TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Geomorfologi
pegunungan Morfologi ini menempati hampir dua pertiga luas daerah yang
dipetakan yaitu di bagian tengah, utara, timurlaut dan selatan. Daerah ini umumnya
berlereng terjal dan curam, puncak bukitnya berkisar dari 800 sampai 3.000 m.
Puncak tertinggi adalah Bulu Ganda dewata (±3.074 m) dan Bulu Potali (±3.008
m). Halaan tertentu tidak terdapat pada sebaran gunung tersebut, akibatnya pola
dengan keadaan tanah bawahnya. Di banyak tempat terdapat air terjun, yang
menunjukkan ciri kemudaan daerah. Ciri lain berupa lembah yang sempit dan
curam. Di sekitar Barupu dan Panggala, terdapat suatu morfologi, yang berpola
topografi krast dan dataran aluvium sempit, yaitu di sekitar Rantepao. Gua alamiah
pemakaman.
Daerah pebukitan bergelombang
Morfologi ini terdapat di bagian baratdaya Lembar Mamuju, yaitu daerah antara
Teluk Lebani dan Teluk Mamuju. Tinggi pebukitan berkisar dan 500 sampai 600
Dataran rendah menempati bagian barat Lembar Mamuju, yaitu sepanjang pantai
II.1.2 Stratigrafi
Satuan tertua di Lembar ini adalah Batuan Malihan (TRw) yang terdiri dari sekis,
genes, filit dan batusabak. Satuan ini mungkin dapat disamakan dengan Kompleks
Wana di Lembar Pasangkayu yang diduga berumur lebih tua dan Kapur dan
tertindih takselaras oleh Formasi Latimojong (Kls). Formasi tersusun oleh filit,
Satuan berikutnya adalah Formasi Toraja (Tet) terdiri dari batupasir kuarsa,
merah atau ungu. Formasi ini mempunyai Anggota Rantepao (Tetr) yang terdiri
dari batugamping numulit berumur Eosen Tengah Eosen Akhir. Formasi Toraja
Gunungapi Lamasi (Toml) yang terdiri dari batuan gunungapi, sedimen gunungapi
dan batugamping yang berumur Oligo-Miosen atau Oligosen Akhir - Miosen Awal.
oleh Formasi Riu (Tmr) yang terdiri dari batugamping dan napal. Formasi Riu
berumur Miosen Awal - Miosen Tengah, tertindih takselaras oleh Formasi Sekala
(Tmps) dan Batuan Gunungapi Talaya (Tmtv). Formasi Sekala terdiri dari grewake,
batupasir hijau, napal dan batugamping bersisipan tuf dan lava bersusunan andesit-
Gunungapi Talaya. Batuan Gunungapi Talaya terdiri dari breksi, lava dan tuf yang
menjemari dengan Formasi Mamuju (Tmm) yang berumur Miosen Akhir. Formasi
Mamuju terdiri atas napal, batupasir gampingan, napal tufan dan batugamping
pasiran bersisipan tuf Formasi ini mempunyai Anggota Tapalang (Tmmt) yang
terdiri dari batugamping koral, batugamping biokiastika dan napal yang banyak
yang terdiri dari tuf, tuf lapili dan lava, yang umumnya bersusunan dasit, dan diduga
aluvium (Qt) dan aluvium (Qa) yang terdiri dari endapan-endapan sungai, pantai
muara sungai besar, yaitu S. Budong budong S. Lumu, S. Karama, dan S. Kaluku
serta terdapat di sepanjang pantai. Tebalnya berkisar antara I dan 5 m. Satuan ini
Setempat berupa endapan antar gunung yang terdiri dari breksi, konglomerat
berwarna putih sampai kelabu; berlapis baik dengan tebal dan beberapa cm sampai
20 cm; agak keras; setempat tufan banyak mengandung globigerina dan sedikit
cangkang moluska. Kalkarenit, berwarna putih sampai kelabu; berlapis baik dengan
yang menonjol dan lebih terjal dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Tuf
batulempung, mikaan; tufan; agak keras sampai lunak; umumnya terdapat sebagai
tanggung sampai membundar baik. Batuan ini hanya tersingkap di satu tempat,
yaitu di tepi jalan Mamuju - Tapalang dan terletak di bawah kalkarenit, diperkirakan
menjemari dengan tuf leusit (Tma). Fosil yang dapat dikenali, baik dari napal
Dentalina sp., dan Planulina sp. Kumpulan fosil plangton tersebut menunjukkan
umur Miosen Akhir dan diendapkan pada lingkungan inner - outer sublitoral
(Sudiyono, hubungan tertulis, 1985). Formasi ini tersebar di sekitar Mamuju dan
(Tmmt). Nama formasi ini adalah nama baru yang diusulkan, singkapan terbaiknya
Tmtv BATUAN GUNUNGAPI TALAYA : breksi, lava, breksi tuf, tuf lapili,
bersisipan tuff dan batupasir (grewake), rijang, serpih, napal, setempat batupasir
karbonatan dan batubara. Breksi, lava dan breksi tuf, umumnya bersusunan andesit
sampai basal; setempat mengandung leusit. Batuan ini sebagian besar telah
hijau; banyak mengandung urat kalsit dan setempat urat kuarsa. Breksi, berwarna
tidak berlapis. Lava, berwarna kelabu; terkekarkan dengan sturktur kekar meniang;
umumnya bersusunan andesit, andesit piroksen, diabas dan basal; beberapa contoh
bersusunan trakit basal, dasit, andesit horenblenda, andesit biotit dan basal leusit.
Umumnya terhablur penuh, porfirit, berbutir halus sampai sedang dengan bentuk
dari plagioklas An 40-50 (40% - 60%), piroksen (10% - 20%), sedikit lempung,
kuarsa, horenblenda, biotit, bijih dan gelas. Piroksen dan plagioklas, sebagian telah
terubah menjadi kalsit, serisit dan beberapa epidot. Massadasarnya terdiri dari
mikrolit atau kristal renik felspar dan sedikit piroksen atau horenblenda, yang
umumnya telah tembah menjadi kalsit dan beberapa karbonat. Beberapa mineral
menunjukkan retak-retak, yang diisi oleh kuarsa sekunder. Bijih berwarna hitam,
berbutir halus (0,4 mm), kedap, anhedral, terdapat menyebar pada massadasar.
Basal dan breksi basal, umumnya terdiri dari plagioklas (An3o - Ab70),
klinopiroksen, olivin, gelas, mineral gelap dan bijih. Batuan ini menunjukkan
tekstur porfirit, dengan penokris terdiri dari felspar dan piroksen; umumnya telah
terubah menjadi serisit, klorit dan epidot. Tuf lapili, berwarna kelabu kehijauan
tersusun dan plagioklas (40%), piroksen (15%), kripto kristalin (20%), kuarsa (2%),
ortoklas (1%), karbonat (5%), klorit (8%), dan bijih (1%). Batupasir karbonan,
‘slump’ dan konglomeratan. Batuan ini biasanya tendapat berselingan dengan lava
atau breksi. Rijang, merupakan sisipan tipis dalam saluan ini, berwarna putih kelabu
tipis. Napal, berwarna putih; berlapis tipis (1 - 5 cm); keras dan mampat. Napal ini
dan Gypsina sp., yang mungkin menunjukkan umur Miosen Awal - Miosen Tengah.
Formasi Sekala, maka dapat disimpulkan bahwa umur satuan ini berkisar dan
Miosen Tengah sampai Pliosen. Lingkungan pengendapan satuan ini adalah laut
dalam sampai dangkal dan sebagian darat. Satuan ini tersebar luas di Lembar
Lembar Malili dan sebelah barat Poso. Nama satuan diambil dari nama Gunung
(Bulu) Talaya, di bagian barat Lembar, tempat ditemukan singkapan yang baik.
batupasir dan batulempung tufan. Tuf lapili, berwarna putih kehijauan; berbutir
terhablur sempurna, dengan massadasar tuf halus bersusunan leusit. Batuan ini
berlapis kurang baik sampai tak berlapis. Breksi, berwarna kelabu; komponen
berukuran kerikil sampai bongkah, terutama tersusun oleh basal leusit dan
massadasarnya tuf yang bersusunan leusit. Basal leusit, berbutir kasar; terhablur
sempurna; porfirit, tersusun dan mineral leusit (50%), piroksen (5%), gelas dan
felspar (40%), mineral kedap cahaya (5%) dan biotit (1%). Lava basal lausit, porfirit
dengan bentuk mineral subhederal sampai anhedral, terdiri dari leusit (45%),
kalium felspar (20%), piroksen (10%) dan biotit (8%). Beberapa contoh batuan
muda; terdapat sebagai sisipan dalam tufa berlapis cukup baik dengan tebal 1 - 5
cm agak keras; mengandung mineral leusit berbutir halus sedang dan batuapung.
Setempat dalam satuan ini ditemukan batuan biotit andesit dengan kristal biotit
berukuran 2 cm. Satuan ini tersebar luas di bagian baratdaya Lembar, yaitu daerah
di antara Tapalang dan Mamuju; menjemari dengan Formasi Mamuju dan Anggota
Formasi Mamuju, yaitu Miosen Tengah - Miosen Akhir. Umur ini sama dengan
umur leusit yang ada di Lembar Pangkajene (Silitonga, 1982). Tebal satuan ± 400
m.
Struktur utama diLembar Mamuju adalah sesar normal dan sesar naik yang
hampir barat - timur dan utara baratlaut - selatan tenggara. Struktur lipatan di
Daerah Lembar termasuk dalam Mandala Geologi Sulawesi Barat (Sukamto, 1973),
terutama terdiri dari batuan malihan, batuan sedimen, batuan gunungapi dan batuan
terobosan bersifat granit. Di daerah ini paling sedikit telah terjadi empat kali gejala
tektonik. Tektonik awal yang dapat diamati mungkin terjadi pada Kala Kapur
Pada Kapur Akhir terbentuk Formasi Latimojong dalam lingkungan laut dalam,
terjadi pada Paleosen, yang mengakibatkan satuan Batuan Malihan terlipat dan
laut Formasi Toraja dan Anggota Rantepao. Pada Kala Oligosen sampai Miosen
Awal terjadi lagi kegiatan tektonik yang disertai dengan kegiatan gunungapi dalam
Pada Kala Miosen Tengah bagian tengah sampai Awal Miosen Akhir terjadi lagi
Batuan Gunungapi Talaya, Tuf Beropa dan batuan sedimen gunungapi Formasi
Pada Kala akhir Miosen Tengah, kegiatan gunungapi tersebut disertai dengan
terobosan batun granit yang menerobos semua satuan yang lebih tua. Terobosan ini
membawa larutan hidrotermal yang kaya akan bijih sulfida dan membentuk
Penasuang dan Bilolo. Terobosan ini disertai dengan pengangkatan dan penyesaran,
sehingga terbentuk sesar turun dan sesar naik yang berarah utara timurlaut - selatan
Formasi Lariang. Kegiatan tektonik terakhir mungkin terjadi pada Kala Pliosen,
sehingga bagian timur Lembar terangkat, sedangkan pengangkatan di bagian barat
Batugamping Koral. Sejak Pliosen Akhir daerah ini diduga sudah berupa daratan,
dan pada Kala Plistosen (?) terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan Tuf
tersimpan dalam bentuk air panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu pada
kedalaman beberapa kilometer di dalam kerak bumi. Hochstein dan Browne (2000)
volume tertentu di kerak bumi dimana panas dipindahkan dari sumber panas ke
perbedaan densitas antara air resapan yang suhunya lebih rendah dan bergerak ke
bawah dengan fluida panasbumi yang suhunya lebih tinggi yang kemudian muncul
Sistem panasbumi dijumpai pada daerah dengan gradient panasbumi relatif normal,
mempunyai kisaran suhu yang lebih tinggi daripada suhu rata-rata (Dickson dan
Fanelli, 2004). Terdapat empat elemen penting yang berpengaruh dalam sistem
Panas dapat berpindah secara konduktif, konvektif dan radiasi. Pada sistem
panas secara konduktif pada batuan terjadi akibat adanya interaksi atomik/molekul
Sumber panas dalam sistem panasbumi pada umumnya berasal dari magma.
Terbentuknya magma pada awalnya berasal dari hasil pelelehan mantel (partial
melting) sebagai akibat penurunan titik didih mantel karena adanya infiltrasi H2O
dari zona subduksi. Magma dapat terjadi karena pelelehan sebagian kerak bumi
pada proses penebalan lempeng benua seperti yang terjadi pada tumbukan antar
2. Fluida panasbumi
Fluida panasbumi berasal dari air permukaan (air meteoric) yang masuk ke bawah
permukaan melalui rekahan maupun ruang antar butiran batuan membentuk sistem
kantong fluida/reservoir. Fluida juga dapat berasal dari batuan dalam bentuk air
informasi tentang tipe sistem panasbumi, hal penting yang di analisis untuk
fluida terhadap batuan serta pencampuran fluida reservoir dengan fluida lain
(mixing).
3. Reservoir
Reservoir adalah lapisan yang tersusun dari batuan yang memiliki sifat permeable
dan porositas tinggi yang berperan untuk menyimpan fluida yaitu uap dan air panas
yang berasal dari hasil pemanasan (konvektif dan konduktif) dalam suatu sistem
hidrothermal. Lapisan ini bisa berasal dari batuan klastik atau batuan vulkanik yang
telah mengalami rekahan secara kuat. Reservoir panasbumi yang produktif harus
memiliki porositas dan permeabilitas yang tinggi, ukuran volume cukup besar,
suhu tinggi dan kandungan fluida yang cukup. Permeabilitas dihasilkan oleh
bongkah lava) dan unsur struktur (misalnya sesar, kekar dan rekahan). Geometri
kompleks dari proses vulkano-tektonik aktif antara lain stratigrafi yang lebih tua
mencegah keluar atau bocornya fluida panas bumi dari reservoir. Batuan penudung
harus berupa lapisan batuan yang bersifat kedap atau memiliki permeabilitas
rendah. Lapisan penudung umumnya tersusun oleh lapisan batuan yang terdiri dari
mineral lempung sekunder hasil ubahan (alteration) akibat interaksi fluida dengan
dan membentuk rekahan, tetapi dengan adanya proses kimia yaitu berupa
Ilustrasi proses terbentuknya suatu system panas bumi dapat dilihat pada Gambar
4 yang dianalogikan seperti ceret yang berisi air dan dipanaskan oleh api, seiring
dengan meningkatnya tekanan dan temperatur dalam wadah tersebut maka air akan
perbandingan dan klasifikasi dari cairan panasbumi, serta untuk memperoleh data
kimia fluida dan gas dan unsur-unsur lain yang terkandung dalam manifestasi
sehingga dapat mengetahui suhu dan karakteristik reservoar. Dalam penelitian ini
II.4.1. Geoindikator
Giggenbach (1988) membagi zat-zat terlarut dalam dua katagori yaitu tracer dan
geoindikator.
• Tracer secara geokimia bersifat inert (misalnya Li, Rb, Cl dan B) yang bila
ditambahkan ke dalam fluida akan bersifat tetap dan dapat dilacak asal
usulnya.
(1989) yaitu:
a. Geoindikator Cl-SO4-HCO3
b. Geoindikator Cl-B
c. Geoindikator Na-K-Mg
d. Geoindikator N2-CO2–Ar
a. Geoindikator SO4–HCO3-Cl
kandungan klorida (Cl), bikarbonat (HCO3) dan sulfat (SO4). Untuk diagram
diubah dalam satuan persen. Selain itu metode ini juga digunakan untuk
menentukan zona upflow dan zona outflow dari sebuah sistem panasbumi. Untuk
sebuah metode yang digunakan untuk pendugaan temperatur reservoir dan untuk
dalam litologi.
yang berupa air panas dengan temperatur mata air panas yang relatif tinggi, dan
geothermometer)
b) Sebagai dasar konsentrasi relatif dari dua komponen atau lebih yang
persamaan diantaranya:
1998).
temperatur fluida didasarkan pada reaksi pertukaran kation yang sangat bergantung
Geotermometer Na-K dapat diterapkan untuk reservoar air klorida dengan nilai
2005).
Geotermometer ini bersifat empiris dengan landasan teori yang belum dipahami
b. Aluminium tetap berada pada fasa padat (biasanya benar karena fluida
2. Jika hasil perhitungan T pada (2) > 100°C , hitung ulang T°C dengan β=1/3
keluar dari larutan, sehingga T hasil perhitungan terlalu tinggi (Simmons, 1998).
4) Geotermometer K–Mg (Giggenbach, 1988)
reaksi:
mata air panas, dan tanah panas (Arnorsson, 2000). Dimana keberadaan air tanah
jauh dibawah permukaan, maka mata air panas ini tidak tersedia. Untuk itu
geothermometer gas, diantaranya D’Amore dan Panichi (1980). Terdapat tiga tipe
3. Kesetimbangan mineral – gas yang melibatkan gas sisa seperti CH4, H2S
dan H2
diyakini untuk mengontrol konsentrasi gas seperti CO2, H2S, H2, N2, NH3 dan
CH4 dalam fluida reservoir panasbumi.
kesetimbangan ion.
konsentrasi negatif.
ion yang dominan adalah Na+, K+, Ca+2, Mg+2, Cl-, HCO3-, dan SO4-2.
Jadi,
kualitas reservoar dapat dilihat dari kesetimbangan ion nya. Kualitas reservoar
yang baik apabila nilai ion balance nya < 5 %. Dan dapat dihitung menggunakan
persamaan :
Δ charge % = . 100
| Ʃ cations | + | Ʃ anions |