Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

INDEKS GLIKEMIK BEBERAPA BAHAN MAKANAN


PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II

DISUSUN OLEH
dr. Cindy Christine

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan anugerah sehingga proposal penelitian ini selesai. Proposal
penelitian yang berjudul “INDEKS GLIKEMIK BEBERAPA BAHAN
MAKANAN PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II” ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat untuk pendaftaran mahasiswa baru program sudi
Ilmu Penyakit Dalam.
Saya selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu menyelesaikan proposal ini dengan baik dan lancar yang tidak
dapat saya sebutkan satu persatu.
Demikian proposal ini saya susun dengan harapan dapat berguna bagi penulis,
maupun pembaca. Penulis memohon maaf jika ditemukan banyaknya kekurangan
dalam penulisan proposal ini, penulis menerima saran dari para pembaca untuk
menyempurnakan proposal ini.

Jakarta, Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 2


I.1 Latar Belakang ...................................................................................... 2
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 3
I.3 Tujuan ................................................................................................... 3
I.4. Manfaat Penelitian ............................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1 Indeks Glikemik ................................................................................... 5
II.1.1 Definisi Indeks Glikemik ............................................................. 5
II.1.2 Faktor yang mempengaruhi perbedaan .........................................
kenaikan glukosa darah ............................................................. 5
II.1.3 Penentuan Indeks Glikemik ......................................................... 7
I1.2 Diabetes Melitus .................................................................................... 8
II.2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus ....................................................... 8
II.2.2 Diagnosis Diabetes Melitus ......................................................... 8
II.2.3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus .............................................. 9
II.2.3.1 Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum ................ 10
II.2.3.2 Langkah-langkah Penatalaksanaan Khusus ................ 10
II.2.3.2.1 Edukasi ........................................................ 10
II.2.3.2.2 Terapi Nutrisi Medis (TNM) ...................... 10
II.2.3.2.3 Latihan jasmani ............................................ 15
II.2.3.2.4 Terapi Farmakologis .................................... 15
II.3 Kerangka Teori ................................................................................... 16

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

DAN DEFINISI OPERASIONAL .............................................................................. 17


III.I Kerangka Konsep ................................................................................ 17

iii
III.2 Hipotesis ............................................................................................. 17
III.3 Definisi Operasional Variabel ............................................................. 17
III.3.1 Pengaturan Pola Makan .......................................................... 17
III.3.2 Kadar glukosa darah ............................................................... 17

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


IV. 1 Desain Penelitian dan Variabel ........................................................... 19
IV.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 19
IV. 3 Populasi Penelitian .............................................................................. 19
IV. 4 Sampel Penelitian ................................................................................ 19
IV. 5 Pengumpulan Data .............................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 21

LAMPIRAN ................................................................................................................. 23

iv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR II.1 ................................................................................................ 16
GAMBAR III.1 ............................................................................................... 17

v
DAFTAR TABEL
TABEL 1 ........................................................................................................... 8
TABEL 2 ........................................................................................................... 9

vi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indeks Glikemik merupakan perbandingan kenaikan gula darah setelah makan
makanan tertentu dibandingkan dengan setelah makan makanan standar yaitu glukosa.
Indeks glikemik berguna untuk menentukan respon glukosa darah terhadap kenaikan
jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Indeks Glikemik bahan makanan
berbeda - beda tergantung pada fisiologi bukan pada kandungan bahan makanan.
Konsep Indeks Glikemik pertama kali ditemukan oleh DR. David Jenskins tahun
1981, Professor Gizi di Universitas of Toronto Kanada, dalam rangka membantu
pasien DM memilih atau menentukan makanan yang paling tepat.1
Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. 2
Saat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe-2 di berbagai penjuru dunia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah
penyandang DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global.2,3
WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4
juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Laporan ini
menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat
pada tahun 2035. Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksi
adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014
menjadi 14,1 juta pada tahun 2035. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia
tahun 2003, diperkirakan penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak
133 juta jiwa. Dengan mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan
pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun. 2,3
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen
Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi DM di daerah urban untuk usia
di atas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi Papua sebesar
1,7%, dan terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat yang mencapai
11,1%. Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT), berkisar antara

2
4,0% di Propinsi Jambi sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat dengan rerata sebesar
10.2%. 12-4
Adanya kepercayaan masyarakat bahwa peningkatan kadar gula darah setelah
memakan nasi yang dimasak sehari sebelumnya atau lebih atau, dengan memakan
nasi beras merah lebih rendah dibandingkan nasi beras putihhangat atau baru
dimasak. Hal ini menjadi latar belakang penulis untuk mengajukan proposal
penelitian ini, diharapkan agar penderita DM tipe 2 dapat memilah-milah bahan
makanan mana yang mempunyai kadar gula darah yang tinggi maupun rendah supaya
kadar gula pasien tersebut tetap terkontrol.

1.2 Perumusan Masalah


Pernyataan Masalah
Angka indeks glikemik yang berbeda pada beberapa bahan makanan
dari pengolahan bahan makanan yang berbeda
Pertanyaan Masalah
1. Bagaimanakah cara bagi penderita diabetes tipe 2 dapat memilih bahan
makanan dengan indeks glikemik yang lebih rendah ?
2. Apakah terdapat cara untuk mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal dengan keseimbangan asupan makanan ?
3. Adakah alternatif jalan keluar yang tepat untuk menghindari
komplikasi akut dan kronik pada penderita diabetes tipe 2, selain
dengan penggunaan terapi farmakologi ?
4. Dapatkah meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui
pemilihan bahan makanan yang tepat ?

I.3 Tujuan
Tujuan Umum
Diketahuinya beberapa indeks glikemik bahan makanan dari
pemilihan bahan makanan yang berbeda
Tujuan Khusus
1. Diketahuinya cara bagi penderita diabetes tipe 2 dapat memilih
pemilihan bahan makanan dengan indeks glikemik yang tepat

3
2. Diketahuinya cara untuk mempertahankan kadar glukosa darah
mendekati normal dengan keseimbangan asupan makanan
3. Diketahuinya cara menghindari komplikasi akut dan kronik pada
penderita diabetes tipe 2, selain dengan penggunaan terapi farmakologi
4. Diketahuinya cara meningkatkan kesehatan secara keseluruhan melalui
pemilihan bahan makanan yang tepat

I.4. Manfaat Penelitian


a. Untuk Responden :
 Memberi informasi kepada penderita DM tipe II mengenai kadar gula dan
total kalori pada beberapa bahan makanan
b. Untuk institusi :
 Dapat menentukan perencanaan makanan atau edukasi terhadap
penderita diabetes mellitus untuk memilih bahan makanan yang dapat
menimbulkan efek peningkatan kadar gula darah yang rendah atau tinggi
 Sebagai informasi yang dapat diberikan pada saat edukasi mengenai gizi
terhadap penderita diabetes melitus jika terbukti adanya hubungan antara
indeks glikemik bahan makanan dengan kadar gula darah
c. Untuk Peneliti :
 Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan penelitian.
 Menambah wawasan dalam bidang ilmu penyakit dalam, berkaitan
dengan kasus yang diteliti.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Indeks Glikemik


II.1.1 Definisi Indeks Glikemik
Indeks glikemik merupakan respons gula darah setelah makan
makanan tertentu dibandingkan dengan respon gula darah terhadap
terhadap glukosa murni. 5

II.1.2 Faktor yang mempengaruhi perbedaan kenaikan glukosa darah1,5


1. Serat
Merupakan bagian dari sel tumbuhan yang resisten terhadap
hidrolisis enzim pencernaan manusia.dapat terdiri dari selulosa,
lignin, pentosan, asam uronat dan lainnya yang dapat dianalisis.
Jenkin DJA dkk mengemukakan bahwa ada sebagian serat
yang mempunyai hubungan dengan indeks glikemik yang rendah
misalnya leguminosa, guar dan tragacanth. Tetapi ada juga yang
tidak mempunyai kolerasi misalnya antara roti dengan spageti dan
antara beras coklat dengan beras putih. Jadi, serat bukanlah faktor
yang utama dalam hal ini. Ini dapat dilihat pada beras setelah
dibuat dalam bentuk tepung, indeks glikemiknya akan nyata
berbeda.
Dalam penambahan serat dalam makanan, efeknya akan
bergantung pada :
a) Hubungan antara serat dengan makanan
b) Persentase karboidrat dalam makanan
c) Kelarutan

2. Sumber bahan makanan


Crapo dkk mendapatkan respon glikemik yang berbeda antara
roti, nasi, kentang, dan jagung, setelah faktor serat sudah
dihilangkan. Pada binatang percobaan, karbohidrat yang

5
mengandung amilopektin lebih cepat dicerna dibandingkan
karbohidrat yang mengandung 30-40% amilosa (dengan berat
molekul sekitar 104) dan amilopektin 60-70% (dengan berat
molekul sekitar 105-106). Luas permukaan molekul amilopektin
lebih luas dibandingkan dengan amilosa sehingga lebih mudah
dicerna.

3. Interaksi protein atau lemak dengan karbohidrat


Proses pencernaan kompleks karbohidrat dan protein atau
lemak lebih lambat dibandingkan dengan karbohidrat saja. Hal ini
dibuktikan dengan perbedaan proses pencernaan 10-20% dari roti
dibandingkan dengan gula tanpa gluten.

4. Antinutrien lain selain serat


Termasuk dalam hal ini inhibitor enzim, asam fitat dan
mungkin lektin. Inhibitor enzim dan lektin menimbulkan
hipoglikemia pada tikus. Inhibitor amilase menurunkan absorbsi
glukosa pada tikus percobaan dan manusia. Inhibitor amilase dan
sukrase mengurangi pencernaan dan absorbsi glukosa. Asam fitat
juga mengurangi pencernaan karbohidrat secara in vitro. Inhibitor
enzim ini diaktivasi dengan pemanasan.

5. Cara pemanasan
Horwiitz dan Slowie mengemukakan bahwa pada makanan
yang tidak dimasak didapatkan dinding sel yang tidak dirusak,
sehingga penyerapannya lebih lambat. Collings juga
mengemukakan perbedaan antara respons glukosa pada makanan
yang dimasak dengan yang tidak dimasak.
Proses pemasakan menyebabkan peningkatan viskositas dan
juga memecah granul karbohidrat, sehingga lebih meningkatkan
pengubahan karbohidrat oleh amilase. Pemasakan dengan cara
tradisional dibandingkan dengan cara modern juga mengakibatkan
respon glukosa yang berbeda. Cara yang baru yaitu dengan suhu
dan tekanan tinggi atau perendaman kemudian pengeringan.

6
Keadaan ini dibuktikan oleh Brand dkk yaitu pemasakan beras,
jagung dan kentang dengan cara tradisional dibandingkan dengan
cara modern. Hasil yang didapatkan adalah cara modern akan
menyebabkan respons glukosa yang lebih tinggi dibandingkan
dengan cara pemasakan tradisional kecuali untuk kentang dalam
bentuk keripik (crips). Ross dkk, pada penelitian in vitro
mendapatkan perbedaan bermakna antara pemasakan yang
mengembang (puffing) dengan yang lain. Dan pada penelitian in
vivo juga didapatkan hasil yang sama.

6. Bentuk fisik makanan


O’Dea K dkk, mendapatkan perbedaan respons glikemik beras
putih atau coklat yang berbeda dalam hal pemisahan beras dengan
sekam (ditumbuk, tidak ditumbuk, dan digiling mesin). Beras yang
lebih bersih akan menghasilkan respon glikemik yang lebih tinggi
baik pada pasien DM atau yang normal. Secara in vitro, didapatkan
keadaan yang bersamaan, Haber dan Heaton juga mengemukakan
perbedaan yang bermakna dalam respon glikemik apel yang
dihancurkan (blending) dibandingkan dengan ekstrak apel.
Makanan cair akan mempunyai respon glikemik yang lebih tinggi
dibandingkan makanan padat.

II.1.3 Penentuan Indeks Glikemik5


Rumus untuk menentukan indeks glikemik suatu makanan, yaitu
Luas daerah kurva respons gula darah tubuh
setelah 2 jam terhadap makanan x 100
Indeks glikemik = Luas daerah kurva respons gula darah tubuh
Setelah 2 jam terhadap glukosa murni

Pemberian beban makanan dalam pemantauan respons gula darah bervariasi,


ada yang menggunakan 25 gKH, 50 g KH, dan ada yang menggunakan 75 g
KH

7
II. 2 Diabetes Melitus
II.2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus
Klasifikasi DM dapat dilihat pada tabel 1.2,6,7

Tabel 1. Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus

II.2.2 Diagnosis Diabetes Melitus2,6,7


Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat
keluhan seperti :
 Keluhan klasik berupa : poliuria, polidipsia, polifagia dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Keluhan lain berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

II.2.3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus


Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan
kualitas hidup penyandang diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi
:2,4,8
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki
kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut.

8
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas
penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
Tabel 2. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus2

3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas


DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian
glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui
pengelolaan pasien secara komprehensif.

II.2.3.1 Langkah-langkah Penatalaksanaan Umum


Perlu dilakukan evaluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama,
yang meliputi:2
1. Riwayat Penyakit,
2. Pemeriksaan Fisik
3. Evaluasi Laboratorium
4. Penapisan Komplikasi

II.2.3.2 Langkah-langkah Penatalaksanaan Khusus


Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat
(terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi
farmakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan/atau suntikan.

9
Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau
kombinasi.
II.2.3.2.1 Edukasi 2,9
II.2.3.2.2 Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Pada dasarnya, melakukan pengaturan pola makanan yang
didasarkan pada status gizi, kebiasaan makan dan kondisi atau
komplikasi yang telah ada.
Prinsip pengaturan makan pada penyandang DM hampir sama
dengan anjuran makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang
seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu. Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai
pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah kandungan
kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang
meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri.
A. Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiri dari: 2,4,8
 Karbohidrat
o Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total
asupan energi. Terutama karbohidrat yang berserat
tinggi.
o Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak
dianjurkan.
o Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga
penyandang diabetes dapat makan sama dengan makanan
keluarga yang lain.
o Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
o Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti
glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian
(Accepted Daily Intake/ADI).
o Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan
lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
 Lemak

10
o Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan
kalori, dan tidak diperkenankan melebihi 30% total
asupan energi.
o Komposisi yang dianjurkan:
 lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.
 lemak tidak jenuh ganda < 10 %.
 selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.
o Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:
daging berlemak dan susu fullcream.
o Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
 Protein
o Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
o Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi,
daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, produk susu
rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
o Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan
asupan protein menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10%
dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai
biologik tinggi.
Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani
hemodialisis asupan protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
 Natrium
o Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama
dengan orang sehat yaitu <2300 mg perhari
o Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu
dilakukan pengurangan natrium secara individual.
o Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin,
soda, dan bahan pengawet seperti natrium benzoat dan
natrium nitrit.
 Serat

11
o Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari
kacang-kacangan, buah dan sayuran serta sumber
karbohidrat yang tinggi serat.
o Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang
berasal dari berbagai sumber bahan makanan.
 Pemanis Alternatif
o Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak
melebihi batas aman (Accepted Daily Intake/ADI).
Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis
berkalori dan pemanis tak berkalori.
o Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan
kalorinya sebagai bagian dari kebutuhan kalori, seperti
glukosa alkohol dan fruktosa.
o Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol,
mannitol, sorbitol dan xylitol.
o Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang
DM karena dapat meningkatkan kadar LDL, namun tidak
ada alasan menghindari makanan seperti buah dan
sayuran yang mengandung fruktosa alami.
o Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin,
acesulfame potassium, sukralose, neotame.

B. Kebutuhan Kalori 2,4,8


Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang
dibutuhkan penyandang DM, antara lain dengan memperhitungkan
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kal/kgBB ideal. Jumlah
kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa
faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan lain-lain.
Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut:
 Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca
yang dimodifikasi:
o Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg.

12
o Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita
di bawah 150 cm, rumus dimodifikasi menjadi:
Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm - 100) x 1 kg.
BB Normal: BB ideal ± 10 %
Kurus: kurang dari BBI - 10 %
Gemuk: lebih dari BBI + 10 %
 Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT).
Indeks massa tubuh dapat dihitung dengan rumus:
IMT = (BB(kg)/TB(m2))x 100%
Klasifikasi IMT*
o BB Kurang<18,5
o BB Normal 18,5-22,9
o BB Lebih > 23,0
 Dengan risiko 23,0-24,9
 Obes I 25,0-29,9
 Obes II >30
*) WHO WPR/IASO/IOTF dalam The Asia-Pacific
Perspective:Redefining Obesity and its Treatment.

BBR (Berat Badan Relatif) = (BB/(TB-100))x 100%


Keterangan :
Gizi buruk : <90%
Gizi normal : 90-110%
Gizi lebih : 110 - 120%
Gemuk (obesitas) : >120%

Kebutuhan kalori/hari untuk menuju berat badan normal : 5


o Berat badan kurang (BBR< 90%), kebutuhan kalori
sehari : 40-60 kal/kgbb
o Berat badan normal (BBR 90-110%), kebutuhan kalori
sehari : 30 kal/kgbb
o Berat badan lebih (BBR> 110%), kebutuhan kalori sehari
: 20 kal/kgbb

13
o Gemuk/ obesitas (BBR> 120%), kebutuhan kalori sehari
: 10-15 kal/kgbb

Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara


lain:
o Jenis Kelamin
Kebutuhan kalori basal perhari untuk perempuan sebesar
25 kal/kgBB sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.
o Umur
 Pasien usia diatas 40 tahun, kebutuhan kalori
dikurangi 5% untuk setiap dekade antara 40 dan
59 tahun.
 Pasien usia diantara 60 dan 69 tahun, dikurangi
10%.
 Pasien usia diatas usia 70 tahun, dikurangi 20%.
o Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
 Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan
intensitas aktivitas fisik.
 Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal
diberikan pada keadaan istirahat.
 Penambahan sejumlah 20% pada pasien dengan
aktivitas ringan: pegawai kantor, guru, ibu rumah
tangga.
 Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas
sedang: pegawai industri ringan, mahasiswa,
militer yang sedang tidak perang.
 Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat:
petani, buruh, atlet, militer dalam keadaan
latihan.
 Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat
berat: tukang becak, tukang gali.
o Stres Metabolik
 Penambahan 10-30% tergantung dari beratnya
stress metabolik (sepsis, operasi, trauma).

14
o Berat Badan
 Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori
dikurangi sekitar 20- 30% tergantung kepada
tingkat kegemukan.
 Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori
ditambah sekitar 20-30% sesuai dengan
kebutuhan untuk meningkatkan BB.
 Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000-
1200 kal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kal
perhari untuk pria.

Untuk memudahkan dalam teknik pelaksanaannya diet


diabetes dibagi sesuai dengan jumlah kalorinya dengan perincian
sebagai berikut : 4
Diet DM I 1100 kal Diet DM VII 2300 kal
Diet DM II 1300 kal Diet DM VIII 2500 kal
Diet DM III 1500 kal Diet DM IX 2700 kal
Diet DM IV 1700 kal Diet DM X 2900 kal
Diet DM V 1900 kal Diet DM XI 3100 kal
Diet DM VI 2100 kal Diet DM XII 3300 kal

Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang


terhitung dan komposisi tersebut di atas, dibagi dalam 3 porsi besar
untuk makan pagi (20%), siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi
makanan ringan (10-15%) di antaranya. Tetapi pada kelompok tertentu
perubahan jadwal, jumlah dan jenis makanan dilakukan sesuai dengan
kebiasaan. Untuk penyandang DM yang mengidap penyakit lain, pola
pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyerta.
II.2.3.2.3 Latihan jasmani
II.2.3.2.4 Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk
suntikan. 2,4,8
i. Obat Antihiperglikemia Oral

15
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral
dibagi menjadi 5 golongan:
1. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
: sulfonilurea , glinid
2. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin :
metformin, tiazolidindion (TZD)
3. Penghambat Absorpsi Glukosa di saluran
pencernaan:
Penghambat Alfa Glukosidase : akarbose
4. Penghambat DPP-IV (Dipeptidyl Peptidase IV)
:sitagliptin dan Linagliptin.
5. Penghambat SGLT-2 (Sodium Glucose
Cotransporter 2) : Canagliflozin,
Empagliflozin, Dapagliflozin, Ipragliflozin.
ii. Obat Antihiperglikemia Suntik
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis
GLP-1 dan kombinasi insulin dan agonis GLP-1.

II.3 Kerangka Teori

Gambar II.1. Gambar Kerangka Teori

16
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

III.I Kerangka Konsep


Dengan pemilihan bahan makanan dan mengatur pola makan secara baik dan

benar dapat memberikan banyak manfaat, salah satunya adalah mempengaruhi

penurunan kadar gula darah.

Gambar III.1. Skema Hubungan antara Pengaturan Gula Darah dan Diabetes
Melitus tipe 2

INDEKS GLIKEMIK
BAHAN MAKANAN

Diabetes Melitus Penurunan Kadar Gula


Tipe II Darah

III.2 Hipotesis
Hipotesis alternatif (Ha) : terdapat hubungan bermakna antara indeks
glikemik pada beberapa bahan makanan perhari dengan diabetes melitus tipe 2.

III.3 Definisi Operasional Variabel


III.3.1 Pengaturan Pola Makan
 Definisi variabel : Memberikan glukosa 50g kepada responden.
 Cara ukur : pengukuran gula darah berkala.
 Hasil ukur :
o Diberi glukosa 50g perhari.
o Tidak diberi glukosa 50g perhari
 Skala ukur : ordinal, interval
III.3.2 Kadar glukosa darah
Definisi variabel : Indeks glikemik adalah perbandingan kenaikan gula darah setelah
makan dengan makanan tertentu dibandingkan dengan setelah makan makanan
standar yaitu glukosa 50 g. Gula darah puasa adalah nilai gula yang diukur pada saat

17
seseorang tidak makan dan minum yang mengandung glukosa selama 8 jam. Gula
darah 1 jam setelah pemberian glukosa 50 g adalah nilai gula yang diukur setelah 1
jam diberikan 50 g glukosa. Gula darah 2 jam setelah pemberian glukosa 50 g adalah
nilai gula yang diukur setelah 2 jam diberikan 50 g glukosa.
 Cara ukur : mengukur kadar glukosa puasa, 1 jam setelah mengkonsumsi 50 g
glukosa, 2 jam setelah mengkonsumsi 50 g glukosa dengan pengambilan
darah plasma dari pembuluh darah vena pada 1 hari setelah dilakukan
wawancara dan hari ke 7 setelah wawancara.
 Alat ukur : disposable syringe 3cc, kapas alkohol, torniquet, plester dan tabung
bersih
 Hasil ukur : Kadar glukosa plasma dalam mg/d.
 Skala ukur : Data numerik skala interval.

18
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

IV. 1 Desain Penelitian dan Variabel


Jenis penelitian yang dilakukan bersifat analitik, desain studi eksperimental
dengan melihat adanya hubungan sebab akibat antara bahan makanan yang diberikan
glukosa 50 gram dengan bahan makanan yang tidak diberikan glukosa 50 gram
sebagai kontrol terhadap indeks glikemik. Dengan menggunakan variable dependent
dan independent, sebagai variabel tergantung (dependent variable) adalah index
glikemik dan sebagai variabel bebas (independent variable) adalah bahan makanan.
IV.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Di poliklinik penyakit dalam divisi Metabolik Endokrin. Waktu sesuai
dengan jam kerja poliklinik periode tertentu.
IV. 3 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah pasien yang berobat di poliklinik penyakit
dalam divisi Metabolik Endokrin selama waktu penelitian.
Kriteria Inklusi :
- Pasien berusia 30-60 tahun
- Penderita DM tipe II yang sudah terkontrol baik obat maupun dengan
diet saja, dengan fungsi hati dan ginjal baik
IV. 4 Sampel Penelitian
Pengambilan sampel menggunakan non random (non probability)
sampling dengan metode Accidental sampling. Yang digunakan sebagai sampel
adalah pasien yang berobat di poliklinik penyakit dalam divisi Metabolik
Endokrin selama waktu penelitian dan memenuhi kriteria inklusi sebanyak 10
orang per kelompok.
IV. 5 Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
data primer dan sekunder.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Rimbawa et al. 2006. Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara


Pemberian Pangan Terhadap Respons Glikemik Pada Subyek Obes dan
Normal (Jurnal Penelitian Ilmiah). Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi
Manusia IPB Bogor dan Departemen Gizi Fakultas Kedokteran USU Medan,
dalam http://www.ejournal.usu.ac.id (Maret 2018).
2. Rudianto, A; Lindarto, D; Decroli, E; et al. (2015). Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,. Berita Publikasi “ Tahun 2030
Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 21,3juta (serial online).
November 2009 , Jakarta [cited: 2018 March 08]; Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-
melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2007. November 2009 , Jakarta [cited: 2018 March 08]; Available
from: http://www.depkes.go.id/article/view/414/tahun-2030-prevalensi-diabetes-
melitus-di-indonesia-mencapai-213-juta-orang.html
5. Waspadji,S; et al, 2009. Pedoman diet Diabetes Melitus ed. 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
6. American Diabetes Association. Classification and Diagnosis of Diabetes. 2015
January [cited: 2018 March 08]; Available from:
http://care.diabetesjournals.org/content/diacare/38/Supplement_1/S8.full.pdf
7. Sudoyo, Aru W., et. al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi Keenam Jilid
2. Jakarta: Interna Publishing.
8. Soegondo, S., Pradana Soewondo, Imam Subekti, 2015. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu ed. 2 Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008, Pedoman penatalaksanaan
Diabetes Melitus dan penyakit metabolik ed.2. Jakarta: DEPKES RI.

20
LAMPIRAN :

21

Anda mungkin juga menyukai