IDENTITAS PEMRAKARSA
B. Industri
1. Nama Usaha : Industri tahu “Felin”
2. Fasilitas Pendukung
a. Tempat parkir
Banyaknya motor karyawan datang dan keluar masuk parkiran. Distribusi dan pengadaan
bahan menggunakan mobil box distributor keluar masuk pabrik untuk mengambil hasil
produksi tahu “Fellin” akan menimbulkan dampak debu, kebisingan, gas buang
kendaraan, getaran, kecelakaan kerja, gangguan keamanan.
b. Kamar mandi dan WC
Kamar mandi dan WC pabrik sebanyak 6. Dampak yang akan timbul dari kamar mandi
dan wc tersebut yaitu adanya bau, limbah padat dan limbah cair, lingkungan sanitasi
kurang dan terganggunya kesehatan.
c. Gudang
Gudang seluas 30m2 yang didalamnya terdapat tumpukan kedelai untuk bahan baku
pembuatan tahu akan menimbulkan dampak yaitu munculnya berbagai binatang
pengganggu (tikus, kecoa), debu.
Kedelai datang
Penyimpanan
bahan
Penyortiran kedelai
Perendaman dan
pencucian kedelai
Penggilingan kedelai
Perebusan bubur
kedelai
Penyaringan bubur
kedelai
Penggumpalan sari
kedelai
b. Uraian Kegiatan
Kegiatan proses produksi di Industri Tahu, meliputi :
1. Kedelai datang
Kedelai datang diambil dari para petani kedelai, kedelai tersebut dimasukkan kedalam
karung. Dalam proses pengangkutan kedelai ke gudang penyimpanan, pabrik tersebut
menggunakan kendaraan truk karena kedelai yang didatangkan sebanyak 3500 kg untuk 1
minggu produksi tahu. Gudang penyimpanan kedelai tersebut mempunyai akses jalan yang
luas untuk keluar masuk truk, sehingga truk dapat berhenti tepat di depan gudang
penyimpanan. Kedelai biasanya datang pada siang atau malam hari dan lokasi gudang
penyimpanan tersebut terletak diantara rumah penduduk.
2. Penyimpanan bahan
Setelah kedelai datang kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan seluas 30 m2.
Kedelai yang disimpan untuk produksi 1 minggu yaitu berjumlah 3500 kg. Kedelai yang
sudah dikarungi kemudian dimasukkan dan disimpan kedalam gudang dengan cara
ditumpuk-tumpuk.
3. Penyortiran kedelai
Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling awal dalam
pembuatan tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau belum tersimpan lama
digudang. Kedelai yang baru dapat menghasilkan tahu yang baik (aroma dan bentuk). Untuk
mendapatkan tahu yang mempunyai kualitas yang baik, diperlukan bahan baku biji kedelai
yang sudah tua, kulit biji tidak keriput, biji kedelai tidak retak dan bebas dari sisa-sisa
tanaman, batu kerikil, tanah, atau biji-bijian lain. Penyortiran bahan baku dilakukan
menggunakan ayakan. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang baik dan
yang tidak baik, kemudian memakai bahan baku yang baik untuk proses produksi. Kedelai
yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih, atau hijau dan jarang menggunakan jenis
kedelai yang berwarna hitam. Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kualitas tahu tetap
terjaga dengan baik.
4. Perendaman dan pencucian kedelai
Pada proses ini kedelai direndam sebanyak 450 kg per hari di dalam bak atau ember besar
sebanyak 15 buah yang berisi air selama ± 3-4 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk
membuat kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas. Setelah direndam, kemudian
dilakukan pengupasan kulit kedelai dengan jalan meremas-remas dalam air, kemudian
dikuliti. Setelah itu air bekas rendaman kedelai dibuang dan dilakukan pencucian kedelai.
Pencucian kedelai dilakukan di dalam ember dengan air yang mengalir. Tujuan pencucian ini
adalah untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun tercampur dalam kedelai karena
dapat mempengaruhi kualitas produk dari pengolahan tersebut.
5. Penggilingan kedelai
Proses penggilingan dilakukan dengan mesin penggiling di tempat khusus untuk
penggilingan. Penggunaan mesin akan memperhalus hasil gilingan kedelai. Banyaknya bahan
baku yang digiling yaitu 450 kg kedelai untuk 1 x proses produksi setiap harinya. Pada saat
penggilingan diberi air mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar. Air yang dibutuhkan
pada waktu pengilingan yaitu 20 liter/12 kg kedelai. Hasil dari proses penggilingan berupa
bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong keluar kemudian ditampung dalam
ember.
6. Perebusan bubur kedelai
Proses perebusan bubur kedelai dengan menggunakan panci besar sebanyak 5 buah dan
menggunakan tungku berbahan bakar kayu. Air yang dibutuhkan pada proses perebusan yaitu
60 liter/12kg dengan suhu 120oC selama 15 menit (mendidih). Setelah dilakukan perebusan
bubur kedelai disaring dan menghasilkan air sisa perebusan. Air sisa tersebut dibuang ke bak
saluran air limbah.
7. Penyaringan bubur kedelai
Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang sudah direbus)
kemudian disaring dengan saringan besar yang bisa menampung jonjot-jonjot kedelai yang
tidak lolos saring. Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian
akan diproses lebih lanjut.
8. Penggumpalan sari kedelai
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu. Filtrat tersebut ditampung
kedalam bak besar, filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka dengan
perbandingan 1 : 5. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan
menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara lapisan atas dengan
gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas dan
lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut terjadi karena adanya koagulasi
protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan. Endapan
tersebut yang merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Penggumpalan sari
kedelai dilakukan selama 2-3 jam dan akan menghasilkan cairan sisa sari kedelai yang
kemudian dialirkan ke bak saluran air limbah.
9. Pengepresan dan pencetakan
Proses ini dilakukan dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian
dan sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan ke dalam
cetakan yang sudah tersedia dan dialasi dengan kain dan diisi sampai penuh. Cetakan yang
digunakan berupa cetakan dari kayu berbentuk segi empat yang dilubangi kecil-kecil supaya
air dapat keluar. Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin
berat benda yang digunakan untuk mengepres semakin keras tahu yang dihasilkan. Alat
pemberat/pres biasanya mempunyai berat ± 3,5 kg dan lama pengepresan biasanya ± 1 menit,
sampai air sisa pengepresan keluar.
10. Pemotongan tahu
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakan dengan
cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring yang melapisi tahu. Setelah itu
tahu dipindahkan ke dalam bak yang berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum siap
dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air
dengan menggunakan pisau dan dilakukan secara cepat agar tahu tidak hancur. Pemotongan
yang dilakukan secara tidak hati-hati atau tidak cermat akan menimbulkan dampak.
11. Perebusan tahu
Tahu yang sudah dipotong-potong kemudian direbus ke dalam panci besar dengan bahan
bakar kayu, Perebusan dilakukan selama 20 menit. Setelah itu didinginkan dengan cara
dimasukkan kedalam ember yang berisi air kemudian besok paginya siap untuk dipasarkan.
12. Pengemasan tahu
Pengemasan tahu menggunakan plastik berlabel tahu “fellin” dengan jumlah 10 biji
dalam satu kemasan dan dikerjakan oleh tenaga manusia. Pengemasan dilakukan hampir
setiap hari setelah selesai produksi.
13. Pemasaran
Yang diperjual belikan di pabrik tahu ini adalah produk tahu hasil proses produksi.
Pembelian dapat langsung maupun lewat pemesanan, dapat diambil sendiri maupun di antar
oleh karyawan pabrik menggunakan kendaraan bermotor maupun kendaraan roda empat
(mobil box). Hampir setiap pagi hingga sore banyak kendaraan yang keluar masuk pabrik
untuk mengambil produksi tahu “fellin”.
c. Uraian Dampak Kegiatan
Kegiatan proses produksi di Industri Tahu, meliputi :
1. Kedelai datang
Kedelai datang diambil dari para petani kedelai, kedelai tersebut dimasukkan kedalam
karung. Dalam proses pengangkutan kedelai ke gudang penyimpanan, pabrik tersebut
menggunakan kendaraan truk karena kedelai yang didatangkan sebanyak 3500 kg untuk 1
minggu produksi tahu. Gudang penyimpanan kedelai tersebut mempunyai akses jalan yang
luas untuk keluar masuk truk, sehingga truk dapat berhenti tepat di depan gudang
penyimpanan. Kedelai biasanya datang pada siang atau malam hari dan lokasi gudang
penyimpanan tersebut terletak diantara rumah penduduk.
Dampak : truk pengangkut kedelai yang keluar masuk ke dalam gudang menimbulkan
gangguan bagi masyarakat sekitar karena bising oleh kegiatan pengangkutan dan pemindahan
kedelai ke dalam gudang serta lingkungan akan menjadi kotor.
2. Penyimpanan bahan
Setelah kedelai datang kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan seluas 30 m2.
Kedelai yang disimpan untuk produksi 1 minggu yaitu berjumlah 3500 kg. Kedelai yang
sudah dikarungi kemudian dimasukkan dan disimpan kedalam gudang dengan cara
ditumpuk-tumpuk.
Dampak : Biasanya bahan baku disimpan digudang menyebabkan ruangan akan penuh
sehingga karyawan akan sulit untuk membersihkan sserta menjadi tempat tinggal binatang
pengganggu seperti kecoa, tikus sehingga bahan baku berkurang karena sebagian rusak dan
gangguan keamanan.
3. Penyortiran kedelai
Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling awal dalam
pembuatan tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau belum tersimpan lama
digudang. Kedelai yang baru dapat menghasilkan tahu yang baik (aroma dan bentuk). Untuk
mendapatkan tahu yang mempunyai kualitas yang baik, diperlukan bahan baku biji kedelai
yang sudah tua, kulit biji tidak keriput, biji kedelai tidak retak dan bebas dari sisa-sisa
tanaman, batu kerikil, tanah, atau biji-bijian lain. Penyortiran bahan baku dilakukan
menggunakan ayakan. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang baik dan
yang tidak baik, kemudian memakai bahan baku yang baik untuk proses produksi. Kedelai
yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih, atau hijau dan jarang menggunakan jenis
kedelai yang berwarna hitam. Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kualitas tahu tetap
terjaga dengan baik.
Dampak yang ditimbulkan dari proses pemilihan (penyortiran) kedelai adalah sampah
dari sisa-sisa biji kedelai yang sudah tua, kulit biji yang keriput, biji kedelai yang retak, sisa-
sisa tanaman, batu kerikil, tanah dan biji-bijian lain biasanya menghasilkan limbah dari
kedelai yang tidak baik sehingga lingkungan sanitasi akan terganggu.
4. Perendaman dan pencucian kedelai
Pada proses ini kedelai direndam sebanyak 450 kg per hari di dalam bak atau ember besar
sebanyak 15 buah yang berisi air selama ± 3-4 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk
membuat kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas. Setelah direndam, kemudian
dilakukan pengupasan kulit kedelai dengan jalan meremas-remas dalam air, kemudian
dikuliti. Setelah itu air bekas rendaman kedelai dibuang dan dilakukan pencucian kedelai.
Pencucian kedelai dilakukan di dalam ember dengan air yang mengalir. Tujuan pencucian ini
adalah untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun tercampur dalam kedelai karena
dapat mempengaruhi kualitas produk dari pengolahan tersebut.
Dampak yang terjadi pada kegiatan perendaman kedelai sampai proses akhir pemisahan
jonjot-jonjot tahu berupa limbah cair sehingga kandungan pencemar limbah CODnya tinggi
dan pHnya tinggi sehingga limbah cair tertentu bila dibuang ke badan air dan jonjot-jonjot
tahu yang telah diolah kemudian dibuang ke sungai lalu dihisap oleh tumbuhan yang hidup di
sekitar sungai. Resiko yang mungkin timbul berupa berkurangnya kemampuan tumbuhan
dalam berfotosintesis sehingga menyebabkan tumbuhan tersebut mati serta bersifat negatif.
5. Penggilingan kedelai
Proses penggilingan dilakukan dengan mesin penggiling di tempat khusus untuk
penggilingan. Penggunaan mesin akan memperhalus hasil gilingan kedelai. Banyaknya bahan
baku yang digiling yaitu 450 kg kedelai untuk 1 x proses produksi setiap harinya. Pada saat
penggilingan diberi air mengalir agar bubur kedelai terdorong keluar. Air yang dibutuhkan
pada waktu pengilingan yaitu 20 liter/12 kg kedelai. Hasil dari proses penggilingan berupa
bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong keluar kemudian ditampung dalam
ember.
Dampak : Penggilingan kedelai menggunakan mesin penggiling biji kedelai dengan
tenaga penggerak dari motor listrik dampak dari kegiatan ini adalah suara bising sehingga
terganggunya kenyamanan masyarakat, selain itu juga kemungkinan terjadinya kecelakaan
kerja.
6. Perebusan bubur kedelai
Proses perebusan bubur kedelai dengan menggunakan panci besar sebanyak 5 buah dan
menggunakan tungku berbahan bakar kayu. Air yang dibutuhkan pada proses perebusan yaitu
60 liter/12kg dengan suhu 120oC selama 15 menit (mendidih). Setelah dilakukan perebusan
bubur kedelai disaring dan menghasilkan air sisa perebusan. Air sisa tersebut dibuang ke bak
saluran air limbah.
Dampak : Dalam kegiatan ini menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari sisa-sisa
pembangunan rumah dampak dari kegiatan ini biasanya akan terjadi pencemaraan udara dari
asap dan debu sisa pembakaran akibatnya warga khususnya para karyawan pabrik akan
kurang nyaman akibat terhirupnya asap dan abu tersebut.
7. Penyaringan bubur kedelai
Dalam keadaan panas cairan bahan baku tahu (bubur kedelai yang sudah direbus)
kemudian disaring dengan saringan besar yang bisa menampung jonjot-jonjot kedelai yang
tidak lolos saring. Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu yang kemudian
akan diproses lebih lanjut.
Dampak : Dalam kegiatan ini menghasilkan ampas atau limbah padat dari bubur kedelai
dengan filtrat yang dihasilkan akibatnya jika limbah tersebut dibuang ke sungai lalu dihisap
oleh tumbuhan yang hidup disekitar sungai. Berkurangnya flora darat serta bersifat negatif
mengganggu estetika kenyamanan bagi masyarakat sekitarnya.
8. Penggumpalan sari kedelai
Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih seperti susu. Filtrat tersebut ditampung
kedalam bak besar, filtrat yang didapat kemudian ditambahkan asam cuka dengan
perbandingan 1 : 5. Fungsi penambahan asam cuka adalah mengendapkan dan
menggumpalkan protein tahu sehingga terjadi pemisahan antara lapisan atas dengan
gumpalan tahu. Setelah ditambahkan asam cuka terbentuk dua lapisan yaitu lapisan atas dan
lapisan bawah (filtrat/endapan tahu). Endapan tersebut terjadi karena adanya koagulasi
protein yang disebabkan adanya reaksi antara protein dan asam yang ditambahkan. Endapan
tersebut yang merupakan bahan utama yang akan dicetak menjadi tahu. Penggumpalan sari
kedelai dilakukan selama 2-3 jam dan akan menghasilkan cairan sisa sari kedelai yang
kemudian dialirkan ke bak saluran air limbah.
Dampak : Dari proses penyaringan diperoleh filtrat putih kemudian akan diproses
selanjutnya dan diendapkan dan menggumpalkan protein akibat kegiatan tersebut akan
menghasilkan limbah padat dari filtrat tersebut sehingga jika limbah cair yang dari kolam
pengolahan yang masuk ke dalam air permukaan sungai, dimana masyarakat sekitar tinggal
akibatnya yang mungkin timbul berupa penyakit kulit serta bersifat negatif.
9. Pengepresan dan pencetakan
Proses ini dilakukan dengan cara cairan bening diatas gumpalan tahu dibuang sebagian
dan sisanya untuk air asam. Gumpalan tahu kemudian diambil dan dituangkan ke dalam
cetakan yang sudah tersedia dan dialasi dengan kain dan diisi sampai penuh. Cetakan yang
digunakan berupa cetakan dari kayu berbentuk segi empat yang dilubangi kecil-kecil supaya
air dapat keluar. Selanjutnya kain ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Semakin
berat benda yang digunakan untuk mengepres semakin keras tahu yang dihasilkan. Alat
pemberat/pres biasanya mempunyai berat ± 3,5 kg dan lama pengepresan biasanya ± 1 menit,
sampai air sisa pengepresan keluar.
Dampak yang ditimbulkan dari proses pengepresan dan pencetakan tahu adalah
pencemaran air dari sisa-sisa pencetakan.
10. Pemotongan tahu
Setelah proses pencetakan selesai, tahu yang sudah jadi dikeluarkan dari cetakan dengan
cara membalik cetakan dan kemudian membuka kain saring yang melapisi tahu. Setelah itu
tahu dipindahkan ke dalam bak yang berisi air agar tahu tidak hancur. Sebelum siap
dipasarkan tahu terlebih dahulu dipotong sesuai ukuran. Pemotongan dilakukan di dalam air
dengan menggunakan pisau dan dilakukan secara cepat agar tahu tidak hancur. Pemotongan
yang dilakukan secara tidak hati-hati atau tidak cermat akan menimbulkan dampak.
Dampak yang dihasilkan yaitu sisa air yang digunakan untuk memotong. Selain itu juga
bekas pisau yang rusak setelah lama digunakan. Dan terjadinya kecelakaan kerja.
11. Perebusan tahu
Tahu yang sudah dipotong-potong kemudian direbus ke dalam panci besar dengan bahan
bakar kayu, Perebusan dilakukan selama 20 menit. Setelah itu didinginkan dengan cara
dimasukkan kedalam ember yang berisi air kemudian besok paginya siap untuk dipasarkan.
Dampak yang ditimbulkan dari proses perebusan tahu adalah asap, polusi udara, debu,
abu sisa pembakaran, dan air bekas perebusan.
12. Pengemasan tahu
Pengemasan tahu menggunakan plastik berlabel tahu “fellin” dengan jumlah 10 biji
dalam satu kemasan dan dikerjakan oleh tenaga manusia. Pengemasan dilakukan hampir
setiap hari setelah selesai produksi.
Dampak yang dihasilkan yaitu berupa plastik yang rusak karena proses tersebut.
13. Pemasaran
Yang diperjual belikan di pabrik tahu ini adalah produk tahu hasil proses produksi.
Pembelian dapat langsung maupun lewat pemesanan, dapat diambil sendiri maupun di antar
oleh karyawan pabrik menggunakan kendaraan bermotor maupun kendaraan roda empat
(mobil box). Hampir setiap pagi hingga sore banyak kendaraan yang keluar masuk pabrik
untuk mengambil produksi tahu “fellin”.
Dampak yang akan timbul yaitu debu, kebisingan, gas buang kendaraan, getaran, konflik
sosial.
BAB III
A. Matrik Dampak
1. Kedelai datang
Kedelai datang diambil dari para petani kedelai, kedelai tersebut dimasukkan kedalam karung.
Dalam proses pengangkutan kedelai ke gudang penyimpanan, pabrik tersebut menggunakan kendaraan
truk karena kedelai yang didatangkan sebanyak 3500 kg untuk 1 minggu produksi tahu. Gudang
penyimpanan kedelai tersebut mempunyai akses jalan yang luas untuk keluar masuk truk, sehingga truk
dapat berhenti tepat di depan gudang penyimpanan. Kedelai biasanya datang pada siang atau malam hari
dan lokasi gudang penyimpanan tersebut terletak diantara rumah penduduk. Truk yang keluar masuk
kedalam lokasi penyimpanan menimbulkan dampak yaitu dampak negatif, yaitu :
a. Kebisingan
Pengelolaan dampak kebisingan dengan cara : mengurangi kebisingan pada kegiatan tersebut
adalah ketika jalan utama menuju gudang penyimpanan jaraknya tidak terlalu jauh maka truk
diberhentikan dijalan utama dan pengangkutan kedelai menuju penyimpanan menggunakan kereta
dorong.
b. Lingkungan menjadi kotor
Lingkungan kotor disebabkan oleh bahan baku yang tercecer akibat pengangkutan bahan
baku dari truk yang menuju ke dalam gudang penyimpanan bahan baku. Untuk mengurangi keadaan
lingkungan yang kotor ini maka memerlukan kerjasama antara karyawan, pengelola dan pemasok
bahan baku untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Pengelolaan dampak lingkungan yang
kotor dengan cara : ada karyawan khusus yang membersihkan (menyapu) kedelai yang tercecer
kemudian membuang ke tempat sampah. Waktu pelakasanaan pengelolaan dilakukan secara rutin
setiap hari dan berkala.
2. Penyimpanan bahan
Setelah kedelai datang kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan seluas 30 m2. Kedelai
yang disimpan untuk produksi 1 minggu yaitu berjumlah 3500 kg. Kedelai yang sudah dikarungi
kemudian dimasukkan dan disimpan kedalam gudang dengan cara ditumpuk-tumpuk. Jenis dampak
yang ditimbulkan yaitu dampak negatif, yaitu :
a. Tempat tinggal binatang pengganggu (tikus dan kecoa)
Pengelolaan yang dilakukan untuk menanggulangi binatang pengganggu (tikus dan kecoa)
dengan cara membersihkan gudang setiap hari, menutup semua celah yang berpotensi sebagai
tempat masuknya tikus dan kecoa serta memberantas sarang tikus dan kecoa. Pengelolaan dilakukan
setiap hari selama proses produksi berlangsung oleh karyawan (para pekerja).
b. Kerusakan bahan baku
Pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi kerusakan bahan baku di gudang dengan cara
meletakkan karung secara hati-hati kemudian menatanya dengan rapi. Pengelolaan dilakukan setiap
hari selama proses produksi berlangsung oleh karyawan.
3. Penyortiran kedelai
Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling awal dalam pembuatan
tahu. Kedelai yang baik adalah kedelai yang baru atau belum tersimpan lama digudang. Kedelai yang
baru dapat menghasilkan tahu yang baik (aroma dan bentuk). Untuk mendapatkan tahu yang mempunyai
kualitas yang baik, diperlukan bahan baku biji kedelai yang sudah tua, kulit biji tidak keriput, biji
kedelai tidak retak dan bebas dari sisa-sisa tanaman, batu kerikil, tanah, atau biji-bijian lain. Penyortiran
bahan baku dilakukan menggunakan ayakan. Penyortiran dilakukan untuk memisahkan bahan baku yang
baik dan yang tidak baik, kemudian memakai bahan baku yang baik untuk proses produksi. Kedelai
yang digunakan biasanya berwarna kuning, putih, atau hijau dan jarang menggunakan jenis kedelai yang
berwarna hitam. Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kualitas tahu tetap terjaga dengan baik.
Dampak :
a. Limbah dari kedelai yang tidak baik/rusak
Limbah dari penyortiran kedelai adalah kedelai yang tidak baik. Bahan baku yang tidak
baik/rusak tidak digunakan. Pengelolaan untuk limbah dari kedelai yang tidak baik/rusak dilakukan
oleh karyawan dengan cara menggumpulkan semua kedelai yang tidak baik/rusak dari proses
penyortiran kemudian dibuang pada tempat sampah yang telah disediakan.
4. Perendaman dan pencucian kedelai
Pada proses ini kedelai direndam sebanyak 450 kg per hari di dalam bak atau ember besar
sebanyak 15 buah yang berisi air selama ± 3-4 jam. Tujuan dari perendaman ini adalah untuk membuat
kedelai menjadi lunak dan kulitnya mudah dikelupas. Setelah direndam, kemudian dilakukan
pengupasan kulit kedelai dengan jalan meremas-remas dalam air, kemudian dikuliti. Setelah itu air
bekas rendaman kedelai dibuang dan dilakukan pencucian kedelai. Pencucian kedelai dilakukan di
dalam ember dengan air yang mengalir. Tujuan pencucian ini adalah untuk menghilangkan kotoran yang
melekat maupun tercampur dalam kedelai karena dapat mempengaruhi kualitas produk dari pengolahan
tersebut.
Dampak : Dampak yang dihasilkan dari proses perendaman dan pencucian kedelai yaitu berupa limbah
cair. Limbah tersebut kemungkinan mengandung COD dan pH yang tinggi. Pengolahan limbah cair
biasanya dengan proses aerob dan anaerob yang menggunakan koagulan tawas untuk menurunkan kadar
COD agar ramah lingkungan.
Sistem pengelolaan limbah cair industri tahu mengunakan sistem IPAL yaitu : Limbah cair
masuk dalam penampungan air limbah. Lalu air limbah yang akan diolah dialirkan ke alat pengolahan
melalui lubang pemasukan (inlet) masuk ke bak pengendapan awal, fungsinya untuk mengendapkan
gumpalan tahu dan kotoran lainnya. Di dalam inlet air limbah diperiksa untuk mengetahui kandungan
awal limbah sebelum dilakukan pengolahan. Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui kandungan yang
terdapat di air limbah. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pH dan COD. Apabila air limbah melebihi
baku mutu maka dilakukan pengolahan selanjutnya. Dalam bak pengendapan awal dilakukan
pengadukan. Setelah di lakukan pengadukan air dialirkan ke Bak koagulasi. Fungsi Bak koagulasi yaitu
unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok dan destabilisasi koloid. Teknisnya adalah
dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing) dengan menggunakan bahan tambahan tawas. Di
diamkan kurang lebih 10 menit. Air yang di diamkan 10 menit didalam bak koagulasi lalu dialirkan ke
bak sedimentasi. Unit ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel koloid yang sudah
didestabilisasi oleh unit sebelumnya. Dalam bak sedimentasi, akan terpisah antara air dan gumpalan
tahu. Lalu air akan menuju pada saluran outlet dan ditampung pada bak penampung air limbah (outlet).
Sebelum dibuang ke badan air (selokan), air limbah hasil olahan (outlet) diperiksa lagi kadar pH dan
CODnya. Apabila sudah berada dibawah baku mutu maka air limbah boleh dibuang kebadan air/ sungai.
5. Penggilingan kedelai
Proses penggilingan dilakukan dengan mesin penggiling di tempat khusus untuk penggilingan.
Penggunaan mesin akan memperhalus hasil gilingan kedelai. Banyaknya bahan baku yang digiling yaitu
450 kg kedelai untuk 1 x proses produksi setiap harinya. Pada saat penggilingan diberi air mengalir agar
bubur kedelai terdorong keluar. Air yang dibutuhkan pada waktu pengilingan yaitu 20 liter/12 kg
kedelai. Hasil dari proses penggilingan berupa bubur kedelai. Bubur kedelai yang sudah terdorong
keluar kemudian ditampung dalam ember.
Jenis dampak yang ditimbulkan yaitu dampak negatif, yaitu :
a. Kebisingan
Pada proses penggilingan kedelai dapat menimbulkan kebisingan yang diakibatkan dari suara
mesin penggiling kedelai. Kebisingan yang dihasilkan dapat berdampak pada kesehatan karyawan
yang terpapar di ruang penggilingan kedelai.
Pengelolaan dampak kebisingan dengan cara : mengurangi kebisingan pada sumbernya
(menggunakan peredam pada sumbernya), dan proteksi dengan sumbat atau tutup telinga untuk para
pekerja (karyawan). Pengelolaan dampak kebisingan dilaksanakan oleh pemilik dan karyawan.
Waktu pelakasanaan pengelolaan dilakukan setiap hari saat melakukan pengilingan kedelai.
b. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja terjadi akibat ketidak hati-hatian/kecerobohan/kelalaian pekerja dalam
bekerja. Hal ini bisa terjadi akibat pekerja yang bekerja tidak dengan hati-hati dan tidak memakai
alat pelindung diri. Pengelolaan dampak dari kecelakaan kerja pada saat penggilingan kedelai
dengan cara memakai APD secara benar dan bekerja dengan hati-hati. Waktu pelakasanaan
pengelolaan dilakukan setiap hari saat melakukan pengilingan kedelai.
6. Perebusan bubur kedelai
Proses perebusan bubur kedelai dengan menggunakan panci besar sebanyak 5 buah dan
menggunakan tungku berbahan bakar kayu. Air yang dibutuhkan pada proses perebusan yaitu 60
liter/12kg dengan suhu 120oC selama 15 menit (mendidih). Setelah dilakukan perebusan bubur kedelai
disaring dan menghasilkan air sisa perebusan. Air sisa tersebut dibuang ke bak saluran air limbah.
Dampak :