DISUSUN OLEH
dr. Cindy Christine
2018
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan anugerah sehingga proposal penelitian ini selesai. Proposal
penelitian yang berjudul “INDEKS GLIKEMIK BEBERAPA BAHAN
MAKANAN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II” ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat untuk pendaftaran mahasiswa baru program sudi
Ilmu Penyakit Dalam.
Saya selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu menyelesaikan proposal ini dengan baik dan lancar yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Demikian proposal ini saya susun dengan harapan dapat berguna bagi penulis,
maupun pembaca. Penulis memohon maaf jika ditemukan banyaknya kekurangan
dalam penulisan proposal ini, penulis menerima saran dari para pembaca untuk
menyempurnakan proposal ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
III.2 Hipotesis ............................................................................................. 17
III.3 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 17
III.3.1 Pengaturan Pola Makan .......................................................... 17
III.3.2 Kadar glukosa darah ............................................................... 17
LAMPIRAN ................................................................................................................. 23
iv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR II.1 ................................................................................................ 16
GAMBAR III.1 ............................................................................................... 17
v
DAFTAR TABEL
TABEL 1 ........................................................................................................... 8
TABEL 2 ........................................................................................................... 9
vi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indeks Glikemik merupakan perbandingan kenaikan gula darah setelah makan
makanan tertentu dibandingkan dengan setelah makan makanan standar yaitu glukosa.
Indeks glikemik berguna untuk menentukan respon glukosa darah terhadap kenaikan
jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Indeks Glikemik bahan makanan
berbeda - beda tergantung pada fisiologi bukan pada kandungan bahan makanan.
Konsep Indeks Glikemik pertama kali ditemukan oleh DR. David Jenskins tahun
1981, Professor Gizi di Universitas of Toronto Kanada, dalam rangka membantu
pasien DM memilih atau menentukan makanan yang paling tepat.1
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. 2
Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah
penyandang DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global.2,3
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat
pada tahun 2035. Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksi
adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014
menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia
tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak
133 juta jiwa. Dengan mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan
pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun. 2,3
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen
Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk usia
di atas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar
1,7%, dan terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai
11,1%. Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar antara
2
4,0% di Propinsi Jambi sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat dengan rerata sebesar
10.2%. 12-4
Adanya kepercayaan masyarakat bahwa peningkatan kadar gula darah setelah
memakan nasi yang dimasak sehari sebelumnya atau lebih atau, dengan memakan
nasi beras merah lebih rendah dibandingkan nasi beras putihhangat atau baru
dimasak. Hal ini menjadi latar belakang penulis untuk mengajukan proposal
penelitian ini, diharapkan agar penderita DM tipe 2 dapat memilah-milah bahan
makanan mana yang mempunyai kadar gula darah yang tinggi maupun rendah supaya
kadar gula pasien tersebut tetap terkontrol.
I.3 Tujuan
Tujuan Umum
Diketahuinya beberapa indeks glikemik bahan makanan dari
pemilihan bahan makanan yang berbeda
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya cara bagi penderita diabetes tipe 2 dapat memilih
pemilihan bahan makanan dengan indeks glikemik yang tepat
3
2. Diketahuinya cara untuk mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal dengan keseimbangan asupan makanan
3. Diketahuinya cara menghindari komplikasi akut dan kronik pada
penderita diabetes tipe 2, selain dengan penggunaan terapi farmakologi
4. Diketahuinya cara meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui
pemilihan bahan makanan yang tepat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
mengandung amilopektin lebih cepat dicerna dibandingkan
karbohidrat yang mengandung 30-40% amilosa (dengan berat
molekul sekitar 104) dan amilopektin 60-70% (dengan berat
molekul sekitar 105-106). Luas permukaan molekul amilopektin
lebih luas dibandingkan dengan amilosa sehingga lebih mudah
dicerna.
5. Cara pemanasan
Horwiitz dan Slowie mengemukakan bahwa pada makanan
yang tidak dimasak didapatkan dinding sel yang tidak dirusak,
sehingga penyerapannya lebih lambat. Collings juga
mengemukakan perbedaan antara respons glukosa pada makanan
yang dimasak dengan yang tidak dimasak.
Proses pemasakan menyebabkan peningkatan viskositas dan
juga memecah granul karbohidrat, sehingga lebih meningkatkan
pengubahan karbohidrat oleh amilase. Pemasakan dengan cara
tradisional dibandingkan dengan cara modern juga mengakibatkan
respon glukosa yang berbeda. Cara yang baru yaitu dengan suhu
dan tekanan tinggi atau perendaman kemudian pengeringan.
6
Keadaan ini dibuktikan oleh Brand dkk yaitu pemasakan beras,
jagung dan kentang dengan cara tradisional dibandingkan dengan
cara modern. Hasil yang didapatkan adalah cara modern akan
menyebabkan respons glukosa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan cara pemasakan tradisional kecuali untuk kentang dalam
bentuk keripik (crips). Ross dkk, pada penelitian in vitro
mendapatkan perbedaan bermakna antara pemasakan yang
mengembang (puffing) dengan yang lain. Dan pada penelitian in
vivo juga didapatkan hasil yang sama.
7
II. 2 Diabetes Melitus
II.2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi DM dapat dilihat pada tabel 1.2,6,7
8
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus2
9
Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau
kombinasi.
II.2.3.2.1 Edukasi 2,9
II.2.3.2.2 Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Pada dasarnya, melakukan pengaturan pola makanan yang
didasarkan pada status gizi, kebiasaan makan dan kondisi atau
komplikasi yang telah ada.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai
pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan
kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
A. Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiri dari: 2,4,8
Karbohidrat
o Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total
asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat
tinggi.
o Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak
dianjurkan.
o Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga
penyandang diabetes dapat makan sama dengan makanan
keluarga yang lain.
o Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
o Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted Daily Intake/ADI).
o Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan
lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
Lemak
10
o Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan
kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total
asupan energi.
o Komposisi yang dianjurkan:
lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.
lemak tidak jenuh ganda < 10 %.
selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
o Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:
daging berlemak dan susu fullcream.
o Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
Protein
o Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
o Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi,
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
o Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan
asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10%
dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai
biologik tinggi.
Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani
hemodialisis asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
Natrium
o Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama
dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari
o Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu
dilakukan pengurangan natrium secara individual.
o Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin,
soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan
natrium nitrit.
Serat
11
o Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
o Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang
berasal dari berbagai sumber bahan makanan.
Pemanis Alternatif
o Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak
melebihi batas aman (Accepted Daily Intake/ADI).
Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis
berkalori dan pemanis tak berkalori.
o Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti
glukosa alkohol dan fruktosa.
o Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol,
mannitol, sorbitol dan xylitol.
o Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang
DM karena dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak
ada alasan menghindari makanan seperti buah dan
sayuran yang mengandung fruktosa alami.
o Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, neotame.
12
o Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita
di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi:
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal: BB ideal ± 10 %
Kurus: kurang dari BBI - 10 %
Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).
Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:
IMT = (BB(kg)/TB(m2))x 100%
Klasifikasi IMT*
o BB Kurang<18,5
o BB Normal 18,5-22,9
o BB Lebih > 23,0
Dengan risiko 23,0-24,9
Obes I 25,0-29,9
Obes II >30
*) WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific
Perspective:Redefining Obesity and its Treatment.
13
o Gemuk/ obesitas (BBR> 120%), kebutuhan kalori sehari
: 10-15 kal/kgbb
14
o Berat Badan
Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori
dikurangi sekitar 20- 30% tergantung kepada
tingkat kegemukan.
Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori
ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan
kebutuhan untuk meningkatkan BB.
Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-
1200 kal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kal
perhari untuk pria.
15
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral
dibagi menjadi 5 golongan:
1. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
: sulfonilurea , glinid
2. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin :
metformin, tiazolidindion (TZD)
3. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran
pencernaan:
Penghambat Alfa Glukosidase : akarbose
4. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase IV)
:sitagliptin dan Linagliptin.
5. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose
Cotransporter 2) : Canagliflozin,
Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.
ii. Obat Antihiperglikemia Suntik
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis
GLP-1 dan kombinasi insulin dan agonis GLP-1.
16
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
Gambar III.1. Skema Hubungan antara Pengaturan Gula Darah dan Diabetes
Melitus tipe 2
INDEKS GLIKEMIK
BAHAN MAKANAN
III.2 Hipotesis
Hipotesis alternatif (Ha) : terdapat hubungan bermakna antara indeks
glikemik pada beberapa bahan makanan perhari dengan diabetes melitus tipe 2.
17
seseorang tidak makan dan minum yang mengandung glukosa selama 8 jam. Gula
darah 1 jam setelah pemberian glukosa 50 g adalah nilai gula yang diukur setelah 1
jam diberikan 50 g glukosa. Gula darah 2 jam setelah pemberian glukosa 50 g adalah
nilai gula yang diukur setelah 2 jam diberikan 50 g glukosa.
Cara ukur : mengukur kadar glukosa puasa, 1 jam setelah mengkonsumsi 50 g
glukosa, 2 jam setelah mengkonsumsi 50 g glukosa dengan pengambilan
darah plasma dari pembuluh darah vena pada 1 hari setelah dilakukan
wawancara dan hari ke 7 setelah wawancara.
Alat ukur : disposable syringe 3cc, kapas alkohol, torniquet, plester dan tabung
bersih
Hasil ukur : Kadar glukosa plasma dalam mg/d.
Skala ukur : Data numerik skala interval.
18
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
19
DAFTAR PUSTAKA
20
LAMPIRAN :
21