebabkan oleh bahan baku yang tercecer akibat pengangkutan bahan
baku dari truk yang menuju ke dalam gudang penyimpanan bahan baku. Untuk mengurangi keadaan
lingkungan yang kotor ini maka memerlukan kerjasama antara karyawan, pengelola dan pemasok
bahan baku untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Pengelolaan dampak lingkungan yang
kotor dengan cara : ada karyawan khusus yang membersihkan (menyapu) kedelai yang tercecer
kemudian membuang ke tempat sampah. Waktu pelakasanaan pengelolaan dilakukan secara rutin
setiap hari dan berkala.
2. Penyimpanan bahan
Setelah kedelai datang kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan seluas 30 m2. Kedelai
yang disimpan untuk produksi 1 minggu yaitu berjumlah 3500 kg. Kedelai yang sudah dikarungi
kemudian dimasukkan dan disimpan kedalam gudang dengan cara ditumpuk-tumpuk. Jenis dampak
yang ditimbulkan yaitu dampak negatif, yaitu :
a. Tempat tinggal binatang pengganggu (tikus dan kecoa)
Pengelolaan yang dilakukan untuk menanggulangi binatang pengganggu (tikus dan kecoa)
dengan cara membersihkan gudang setiap hari, menutup semua celah yang berpotensi sebagai
tempat masuknya tikus dan kecoa serta memberantas sarang tikus dan kecoa. Pengelolaan dilakukan
setiap hari selama proses produksi berlangsung oleh karyawan (para pekerja).
b. Kerusakan bahan baku
Pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi kerusakan bahan baku di gudang dengan cara
meletakkan karung secara hati-hati kemudian menatanya dengan rapi. Pengelolaan dilakukan setiap
hari selama proses produksi berlangsung oleh karyawan.
3. Penyortiran kedelai
Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling awal dalam pembuatan
tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau belum tersimpan lama digudang. Kedelai yang
baru dapat menghasilkan tahu yang baik (aroma dan bentuk). Untuk mendapatkan tahu yang mempunyai
kualitas yang baik, diperlukan bahan baku biji kedelai yang sudah tua, kulit biji tidak keriput, biji
kedelai tidak retak dan bebas dari sisa-sisa tanaman, batu kerikil, tanah, atau biji-bijian lain. Penyortiran
bahan baku dilakukan menggunakan ayakan. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang
baik dan yang tidak baik, kemudian memakai bahan baku yang baik untuk proses produksi. Kedelai
yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih, atau hijau dan jarang menggunakan jenis kedelai yang
berwarna hitam. Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kualitas tahu tetap terjaga dengan baik.
Dampak :
a. Limbah dari kedelai yang tidak baik/rusak
Limbah dari penyortiran kedelai adalah kedelai yang tidak baik. Bahan baku yang tidak
baik/rusak tidak digunakan. Pengelolaan untuk limbah dari kedelai yang tidak baik/rusak dilakukan
oleh karyawan dengan cara menggumpulkan semua kedelai yang tidak baik/rusak dari proses
penyortiran kemudian dibuang pada tempat sampah yang telah disediakan.
4. Perendaman dan pencucian kedelai
Pada proses ini kedelai direndam sebanyak 450 kg per hari di dalam bak atau ember besar
sebanyak 15 buah yang berisi air selama ± 3-4 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk membuat
kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas. Setelah direndam, kemudian dilakukan
pengupasan kulit kedelai dengan jalan meremas-remas dalam air, kemudian dikuliti. Setelah itu air
bekas rendaman kedelai dibuang dan dilakukan pencucian kedelai. Pencucian kedelai dilakukan di
dalam ember dengan air yang mengalir. Tujuan pencucian ini adalah untuk menghilangkan kotoran yang
melekat maupun tercampur dalam kedelai karena dapat mempengaruhi kualitas produk dari pengolahan
tersebut.
Dampak : Dampak yang dihasilkan dari proses perendaman dan pencucian kedelai yaitu berupa limbah
cair. Limbah tersebut kemungkinan mengandung COD dan pH yang tinggi. Pengolahan limbah cair
biasanya dengan proses aerob dan anaerob yang menggunakan koagulan tawas untuk menurunkan kadar
COD agar ramah lingkungan.

Sistem pengelolaan limbah cair industri tahu mengunakan sistem IPAL yaitu : Limbah cair
masuk dalam penampungan air limbah. Lalu air limbah yang akan diolah dialirkan ke alat pengolahan
melalui lubang pemasukan (inlet) masuk ke bak pengendapan awal, fungsinya untuk mengendapkan
gumpalan tahu dan kotoran lainnya. Di dalam inlet air limbah diperiksa untuk mengetahui kandungan
awal limbah sebelum dilakukan pengolahan. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui kandungan yang
terdapat di air limbah. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pH dan COD. Apabila air limbah melebihi
baku mutu maka dilakukan pengolahan selanjutnya. Dalam bak pengendapan awal dilakukan
pengadukan. Setelah di lakukan pengadukan air dialirkan ke Bak koagulasi. Fungsi Bak koagulasi yaitu
unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok dan destabilisasi koloid. Teknisnya adalah
dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing) dengan menggunakan bahan tambahan tawas. Di
diamkan kurang lebih 10 menit. Air yang di diamkan 10 menit didalam bak koagulasi lalu dialirkan ke
bak sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah
didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah antara air dan gumpalan
tahu. Lalu air akan menuju pada saluran outlet dan ditampung pada bak penampung air limbah (outlet).
Sebelum dibuang ke badan air (selokan), air limbah hasil olahan (outlet) diperiksa lagi kadar pH dan
CODnya. Apabila sudah berada dibawah baku mutu maka air limbah boleh dibuang kebadan air/ sungai.
5. Penggilingan kedelai
Proses penggilingan dilakukan dengan mesin penggiling di tempat khusus untuk penggilingan.
Penggunaan mesin akan memperhalus hasil gilingan kedelai. Banyaknya bahan baku yang digiling yaitu
450 kg kedelai untuk 1 x proses produksi setiap harinya. Pada saat penggilingan diberi air mengalir agar
bubur kedelai terdorong keluar. Air yang dibutuhkan pada waktu pengilingan yaitu 20 liter/12 kg
kedelai. Hasil dari proses penggilingan berupa bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong
keluar kemudian ditampung dalam ember.
Jenis dampak yang ditimbulkan yaitu dampak negatif, yaitu :
a. Kebisingan
Pada proses penggilingan kedelai dapat menimbulkan kebisingan yang diakibatkan dari suara
mesin penggiling kedelai. Kebisingan yang dihasilkan dapat berdampak pada kesehatan karyawan
yang terpapar di ruang penggilingan kedelai.
Pengelolaan dampak kebisingan dengan cara : mengurangi kebisingan pada sumbernya
(menggunakan peredam pada sumbernya), dan proteksi dengan sumbat atau tutup telinga untuk para
pekerja (karyawan). Pengelolaan dampak kebisingan dilaksanakan oleh pemilik dan karyawan.
Waktu pelakasanaan pengelolaan dilakukan setiap hari saat melakukan pengilingan kedelai.
b. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja terjadi akibat ketidak hati-hatian/kecerobohan/kelalaian pekerja dalam
bekerja. Hal ini bisa terjadi akibat pekerja yang bekerja tidak dengan hati-hati dan tidak memakai
alat pelindung diri. Pengelolaan dampak dari kecelakaan kerja pada saat penggilingan kedelai
dengan cara memakai APD secara benar dan bekerja dengan hati-hati. Waktu pelakasanaan
pengelolaan dilakukan setiap hari saat melakukan pengilingan kedelai.
6. Perebusan bubur kedelai
Proses perebusan bubur kedelai dengan menggunakan panci besar sebanyak 5 buah dan
menggunakan tungku berbahan bakar kayu. Air yang dibutuhkan pada proses perebusan yaitu 60
liter/12kg dengan suhu 120oC selama 15 menit (mendidih). Setelah dilakukan perebusan bubur kedelai
disaring dan menghasilkan air sisa perebusan. Air sisa tersebut dibuang ke bak saluran air limbah.
Dampak :

a. Pencemaran udara (asap, debu dan abu sisa pembakaran)


Pencemaran udara berupa asap, debu dan abu sisa pembakaran didapatkan saat perebusan bubur
kedelai. Perebusan bubur kedelai menggunakan kayu bakar sehingga menimbulkan asap, debu dan
abu sisa dari pembakaran. Pengelolaan untuk menggurangi pencemaran udara dengan cara
memasang cerobong asap pada industri, menanam pohon disekitar industry dan untuk para pekerja
menggunakan APD seperti masker dan topi/penutup rambut.
b. Air limbah
Air limbah didapatkan dari sisa air perebusan bubur kedelai. Cara pengelolaan air limbah
tersebut dengan sistem IPAL seperti pada proses perendaman dan pencucian kedelai.
7. Penyaringan bubur kedelai
Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang sudah direbus) kemudian
disaring dengan saringan besar yang bisa menampung jonjot-jonjot kedelai yang tidak lolos saring. Dari
proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian akan diproses lebih lanjut.
Dampak :
a. Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan dari proses penyaringan kedelai yaitu berupa ampas dari bubur
kedelai. Ampas ini mempunyai sifat cepat basi sehingga harus cepat ditangani agar tidak
menimbulkan dampak terhadap masyarakat sekitar. Penggelolaan limbah padat dengan cara dijemur
sampai kering dan dan digunakan sebagai pakan ternak. Selain digunakan sebagai pakan ternak,
ampas tersebut dapat diolah menjadi makanan seperti oncom.
8. Penggumpalan sari kedelai
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu. Filtrat tersebut ditampung kedalam
bak besar, filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka dengan perbandingan 1 : 5. Fungsi
penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi
pemisahan antara lapisan atas dengan gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua
lapisan yaitu lapisan atas dan lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut terjadi karena
adanya koagulasi protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan.
Endapan tersebut yang merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Penggumpalan sari
kedelai dilakukan selama 2-3 jam dan akan menghasilkan cairan sisa sari kedelai yang kemudian
dialirkan ke bak saluran air limbah.
Dampak :
a. Limbah cair
Air limbah didapatkan dari sisa air penggumpalan sari kedelai. Cara pengelolaan air limbah
tersebut dengan sistem IPAL seperti pada proses perendaman dan pencucian kedelai.
9. Pengepresan dan pencetakan
Proses ini dilakukan dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian dan
sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan ke dalam cetakan yang sudah
tersedia dan dialasi dengan kain dan diisi sampai penuh. Cetakan yang digunakan berupa cetakan dari
kayu berbentuk segi empat yang dilubangi kecil-kecil supaya air dapat keluar. Selanjutnya kain
ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin berat benda yang digunakan untuk mengepres
semakin keras tahu yang dihasilkan. Alat pemberat/pres biasanya mempunyai berat ± 3,5 kg dan lama
pengepresan biasanya ± 1 menit, sampai air sisa pengepresan keluar.
Dampak :
a. Pencemaran air dari sisa-sisa pengepresan dan pencetakan berupa limbah cair
Air limbah didapatkan dari sisa air pengepresan dan pencetakan. Cara pengelolaan air limbah
tersebut dengan sistem IPAL seperti pada proses perendaman dan pencucian kedelai.
10. Pemotongan tahu
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakan dengan cara
membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring yang melapisi tahu. Setelah itu tahu dipindahkan
ke dalam bak yang berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum siap dipasarkan tahu terlebih dahulu
dipotong sesuai ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air dengan menggunakan pisau dan dilakukan
secara cepat agar tahu tidak hancur. Pemotongan yang dilakukan secara tidak hati-hati atau tidak cermat
akan menimbulkan dampak.
Dampak :
a. Kecelakan kerja
Kecelakaan kerja dalam proses pemotongan tahu meliputi penggunaan pisau kerja yang salah
atau pisau berkarat dan ketidak hati-hatian dalam bekerja. Upaya pengelolaan untuk mengatasi
kecelakaan kerja meliputi proteksi tangan dengan memakai sarung tangan untuk para pekerja
(karyawan), memakai pisau yang sesuai dan memakai APD secara benar dan bekerja. Penggelolaan
dilakukan oleh karyawan dan pengelola industry selama proses produksi berlangsung.
11. Perebusan tahu
Tahu yang sudah dipotong-potong kemudian direbus ke dalam panci besar dengan bahan bakar
kayu, Perebusan dilakukan selama 20 menit. Setelah itu didinginkan dengan cara dimasukkan kedalam
ember yang berisi air kemudian besok paginya siap untuk dipasarkan.
Dampak :
a. Pencemaran udara (asap, debu dan abu sisa pembakaran)
Pencemaran udara berupa asap, debu dan abu sisa pembakaran didapatkan saat perebusan
tahu. Perebusan tahu menggunakan kayu bakar sehingga menimbulkan asap, debu dan abu sisa dari
pembakaran. Pengelolaan untuk menggurangi pencemaran udara dengan cara memasang cerobong
asap pada industri, menanam pohon disekitar industry dan untuk para pekerja menggunakan APD
seperti masker dan topi.
12. Pengemasan tahu
Pengemasan tahu menggunakan plastik berlabel tahu “fellin” dengan jumlah 10 biji dalam satu
kemasan dan dikerjakan oleh tenaga manusia. Pengemasan dilakukan hampir setiap hari setelah selesai
produksi.
Dampak yang ditimbulkan kepada pekerja adalah pekerja akan kelelahan karena proses
pengemasan. Selain itu, plastik tersebut dapat mencemari lingkungan apabila ada yang tercecer dan
rusak sehingga plastik tersebut di buang di sembarang tempat tanpa diolah. Pengelolaan dampak dari
proses pengemasan adalah
1) Kelelahan pekerja akibat pengemasan, pengendaliannya dengan menerapkan sistem shift pada
pekerja.
2) Plastik yang tercecer dan rusak, pengendaliannya dengan menerapkan 3R (Reduce, Reuse, Recycle).
Selain itu dengan cara mengurangi jumlah plastic yang tidak digunakan, kemudian kalau masih
tersisa dengan menggunakan kembali sampah ketas/plastik.
13. Pemasaran
Yang diperjual belikan di pabrik tahu ini adalah produk tahu hasil proses produksi. Pembelian
dapat langsung maupun lewat pemesanan, dapat diambil sendiri maupun di antar oleh karyawan pabrik
menggunakan kendaraan bermotor maupun kendaraan roda empat (mobil box). Hampir setiap pagi
hingga sore banyak kendaraan yang keluar masuk pabrik untuk mengambil produksi tahu “fellin”.
Dampak :
a. Debu
Pengelolaan dampak dari adanya debu dalam proses operasional pasar menggunakan masker.
b. Kebisingan dan getaran
Pengelolaan dampak kebisingan dengan cara : mengurangi kebisingan pada sumbernya
(menggunakan peredam pada sumbernya), dan proteksi dengan sumbat atau tutup telinga untuk para
pekerja.
c. Gas buang kendaraan
Pengelolaan dampak gas buang kendaraan dengan cara : melakukan service kendaraan secara
berkala, melakukan uji emisi gas buangan kendaraan, dan menggunakan knalpot ramah lingkungan.
Pengelolaan dampak gas buang kendaraan dilaksanakan oleh pemilik kendaraan.
Pengelolaan Lingkungan

Sumber Dampak Pengelolaan Lingkungan


Jenis
No. Indikator Waktu
Jenis Kegiatan Volume Waktu Dampak Teknologi Pelaksana
Pelaksanaan
1. Kedelai datang 3.500 kg 1x Negative a. kebisingan a. mengurangi a. pemilik di pagi hari
kedelai seminggu sebelum proses
b. lingkungan kebisingan pada b. pemasok
produksi di
menjadi sumbernya truk c. para pekerja mulai.
kotor dihentikan dijalan (karyawan)
utama dan
pengangkutan
kedelai menuju
penyimpanan
menggunakan
kereta dorong.
b. membersihkan
(menyapu) kedelai
yang tercecer
kemudian
membuang ke
tempat sampah
2. penyimpanan 3.500 kg 1x Negative c. tempat a. membersihkan a. karyawan setiap hari
bahan kedelai seminggu selama proses
tinggal gudang setiap hari
produksi
binatang b. menutup semua berlangsung
pengganggu celah yang
(tikus dan berpotensi sebagai
kecoa) tempat masuknya
d. kerusakan tikus dan kecoa.
bahan baku c. Memberantas sarang
tikus dan kecoa
d. meletakkan karung
secara hati-hati
kemudian
menatanya dengan
rapi
3. penyortiran 450 kg setiap negative b. limbah dari a. Membuang limbah a. karyawan setiap hari
kedelai kedelai hari selama proses
kedelai dari kedelai yang
produksi
yang tidak tidak baik/rusak ke berlangsung
baik/rusak dalam tempat
sampah
4. perendaman 450 kg setiap negative limbah cair membuat saluran IPAL a. pemilik sebelum proses
dan pencucian kedelai hari (Instalasi Pengolahan produksi
indutri
kedelai Air Limbah) dijalankan dan
b. karyawan digunakan
selama proses
produksi
berlangsung
5. penggilingan 450 kg setiap negative a. kebisingan a. mengurangi a. karyawan setiap hari
kedelai kedelai hari selama proses
b. kecelakaan kebisingan pada
produksi
kerja sumbernya berlangsung
(menggunakan
peredam pada
sumbernya)
b. proteksi dengan
sumbat atau tutup
telinga untuk para
pekerja (karyawa)
c. memakai APD
secara benar dan
bekerja dengan hati-
hati
7. perebusan 450 kg setiap negative a. Pencemaran a. memasang a. Pemilik selama proses
bubur kedelai kedelai hari industry
udara (asap, cerobong asap pada industry
berlangsung
debu dan industry b. karyawan
abu sisa b. menanam pohon
pembakaran disekitar industry
) c. untuk para pekerja
b. Air limbah menggunakan APD
seperti masker dan
topi.
d. membuat saluran
IPAL (Instalasi
Pengolahan Air
Limbah)
8. penyaringan 10 ember setiap negative a. Limbah a. Untuk pakan ternak a. Karyawan setiap hari
bubur kedelai besar hari dan selama proses
padat b. Diolah menjadi b. Masyarakat
positif produksi
makanan seperti sekitar berlangsung
oncom industry
9. penggumpalan 10 ember setiap negative a. Limbah cair membuat saluran IPAL a. pemilik sebelum proses
sari kedelai besar hari (Instalasi Pengolahan produksi
indutri
Air Limbah) dijalankan dan
b. karyawan digunakan
selama proses
produksi
berlangsung
10. pengepresan 10 ember setiap negative a. Pencemaran membuat saluran IPAL a. pemilik sebelum proses
dan pencetakan besar hari (Instalasi Pengolahan produksi
air dari sisa- indutri
Air Limbah) dijalankan dan
sisa b. karyawan digunakan
selama proses
pencetakan
produksi
berupa berlangsung
limbah cair
11. pemotongan tahu yang setiap negative a. Kecelakaan b. proteksi tangan pengelola selama proses
tahu dihasilkan hari industri industry
kerja dengan memakai
berlangsung
sarung tangan untuk
para pekerja
(karyawan)
c. memakai pisau
yang sesuai
d. memakai APD
secara benar dan
bekerja dengan hati-
hati
12. perebusan tahu tahu yang setiap negative a. Pencemaran a. memasang a. Pemilik selama proses
dihasilkan hari industry
udara (asap, cerobong asap pada industry
berlangsung
debu dan industry b. karyawan
abu sisa b. menanam pohon
pembakaran disekitar industry
) c. untuk para pekerja
menggunakan APD
seperti masker dan
topi.
13. pengemasan tahu yang setiap negative a. kelelahan a. Menerapkan sistem karyawan setiap hari
tahu dihasilkan hari selama proses
kerja shift pada pekerja
produksi
b. Plastik b. Melakukan 3R berlangsung
rusak (Reduce, Reuse,
Recycle)
14. pemasaran tahu yang setiap negative a. Debu a. Menggunakan a. Pemilik selama proses
dihasilkan hari produksi
b. Kebisingan masker b. para pekerja
berlangsung
dan getaran b. mengurangi (karyawan)
c. Gas buang kebisingan pada
kendaraan sumbernya
(menggunakan
peredam pada
sumbernya)
c. proteksi dengan
sumbat atau tutup
telinga untuk para
pekerja.
d. melakukan service
kendaraan secara
berkala
e. melakukan uji emisi
gas buangan
kendaraan
f. menggunakan
knalpot ramah
lingkungan.
C. Pemantauan dampak proses produksi pembuatan tahu
1. Kedelai datang
Kedelai datang diambil dari para petani kedelai, kedelai tersebut dimasukkan
kedalam karung. Dalam proses pengangkutan kedelai ke gudang penyimpanan,
pabrik tersebut menggunakan kendaraan truk karena kedelai yang didatangkan
sebanyak 3500 kg untuk 1 minggu produksi tahu. Gudang penyimpanan kedelai
tersebut mempunyai akses jalan yang luas untuk keluar masuk truk, sehingga truk
dapat berhenti tepat di depan gudang penyimpanan. Kedelai biasanya datang pada
siang atau malam hari dan lokasi gudang penyimpanan tersebut terletak diantara
rumah penduduk.
Jenis dampak yang ditimbulkan yaitu dampak negatif, yaitu :
a. Kebisingan
Kebisingan bersumber dari suara truk yang lalu lalang membawa bahan
baku ke dalam wilayah industri. Suara yang ditimbulkan dari mobil truk berbeda-
beda sesuai dengan perawatan pada setiap truk. Kebisingan tersebut dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dan mengganggu kenyamanan pada
masyarakat sekitar serta pekerja (pengemudi). Untuk meminimalisir dampak ini,
diperlukan kerja sama antara pemerintah daerah, pekerja, pemilik industri serta
masyarakat setempat. Beberapa cara untuk mengatasi kebisingan antara lain
dengan memantau waktu pengangkutan dan lokasi yang akan dilewati sebagai
jalur pengangkutan serta pengukuran tingkat kebisingan dengan sound level meter
di sekitar lingkungan kerja. Pemantauan dapat dilakukan selama 6 bulan sekali
dan dilakukan oleh karyawan industri sehingga kebisingan yang terjadi dapat
diminimalisir dan dapat ditangani dengan benar dan tidak mengganggu kesehatan
masyarakat serta pemeriksaan secara berkala terhadap kesehatan pekerja dan
masyarakat sekitar.
b. Gas buang kendaraan
Gas buang bersumber dari truk. Gas buang kendaraan bergantung dengan
perawatan truk. Cara untuk memantau gas buang yaitu dengan melakukan uji
emisi kendaraan, apabila gas buang sudah melampaui baku mutu maka perlu
dilakukan penggantian knalpot atau modifikasi knalpot. Pemantauan terhadap gas
buang dipantau 6 bulan sekali dan dilakukan oleh pemilik kendaraan.
c. Lingkungan menjadi kotor
Untuk mengurangi keadaan lingkungan yang kotor ini maka memerlukan
kerjasama antara karyawan, pengelola dan pemasok bahan baku untuk selalu
menjaga kebersihan lingkungan. Pemantauan dapat dilakukan adalah dengan
melihat keadaan lingkungan industri secara rutin setiap hari, supaya lingkungan
tetap bersih dan nyaman.
2. Penyimpanan bahan
a. Tempat tinggal binatang pengganggu (tikus dan kecoa)
Bahan baku yang datang biasanya disimpan pada gudang. Pada kegiatan
penyimpanan ini mengakibatkan ruang penyimpanan menjadi penuh, sehingga
karyawan akan sulit untuk membersihkan ruangan tersebut. Akibatnya ruangan
menjadi kotor. Ruangan yang kotor dan adanya penyimpanan bahan baku menjadi
tempat tinggal vektor penyakit seperti tikus dan kecoa yang mengakibatkan
jumlah bahan baku berkurang dan dapat mengganggu kesehatan bagi pekerja,
pengelola, maupun orang-orang disekitar. Untuk meminimalisir masalah tersebut
maka dilakukan pemantauan terhadap gudang yaitu dengan melakukan survei
tikus dan kecoa yang dilakukan oleh karyawan selama seminggu sekali.
b. Kerusakan bahan baku
Kerusakan bahan baku bisaanya disebabkan oleh binatang pengganggu
seperti tikus dan kecoa serta kelakuan pegawai yang meletakkan bahan baku
secara tidak hati;hati. Selain itu, juga diakibatkan oleh penataan ruangan gudang
yang tidak sesuai.Untuk meminimalisir masalah tersebut maka dilakukan
pemantauan terhadap gudang dengan mengecek kondisi di dalam gudang
seminggu sekali yang dilakukan oleh karyawan.
3. Penyortiran kedelai
Penyortiran bahan baku dilakukan dengan cara memisahkan bahan baku yang
baik dan yang tidak baik, kemudian memakai bahan baku yang baik untuk proses
produksi. Hal ini mengakibatkan bahan baku yang tidak digunakan menjadi sampah
yang mengakibatkan sanitasi lingkungan memburuk (mengganggu estetika) dan akan
menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri. Untuk meminimalisir masalah tersebut
maka dilakukan pemantauan pada lokasi penyortiran dengan melihat kondisi dan
jumlah bahan baku yang rusak setiap harinya yang dilakukan oleh karyawan
4. Perendaman dan pencucian kedelai
Dampak yang dihasilkan dari proses perendaman dan pencucian kedelai yaitu
limbah cair yang mengandung COD dan pH yang tinggi. Pada tahap ini dilakukan
pemeriksaan berkala (6 bulan sekali) oleh petugas sanitarian meliputi pemeriksaan
limbah cair tahu dengan parameter COD dan pH pada saluran inlet dan outlet sebelum
dibuang kebadan air.
5. Penggilingan kedelai
Dampak :
a. Kebisingan
Pada proses penggilingan kedelai dapat menimbulkan kebisingan yang
diakibatkan dari suara mesin penggilingan kedelai. Kebisingan yang dihasilkan
dapat berdampak pada kesehatan karyawan yang terpapar di ruang penggilingan
kedelai. Cara pemantauan kebisingan dapat dilakukan dengan mengukur tingkat
kebisingan menggunakan sound level meter secara rutin seminggu sekali
dilakukan oleh karyawan. Selain itu juga dilakukan pemantauan terhadap
karyawan yang bekerja di ruang penggilingan dengan melihat pemakaian alat
pelindung diri berupa penutup telinga yang harus dipakai saat bekerja,
pemantauan ini dilakukan oleh pengelola industri setiap hari.
b. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja terjadi akibat ketidak hati-hatian para pekerja dalam
bekerja. Hal ini dapat terjadi akibat para pekerja tidak dengan hati-hati dan tidak
memakai alat pelindung diri (APD). Oleh karena itu, maka perlu diminimalisir
masalah tersebut dengan melakukan pemantauan pada tempat penggilingan
kedelai dengan cara melihat ada tidaknya pekerja yang sakit akibat kerja dan
mendata pekerja yang sakit serta memantau baik tidaknya sikap pekerja saat
melakukan penggilingan yang dilakukan oleh pengelola industry setiap hari.
6. Perebusan bubur kedelai
Dampak :
a. Pencemaran udara (asap, debu dan abu sisa pembakaran)
Pemantauan pencemaran udara dengan cara mengganti bahan-bahan
penyerap polutan (asap dan debu) pada cerobong asap dengan bahan yang baru
sehingga penyerapan tersebut dapat berjalan dengan baik sehingga tidak
mencemari lingkungan. Pengecekan cerobong asap dilakukan 6 bulan sekali oleh
karyawan, apabila bahan tersebut sudah rusak maka diganti dengan bahan
penyerap yang baru. Untuk para pekerja dilakukan pengawasan terhadap
penggunaan APD yang baik dan benar.
b. Air limbah
Dampak yang dihasilkan dari proses perebusan bubur kedelai yaitu limbah
cair yang mengandung COD dan pH yang tinggi. Pada tahap ini dilakukan
pemeriksaan berkala (6 bulan sekali) oleh petugas sanitarian meliputi pemeriksaan
limbah cair tahu dengan parameter COD dan pH pada saluran inlet dan outlet
sebelum dibuang kebadan air.
7. Penyaringan bubur kedelai
Dampak :
a. Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan berupa ampas yang dapat dimanfaatkan
sebagai pakan ternak dan sebagai makanan. Pemantauan pada proses penyaringan
silakukan dengan cara pengawasan pada jumlah limbah padat yang dimanfaatkan
dan yang masih menumpuk yang dilakukan oleh karyawan di tempat penumpukan
limbah padat (ampas) setiap hari selama proses produksi berlangsung
8. Penggumpalan sari kedelai
Dampak :
a. Limbah cair
Dampak yang dihasilkan dari proses penggumpalan sari kedelai yaitu
limbah cair yang mengandung COD dan pH yang tinggi. Pada tahap ini dilakukan
pemeriksaan berkala (6 bulan sekali) oleh petugas sanitarian meliputi pemeriksaan
limbah cair tahu dengan parameter COD dan pH pada saluran inlet dan outlet
sebelum dibuang kebadan air.
9. Pengepresan dan pencetakan
Dampak :
a. Pencemaran air dari sisa-sisa pencetakan berupa limbah cair
Dampak yang dihasilkan dari proses pengepresan dan pencetakan yaitu
limbah cair yang mengandung COD dan pH yang tinggi. Pada tahap ini dilakukan
pemeriksaan berkala (6 bulan sekali) oleh petugas sanitarian meliputi pemeriksaan
limbah cair tahu dengan parameter COD dan pH pada saluran inlet dan outlet
sebelum dibuang kebadan air.
10. Pemotongan kedelai
Dampak :
1. Kecelakan kerja
Pemantauan akibat kecelakaan kerja pada proses pemotongan kerja
meliputi melihat ada tidaknya pekerja yang sakit akibat kerja, mendata pekerja
yang sakit, dan memantau baik tidaknya sikap pekerja saat bekerja. Pemantauan
dilakukan oleh pengelola industry setiap hari selama proses produksi berlangsung.
11. Perebusan tahu
Dampak :
a. Pencemaran udara (asap, debu dan abu sisa pembakaran)
Pemantauan pencemaran udara dengan cara mengganti bahan-bahan
penyerap polutan (asap dan debu) pada cerobong asap dengan bahan yang baru
sehingga penyerapan tersebut dapat berjalan dengan baik sehingga tidak
mencemari lingkungan. Pengecekan cerobong asap dilakukan 6 bulan sekali oleh
karyawan, apabila bahan tersebut sudah rusak maka diganti dengan bahan
penyerap yang baru. Untuk para pekerja dilakukan pengawasan terhadap
penggunaan APD yang baik dan benar.
b. Air limbah
Dampak yang dihasilkan dari proses perebusan tahu yaitu limbah cair yang
mengandung COD dan pH yang tinggi. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan
berkala (6 bulan sekali) oleh petugas sanitarian meliputi pemeriksaan limbah cair
tahu dengan parameter COD dan pH pada saluran inlet dan outlet sebelum
dibuang kebadan air.
12. Pengemasan tahu
Dampak :
a. Plastik rusak
Pengemasan tahu menggunakan plastik sehingga menghasilkan limbah
berupa plastik yang rusak.Sehingga perlu untuk dilakukan pemantauan pada
tempat pengemasan tahu dengan melihat jumlah plastik yang rusak setiap harinya
yang dilakukan oleh karyawan.
13. Pemasaran
Dampak :
a. Debu
Debu dihasilkan dari kendaraan yang mengangkut produk tahu dan
kendaraan konsumen yang akan membeli tahu. Untuk meminimalisir masalah
tersebut maka dilakukan pemantauan pada tempat produk dipasarkan dengan
mengukur kadar debu menggunakan HVAS yang dilakukan oleh karyawan setiap
3 hari sekali, merawat tanaman secara rutin oleh karyawan, melihat penggunaan
APD pada pekerja (penggunaan masker jika memang terganggu) yang dilakukan
setiap hari oleh karyawan.
b. Kebisingan dan getaran
Kebisingan bersumber dari suara mobil pick up yang lalu lalang diwilayah
industri dan dari suara kendaraan bermotor milik konsumen. Kebisingan tersebut
dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan mengganggu kenyamanan pada
masyarakat serta pekerja (pengemudi). Untuk meminimalisir dampak ini,
diperlukan kerja sama antara pemerintah daerah, pekerja, pemilik industri serta
masyarakat setempat. Beberapa cara untuk mengatasi kebisingan antara lain
dengan memantau waktu pengangkutan dan lokasi yang akan dilewati sebagai
jalur pengangkutan serta pengukuran tingkat kebisingan dengan sound level meter
di sekitar lingkungan kerja. Pemantauan dapat dilakukan selama 6 bulan sekali
oleh karyawan serta pemerikasaan secara berkala terhadap kesehatan pekerja dan
masyarakat sekitar.
c. Gas buang kendaraan
Gas buang kendaraan dihasilkan dari kendaraan bermotor konsumen
maupun kendaraan dari industri tersebut.Untuk meminimalisir masalah tersebut
maka dilakukan pemantauan pada sekitar tempat produk dipasarkan yang
dilakukan oleh karyawan setiap 6 bulan sekali.
Pemantauan Lingkungan

Sumber Dampak Pemantauan Lingkungan


Waktu Jenis
No. Jenis Indicator Periode
Volume Pelaksan Dampak Cara Pelaksana Lokasi
Kegiatan Waktu
aan
1. bahan baku 3.500 kg 1x Negative a. kebisingan a. memantau a. karyawa industri 6 bulan sekali
datang kedelai seminggu tahu
b. gas buang waktu n
kendaraan pengangkutan
c. lingkungan dan lokasi yang
menjadi akan dilewati
kotor sebagai jalur
pengangkutan
b. melakukan
pengukuran
tingkat
kebisingan
dengan sound
level meter di
sekitar
lingkungan
kerja
c. melakukan uji
emisi
kendaraan
d. melihat
keadaan
lingkungan
industri secara
rutin setiap hari
2. penyimpanan 3.500 kg 1x Negative a. tempat a. melakukan a. karyawa gudang seminggu
bahan kedelai seminggu penyimpana sekali
tinggal survei tikus dan n
n kedelai
binatang kecoa
pengganggu b. mengecek
(tikus dan kondisi di
kecoa) dalam gudang
b. kerusakan
bahan baku
3. penyortiran 500 kg setiap negative a. Limbah dari a. melihat kondisi a. karyaw tempat setiap hari
kedelai kedelai hari penyortiran selama proses
kedelai yang dan jumlah an
kedelai produksi
tidak bahan baku berlangsung
baik/rusak yang rusak
4. perendaman 500 kg setiap negative limbah cair melakukan petugas pada IPAL 6 bulan sekali
kedelai kedelai hari pemeriksaan COD sanitarian (saluran
dan pH inlet dan
outlet)
5. pencucian 500 kg setiap negative limbah cair melakukan petugas pada IPAL 6 bulan sekali
kedelai kedelai hari pemeriksaan COD sanitarian (saluran
dan pH inlet dan
outlet)
6. penggilingan 500 kg setiap negative a. kebisingan a. mengukur a. pengelo pada a. pengukur
kedelai kedelai hari ruangan
b. kecelakaan tingkat la an dengan
tempat
kerja kebisingan industri pengilingan sound
kedelai
menggunakan b. karyaw level
sound level an meter 1
meter minggu
b. melihat sekali
pemakaian alat b. pemantau
pelindung diri an pada
berupa penutup para
telinga pada pekerja
pekerja setiap hari
c. melihat ada
tidaknya
pekerja yang
sakit akibat
kerja
d. mendata
pekerja yang
sakit
e. memantau baik
tidaknya sikap
pekerja saat
bekerja
7. perebusan 500 kg setiap negative a. Pencemaran a. pengecekan a. pemilik a. pada 6 bulan sekali
bubur kedelai kedelai hari
udara (asap, pada cerobong industri cerobon
debu dan asap. b. karyaw g asap
abu sisa b. pengantian an b. pada
pembakaran) bahan penyerap c. petugas IPAL
b. Air limbah pada cerobong sanitari (saluran
asap an inlet dan
c. pengawasan outlet)
pada para
pekerja dalam
menggunakan
APD
d. melakukan
pemeriksaan
COD dan pH
8. penyaringan 15 ember setiap negative a. Limbah pengawasan pada karyawan tempat setiap hari
bubur kedelai besar hari jumlah limbah penumpuka selama proses
padat padat yang n limbah produksi
dimanfaatkan dan padat berlangsung
yang masih (ampas)
menumpuk
9. penggumpala 15 ember setiap negative a. Limbah cair melakukan petugas pada IPAL 6 bulan sekali
n sari kedelai besar hari pemeriksaan COD sanitarian (saluran
dan pH inlet dan
outlet)
10. pengepresan 15 ember setiap negative a. Pencemaran melakukan petugas pada IPAL 6 bulan sekali
dan besar hari pemeriksaan COD sanitarian (saluran
air dari sisa-
pencetakan dan pH inlet dan
sisa outlet)
pencetakan
berupa
limbah cair
11. pemotongan tahu setiap negative a. Kecelakaan a. melihat ada pengelola pada ruang setiap hari
tahu yang hari industri pemotongan selama proses
kerja tidaknya
dihasilka tahu produksi
n pekerja yang berlangsung
sakit akibat
kerja
b. mendata
pekerja yang
sakit
c. memantau baik
tidaknya sikap
pekerja saat
bekerja
12. perebusan tahu setiap negative a. Pencemaran a. pengecekan a. pemilik a. pada 6 bulan sekali
tahu yang hari
udara (asap, pada cerobong industry cerobon
dihasilka
n debu dan asap. b. karyaw g asap
abu sisa b. pengantian an b. pada
pembakaran bahan penyerap c. petugas IPAL
) pada cerobong sanitari (saluran
b. Air limbah asap an inlet
c. pengawasan dan
pada para outlet)
pekerja dalam
menggunakan
APD
d. melakukan
pemeriksaan
COD dan pH
13. pengemasan tahu setiap negative a. Plastik rusak melihat jumlah karyawan ruangan setiap hari
tahu yang hari plastik yang rusak pengemasan selama proses
dihasilka tahu produksi
n
14. operasional tahu setiap negative 14. Debu a. mengukur karyawan a. disekitar a. pengukur
pasar yang hari
15. Kebisingan kadar debu industry an debu 3
dihasilka
n dan getaran menggunakan b. di pasar x sehari
16. Gas buang HVAS b. pemantau
kendaraan b. merawat an
tanaman secara kebisinga
rutin n 6 bulan
c. melihat sekali
penggunaan c. pemantau
APD (masker) an gas
d. memantau buang
waktu kendaraan
pengangkutan 6 bulan
dan lokasi yang sekali
akan dilewati
sebagai jalur
pengangkutan
e. pengukuran
tingkat
kebisingan
dengan sound
level meter di
sekitar
lingkungan
kerja
f. pemantauan
pada sekitar
tempat produk
dipasarkan

Anda mungkin juga menyukai