Anda di halaman 1dari 18

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN RAYA DAN PERKERASAN

LENTUR DI RUAS JALAN LUBUK SELASIH – SURIAN KABUPATEN


SOLOK (STA 23 + 800–STA 26 + 600)

Dicky Satriawan, Taufik, Eva Rita


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipl Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta Padang
Email : Dickysatriawan.ds@gmail.com, taufikfih88@rocketmail.com,
carlovana113@ymail.com

Abstrak

Kabupaten solok berada pada ketinggian 329 meter – 1.458 meter di atas permukaan laut
yang wilayahnya bervariasi antara daratan, lembah dan perbukitan. Dengan luas daerah 3.875
km2 dan panjang jalan 1.941,96 km. Didaerah Lubuk Selasih – surian sedang mengalami
proses pertumbuhan ekonomi yang sangat baik, maka perlu dilakukan perbaikan dan
peningkatan mutu serta pelayanan sarana jalan sebagai moda trasportasi darat yang aman dan
nyaman. Berdasarkan data yang ada, penulis melakukan perhitungan perencanaan jalan di
Lubuk Selasih – Surian Kabupaten Solok. Tinjauan geometrik berupa perencanaan terhadap
alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal dengan menggunakan metoda Bina Marga
dalam Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (TPGJAK). Perencanaan tebal
perkerasan lentur menggunakan Metoda Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor
02/M/BM/2013. Pada alinyemen horizontal terdapat 30 tikungan, 8 tikungan Full Circle, 10
tikungan Spiral Circle Spiral dan 12 tikungan Spiral Spiral. Pada lengkung vertikal terdapat
40 bentuk lengkung, 20 lengkung cembung dan 20 lengkung cekung. Perencanaan tebal
perkerasan dibagi atas 5 segmen, pada segmen 1 memiliki lapisan terbesar AC WC 40 mm,
AC BC 135 mm, CTB 150 mm, LPA kelas A 150 mm, peningkatan tanah dasar 300 mm.
Setelah jalan ini selesai, diharapkan dapat memperlancar lalu lintas serta meningkatkan
perekonomian masyarakat di Lubuk Selasih – Surian Kabupaten Solok.

1
THE MAIN ROAD GEOMETRY PLAN AND FLEXIBLE AT SPACE
BETWEEN LUBUK SELASIH – SURIAN SOLOK REGENCY (STA 23 +
800–STA 26 + 600)

Dicky Satriawan, Taufik, Eva Rita


Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipl Dan Perencanaan
Universitas Bung Hatta Padang
Email : Dickysatriawan.ds@gmail.com, taufikfih88@rocketmail.com,
carlovana113@ymail.com

Abstrak

The solok discrit is height 329 – 1.458 meter above the sea surface which territory varies
between land, valley, and hills. With largearea 3.875 km2 and long way 1.941.96 km.In lubuk
selasih – surian region is the best economy growth process, and it has to be upgrading of the
quality and the service road as type of transportation that comfortable vehicles. Based of the
data, the writer do the road planning calculation at lubuk selasih – surian solok regency.
Geometric abservation like the plan to horizontal alinyemen and vertical alinyemen by using
Bina Marga methood in system geometric plan inter city road (TPGJAK). And The plan of
the flexible thick use flexible road Manual Desaign method02/M/BM/2013. At the horizontal
alinyemen there are 30 alinyemen, 8 alinyemen Full Circle, 10 alinyemen Spiral Circle Spiral
and 12 alinyemen Spiral Spiral. At the vertical corve ther 40 curve shaped, 20 dome shaped
curve and 20 concave corve. Planning of thickness pavement divided up 5 segmen, at the
segment has the largest layer AC WC 40 mm, AC BC 135 mm, CTB 150 mm, LPA class A
150 mm, increase in basic soil 300 mm.After the road finished, so that can smooth trattic and
increase the society economy in lubuk selasih – surian solok regency.

Keywords : Horizontal Alinyemen, vertical alinyemen, Thickness of Pavement Road

2
1. PENDAHULUAN Perencanaan geometrik jalan adalah
perencanaan rute dari suatu ruas jalan secara
Jalan adalah prasarana transportasi lengkap, meliputi beberapa elemen yang
darat yang meliputi segala bagian jalan, disesuaikan dengan kelengkapan dan data
termasuk bangunan pelengkap dan dasar yang ada atau tersedia dari hasil survei
perlengkapannya yang diperuntukan bagi lapangan dan telah dianalisis, serta mengacu
lalu lintas, yang berada pada permukaan pada ketentuan yang berlaku (Shirley,2000).
tanah, di atas permukaan tanah, dibawah Perencanaan geometrik jalan yang
permukaan tanah dan air, serta di atas mencakup alinyemen Horizontal dapat
permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan membuat tikungan suatu ruas jalan menjadi
lori, dan jalan kabel. (Peraturan Pemerintah aman untuk dilewati dalam batas kecepatan
Republik Indonesia nomor 34 tahun 2006 ) rencana. Sedangkan perencanaan alinyemen
Kabupaten Solok berada pada vertikal akan memberikan kenyamanan saat
ketinggian 329 meter – 1.458 meter di atas kita melewati suatu tanjakan ataupun
permukaan laut yang wilayahnya berfariasi tururnan. Perhitungan geometrik harus
antara daratan,lembah dan berbukit – bukit, memikirkan keamanan dan kenyamanan
serta letak geografis Kabupaten solok berada pengendara di jalan raya.
antara 00°32’14” dan 01°46’45” Lintang METODOLOGI
Selatan dan 100°25’00” dan 101°41’41” 1. Studi literatur dan pengumpulan
Bujur Timur. data
(https://i.m.wikipedia.org/wiki/Kabup a. Studi literatur
aten_Solok) Dalam melakukan perencanaan
Didaerah Lubuk Selasih – surian geometrik dan perkerasan jalan langkah
sedang mengalami proses pertumbuhan pertama yang kita lakukan yaitu
ekonomi yang sangat baik, maka dilakukan melakukan pengumpulan data baik data
perbaikan dan peningkatan mutu dan primer maupun data sekunder yang
pelayanan sarana jalan seb agai moda nantinya akan digunakan sebagai data
trasportai darat yang aman dan nyaman. awal perencanaan. Kemudian kita
Pada dasarnya suatu jalan dalam gunakan data tersebut untuk menghitung
perencanaannya harus memiliki pedoman parameter-parameter yang akan kita
dari Bina Marga atau TPGJKA, supaya hitung berdasarkan literatur dan
dalam perencanaan menghasilkan aspek peraturan yang ada.
aman nyaman dan efisien. Dalam melakukan perencanaan
perkerasaan jalan raya terdapat beberapa

3
metode yang dapat digunakan, b. Data lengkung alinemen
diantaranya: Dengan data ini dapat dilakukan
1. Metode AASHTO (American perhitungan perencanaan alinemen
Association Of Site Higway horizontal dan alinemen vertikal
Transportation Official) dari Amerika jalan.
Serikat c. Data Lalulintas
2. Metode Bina Marga 2013 dari Dengan data lalulintas rencana dapat
Indonesia dihitung angka pertumbuhan
3. Metode NAASRA dari Australia lalulintas di ruas jalan yang ditinjau.
4. Metode ROAD NOTE dari Inggris Angka pertumbuhan akan digunakan
5. Metode ASPHALT INSTITUTE dari pada perhitungan Perencanaan
Amerika Serikat Perkerasan lentur untuk memprediksi
Dimana penulis akan membahas tentang jumlah lalulintas selama umur
perencanaan geometrik dengan mengacu rencana pelayanan.
kepada peraturan yang dikeluerkan oleh Bina d. Data Kekuatan Tanah (CBR)
Marga dalam Tata Cara Perencanaan Data CBR ini digunakan untuk
Gepmetrik Jalan Antar Kota 1997 perencanaan perkerasan jalan.
(TPGJAK). Sedangkan perencanaan tebal c. Flow Chart Proses Perencanaan
perkerasan, akan digunakan Metode Manual Geometrik Jalan
Desain Perkerasan Jalan Nomor
02/M/BM/2013.
b. Pengumpulan data
Data merupakan masukan yang
sangat penting untuk mengindetifikasi dan
merumuskan persoalan yang dihadapi secara
sistematis, sehingga pemecahan masalah
lebih mudah dilakukan. Data yang dibutuhan
dalam penulisan perhitungan ini antara lain :
a. Data Topografi
Berfungsi untuk mendapatkan
gambaran yang jelas mengenai peta
topografi wilayah lubuk selasih -
surian serta topografi lokasi daerah
perencanaan jalan.

4
d. Flow Chart Proses Perencanaan Δ
 Lc = x (2πR)
360
Tebal Perkerasan lentur
16,395
= x (2 *3,14*350)
360

= 53,011 m
Ltotal = Lc = 53,011 m
Syarat:
Ltot < 2Tc = 53,011 m < 2 x 26,570 m
= 53,011 m < 53,140 m… ok
d3 > Tc3 < d4 = 78,611m > 53,011 m <
104,753 m… ok
 Menentukan superelevasi rencana
Diketahui:
R rencana = 350 m
V rencana = 50 km/jam
HASIL DAN PEMBAHASAN e maksimum= 8 %
1. Perhitungan alinyemen horizontal
 Perhitungan tikungan FC f max = -0,00065 * VR + 0,192
Dari gambar diperoleh data-data (untuk VR < 80 km/jam)
sebagai berikut : = -0,00065 * 50 + 0,192
d3 = 78,611 m = 0,1595
d4 = 104,753 m 181913 ,53 ( 𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥 )
Dmax = V2
Δ1 = 16,395º 181913 ,53 ( 0,08+ 0,159 )
=
Vr = 50 km/jam 50 2

Dari tabel 2.11 didapat bahwa = 17,427°


1432 ,39
dengan Vr = 50 km/jam maka: Dd = 𝑅
R minimal = 350 m ; R rencana = 1432 ,39
= 350
350 m
= 4,092°
Dicoba dengan tikungan Full Circle (FC) −𝑒𝑚𝑎𝑥 × 𝐷𝑑 2 2 × 𝑒𝑚𝑎𝑥 × 𝐷𝑑
ed = +
 Tc = R * tan ½ Δ 𝐷𝑚𝑎𝑥 2 𝐷𝑚𝑎𝑥

−0,08 × 4,092 2 2 ×0,08 × 4,092


= 350 * tan ½ 16,395º = +
17,427 2 17,427
= 26,570 m = 0,033
 Ec = Tc * tan ¼ Δ = 3,3 %
= 26,570 * tan ¼ 16,395º
= 1,007 m

5
Dari perhitungan diperoleh  Ec = Tc * tan ¼ Δ
superelevasi tikungan Full Circle = 157,913 * tan ¼ 48,568º
(FC) sebesar 3,3 % = 33,975 m
 Penggambaran Diagram Δ
 Lc = x (2πR)
360
Superelevasi F-C
48,568
diketahui : = x (2 *3,14*350)
360

B (lebar lajur) = 3,8 m = 296,534 m


e rencana = 3,3 % Ltotal = Lc = 296,534 m
L total = 53,011 m Syarat:
R rencana = 350 m Ltot < 2Tc = 296,534 m < 2 x 157,913 m
Panjang lengkung peralihan ( Ls ) guna = 296,534 m < 315,826 m.. ok
menggambarkan pencapaian kemiringan d2 > Tc2 < d3 = 85,00 < 157,913 < 78,611…
dari lereng normal ke kemiringan penuh tidak ok
pada tikungan Full Circle (F-C). Maka tikungan 1 tidak dapat menggunakan
Ls = ( e + en ) x B x 1/m tikungan jenis Full Circle
= ( 0,031 + 0,02 ) x 7 x 100 Dicoba dengan tikungan Spiral-Circle-
= 35,7 m Spiral (S-C-S)
 Perhitungan tikungan S – C – S Vr = 50 km/jam
Dari gambar diperoleh data-data Fmax = -0,00065 * (Vr) + 0,192
sebagai berikut: = -0,00065 * (50) + 0,192
d2 = 85,00 m = 0,160 m
𝑉𝑟 ²
d3 = 78,611 m Rmin = 127 (𝑒𝑚𝑎𝑥 +𝑓𝑚𝑎𝑥 )
Δ2 = 48,568º 50 ²
= 127 (0,08+0,160)
Vr = 50 km/jam
Dari tabel 2.10 didapat bahwa = 82,192 m

dengan Vr = 50 km/jam maka: Untuk tikungan 2 direncanakan Rc = 90 m ;

R minimum = 350 m Rmin = 82,192 m


𝑉𝑟
R rencana = 350 m Ls = xT
3,6
Dicoba dengan tikungan Full 50
= x 2
3,6
Circle (FC)
= 27,778 m
 Tc = R * tan ½ Δ
90 x Ls
θs =
= 350 * tan ½ 48,568º π x Rc
90 x 27,7
= 157,913 m = = 8,846°
3,14 x 90

6
Δc = Δ – 2θs Syarat :
= 48,568º – 2 (8,846) Ltot < 2Ts = 104,030 m <
= 30,875º 2 x 54,639 m
𝛥𝑐 = 104,030 m <
Lc = 360 x (2πRc)
30,875 109,278 m… ok
= x (2 x 3,14 x 90)
360
d2 > Ts < d3 = 85,00 m >
= 48,474 m  8,474 m > 25
54,639 m < 104,753 m ..... ok
m ....... OK
𝐿𝑠 3
Xs = Ls - 40𝑋𝑅 2  Menentukan superelevasi
27,778 3 rencana tikungan S – C – S
= 27,778 – 40𝑋(90)2
Diketahui : R rencana
= 27,712 m
= 90 m
𝐿𝑆 2
Ys = 6𝑋𝑅 V rencana
27,778 2 = 50 km/jam
= 6𝑋90
e maksimum
= 1,429 m
= 8%
k = Xs – Rc * sin θs
f max = -0,00065 * VR +
= 27,712– 90 * sin (8,846)
0,192 (untuk VR < 80 km/jam)
= 13,871 m
= -0,00065 * 50 +
p = Ys – Rc * (1 – cosθs)
0,192
= 1,429 – 90 * (1 – cos 8,846)
= 0,160
= 0,358 m
Dmax =
Ts = (R+ p) * tan Δ/2 + k
181913 ,53 ( 𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥 )
= (90 + 0,358) * tan 48,568º/2 V2

+ 13,871 =
181913 ,53 ( 0,08+ 0,160 )
= 54,639 m
50 2
𝑅+𝑝
Es = cos 𝛥/2 - R = 17,427°
90+0,358 1432 ,39
= cos (48,568/2) – 90 Dd = 𝑅
1432 ,39
= 9,129 m = 90
Ltot = Lc + 2 * Ls = 15,916°
= 48,474 + 2 * 27,778 −𝑒𝑚𝑎𝑥 × 𝐷𝑑 2
ed = +
𝐷𝑚𝑎𝑥 2
= 104,03 m
2 × 𝑒𝑚𝑎𝑥 × 𝐷𝑑
𝐷𝑚𝑎𝑥

7
=
−0,08 × 15,916 2
+  Ec = Tc * tan ¼ Δ
17,427 2
2 ×0,08 × 15,916
= 86,992 * tan ¼ 27,916º
17,427 = 10,649 m
= 0,079 Δ
 Lc = x (2πR)
360
= 7,9 %
27,916
Dari perhitungan diperoleh superelevasi = x (2 *3,14*350)
360

rencana (ed) untuk tikungan 2 Spiral- = 170,442 m


Circle-Spiral (S-C-S) sebesar 7,9 % Ltotal = Lc = 170,442 m
Syarat:
 Penggambaran Diagram Superelevasi Ltot < 2Tc = 170,442 m < 2 x 86,992 m
S-C-S = 170,442 m < 173,984 m ok
Dari data diketahui : d15 > Tc < d16 = 114,29 >86,992 > 46,967 …
L total = 104,030 m tidak ok
e rencana = 7,9 % Maka tikungan 9 tidak dapat menggunakan
Ls = 27,778 m tikungan jenis Full Circle
Lc = 48,474 m Dicoba dengan tikungan Spiral-Circle-
R rencana = 90 m Spiral (S-C-S)
 Perhitungan tikungan S –S Vr = 40 km/jam
Dari gambar diperoleh data-data Fmax = -0,00065 * (Vr) + 0,192
sebagai berikut: = -0,00065 * (50) + 0,192
d15 = 114,29 m = 0,160 m
d16 = 46,967 m 𝑉𝑟 ²
Rmin = 127 (𝑒𝑚𝑎𝑥 +𝑓𝑚𝑎𝑥 )
Δ15 = 27,916 º
50 ²
= 127 (0,08+0,160)
Vr = 50 km/jam
Dari tabel 2.10 didapat bahwa = 82,020 m
dengan Vr = 50 km/jam maka: Untuk tikungan 9 direncanakan Rc = 100
R minimum = 350 m m ; Rmin = 51,23 m
𝑉𝑟
R rencana = 350 m Ls = xT
3,6
Dicoba dengan tikungan Full 50
= x 2
3,6
Circle (FC)
= 27,77 m
 Tc = R * tan ½ Δ
90 x Ls
= 350 * tan ½ 27,916º θs = π x Rc

= 86,992 m 90 x 27,77
= = 7,959°
3,14 x 100

8
Δc = Δ – 2θs = 0.900m
= 27,916º – 2 (7,959) Ts = (R+ p) * tan Δ/2 + k
= 11,998º =(90+0,900) * tan 27,916º/2 + 21,859
𝛥𝑐 = 44,452 m
Lc = 360 x (2πRc)
𝑅+𝑝
11,998 Es = cos 𝛥/2 - R
= x (2 x 3,14 x 100)
360
00+0,900
= 20,929 m --- 20,929 m > = cos (27,916/2) – 90
25 m ........ Tidak OK = 3,665m
Maka tikungan 9 tidak dapat Ltot = 2 * Ls
menggunakan tikungan jenis Spiral-Circle- = 2 * 43,827
Spiral (S-C-S), di karenakan hasil dari Lc = 87,654 m
kecil dari 25 m. Syarat :
Dicoba dengan tikungan Spiral-Spiral (S-S) Ltot < 2Ts = 87,654 m < 2 x 44,452 m
1
Өs = 2 × ∆𝑃𝐼 =87,654 m < 88,904 m… ok
1 d15 > Ts < d16 = 114,29 m > 44,452 m <
= 2 × 27,916
46,967 m ..... ok
= 13,958°

 Menentukan superelevasi rencana


𝜃×𝜋×𝑅𝑐
Ls = 90 tikungan S – S
13,958×3,14×90
= Diketahui :
90

= 43,827 m R rencana = 30
𝐿𝑠 3 V rencana = 50 km/jam
Xs = Ls - 40𝑋𝑅 2
e maksimum = 8%
14,609 3
= 43,827 – 40𝑋(90)2 f max = -0,00065 * VR + 0,192
= 43,568 m (untuk VR < 80 km/jam)
𝐿𝑆 2 = -0,00065 * 50 + 0,192
Ys = 6𝑋𝑅
= 0,160
43,827 2
= 6𝑋90

= 3,557m 181913 ,53 ( 𝑒𝑚𝑎𝑥 + 𝑓𝑚𝑎𝑥 )


Dmax = V2
k = Xs – Rc * sin θs 181913 ,53 ( 0,08+ 0,160 )
=
= 43,568– 90 * sin (13,958) 50 2

= 21,859m = 17,463°
1432 ,39
p = Ys – Rc * (1 – cosθs) Dd = 𝑅
= 3,557 – 90 * (1 – cos 13,958)

9
1432 ,39
= 30
𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 4 − 𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 3
= 47,746° g1 = 𝑆𝑡𝑎 𝑃𝑉𝐼 4 – 𝑆𝑡𝑎 𝑃𝑉𝐼 3 𝑥 100%
−𝑒𝑚𝑎𝑥 × 𝐷𝑑 2 2 × 𝑒𝑚𝑎𝑥 × 𝐷𝑑
ed = + 1575 ,360 – 1572,187
𝐷𝑚𝑎𝑥 2 𝐷𝑚𝑎𝑥 = (24+020)−(23+950) 𝑥 100%
−0,08 × 47,746 2 2 ×0,08 × 47,746 3,173
= + = 𝑥 100%
17,463 2 17,463 70

= 0,079 = 4,533 % (Kelandaian Naik)


= 7,9 % 𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 5 − 𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 4
g2 = 𝑆𝑡𝑎 𝑃𝑉𝐼 5 𝑥 100%
– 𝑆𝑡𝑎 𝑃𝑉𝐼 4
Dari perhitungan diperoleh superelevasi
1576 ,940 – 1575,360
rencana (ed) untuk tikungan Spira l- Spiral = (24+117)−(24+020) 𝑥 100%

(S-S) sebesar 7,9 % 1,58


= 𝑥 100%
97
 Penggambaran Diagram Superelevasi S-S
= 1,629 % (Kelandaian Naik)
Dari data diketahui :
A = │g2 – g1│
L total = 87,654m
= │1,629 – 4,533│
e rencana = 7,9%
= -2,90 %
Ls = 43,827 m
Dengan : A = 2,90 %
R rencana = 90 m
Vr = 50 km/jam
; Jhmin = 55 m
2. Perhitungan Alinyemen Vertikal. Vr (Vr /3,6)²
Jh = 3,6 T + 2g.fp
 Perencanaan Lengkung 4 (Cembung)
50 (50/3,6)²
= 2,5 + 2(9,8).0,146
3,6

= 62,842 m
diambil Jh = 55 m
Maka dapat kita tentukan panjang
lengkungan (L) berdasarkan rumusan
Gambar 1 lengkung Vertikal Cembung jarak pandang henti (Jh) sebagai
berikut :
Dari gambar rencana diperoleh :  Panjang Lengkung berdasarkan Jarak
Sta PVI 3 = 23 + 950 Pandang Henti (Jh) :
Elevasi PVI 3 = 1572,187 m Untuk Jh < L
Sta PVI 4 = 24 + 020
AxJh 2
Elevasi PVI 4 = 1575,360 m L =
399
Sta PVI 5 = 24 + 117
2,90 x55 2
Elevasi PVI 5 = 1576,940 m L =
399

10
8772,5 Syarat Jd > L
L =
399 250 m > 210,743m …… Memenuhi
L = 22,016 m Jadi panjang lengkung L adalah :
Kontrol : 1. Berdasarkan Jarak Pandang Henti
Syarat Jh < L = 55 m
55 m > 22,016 m ....... Tidak 2. Berdasarkan Jarak Pandang
Memenuhi Mendahului = 250 m
Untuk Jh > L Dengan pertimbangan ekonomis,
399 maka diambil panjang L = 100 m
L = 2 Jh -
A
AxL
399 Ev =
L = 2 x 55 - 800
2,90
2,90 x100
L = - 27,397 m =
800
Kontrol = -0,363 m
Syarat Jh > L g1 Lv
PLV = PVI  (  )
55 m > -27,397 m ……. Memenuhi 100 2
Dari perhitungan diatas didapat L = 55 m 4,533 100
= 1575,360  (  )
 Panjang Lengkung Berdasarkan Jarang 100 2
Pandang Mendahului (Jd) : = 1573,09
Untuk Jd< L PPV = PVI  EV
AxJd 2 = 1575,360  (0,363)
L =
840 = 1574,997
2
2,90 x 250 g 2 Lv
L = PTV = PVI  (  )
840 100 2
L = 216,071 m
1,629 100
= 1575,360  (  )
Kontrol: 100 2
Syarat Jd < L = 1576,174
250 m > 216,071 m …… Tidak Memenuhi  Perencanaan Lengkung 1
Untuk Jd> L (Cekung)
840 PVI A
L = 2 x Jd -
A
840
L = 2 x 250 -
2,90
L = 210,743 m
Gambar 2 lengkung Vertikal Cekung
Kontrol:

11
AxJh 2
L =
Dari gambar rencana diperoleh : 120  3,5 xJh
Sta PVI A = 23 + 800 1,29 x55 2
L =
Elevasi PVI A = 1568,865 m 120  3,5 x55
Sta PVI 1 = 23 + 850 L = 12,507 m
Elevasi PVI 1 = 1569,432 m Kontrol :
Sta PVI 2 = 23 +900 Syarat Jh < L
Elevasi PVI 2 = 1570,645 m 55 m > 12,507 m ....... Tidak
Memenuhi
𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 1 − 𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 𝐴
g1 = 𝑆𝑡𝑎 𝑃𝑉𝐼 1 – 𝑆𝑡𝑎 𝑃𝑉𝐼 𝐴 𝑥 100% Untuk Jh > L
1569,432 – 1568,865 120  3,5 Jh
= (23+850)−(23+800) 𝑥 100% L = 2 Jh -
A
= 1,134 % (Kelandaian Naik) 120  3,5 x55
L = 2 x 55 -
𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 2 − 𝐸𝑙𝑣 𝑃𝑉𝐼 1 1,29
g2 = 𝑆𝑡𝑎 𝑃𝑉𝐼 2 – 𝑆𝑡𝑎 𝑃𝑉𝐼 1 𝑥 100%
L = - 131,873 m
1570 ,645 – 1569,432
= (23+900)−(23+850) 𝑥 100% Kontrol :
= 2,426 % (Kelandaian Naik) Syarat Jh > L
A = │g2 – g1│ 55 m > -131,873 m ……. Memenuhi
= │2,426 – 1,134│ Dari perhitungan diatas didapat
= 1,29 % L = 75 m
Dengan : A = 1,29 % AxL
Ev =
Vr = 50 km/jam 800
; Jhmin = 55 m 1,29 x75
=
𝑉𝑟 (𝑉𝑟 /3,6)² 800
Jh = 𝑇+
3,6 2𝑔.𝑓𝑝
= 0,121 m
50 (50/3,6)²
= 2,5 + 2(9,8).0,146 g1 Lv
3,6
PLV = PVI  (  )
= 62,842 m 100 2
1,134 75
diambil Jh = 55 m = 1569,432  (  )
100 2
Maka dapat kita tentukan panjang
= 1569,01
lengkungan (L) berdasarkan rumusan jarak
PPV = PVI  EV
pandang henti (Jh) sebagai berikut :
= 1569,432  0,121
 Panjang Lengkung berdasarkan Jarak
Pandang Henti (Jh) : = 1569,553

Untuk Jh < L

12
g 2 Lv - CBR Segmen 4
PTV = PVI  (  )
100 2 = 5,66%
2,426 75 - CBR Segmen 5
= 1569,432  (  )
100 2
= 4,81%
= 1570,342
 Menentukan Umur Rencana perkerasan
Umur rencana perkerasan baru seperti
3. Perhitungan Perencanaan Tebal
yang tertulis didalam tabel manual \desain
Perkerasan
perkerasan jalan nomor 02/M/BM/2013,
 Type jalan : 1 jalur 2 arah maka umur rencana pada perencanaan ini di
 Masa kontruksi (n1) : 1 tahun pakai 20 tahun
 Umur rencana (n) : 20 tahun Tabel 1 Umur Rencana
 Angka pertumbuhan lalu lintas (i)
: 3,5
 Kelas jalan : Kelas III ( jalan kolektor )
 Data lalu lintas :
- Bus kecil
= 102 (kendaraan/hari)
- Bus besar Sumber : buku manual desain perkerasan
= 742 (kendaraam/hari) jalan nomor 02/M/BM/2013
- Truk 2 sumbu sedang
= 18 (kendaraan/hari)  Menentukan nilai VDF4
- Truk 2 sumbu berat Untuk nilai VDF4 mengacu pada tabel
= 7 (kendaraan/hari) manual desain perkerasan jalan nomor
- Truk 3 sumbu berat 02/M/BM/2013 sebagai berikut:
= 8 (kendaraan/hari)
 Data CBR : Tabel 2 Klasifikasi Kendaraan dan Nilai
- CBR Segmen 1 VDR Standar
= 3,11%
- CBR Segmen 2
= 5,82%
- CBR Segmen 3
= 4,41%

13
 Menentukan nilai R dengan
( 1+0,01 ×𝑖 )𝑈𝑅 − 1
menggunakan rumus ( )
0,01 × 𝑖

( 1+0,01 ×3,5)20 − 1
Sumber : buku manual desain perkerasan R= = 28,28
0,01 ×3,5

jalan nomor 02/M/BM/2013  Menentukan nilai CESA4 dengan


 Nilai ESA4 dengan menggunakan menggunakan rumus ( ESA4 x R x 365 )
rumus (jumlah kendaraan X VDF4 ) CESA4 bus kecil
ESA4 bus kecil = 102 x 0,3 = 30,6 = 30,6 x 28,28 x 365= 315859,32
ESA4 bus besar = 742 x 1,0 = 742 CESA4 bus besar
ESA4 truk 2 sumbu sedang = 18 x 1,6 = 742 x 28,28 x 365 = 7659072,40
= 28,8 CESA4 truk 2 sumbu sedang
ESA4 truk 2 sumbu berat = 7 x 7,3 = 28,8 x 28,28 x 365 = 297279,36
= 51,1 CESA4 truk 2 sumbu berat
ESA4 truk 2 sumbu berat = 8 x 28,1 = 51,1 x 28,28 x 365 = 527464,42
= 224,8 CESA4 truk 2 sumbu berat
 Menentukan nilai rata – rata = 224,8 x 28,28 x 365 = 2320430,56
petumbuhan lalu lintas (i) Jumlah CESA4 = 11120106,06
Pada nilai rata – rata pertumbuhan lalu  Menentukan nilai Traffic Multiplier
lintas dilihat pada tabel manual desain (TM)
perkerasan jalan nomor 02 /M/BM/2013 di Untuk menentukan nilai TM diambila pada
mana diambil pada tahun 2011 – 2020, pada acuan manual desain perkerasan jalan nomor
jenis jalan kolektor adalah 3,5 02/M/BM/2013 yang menyatakan bahwa
Tabel 3 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas untuk kondisi pembebanan yang berlebihan
di Indonesia adalah berkisar antara 1,8 – 2,0.
Maka nilai TM yang digunakan adalah 1,85
 Menentukan nilai CESA5 engan
menggunakan rumus : (CESA4 x TM )
CESA5 bus kecil =
315859,32 x 1,85= 584339,74
CESA5 bus besar =
Sumber buku manual desain perkerasan jalan
7659072,40 x 1,85= 14169283,94
nomor 02/M/BM/2013
CESA5 truk 2 sumbu sedang
= 297279,36 x 1,85= 549966,82
CESA5 truk 2 sumbu berat=

14
527464,42 x 1,85= 975809,18
CESA5 truk 2 sumbu berat= Tabel 5 Solusi Desain Pondasi Jalan
2320430,56 x 1,85= 4292796,54 Minimum
Jumlah CESA5= 20572196,21
 Menentukan dan menyesuaikan jenis
perkerasan
Untuk menyesuaikan jenis perkerasan
jalan, mengacu pada manual desain
perkerasan jalan nomor 02/M/BM/2013,
pada tabel 3.1, dengan jumlah nilai CESA4
= 11,120 juta
Sumber : buku manual desain perkerasan
Tabel 4 Pemilihan Jenis Perkerasan
jalan nomor 02/M/BM/2013

2. CBR SEGMEN 2 = 5,83%


dibulatkan 6%
Tabel 6 Solusi Desain Pondasi Jalan
Minimum

Sumber buku manual desain perkerasan jalan


nomor 02/M/BM/2013

 menentukan nilai solusi desain pondasi


jalan minimum
untuk menentukan nilai solusi desain pondasi
Sumber : buku manual desain perkerasan
jalan minimum menggunakan nilai segmen
jalan nomor 02/M/BM/2013
CBR dan nilai CESA5 serta
menghubungkannya dengan bagan Desain 2
3. CBR SEGMEN 3 = 4,41% dibulatkan
pada manual desain perkerasan jalan nomor
4%
02/M/BM/2013.
Tabel 7 Solusi Desain Pondasi Jalan
1. CBR SEGMEN 1 = 3,11%
Minimum
dibulatkan 3%

15
Sumber : buku manual desain perkerasan
Sumber : buku manual desain perkerasan
jalan nomor 02/M/BM/2013
jalan nomor 02/M/BM/2013
 Menentukan tebal perkerasan
4. CBR SEGMEN 4 = 5,66% dibulatkan
Untuk menentukan tebal perkerasan
6%
menggunakan nilai CESA5 serta
Tabel 8 Solusi Desain Pondasi Jalan
menghubungkannya dengan bagan
Minimum
Desain 3 pada manual desain perkerasan
jalan nomor 02/M/BM/2013
Tabel 10 Desain Perkerasan Lentur.

Sumber : buku manual desain perkerasan


jalan nomor 02/M/BM/2013
5. CBR SEGMEN 5 = 4,81%
dibulatkan 5%
Tabel 9 Solusi Desain Pondasi Jalan
Minimum Sumber : buku manual desain perkerasan
jalan nomor 02/M/BM/2013
 Menentukan nilai Tripikal Stuktural
perkerasan

16
Untuk menentukan nilai Tripikala
stuktural perkerasan di dapat pada bagan 5. Kesimpulan dan Saran
Desain 3 pada manual desain perkerasan 3.2.1.1.Kesimpulan
jalan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil perhitungan
 AC WC : 40 mm geometrik jalan Lubuk Selasih – Surian
 AC BC5 : 135 mm Pada STA 28 + 800 Sampai STA 26 +
 CTB : 150 mm 600 dengan mengacu pada peraturan Tata

 LPA kelas A2 : 150 mm Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar

Resume Tripikal Struktural perkerasan Kota 1997 (TPJKA) dan perhitungan

- SEGMEN 1 - SEGMEN 2 Perkerasan Lentur mengacu pada


Peraturan Bina Marga Manual Desain
AC WC (40 mm) AC WC (40 mm)
Perkerasan Jalan No 02/M/BM/2013
AC BC (135 mm) AC BC (135 mm)
dapat diambil kesimpulan Sebagai
CTB (150 mm) CTB (150 mm)
berikut:
LPA Kelas A (150 LPA Kelas A (150 mm)
mm)
Peningkatan Tanah 1. Hasil perencanaan Geometrik Jalan
Dasar (300 mm)
Lubuk Selasih – Surian STA 23 +

- SEGMEN 3 - SEGMEN 4 800 – 26 +600, pada perhitungan


AC WC (40 mm) AC WC (40 mm) Alinyemen horizontal terdapat 30
AC BC (135 mm) AC BC (135 mm) jenis tikungan, dimana jenis tikungan
CTB (150 mm) CTB (150 mm) FC terdapat 13 tikungan, jenis
LPA Kelas A (150 mm) tikungan S – C – S terdapat 8
LPA Kelas A (150 mm)
tikungan, dan jenis S – S terdapat 9
Peningkatan Tanah Dasar
(200 mm) tikungan.
2. Hasil perencanaan Geometrik Jalan

- SEGMEN 5 Lubuk Selasih – Surian STA 23 +

AC WC (40 mm)
800 – 26 +600, pada perhitungan

AC BC (135 mm) Alinyemen Vertikal tedapat 40 jenis


tikungan, dimana tikungan cembung
CTB (150 mm)
20 tikungan, dan tikunga Cekung 20
LPA Kelas A (150 mm)
tikungan.
Peningkatan Tanah Dasar (100
3. Hasi perencanaan perkerasan Lentur
mm)
pada jalan Lubuk Selasih – Surian

17
STA 23 +800 sampai STA 26+600 L.Hendarsin, Shirley,2000, Perencanaan
dengan mengacu pada peraturan Bina Teknik Jalan Raya, Bandung: Jurusan
Marga Manual Desain Perencanaan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Padang
Jalan No 02/M/BM/2013, di bagi atas Peraturan Pemerintah Republik Indobesia
5 segmen. no 34 Tahun 2006 Tentang Jalan
Ir. Hamirhan Saodang M.Sce,
b. Saran 2004,Kontruksi Jalan Raya Buku 1
Dalam penunisan tukas akhir yang Geometrik Jalan, Bandung : Nova
berjudul perencanaan geometrik jalan raya
dan perkerasan lentur di ruas jalan lubuk
selasih – surian kabupaten solok (sta 23 +
800–sta 26 + 600) penulis akan memberi
saran, dalam melakukan perencanaan
geometrik dan perkerasan jalan sedapat
mungkin harus selalu berpedoman pada
spesifikasi teknis dan peraturan yang sesuai
dengan standar yang sudah ada dan
sebaiknya memprhatikan kondisi daerang
dimana yang akan kita rencanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Sukirma, Silvia, 1990, Dasar – dasar


Perencanaan Geometrik Jalan,
Bandung: Nova
Direktorat Jendral Bina Marga Jalan, 1997,
Tata Cara Perencanaan Geometrik
Jalan Antar Kota no.038/TBM/1997,
Jakarta
Direktorat Jenderal Bina Marga,Manual
Desain Perkerasan Jalan no
02/M/BM/2013

18

Anda mungkin juga menyukai