Pendapatan kerajaan yang berasal dari pajak akan dikembalikan kepada rakyat untuk
membangun infrastruktur seperti membangun jalan, jembatan, tempat ibadah, dll, atau digunakan
untuk membayar gaji pejabat kerajaan. Tidak setiap desa atau penduduk desa harus membayar
pajak. Dalam kasus tertentu, ada desa-desa yang sepenuhnya dibebaskan dari retribusi atau pajak
seperti yang ditunjukkan di Selomandi II Prasasti (Yamin, 1962). Oleh karena itu, raja
mengeluarkan dekrit pada pembebasan pajak disebut rajamudra. Jenis pajak dibebaskan adalah:
putajenan, ririmbangan, pabata, titisara, rarawuhan, titiban, jajalukan, susuguhan, pangisi kendi,
sosorokan, garem, hurug-hurugan dalan. Pujatenan berarti pelayanan masyarakat, riribangan
adalah pajak atas pembuatan batu bata / jual batu bata, rarawuhan didefinisikan sebagai iuran
untuk perbaikan jalan.
VIII. Kesimpulan
Masyarakat Majapahit telah mengenal dan menerapkan akuntansi dalam arti luas dalam kegiatan
ekonomi mereka. Ini jelas terbukti dengan ditemukannya mata uang yang digunakan sebagai alat
tukar dalam kegiatan ekonomi. Bukti lain adanya akuntansi Majapahit adalah penemuan prasasti
yang berisi sistem pengumpulan dan klaim (catatan piutang) pajak, yang dibuat untuk mencatat
semua kegiatan ekonomi. Negarakretagama menyebutkan bahwa upeti harus diberikan kepada
raja sebagai bentuk loyalitas masyarakat.
Konsep power-knowledge Foucault juga terlihat dalam pengembangan akuntansi Majapahit.
Kekuatan Hayam Wuruk dan Gajah Mada merupakan kekuatan dalam masyarakat yang
membentuk perilaku orang Majapahit dalam kehidupan sosial mereka. Legislasi dari Kerajaan
Majapahit membuktikan bahwa kekuatan Hayam Wuruk dan Gajah Mada menjadi kekuatan
yang memiliki peran penting dalam membentuk pola akuntansi kerajaan, Gajah Mada
menggunakan semua pengetahuan yang telah ia miliki di semua bidang kemasyarakatan,
termasuk akuntansi. Kekuatan pengetahuan Gajah Mada menghasilkan konsep kekuasaan.
Misalnya, melalui pengetahuan tentang politik, Gajah Mada menjadikannya sebagai referensi
untuk membangun kekuatan yang lebih luas. Sumpah palapa yang dijanjikan oleh Gajah Mada
merupakan salah satu bentuk konsep power-knowledge. Dalam arti yang lebih luas, sumpah
palapa itu berjanji dengan dasar apapun, Gajah Mada telah memikirkan dengan seksama tentang
bidang-bidang yang harus berada di bawah kekuasaan Majapahit. kondisi ekonomi Majapahit
yang terbatas di industri pertanian yang kecil, membuat Gajah Mada memutar otak untuk
merumuskan strategi dalam mengembangkan ekonomi kerajaan. Daerah yang disebutkan dalam
sumpah Palapa memiliki sumber daya yang besar. Beberapa daerah adalah warisan kerajaan
besar yang ada di masa lalu. Ini membuktikan bahwa kemampuan pengetahuan Gajah Mada
menjadi acuan dalam pembentukan kekuasaan Majapahit.
IX. keterbatasan
Karena keterbatasan waktu untuk melakukan penelitian, ada kesulitan dalam memperoleh
peninggalan yang lebih akurat dari Majapahit. Temuan mengenai dengan bentuk akuntansi di era
pemerintahan Gajah Mada belum bisa dibuktikan secara empiris karena peneliti lebih menangani
peristiwa-peristiwa yang tidak sepenuhnya terjadi di era Majapahit.
X. Saran
Untuk membuat dasar lebih lengkap dari sejarah akuntansi Indonesia, maka penelitian di masa
depan disarankan untuk menyelidiki sejarah akuntansi dari kerajaan lain di Indonesia.