Pembimbing :
dr. Danny Wiguna, Sp.OG
Oleh :
Bella Louisa 2016-061-042
Madelina Serenita 2016-061-081
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-
Nya, referat dengan judul “Pengaruh Stress pada Kehamilan” dapat diselesaikan sesuai dengan
batas waktu yang ditentukan untuk memenuhi tugas dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan referat ini tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak yang senantiasa membantu dalam proses persiapan hingga akhir. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Danny Wiguna, Sp.OG
yang telah bersedia membimbing selama proses pembuatan referat ini.
Referat ini masih memerlukan banyak perbaikan, oleh karena itu penulis sangat terbuka
pada kritik dan saran yang dapat berguna demi memperbaiki kekurangan yang ada.
Penulis berharap referat ini dapat membuka pikiran dan wawasan yang bermanfaat bagi
para pembacanyamengenai Infeksi Saluran Kemih Komplikata dan dapat melakukan
penanganan yang tepat dalam menghadapinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................................. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 3
2.1 Definisi Stress ................................................................................................................... 3
2.2 Stress dan Komplikasi dalam Kehamilan ......................................................................... 3
2.3 Respon terhadap Stress ..................................................................................................... 4
2.4 Efek Stress pada Kehamilan dan Kelahiran ...................................................................... 4
2.5 Patofisiologi ....................................................................................................................... 6
2.6 Pekerjaan Maternal selama Kehamilan dan Dampaknya pada Kelahiran ......................... 9
2.7 Pekerjaan Maternal selama Kehamlan dan Risiko Kelahiran SGA atau Bayi Prematur ... 11
2.8 Hubungan Pekerjaan Maternal, Pengukuran Tekanan Darah, dan Hipertensi Kehamilan 13
BAB III
KESIMPULAN ...................................................................................................................... 11
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Apakah pengaruh stress pada kehamilan?
1.3 Tujuan
Mengetahui pengaruh stress pada kehamilan
1.4 Manfaat
Memberikan informasi mengenai pengaruh stress pada kehamilan bagi para klinisi
dan masyarakat
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.3 Respon terhadap Stress
Selama kehamilan, sistem endokrin, saraf dan imun maternal mengalami penyesuaian
untuk mendukung kesuksesan kehamilan . Stress prenatal mempengaruhi kehamilan dengan
cara mengganggu proses penyesuaian tersebut. Dari perubahan-perubahan fisiologis yang
terjadi pada wanita hamil adalah kecenderungan penurunan respons stress oleh HPA axis dan
pergeseran sistem imun yang untuk mendukung profil anti inflamasi.7 Stress dan infeksi dapat
mengaktivasi respons stress HPA dan meningkatkan produksi corticotropin-releasing hormon
(CRH) dan stimulasi produksi sitokin inflamasi selama gestasi.8 Aktivasi respons HPA dan
inflamasi selama kehamilan dapat mempengaruhi kesehatan maternal selama dan setelah
kehamilan. Ibu yang stress lebih rentan terhadap infeksi selama kehamilan sebagai hasil dari
efek penekanan oleh stress terhadap kemampuan sistem imun. Infeksi maternal selama
kehamilan tidak hanya mempengaruhi kehamilan melalui peningkatan aktivitas inflamasi saja
namun juga melalui perubahan perilaku seperti asupan nutrisi yang lebih rendah, penurunan
aktivitas fisik dan gangguan tidur.
4
factor-α. Stress dan cemas pada awal kehamilan meningkatkan CRH dan kortisol dan
diasosiasikan dengan peningkatan kelahiran prematur.9 ,10
Wanita dengan stress psikososial selama kehamilan memiliki level CRH dan kortisol
yang lebih tinggi dibanding dengan wanita hamil yang tidak stress . Wanita yang melahirkan
preterm memiliki level kortisol dan CRH plasma yang secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan dengan wanita yang melahirkan secara normal.1
5
masuk ke sirkulasi janin dan mempengaruhi sistem saraf yang sedang berkembang. Neuron
pada hipokampus yang sedang berkembang mengekspresikan reseptor glukokortikoid dalam
jumlah tinggi dan terlihat sangat sensitif terhadap efek stress. Dihipotesiskan bahwa
peningkatan hormon stress pada janin akibat stress maternal mengganggu perkembangan
hipokampus dengan cara terikat pada reseptor dan dapat mempunyai efek neurotoksik dan
mengganggu perkembangan dengan cara mengganggu kerja dendrit.
2.5 Patofisiologi
2.5.1 Regulasi HPA Axis maternal
CRH dihasilkan dan dihasilkan oleh hipotalamus. CRH memiliki peran dalam
HPA axis dan terlibat dalam respons fisiologis terhadap stress. CRH menstimulasi
produksi dan sekresi ACTH oleh hipofisis. Selanjutnya ACTH akan stimulasi produksi
dan sekresi kortisol oleh korteks adrenal. Regulasi hormone-hormon ini dicapai dengan
adanya mekanisme feedback negatif.12
Hal ini terjadi pada semua wanita meskipun perubahan penting lebih banyak
terjadi pada wanita hamil. Pada usia 8-10 minggu kehamilan, CRH juga dihasilkan oleh
plasenta. CRH plasenta ini memiliki aktivitas biologis yang sama dengan CRH pada
hipotalamus dan disekresikan kepada maternal maupun janin. Diketahui bahwa korsitol
menstimualsi sistensis dan pelepasan pCRH, dimana kebalikan dari efek inhibisi
kortisol terhadap sel penghasil CRH di hipotalamus. Pada ibu, pCRH diinaktivasi
dengan banyaknya CRH binding protein (CRH-BP) dalam kondisi normal kecuali pada
2-4 minggu terkahir kehamilan. Pada masa ini terdapat peningkatan yang cepat dari
6
pCRH bebas. Perubahan ini terjadi akibat adanya pergeseran dari feedback negative
yang normal di HPA Axis maternal menjadi feedback positif ditambah dengan
mekanisme melalui efek dari pCRH yang diproduksi secara perifer. Dalam perjalanan
kehamilan, konsentrasi CRH , kortisol dan ACTH dalam darah meningkat secara
bertahap, namun selama beberapa minggu sebelum persalinan mereka akan meningkat
dengan cepat. Dalam kondisi abnormal (pre eclampsia, ancaman partus prematurus,
stress maternal) perubahan ini dapat terjadi secara prematur.1
7
2. Hormon maternal yang di transfer transplasenta
Janin secara relative aman dari paparan langsung kortisol yang tinggi. Pada
plasenta, 50 – 90% kortisol maternal diubah menjadi kortison oleh enzim 11b-
hydroxysteroid-dehydrogenase (11b-HSD-2). Kortison secara biologis inaktif.
Sebaliknya, tingkat kortisol maternal ditemukan berhubungan secara linear dengan
tingkat kortisol janin pada pengambilan darah tali pusat antenatal (cordocentesis). Hal
ini berarti peningkatan kecil pada kortisol maternal dapat menimbulkan peningkatan
yang substansial pada kortisol janin. Dengan demikian, kortisol diperkirakan mencapai
janin lewat keadaan – keadaan tersebut. Hal ini secara normal dapat terjadi karena
kortisol maternal tidak seluruhnya di-inaktivasi di plasenta, atau, dalam beberapa
kondisi spesifik, seperti konsentrasi kortisol maternal yang sangat tinggi, penurunan
aktivitas 11b-HSD-2, atau imaturitas plasenta, ketika fungsi plasenta kurang baik.1
3. pCRH yang dilepaskan akibat stress ke dalam intrauterine
Kortisol janin penting untuk maturasi hampir seluruh system organ janin. HPA-
Axis janin diregulasi melalui feedback negatif dari awal kehamilan. Pada kehamilan
lanjut, pCRH masuk ke sirkulasi janin melalui vena umbilikalis. Akibat CRH-BP tidak
ditemukan pada janin, pCRH menstimulasi HPA-Axis janin untuk memproduksi dan
mensekresi ACTH, kortisol, dan androgen. Kortisol janin memasuki sirkulasi plasenta
melalui arteri umbilikalis dan menstimulasi produksi pCRH lebih lanjut. Melalui hal
ini, HPA-Axis janin juga diregulasi oleh feed-forward mechanism pada akhir
kehamilan. Pada sisi lain, hal ini mengakibatkan peningkatan kortisol secara pesat yang
mempercepat maturasi organ janin. Sedangkan, inisisasi pCRH melalui peningkatan
DHEA-S (precursor estrogen), sebuah kaskade yang membuat peningkatan aktivitas
uterus dan pada akhirnya persalinan. Pada akhir kehamilan normal, efek stimulasi
maturasi organ dan inisiasi kelahiran mengakibatkan efek positif. Namun, aktivasi
prematur salah satu atau keduanya di plasenta dapat mengakibatkan preterm labor and
delivery. Penurunan asupan nutrisi dan oksigen dapat menyebabkan respon stress pada
janin. Hal ini melibatkan peningkatan sekresi pCRH yang kemudian berkontribusi
terhadap feedforward plasenta. Stress maternal dapat mempengaruhi perkembangan
otak janin dan aktivitas HPA-Axis. Kortisol maternal yang lolos dari inaktivasi 11b-
HSD-2 di plasenta dapat berpartisipasi dalam mekanisme feedforward antara plasenta
dan aksis hipofisis-adrenal janin. Produksi dan sekresi yang berlebihan kortisol janin
dapat berasal dari kortisol maternal di kompartemen janin dan/atau dari sekresi pCRH.
Peningkatan kortisol janin (yang berasal dari maternal maupun janin) dapat
8
menginhibisi perkembangan dan diferensiasi system saraf yang sedang berkembang,
merusak otak, dan dapat mempunyai efek terhadap sistem neuroendokrin janin yang
berakibat pada kelainan permanen.1
10
2.6.2. Pekerjaan maternal di Denmark
Denmark memiliki beberapa fitur institusional berkaitan dengan analisis dalam
penelitian ini: Para perkeja Danish secara legal diwajibkan untuk mengakomodasi pekerjaan
untuk kebutuhan wanita hamil. Fitur ini berfungsi untuk menjaga wanita hamil pada pekerja
dengan mengakomodasi kebutuhan mereka dan tanpa mengesampingkan kesehatan mereka
atau kesehatan janinnya. Maka itu, terutama pada pekerjaan manual, tugas kebanyakan
diakomodasi untuk kebutuhan wanita hamil.
Pada penelitian ini, semua wanita diberikan waktu 4 minggu untuk cuti kehamilan.
Kemudian wanita tersebut di wawancara pada saat sebelum cuti.
Dengan meningkatnya pekerjaan pada wanita hamil, penelitian inimemahami adanya
efek pekerjaan selama kehamilan pada kelahiran yang merupakan hal kritikal. Pekerjaan
maternal setelah kelahiran dan selama awal tahun pada kehidupan anaknya telah dipelajari
secara ekstensif, namun masih belum cukup dipahami dampak perkejaan maternal selama
kehamilan. Analisis ini merupakan hal yang rumit dengan kurangnya skala besar data yang
didapat selama kehamilan dan kelahiran dan perbedaan yang tidak dipantau antar wanita,
membuat perbandingan sederhana antara wanita yang bekerja dengan yang tidak bekerja
menjadi suatu masalah.
Pada penelitian ini, peneliti meneliti efek pekerjaan maternal pada trimester awal dan
trimester tiga kehamilan dengan data dari Denmark. Denmark berkonstitusi pada kasus penting
karena tingkat bekerja ibu tinggi pada standard internasional, pada sebelum, selama, dan
setelah kehamilan. Lebih lagi, tempat pekerja Danish diwajibkan untuk mengakomodasi tugas
untuk kebutuhan wanita hamil, dan cuti kehamilan yang diberikan berperan dalam tekanan dan
faktor stress pada ibu. Akhirnya, cuti sakit pada ibu dengan keehatan yang buruk selama
kehamilan merupakan faktor penting di Denmark. Maka itu, pemilihan masuk dan keluar
bekerja berbeda di tiap negara seperti antara UK dengan USA.
Penelitian ini menemukan bahwa pekerjaan yang diukur pada trimester pertama
kehamilan tidak menyebabkan bahaya pada kelahiran, dengan kontras, wanita bekerja
menghasilkan risiko yang ebih rendah terhadap persalinan prematur. Berdasarkan hasil dari
cuti sakit selama kehamilan, pekerjaan ini merefleksikan dampak dari tetap bekerja.15
2.7 Pekerjaan Maternal selama Kehamilan dan Risiko Kelahiran SGA atau Bayi
Prematur
Tujuan penelitian ini ialan untuk mengetahui hubungan karakteristik pekerjaan
maternal terhadap risiko kelahiran SGA atau bayi prematur.
11
Dalam beberapa tahun penelitian, efek pekerjaan maternal selama kehamilan terhadap
pertumbuhan janin dan persalinan prematur masih belum jelas. Beberapa studi epideimologi
menghubungkan hubungan berdiri terlalu lama, mengangkat barang - barang berat, lamanya
jam bekerja, shift bekerja, atau dibutuhkannya pekerjaan fisik yang tinggi terhadap kelahiran.
Namun, hasil ini tidak konsisten.
Penelitian ini meneliti 4390 wanita yang tinggal di kota Quebec, Kanada, dan area
sekitarnya, dan yang melahirkan antara bulan Januari dan Oktober 1989, bayi tunggal hidup di
inklusi dalam penelitian ini. Informasi mengenai usia kehamilan saat persalinan, karakterstik
pekerjaan, aktivitas fisik di luar pekerjaan, dan beberapa penyebab potensial lainnya
didapatkan dari wawancara melalui telepon beberapa minggu setelah proses persalinan. Berat
badan lahir di catat dari sertifikat lahir.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa bekerja selama paling sedikit 6 jam per hari
dengan posisi berdiri selama kehamilan dapat meningkatkan risiko kelahiran SGA. Penelitian
Naeye dan Peters melaporkan bahwa nilai tengah berat badan lahir pada kelahiran term lebih
rendah ketika ibu bekerja pada posisi berdiri. Penelitian mereka menyatakan bahwa penurunan
berat badan lahir lebih penting apabila wanita tetap bekerja pada kehamilan lebih lanjut.
Penlitian oleh Teitelman et al, menyatakan bahwa apabila wanita hamil bekerja pada posisi
berdiri dibandingkan dengan mereka yang bekerja aktif, risiko relatif melahirakan dengan berat
badan lahir rendah ialah 1,58%. Berdiri dapat menurunkan aliran balik darah, dapat
menakibatkan perfusi rendah uretroplasenta dan kemudia mengganggu asupan oksigen dan
nutrien pada janin. Mendukung hipotesis ini, ialah penelitian oleh Naeye dan Peters,
berdasarkan ibu yang bekerja pada posisi berdiri dan melanjutkan pekerjaan hingga akhir usia
kehamilan memiliki insidensi infark besar plasenta yang lebih tinggi, suatu kondisi perfusi
rendah uteroplasenta sebagai faktor predisposisi. Bersama, observasi ini menyatakan bahwa
beridi lama selama kehamilan dapat memperngaruhi pertumbuhan janin.
Berat badan terhadap tinggi badan yang rendah sebelum hamil merupakan faktor risiko
independen terhadap retardasi pertumbuhan janin. Telah dilaporkan bahwa berat badan
maternal secara positif berhubungan dengan aliran darah plasenta pada wanita hamil normal.
Sebagai dasar dari observasi ini, peneliti menghipotesis bahwa efek berdiri lama terhadap
pertumbuhan janin, dapat lebih didukung dengan wanita dengan status gizi kurang. Peneliti
meneliti interaksi antara berdiri lama dengan berat badan sebelum hamil. Dilaporkan bahwa
wanita Ethiopia yang memiliki berat badan terbatas selama kehamilan, penurunan berat badan
bayi berhubungan dengan kerja keras semasa kehamilan lebih jelas pada wanita yang memiliki
12
berat badan 49k kg atau lebih. Interaksi antara berat badan sebelum hamil dengan karakteristik
pekerjaan yang spesifik seperti berdiri lama harus lebih lanjur di teliti pada studi berikutnya.
45% peningkatan pada risiko kelahiran preterm pada wanita yang selalu bekerja sore
atau malam tanpa adanya perubahan shift bekerja dibandingkan dengan wanita hamil yang
selalu bekerja siang hari. Setelah dikategorikan usia kehamilan pada akhir bekerja, peningkatan
risiko ini muncul pada wanita yang tetap bekerja setelah usia kehamilan 23 minggu. Penelitian
kami tidak menemukan faktor yang berkaitan antara shift bekerja dengan kelahiran preterm.
Usia kehamilan pada akhir bekerja berhubungan dengan risiko kelahiran SGA.
Sebagai konklusi, penelitian kami mendukung bahwa berdiri lama saat bekerja pada
wanita hamil, dan bekerja hingga akhir masa kehamilan dapat meningkatkan risiko SGA.16
15
BAB III
KESIMPULAN
Stress prenatal dapat bervariasi berdasarkan derajatnya mulai dari yang ringan, sedang,
sampai yang berat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa stress memiliki pengaruh negatif
terhadap kehamilan, perilaku dan perkembangan fisiologis keturunan. Prevalensi stress dalam
kehamilan bervariasi mulai dari 6% hingga 52,9 % di negara berkembang. Stress dalam
kehamilan diasosiasikan dengan kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR).
Stress didefinisikan sebagai kondisi yang mengganggu fisiologi normal dari fungsi
psikologis suatu individu. HPA axis dan system reproduksi menunjukan hubungan kompleks
pada wanita hamil maupun wanita tidak hamil. Hormon pada HPA Axis memiliki efek inhibisi
dan efek terhadap HPG axis yang kuat. Reseptor CRH dan kortisol banyak ditemukan pada
endometrium, myometrium, dan ovarium.
Selama kehamilan, sistem endokrin, saraf dan imun maternal mengalami penyesuaian
untuk mendukung kesuksesan kehamilan. Stress prenatal mempengaruhi kehamilan dengan
cara mengganggu proses penyesuaian tersebut. Dari perubahan-perubahan fisiologis yang
terjadi pada wanita hamil adalah kecenderungan penurunan respons stress oleh HPA axis dan
pergeseran sistem imun yang untuk mendukung profil anti inflamasi.
Stress prenatal dapat mempengaruhi perkembangan dan kesehatan bayi secara indirek
dengan meningkatkan kejadian setelah kehamilan. Penelitian menunjukkan bahwa stress
prenatal memiliki efek persisten pada perilaku, psikologis dan imunologik jangka panjang.
Bukti empiris mengenai dampak pekerjaan ibu terhadap kelahiran masih jarang.
Dibuktikan dengan penelitian - penelitian yang menggunakan data potong lintang, efek kausal
pekerjaan selama kehamilan masih belum dipahami dengan baik. Faktor yang mempengaruhi,
seperti status kesehatan maternal, jam kerja, dan karakteristik pekerjaan dapat berpengaruh
secara krusial tidak hanya pada hasilnya, namun juga pada keputusan pekerjaan.
Penelitian lain mengatakan bahwa berdiri lama saat bekerja pada wanita hamil, dan
bekerja hingga akhir masa kehamilan dapat meningkatkan risiko SGA. Selain itu, studi lain
juga mengatakan bahwa hubungan antara pekerjaan maternal dengan meningkatnya tekanan
darah memiliki implikasi klinis untuk manajemen tekanan darah pada akhir kehamilan. Pada
trimester III kehamilan, beban fisik pada kehamilan lebih nyata, reaktivitas vaskuler lebih
tinggi, dan tekanan darah lebih dekat dengan batas membutuhkan surveilans dan intervensi
16
yang lebih. Untuk manajemen klinis, menjadi penting untuk dapat membandingkan tekanan
darah pada saat bekerja dengan saat tidak bekerja pada setiap wanita.
17
DAFTAR PUSTAKA
3. Nagandla K, Nalliah S, Yin LK, Majeed ZA, Ismail M, Zubaidah S, et al. Prevalence and
associated risk factors of depression, anxiety and stress in pregnancy. Int J Reprod
Contracept Obstet Gynecol. 2017 Feb 23;5(7):2380–8.
6. Glover V. Prenatal stress and its effects on the fetus and the child: possible underlying
biological mechanisms. Adv Neurobiol. 2015;10:269–83.
7. Immunology of pregnancy (PDF Download Available) [Internet]. [cited 2018 Mar 29].
Available from:
https://www.researchgate.net/publication/44798295_Immunology_of_pregnancy
9. Glynn LM, Schetter CD, Hobel CJ, Sandman CA. Pattern of perceived stress and anxiety
in pregnancy predicts preterm birth. Health Psychol Off J Div Health Psychol Am
Psychol Assoc. 2008 Jan;27(1):43–51.
10. Guardino CM, Dunkel Schetter C, Hobel CJ, Gaines Lanzi R, Schafer P, Thorp JM, et al.
Chronic Stress and C-Reactive Protein in Mothers During the First Postpartum Year:
Psychosom Med. 2017 May;79(4):450–60.
12. Chrousos GP. Stresssors, stress, and neuroendocrine integration of the adaptive response.
The 1997 Hans Selye Memorial Lecture. Ann N Y Acad Sci. 1998 Jun 30;851:311–35.
18
13. Association between maternal anxiety in pregnancy and increased uterine artery
resistance index: cohort based study. - PubMed - NCBI [Internet]. [cited 2018 Mar 29].
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9888905
14. Psychosocial stress in pregnancy and its relation to the onset of premature labour.
[Internet]. [cited 2018 Mar 29]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1595651/
15. Wüst M. Maternal employment during pregnancy and birth outcomes: evidence from
Danish siblings. Health Econ. 2015 Jun;24(6):711–25.
16. Maternal work during pregnancy and the risks of delivering a small-for-gestational-age or
preterm infant. - PubMed - NCBI [Internet]. [cited 2018 Mar 29]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8824746
19