Anda di halaman 1dari 34
oe PEMBERIAN TEPUNG SIPUT MURBEI (Pomacea sp) ee SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN TERHADAP ____ KONSUMSI RANSUM, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN << KONVERSI RANSUM BURUNG PUYUH UMUR 1-5 MINGGU yf BE 0 heals a 5 Deanne rere 3 te . ae | + : / ac . et * . : | LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN ; ~ MEDAN | i 4 2011 / Se PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN 1. a. Judul Penelitian :Pengaruh Pemberian Tepung Siput Murbei (Pomacea Sp) Sebagai Substitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum Burung Puyuh Umur | ~ 5 Minggu b. Bidang Imu —: Produksi Ternak ©. Kategori : Penelitian untuk mengembangkan —-Fungsi Kelem Perguruan Tinggi 2. Peneliti a. Nama Lengkap dan Gelar Ir. Tunggul Ferry Sitorus, MP b. Jenis Kelamin > Laki-laki ©. Golongan / Pangkat : II-B d. Jabatan Fungsional 2 Asisten ahli . Jabatan Struktural 2 Sekretaris LPKM f._Fakultas / Jurusan :_ Petemakan / Produksi Ternak 3. Susunan Tim Peneliti a. Ketua + Ir. Tunggul Ferry Sitorus, MP b._Anggota is 4. Lokasi Penelitian = Porlak Nommensen 3._Biaya Penelitian Kerjasama dengan Institusi lain ‘a. Nama Institust a b._Alamat - 6. Lama Penelitian 3 (bulan (April - Mei 2011 7._Biaya Penelitian 2 Rp 5.000.000, (lima juta rupiah) Medan, Juli 2011 Ir. Tunggul Ferri Sitorus, MS KATA PENGANTAR Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas penyertaanNya sehingga Laporan Penelitian ini bisa selesai tepat pada waktunya. ‘Semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi petani peternak dalam pengendalian siput murbei dilahan usaha tani dengan memanfaatkannya sebagai pakan ternak burung puyuh dan dapat memperkaya informasi literatur dalam bidang nutrisi dan makanan teak. Akhimya penulis dengan senang hati akan menerima kritik yang bersifat konstruktif atau saran guna memperbaiki penyempuraan tulisan ini. Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak Lemlit UHN atas pendanaan penelitian ini, schingga diharapkan akan dapat semakin memacu semangat dan motivasi para staf pengajar di lingkungan UHN untuk melakukan penelitian selanjutnya di dalam bidang peternakan, Medan, Juli 2011 Penulis. PEMBERIAN TEPUNG SIPUT MURBEI (Pomacea sp) SEBAGAI SUBSTITUSI TEPUNG IKAN TERHADAP KONSUMSI RANSUM, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI RANSUM BURUNG PUYUH UMUR 1 -5 MINGGU ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung siput murbei sebagai substitusi tepung ikan terhadap konsumsi ransum, periambahan bobot badan dan korversi ransum burung puyuh umur 1 — 5 ‘minggu.Penelititan ini dilakukan di Porlak Nommensen, Desa Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah burung puyuh jenis Cortunie cortunix japonica_ sebanyak 120 ekor dengan umur awal 1 hari (DOQ). Kandang yang digunakan adalah kandang sistem bateray yang tersusun bertingkat terdiri dari 12 kotak dengan ukuran 40 x 30 x 30 cm dan setiap kotak terdiri dari 10 ekor burung puyuh. Ransum yang digunakan selama penelitian ini disusun dari jagung kuning, bekatul bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, mineral dan tepung siput murbei dengan level pemberian 0%, 4,5%, 9% dan 13,5%. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola non faktorial dengan perlakuan (1) = 4 dan ulangan (r) = 3, dimana tiap ulangan terdiri dari 10 ekor burung puyuh dengan cadangan 10 ekor setiap perlakuan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei sampai 13,5 % dapat memberikan pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan konversi ransum ang baik untuk burung puyuh. Disarankan substitusi tepung ikan dengan tepung ‘siput murbei dalam ransum burung puyuh sampai level 13,5 % dapat diberikan terutama bagi masyarakat yang sulit untuk mendapatkan tepung ikan, Kata Kunci : Tepung Siput Murbei, Burung Puyuh, Konsumsi, Pertambahan Bobot Badan, Konversi DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI. ii ABSTRAK yoesones 1 i BABI PENDAHULUAN 1.1, Later Belakang. 1 Identifikasi Masalah 2 ju 2 3 3 4 4 BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1, Sejarah dan Penyebaran Siput Murbei di Indonesi 6 2.2. Tepung Siput Murbei Sebagai Pakan Ternak 8 2.3. Kebutuhan Zat-zat Puyuh Makanan Fase Starter 9 2.4, Konsumsi Ransum ... u 2.5. Pertambahan Bobot Badan Burung Puyuh Fase Starter . 2 2.6. Konversi Ransum 4 BAB Ill MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 15 3.2. Metode Penelitian, 15 3.2.1. Ternak Percobaan 15 3.2.2. Kandang Penelitian 5 3.2.3. Peralatan Penelitia 15 3.2.4. Ransum Penelitian 15 3.3. Metode Penelitian.. 17 3.3.1. Rancangan Percobaan.... 7 3.3.2. Penentuan Sampel.. 17 3.3.3. Parameter Yang Diamat 17 3.3.4, Rancangan Analisa Data 18 3.4. Metode Pemeliharaan Ternak Peneli 18 BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1, Konsumsi Ransum... ei = 20 4.3. Konyersi Ransum. 4.4, Penurunan Biaya 29 29 30 BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (quail) termasuk teak unggas yang bertubuh kecil, tetapi Pertumbuhannya cepat serta cepat dewasa kelamin, schingga cocok sebagai usaha sambilan maupun komersial. Ternak ini merupakan sumber protein hewani sehingga dapat memperbaiki gizi keluarga (Djanah, 1985). Dilihat dari segi pengelolaannya, sampai sekarang peternak kebanyakan masih banyak memakai cara tradisional karena memang cara beternak puyuh belum sebaik cara betemak unggas lainnya seperti ayam ras. Sering kali cara beternak ayam ras digunakan untuk cara betemak puyuh (Listiyowati dan Roospitasari, 1998). Dalam pemeliharaan putuh, penyediaan pakan sangat penting diperhatikan karena merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha pemeliharaannya, namum disisi lain biaya ransum memerlukan 60% - 70% dari total biaya produksi. Hal ini terjadi karena banyak bahan pakan harganya relatif tinggi. Misalnya tepung ikan yang harus ada dalam penyusunan ransum puyuh Karena kualitasnya yang tinggi, sering bersaing dengan kebutuhan manusia dan dalam penyediaannya banyak di import dari luar negeri sehingga tepung ikan relatif mahal (Murtidjo, 1987). Oleh Karena itu perlu dicari salah satu usaha untuk menekan biaya ransum adalah dengan menggunakan pakan non konvensional yang mengandung zat nutrisi yang memadai dan harganya murah (Anonimous, 1991). Salah satu sumber pakan yang mudah ditemukan adalah dari golongan molluska (hewan lunak). Hewan molluska yang mudah ditemukan dipedesaan atau diselokan dan pada daerah tertentu menjadi hama tanaman terutama pada musim hujan yaitu siput murbei. Disamping potensi dan ketersediaannya, mempunyai nilai gizi yang tinggi pula schingga dapat digunakan sebagai pengganti pakan yang harganya mahal yaitu tepung ikan (Pitojo, 1996). Daging siput murbei dalam keadaan kering mengandung protein 47,66% dan lemak 3,32% (Anonimous, 1989). Dari uraian tersebut penulis telah meneliti berapa besar pengaruh pemberian tepung siput murbei terhadap pertambahan bobot badan, konsumsi ransum dan konversi ransum burung umur 1 ~ 5 minggu. 1.2, Identifikasi Masalah Bagaimana pengaruh pemberian tepung siput murbei sebagai substitusi tepung ikan tethadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum burung puh umur 1 — 5 minggu. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung siput murbei_ sebagai substitusi tepung ikan terhadap konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum burung puyuh umur 1 ~ 5 minggu. 1.4, Kegunaan Penelitian 1, Sebagai bahan informasi bagi petani peternak dalam pengendalian siput ‘murbei dilahan usaha tani dengan memanfaatkannya sebagai pakan termnak burung puyuh. 2. Untuk memperkaya informasi literatur dalam bidang nutrisi dan makanan ternak. 1.5. Kerangka Teori Siput murbei adalah salah satu keong air tawar yang berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan (Pitojo, 1996). Siput murbei hidup di permukaan air sebagai hama tanaman padi bersifat herbivora (pemakan tanaman). Siput murbei juga memakan tanaman air seperti azola, eceng gondok, kangkung dan jenis sayuran lainnya (Susanto, 1995). Pemanfaatan siput murbei sebagai sumber protein pakan dapat mengurangi biaya pakan menjadi murah sehingga dapat meningkatkan keuntungan para peternak haitri, 1995). Pada dasamya substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei dapat dilakukan karena protein yang terdapat pada tepung ikan dan tepung siput murbei tidak jauh berbeda, dimana protein pada tepung ikan sebesar 47,66% (Anonimous, 1989). Hasil penelitian Sitorus (1998) mengemukakan bahwa tepung siput murbei dapat diberikan sebagai pengganti tepung ikan dalam ransum ayam petelur sebanyak 9% - 15% dari total ransum memberikan pertambahan bobot badan yang paling tinggi (10,17 — 10,66 gr) dari ransum control (9,95 gr). 1.6. Hipotesa Pemberian tepung siput murbei sebagai substitusi tepung ikan tidak berpengaruh terhadap Konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum burung puyuh umur | ~5 minggu. BABIL TINJAUAN PUSTAKA 2.1, Sejarah dan Penyebaran Siput Murbei di Indonesia Asal mula kehadiran siput murbei di Indonesia hingga kini belum diketahui dengan pasti. Menurut Direktorat Perlindungan Tanaman, siput murbei masuk ke Indonesia pada tahun 1980, Karena bentuk cangkangnya yang bagus dan wama keemas-emasan maka siput ini dinamakan siput murbei. Sejarah berlanjut, kehadiran siput murbei yang semula menjadi hewan kesayangan sebagai hewan hias kini berubah menjadi hewan pengganggu budidaya tanaman padi (Pitojo, 1996). Siput murbei ini cepat menyebar di Indonesia dimana pada thaun 1991, telah terdapat di daerah Tk. I Propinsi Sumatera Utara, D.1. Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Acch. Organisme pengganggu siput murbei pada tanaman padi sawah di propinsi Sumatera Utara khususnya di Kabupaten Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Simalungun tercatat dari tahun 1991 ~ 1992 adalah seluas 28,75 Ha sedangkan propinsi Jambi, Lampung, Jawa Barat dan Jawa Tengah tercatat dari tahun 1998 — 1992 adalah seluas 2,00 — 400,00 Ha (Susanto, 1995). Menurut hasil penelitian siput murbei dapat hidup pada pH 5 — & serta toleransi suhu antara 10°C — 35°C dan menyukai tempat yang berlumpur. Ini berarti siput murbei potensial untuk menyerang persawahan baik berada didaerah Pegunungan maupun pantai. Oleh karena itu siput ini dengan mudah berkembang biak di sawah, waduk rawa dan genangan air lainnya (Susanto, 1995). Klasifikasi biologi siput murbei (Pomacea Sp) menurut Anonimous (1995) adalah : Phylum : Mollusca (hewan lunak) Class : Gastropoda SubClass: Prosobranchia Ordo : Mesogastropoda Family : Ampullaridae Genus : Pomacea Species : Pomacea Sp Siput murbei adalah salah satu spesies dari gastropoda yan tidak hermaprodit. Hewan ini berkelamin tunggal yaitu kelamin jantan atau berkelamin betina. Kelamin siput murbei jantan berbentuk bulat dan ada tonjolan ruas-ruas yang jelas. Pada bagian bawah cangkrang tidak terdapat warna merah dan umumnya ukurannya relatif kecil. Sedangkan betina berbentuk bulat mulus tanpa tonjolan ruas-ruas. Dibawah cangkang berwarna merah dan umumnya ukurannya relatif besar. Perkembangbiakan siput ini baru terjadi apabila siput jantan dan betina yang sudah dewasa : siput jantan akan membuahi sel-sel telur_yang terdapat di dalam tubuh induk betina. Kemudian induk betina akan bertelur dan menempatkannya ditepi kolam, tonggak, kayu, daun- daunan atau tempat lainnya. Telur menetas dalam jangka waktu satu sampai dua minggu sejak dikeluarkan, Siput murbei mampu memproduksi telur lebih dari 1000 butir perbulan dan usia mulai perkembangbiakan sekitar dua bulan. Dengan demikian sepasang siput murbei dewasa akan menjadi berlipat ganda jumlahnya jka dibiarkan saja, apalagi jika lingkungan yang disukai siput murbei. Jenis tanaman yang disukai adalah tanaman padi muda, kangkung dan enceng gondok (Susanto, 1995), 2.2. Tepung Siput Murbei Sebagai Pakan Ternak Daging siput murbei dapat diberikan sebagai pakan ternak dalam bentuk tepung, adapun proses pembuatan tepung siput murbei adalah siput yang baru diambil dan masih bercangkang terlebih dahulu dicuci dengan air bersih, kemudian direndam dengan air garam sambil diaduk selama kurang setengah jam agar lendirnya cepat keluar. Sesudah itu, siput tersebut dicuci lagi dengan air bersih lalu direbus. Cara merebusnya yaitu mula-mula air dipanaskan sampai mendidih kemudian dimasukkan siputnya. Diambil daging siput dari cangkangnya lalu dicuci dengan air bersih proses selanjutnya adalah pengeringan atau penjemuran. Dagin siput dijemur sampai kering lalu digiling menjadi tepung (Pitojo, 1996). Hasil analisis dilakukan di Laboratorium kimia makanan dan pengolahan bahan makanan Fakultas IPB Bogor, menunjukkan bahwa daging siput murbei mengandung 47,66% protein dan lemak 3,32% (Anonimous, 1989). Menurut Pitojo (1996), kandungan gizi siput murbei tidak jauh berbeda dengan kandungan gizi bekicot. Daging siput murbei megandung protein yang tinggi yang terdiri dari kandungan asam-asam amino yakni kandungan methionin 1,00%, fenilalanin 2,62%, treonin 2,76% dan calin 3,07%. Disamping itu juga, daging siput murbei mengandung vitamin B kompleks, terutama vitamin B; (Ribloflavin). Dengan pemanfaatan siput murbei sebagai pakan ternak unggas, maka akan menciptakan lapangan kerja sebagai pengumpul siput murbei dan pemeliharaan ternak unggas yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani peternak dan masyarakat pengumpul siput murbei sekaligus mengurangi beban petani dalam mengendalikan siput murbei, 2.3. Kebutuhan Zat-zat Makanan Puyuh Fase Starter Pertumbuhan memerlukan zat makanan yang diperoleh dari ransum dan diserap melalui alat pencernaan. Zat makanan berguna bagi temak untuk melakukan fungsi-fungsi hidup pokok, pertumbuhan dan reproduksi. Secara umum ransum mengandung air, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin merupakan sumber energi dengan tingkat efisiensi yang berbeda (Wahyu, 1988). Semua zat makanan tersebut harus terdapat dalam ransum ternak puyuh dalam jumlah yang cukup, karena jika kekurangan salah satu zat tersebut akan mengakibatkan gangguan keschatan dan menurunkan produktivitas ternak tersebut (Anggorodi, 1985). Adapun tujuan dari pemberian ransum adalah untuk menjamin pertambahan bobot badan selama pertumbuhan dan menjamin produksi telur selama periode bertelur (Wiharto,1983), Oleh karena itu dalam menyusun ransum puyuh harus diketahui lebih dahulu kebutuhan zat-zat makanan untuk puyuh tersebut sesuai dengan umur, tipe dan pemeliharaannya (Rasyaf, 1992). Menurut Parakkasi (1983) menyatakan bahwa pemberian protein yang kadarnya rendah dalam ransum ternak akan menghambat pertumbuhan ternak dan bila berlanjut akan menyebabkan kematian pada ternak tersebut. Pada waktu masih bertumbuh puyuh membutuhkan tingkat protein yang lebih tinggi. Karena perlu untuk pembentukkan jaringan-jaringan baru. Setelah dewasa tingkat protein dikurangi karena puyuh tidak bertumbuh lagi, dimana protein digunakan untuk menggantikan jaringan-jaringan yang telah rusak dan juga untuk produksi telur (Rasyaf, 1997). Selain kebutuhan akan protein dan zat-zat makanan yang lain, teak puyuh juga membutuhkan energi. Energi dibutuhkan untuk semua proses-proses faal pada hewan-hewan yaitu pergerakan, pemafasan, penyerapan susunan syaraf, reproduksi, pengaturan dan semua proses kehidupan (Anggorodi, 1985). Keseimbangan akan zat makanan seperti karbohidrat, protein, lemak, energi metabolism, mineral serta vitamin sangat perlu diperhatikan oleh seorang peternak, sebab jika terjadi kelebihan atau kekurangan zat makanan maka tujuan yang kita inginkan tidak tercapai. Untuk itu seorang peternak harus mengetahui kebutuhan dari temnaknya (Wiharto, 1983). Woodart et all (1973) dan NRC (1997) yang disitasi oleh Rasyaf (1983) menyatakan bahwa kebutuhan protein untuk burung puyuh yang masih bertumbuh umur 0 — 6 minggu membutuhkan tingkat protein 24 — 25 % dan membutuhkan energi metabolism sebesar 2880 — 3000 kkal/kg, Untuk mengetahui kebutuhan gizi ternak puyuh dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1. Pedoman Kebutuhan Nutrisi Burung Puyuh ‘Nutrisi Pakan Awal Bertumbuh | Produksi Telur 0-3 mg 4-Smg | 6mg-dst Protein (%) 25 20 20 E. Metabolisme 2.900 2.600 2.600 Serat Kasar (%) 4,1 41 44 Lemak (%) 28 2.8 3,96 Mineral | Kalsium (Ca), (%) 10 10 | 3,0 Phospor (P), (%) 08 0.8 | 0.8 Asam Amino Methionin (%) 0,74 0,78 0,8* | Lisin @%) 1,28 1,28 09* | Vitamin | Vitamin A (IU/Kg) 3.000 3.000 3.000 Vitamin D (U/Ke) 1.200 1.200 1.200 Vitamin E (1U/Kg) 40 40 | 40 2.4. Konsumsi Ransum Konsumsi ransum adalah kemampuan ternak untuk menghabiskan sejumlah pakan yang diberikan. Konsumsi ransum dapat dihitung dengan pengurangan jumlah ransum yang diberikan dengan sisa ransum. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah genetik, besar tubuh, temperatur, lingkungan, muta ransum, umur dan aktivitas teak (Wahyu, 1988). Ransum dikatakan baik bila ransum dikonsumsi secara normal dan mempunyai zat-zat makanan dalam perbandingan jumlah dan bentuk sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi tubuh berjalan dengan normal (Parakkasi, 1988). Untuk mencegah pemborosan dalam pemberian ransum, ada baiknya ransum diberikan ‘menurut umurnya, seperti yang tertera pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Jumlah Ransum Yang Dikonsumsi/ekor/hari Menurut Umur Puyuh ‘Umur Puyuh Jumlah Ransum yang Dikonsumsi (gram) ] 1 minggu 3,9 2 minggu 69 3 minggu 89 4 minggu 108 5 minggu 15,0 Sumber : Nugroho dan Mayun (1983) Burung puyuh mempunyai derajat pertumbuhan yang cepat terjadi pada saat menetas sampai umur 6 minggu dan mencapai dewasa kelamin dalam waktu 6 minggu dan waktu tersebut sudah dapat bertelur (Listiyowati dan Roospitasari, 1998), Maka untuk mengimbangi pertumbuhan, dewasa kelamin, masa bertelur yang cepat dan produksi yang tinggi dibutuhkan ransum yang mempunyai protein yang tinggi dan energy yang seimbang (Yassin, 1998). Menurut Nugroho dan Mayun (1983) bahwa konsumsi ransum pada periode starter adalah 4 ~ 9 gr/ekor/hari dan pada periode grower 9 - 15 gr/ckor/hari dengan ME 2.600 — 2.900 kkal/ekor/hari. Whendrato dan Madyna (1986) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum burung puyuh adalah 14 — 18 gr/ekor/hari. 2.5. Pertambahan Bobot Badan Burung Puyuh Fase Starter Pertumbuhan merupakan parameter yang penting dalam menentukan keberhasilan produksi yang diinginkan. Pertumbuhan yang baik meliputi peningkatan struktur jaringan otot daging dan prgan lainnya bukan peningkatan yang disebabkan ‘olch lemak (Anggorodi, 1985). Untuk mendapatkan pertumbuhan yang maksimum, temak _harus mendapatkan ransum yang dapat menyediakan energy zat-zat makanan lainnya sesuai kebutuhan. Kekurangan zat makanan memperlambat pencapaian puncak pertumbuhan daging dan penimbunan lemak. Berikut ini tabel yang menunjukkan bobot badan pada ternak puyuh. Tabel 3. Bobot Badan pada Burung Puyuh 0—5 Minggu Umur (minggu) Bobot Badan (gram) 1 re | 32,0 56,9 87,2 102,6 | Ake ‘Sumber : Rasyaf (1983) Pertumbuhan anak puyuh dari umur 0 ~ 6 minggu berlangsung sangat cepat pada umur 6 minggu laju pertumbuhan akan berkurang atau berhenti sama sekali, pada saat itu puyuh mulai berproduksi (Rasyaf, 1983), Kecepatan pertumbuhan dari seekor ternak dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi yang paling mempergaruhi adalah faktor spesies, jenis kelamin, keseimbangan zat gizi dalam ransum dan jumlah ransum yang dikonsumsi (Lubis, 1963). 2.6. Konversi Ransum Konversi ransum merupakan perbandingan antara konsumsi ransum dengan — pertambahan bobot badan selama waktu tertentu. Angka konversi ransum menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan pakan artinya bila konversi ransum y ang tinggi maka penggunaan pakan kurang efisien. Berikut ini tabel 4 menunjukkan konversi pakan pada temak puyuh (Anonimous, 1988) Tabel 4. Konversi Ransum Burung Puyuh Umur Konversi T minggu 1,63 2 minggu 2,00 3 minggu 2,70 4 minggu 3,00 S minggu ke atas_| 4,80 = Sumber : Nugroho dan Mayun (1983) Ransum yang seimbang dalam kandungan zat-zat_ makanan akan menunjukkan konversi ransum yang lebih baik (Wahyu, 1988). Schingga dalam ransum ternak perlu diperhatikan keseimbangan zat-zat gizi seperti keseimbangan protein, energy, vitamin dan lemak. Sarwono (1990) menyatakan bahwa konversi ransum dipengaruhi oleh kualitas ransum tersebut. BAB IIT METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelititan ini dilakukan di Porlak Nommensen, Desa Simalingkar B, Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan. Pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan April — Mei 2011. 3.2. Metode Penelitian 3.2.1. Termak Percobaan Terak yang digunakan dalam penelitian adalah burung puyuh jenis Cortunix cortunix japonica sebanyak 120 ekor dengan umur awal 1 hari (DOQ). 3.2.2. Kandang Penelitian Kandang yang digunakan adalah kandang system bateray yang tersusun bertingkat terdiri dari 12 Kotak dengan ukuran 40 x 30 x 30 cm dan setiap kotak terdiri dari 10 ekor burung puyuh. 3.2.3. Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan adalah tempat makan, tempat minum, lampu, timbangan, plastik, thermometer dan alat pembersih kandang seperti sapu, skop. 3.2.4, Ransum Penelitian Ransum yang digunakan selama penelitian ini disusun dari jagung kuning, bekatul bungkil kelapa, bungkil kedelai, tepung ikan, mineral dan tepung siput murbei dengan level pemberian 0%, 4,5%, 9% dan 13,5%. Adapun susunan ransum penelitian dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 5. Komposisi Nutrisi Bahan Pakan Ransum Bahan Pakan Protein Serat Kasar Energi (%) (%) Metabolisme Jagung Kuning 8,92 219 321° Bekatul 10,23 7,02 1630* B. Kelapa 19,50 6,30 2211* B. Kedelai 42.97 11,82 2700* T. Ikan 48,39 1.98 290% T. Siput Murbei 44,75 121 4235% Sumber : Balai Penelitian Ternak Sei Putih, Galang (1999) * Hari Hartadi (1993) Berdasarkan nutrisi bahan pakan ransum diatas maka dapat dibuat ransum penelitian, seperti yang pada Tabel 5. Tabel 6. Susunan Ransum Penelitian Bahan Pakan Perlakuan RO RI R2 R3 | Jagung Kuning 46. BS 40. 36,5 Bekatul 35 65 85 I B. Kelapa 8 945; ul 12 B. Kedelai 26,5 265 26,5 26,5 T. Ikan 13,5 9 45 0 TT. Siput Murbei 0 45 9 13,5 Mineral 0,5 05 05 05 Total 100 100 100 100 PK (%) 24,13 24.13, 24,13 24.13 Serat Kasar (%) 5.27 5.34 3.46 5,60 E.M (Keal/kg)_ 2.910,64 | _2.933,99 | 2.94046 2.944 3.3. Metode Penelitian 3.3.1. Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola non factorial dengan perlakuan (t) = 4 dan ulangan (r) = 3, dimana tiap ulangan terdiri dari 10 ekor burung puyuh dengan cadangan 10 ekor setiap perlakuan, Perlakuan terdiri dari: RO = pemberia tepung siput murbei sebanyak 0% RI =pemberia tepung siput murbei sebanyak 4,5 % R2 = pemberia tepung siput murbei sebanyak 9% R3__ =pemberia tepung siput murbei sebanyak 13,5 % 3.3.2. Penentuan Sampel Terak dipilih dari 240 ckor burung puyuh diambil 120 ekor burung puyuh secara acak, lalu ditimbang untuk mengetahui berat awal. Kemudian secara acak dimasukkan kedalam kandang perlakuan dan setiap perlakuan diberi kode perlakuan. ‘Temak cadangan dimasukkan dalam kandang cadangan dengan diberi kode setiap cadangan. 3.3.3. Parameter yang Diamati 1. Konsumsi ransum adalah yang diberikan dikurangi dengan sisa ransum yang ditimbang sckali seminggu. 2. Pertambahan bobot badan adalah dihitung dari selisih bobot badan akhir dan bobot badan awal dibagi dengan lamanya waktu penelitian. 3. Konversi ransum diperoleh dengan menghitung perbandingan jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam waktu yang sama. 3.3.4. Rancangan Analisa Data Data yang dianalisa dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial, dengan model matematika (Bangun , 1992) sebagai berikut : i = 1,2,3dan 4 (perlakuan) j= 1,2,3 (ulangan) Yij = Data yang diperoleh selama penelitian yang disebabkan pengaruh perlakuan pada taraf ke ~i dan ulangan ke—j. = Rate-rata umum oi = Pengaruh pemberian tepung siput murbei taraf ke-i ij = Efek error dari percobaan 3.4. Metode Pemeliharaan Ternak Penelitian Sebelum ternak sampai di lokasi, terlebih dahulu dilakukan sanitasi kandang dan sekitarnya, yaitu penyemprotan dengan Rodalon. Satu hari sebelum anak puyuh tiba, indukan diberi alas koran yang bersih dan sumber panas dihidupkan dengan suhu 37°C. Alas koran diganti setiap dua hari sekali dan setelah lewat minggu pertama koran tidak digunakan lagi. Setelah anak puyuh tiba, lalu dimasukkan kedalam indukan (brooder) diberi air gula selama tiga jam guna mencegah stress dan memberikan tenaga baru. Bila cukup minum, makanan sudah dapat ditaburkan. Pemberian makanan sudah dapat dilakukan dua kali sehari pada pagi hari pukul 08.00 WIB dan sore hari pukul 18.00 WIB. Sedangkan pemberian air minum secara adlibitum. Indukan selalu di control untuk melihat alas/litter anak puyuh apakah basah akibat air minum yang bertumpahan, kotoran yang cair, sekam yang kais-kais, anak puyuh yang mati, lampu/penerangan langsung dan minuman yang sudah habis. Setelah anak puyuh berumur empat hari dilakukan vaksinasi ND untuk memperoleh kekebalan tubuh, lalu minggu ketiga diebrikan Contra Warm untuk mencegah penyakit cacingan yang diberikan melalui air minum. Kemudian anak puyuh pada umur satu minggu dilakukan penimbangan lalu diacak untuk dimasukkan kekandang sistem bateray sebanyak sepuluh ekor sctiap kotak perlakuan dan setiap kotak diberi kode perlakuan sedangkan untuk ternak cadangan dimasukkan ke kotak cadangan dan diberi penerangan (lampu) Pengumpulan data dilakukan setelah puyuh masuk ke kandang bateray dan penimbangan dilakukan sekali dalam seminggu yaitu pada hari Rabu pada pagi hari sebelum puyuh diberi makan dan minum. BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Konsumsi Ransum Hasil penelitian pengaruh substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei terhadap konsumsi ransum sclama penelitian dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Siput Murbei Terhadap Rataan Konsumsi Ransum Burung Puyuh Umur 1 - 5 Minggu (gram/ekor/hari) Perlakuan Ulangan Total | Rataan 0 2 3 Ro 7,38 733 7,20 21,92 7230 Ri 731 7.26 7,50 22,07 7,36 Ry 739 757 7,36 22,32 7.44 R 7,52 7,60 7.43 22,55 7,52 Total 88,55 Rataan ities 7,40 Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa konsumsi ransum rata-rata selama penelitian adalah 7,40 gr/ekor/hari dengan kisaran 7,20 — 7,60 gr/ekor/hari. Ternyata hasil penelitian ini seirama dengan Nugroho dan Mayun (1982) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum burung puyuh 1 ~ 5 minggu adalh 3,6 — 15,0 gr/ekor/hari. Tetapi masih rendah jika dibandingkan dengan pendapat Whendrato dan Madyna (1986) yang menyatakan bahwa konsumsi ransum burung puyuh adalah 14 — 18 gr/ekor/hari, Perbedaan ini diduga diakibatkan perlakuan yang berbeda misalnya ransum yang berbeda dan lokasi pengamatan yang berbeda. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei terhadap rataan konsumsi ransum burung puyuh umur 1 — 5 minggu maka dilakukan analisa keragaman yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Analisa Keragaman Pengaruh Substitusi Tepung Tkan Dengan Tepung Siput Murbei Terhadap Konsumsi Ransum SK db JK KT Fh F.05_| F.0,1 Total i 0,17 - - Perlakuan a 0,08 0,02667 i 4,07 7,59 Error 8 0,09 0,01125 Keterangan ; tn = perakuan berpengaruh tidak nyata Koefisien Keragaman (KK) = 1,43 % Dari tabel 8 terlihat bahwa substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konsumsi ransum burung puyuh umur | — 5 minggu. Hal ini disebabkan bahan-bahan makanan yang kaya protein dan zat gizi yang berasal dari tepung ikan tidak begitu berbeda dengan tepung siput murbei. Hasil ini sesuai dengan pendapat Anonimous (1989) menyatakan, kandungan siput murbei dalam keadaan kering mengandung protein 47,66% sedangkan tepung ikan mengandung protein 53,9% (Murtidjo, 1989), schingga dapat dimanfaatkan untuk menggantikan tepung ikan dalam ransum. 4.2. Pertambahan Berat Badan Data pertambahan berat badan burung puyuh selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 Tabel9. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Siput Murbei Terhadap Rataan Pertambahan Berat Badan Burung Puyuh Umur 1— 5 Minggu (gram/ekor/hari) Perlakuan Ulangan ; Total | Rataan i z 3 Ro 2.96 3,05 3,16 917 3,06 R | 2,04 3,12 321 927 3,09 Ro 3.12 3.28 316 9,56 3,18 Rs 3,25 3,28 3.21 9,74 3.25 Total 37,74 Ratan 2 Pees Pada Tabel 9 terlihat bahwa rata-rata pertambahan berat badan burung puyuh selama penelitian adalah 3,14 gr/hari dengan kisaran 2,94 — 3,28 gr/hari. Hasil penelitian ini ternyata sedikit lebih tinggi jika dibandingkan pendapat Nugroho dan Mayun (1982) yang menyatakan bahwa pertambahan berat badan burung puyuh berkisar 2,45 — 3,08 gr/hari. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei tethadap rataan pertambahan bobot badan burung puyuh umur 1 ~ 5 minggu ‘maka dilakukan analisa keragaman. Tabel 10. Analisa Keragaman Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Siput Murbei Terhadap Pertambahan Bobot Badan SK db JK KT Fh | F.05 | F.01 Total il 0,14 - - Perlakuan 3 0,07 | 002334) 2™ 4,07 7,59 Error 8 0,07_| 0,00875 Keterangan : tn = perakuan berpengaruh tidak nyata Koefisien Keragaman (KK) = 2,97 % Dari tabel 10 diatas terlihat bahwa substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei berpengaruh tidak nyata (P>0,05) tethadap pertambahan bobot badan. Adanya pengaruh yang tidak nyata diduga diakibatkan kandungan protein dan kandungan asam-asam amino dari tepung siput murbei tidak jauh berbeda dengan bahan yang digantikannya yaitu tepung ikan. Hasil ini sesuai dengan pendapat Anonimous (1989) dan Pitojo (1996) bahwa daging siput murbei mengandung protein 47,66% dan kandungan asam-asam amino yakni methionin 1,00%, fenilalanin 2,62%, treonin 2,76% dan valin 3,07% sedangkan tepung ikan mengandung protein 53,9% dan kandungan asam-asam amino seperti methionin 53,9%, fenilalanin 2,21%, treonin 2,42% dan valin 2,88% (Murtidjo, 1987 dan Anggorodi, 1985) 4.3. Konversi Ransum Konversi ransum diukur dari jumlah rata-rata ransum yang dikonsumsi selama penelitian dibagi dengan rata-rata pertambahan berat badan selama penelitian. Konversi ransum dari setiap perlakuan pada puyuh selama penelitian dapat dilihat pada tabel 11. Tabel 11. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Siput Murbei Terhadap Rataan Konversi Ransum Burung Puyuh Umur 1 - 5 Minggu (gram/ekor) Perlakuan Ulangan Total | Rataan i 2 3 Ro 2,82 2,64 Das rs | aes 2,60 Ri 2,76 2,47 2,40 7,63 2,54 Ry 232 237 2,56 7,25 241 Rs 2,48 232, 2,34 714 2,38 Total 29,83 Rataan 2,48 Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa konversi ransum selama penelitian adalah 2,48 dengan kisaran 2,32 — 2,82. Dengan demikian hasil penelitian ini seirama dengan pendapat Nugroho dan Mayun (1983) yang menyatakan bahwa konversi ransum burung puyuh yang baik adalah 2 — 3. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei terhadap rataan konversi ransum burung puyuh umur 1 — 5 minggu maka dilakukan analisa keragaman yang dapat dilihat pada tabel 12. Tabel 12. Analisa Keragaman Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Dengan Tepung Siput Murbei Terhadap Konversi Ransum Burung Puyuh Umur 1-5 Minggu SK db JK KT Fh F.05 | F.01 | Total i 0,33 - - Perlakuan_ 4 0,10 | 0,02334 Se. 4,07 7,59 Error 8 0,23 0,00875 Keterangan : tn = perakuan berpengarah tidak nyata Koefisien Keragaman (KK) = 3,78 % 20 Hasil sidik ragam memperlihatkan bahwa substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap konversi ransum burung puyuh. Hal ini disebabkan karena jumlah konsumsi ransum dan pertambahan berat badan yang tidak berbeda nyata. Konversi terbaik pada perlakuan Rs dengan memberikan tepung siput murbei 13,5% dalam ransum Karena memiliki angka konversi terkecil. Jika dihubungkan dengan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan maka burung puyuh yang medapat tepung siput murbei 13,5% lebih tinggi konsumsi ransumnya, begitu juga pertambahan bobot badannya dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 4.4, Penurunan Biaya Bila ditinjau dari segi biaya, yang terbaik dimanfaatkan adalah tepung siput murbei pada level 13,5%, Untuk mengetahui harga per kg ransum setiap perlakuan selama penelitian maka dilakukan perhitungan biaya ransum tertera pada Tabel 13. Tabel 13. Harga Ransum per Kg Setiap Perlakuan selama Penelitian Bahan Pakan Ransum Penelitian Re Ry Re Ry T. Siput Murbei 0 5400 10800 16200 T. Ikan 54000 3600 18000 0 Jagung Kuning 55200 52200 48000 43800 Bekatul 4400 5200 6800 8800 B. Kelapa 6400 7600 8800 9600 B. Kedelai 53000 53000 53000 53000 Mineral 1250 1250 1250 1250 Total 174250 160650 146650 132650 Rataan 1742,5 1606,5, 1466,5 1326,5, Pada Tabel 13 terlihat bahwa biaya yang paling murah adalah pada perlakuan Rs (13,5%), Rz (9%) dan Ry (4,5%) yaitu dengan nilai Keuntungan Rp 416/Ke (23,87%), Rp 276/Kg (15,84%), Rp 136/Kg (7,80%) lebih murah dari perlakuan Ro, 2 Jika biaya ransum jadi dibandingkan dengan biaya ransum yang dibuat sendiri pada ransum kontrol (Ro) maka biaya yang paling murah adalah pada ransum kontrol (Ro) dengan nilai keuntungan ~ Rp 757,5/Kg atau 30,3 lebih murah dari ransum jadi. Harga ransum jadi adalah Rp 2500/Kg ~ Rp 1742,5/Kg (harga ransum Ro) = Rp 757,5/Kg atau persen efisiensi/penurunan biaya ransum : 30,3 % Penentuan Harga Tepung Siput Murbei Tepung siput murbei diperoleh dari seorang pengumpul siput murbei sebnayak 230 Kg diberi uang terima kasih Rp 38.000, biaya transport Rp 8.500, upah pengopekan cangkang siput murbei sampai dikeringkan selama 5 hari hingga menjadi tepung sebanyak 57,5 Kg dengan biaya Rp 22.500. Berarti dapat dihitung bahwa harga tepung siput murbei per Kg adalah Rp 69.000/57,5 Ke = Rp 1.200. Daftar harga pakan per Kg selama penelitian : - Tepung siput murbei Rp 1.200/Kg . Tepung ikan Rp 4.000Kg . Jagung kuning Rp 1.200/Kg Rp 800/Kg . Bungkilkelapa Rp 800/Kg . Bungkil kedelai Rp 2.000/Kg . Mineral Rp 2.500/Kg ee op i 4.5. Rekapitulasi Hasil Penelitian Tabel 14. Rekapitulasi Pengaruh Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Siput Murbei Terhadap Konsumsi Ransum/Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum Burung Puyuh Umur 1-5 Minggu Perlakuan Konsumsi | Pertambahan | Konversi Harga Ransum Bobot Badan Ransum, Ransum (gr) (gr) Ro 7,28" 305" 2,38 17425 Ri 7,36" 3,09" 2,38" 1606,5 R2 745" 3,18" 235 1466,5 R3_ 7,48" ae = {| 230" 1326,5 Berdasarkan data pada Tabel 14 dapat dinyatakan bahwa pemberian tepung siput murbei sebagai substitusi tepung ikan menghasilkan konsumsi ransum, pertambahan bobot badan dan konversi ransum yang sama. Pemberian tepung siput murbeiyang terbaik adalh 13,5 % karena diperoleh pertambahan bobot badan tertinggi (secara angka) dengan konversi ransum terkecil dan harga ransum yang paling murah. Dengan demikian tepung siput ‘murbei merupakan bahan pakan pensubtitusi yang baik terhadap tepung ikan. BABV KESIMPULAN DAN SARAN $.1. Kesimpulan Substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei sampai 13,5 % dapat memberikan pertambahan berat badan, konsumsi ransum dan konversi ransum yang baik untuk burung puyuh. 5.2. Saran Substitusi tepung ikan dengan tepung siput murbei dalam ransum burung puyuh sampai level 13,5 % dapat diberikan terutama bagi masyarakat yang sulit untuk mendapatkan tepung ikan, 24 DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, 1985. Iimu Makanan Ternak. Penerbit PT. Gramedia, Jakarta. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Anonimous, 1989. Analisis Kimiawi dari Keong Murbei. Fakultas Peternakan IPB, Jakarta. , 1991. Beternak Ayam Daging. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Asa, K, 1989. Budi Daya Bekicot. Fakultas Peternakan Universitas Sumatera Utara, Medan. Bangun M.K., 1992, Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas ‘Sumatera Utara, Medan. Dhatitri, E.S., 1995. Pembuatan Kerupuk Keong Mas (Pomacea Sp) Dengan Penambahan Tepung Beras Ketan dan Flavora Udang. Skripsi Fakultas Perikanan IPB. Djanah, 1985. Beternak Burung Puyuh. Penerbit CV. Simplex, Jakarta. , 1991. Budi Daya dan Prospek Bisnis Bekicot. Penerbit Swadaya, Jakarta. Listyowati, E. dan Roospitasari, K,. 1998. Puyuh, Tata Laksana Budi Daya Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta. Lubis, D.A, 1963. mu Makanan Ternak. Penerbar PT. Pembangunan, Jakarta. Murtidjo, B.A, 1987. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Narasasmita, A.E, 1979, Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Dalam Produksi Ternak Ayam Pedaging. Bulletin Makanan Ternak. Departemen Iimu Makanan Ternak IPB, Bogor NRC, 1997. Nutrient Requirment of Poultry. National Academic of Science. Washington, D.C. Nugroho dan Mayun, 1983. Beternak Burung Puyuh. Penerbit Angkasa, Bandung, Parakkasi, A. 1990. Iimu Gizi dan Makanan Ternak Monogastrik. Penerbit Angkasa, Bandung. 25, Pitojo, S, 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemanfaatan Keong Mas. Penerbit Trubus Agrimidjo, Jakarta Pragtingjo dan Sunaryo, 1994. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayati. Lembaga Ilmu Pengembangan Penelitian Indonesia. Panjaitan, J.R. dan Silalahi, W. 1992. Pengembangan dan Pengendalian Siput Murbei di Indonesia, balai Proteksi Tanaman Pangan |, Medan. Rasyaf, M, 1983. Memelihara Burung Puyuh. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. 1992. Seputar Makanan Ternak Ayam Kampung. Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Sarwono, B, 1990. Beternak Ayam Buras. Edisi ke -1 Penerbit Swadaya, Jakarta. Sitorus, R, 1998. Pengaruh Pemberian Tepung Siput Murbei Sebagai Substitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum Ayam Petelur 0 — 8 Minggu. Skripsi Fakultas Peternakan HKBP Nommensen, Medan. Sunaryo, E dan Syam, M., 1989. Siput Murbei : Siput Indah Yang Dapat Menimbulkan Malapetaka Bagi Pertanian Padi Sawah. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pustaka, Bogor. Susanto, 1995. Siput Murbei Pengendalian Dan Pemanfantannya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Wahyu, J, 1988. Ilmu Nutrisi Unggas. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Whendrato, I dan Madyna, 1986. Beternak Burung Puyuh Secara Populer. Eka Offset, Semarang. Wiharto, 1983. Petunjuk Beternak Ayam. Penerbit Brawijaya, Malang, Yasin, S, 1988. Fungsi dan Peranan Zat-zat Gizi Dalam Ransum Ayam Peterlur, PT, Melton Putra, Jakarta. vlan Sutomo No.4 Telepon (061) 452: UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN Nomor: AQ /LP/I/2011 Pada hari ini, Selasa tanggal Delapan belas bulan Maret tahun dua ribu sebelas, yang bertanda tangan dibawah ini 1. Prof. Dr. Ir. Hasan Sitorus, MS Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen,bertindak untuk dan atas nama Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen dan selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA. 2. Ir. Tunggul Ferri Sitorus, MS_—_: Dosen Tetap Fakultas Petemakan, Universitas HKBP Nommensen, yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama peneliti dan selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA. Kedua belah pihak secara bersama-sama telah sepakat menyatakan perjanjian pelaksanaan Penelitian Ilmu Eksakta Semester Genap T.A.2010/2011 dengan ketentuan sebagai bet Pasal 1 PIHAK PERTAMA menyetujui pelaksanaan penelitian PIHAK KEDUA,yaitu berjudul Pemberian Tepung Siput Murbei (Pomacea sp) Sebagai Substitusi Tepung Tkan Terhadap Konsumsi Ransum, Pertambahan Bobot Badan dan Konversi Ransum Burung Puyuh Umur 1-5 Minggu Pasal 2 PIHAK PERTAMA memberikan bantuan dana penelitian yang tersebut pada pasal 1 sebesar Rp 2.500.000,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) yang dibebankan pada mata Anggaran Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen tahun akademik 2010/2011 dan pembayarannya dilaksanakan secara bertahap sebagai berikut 3. Tahap pertama sebesar 70%, yaitu Rp. 1.750.000,- (satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) setelah proposal penelitian disetujui dan Surat Perjanjian ini ditandatangani oleh kedua belah pihak. 4. Tahap kedua sebesar 30%, yaitu Rp. 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) setelah pihak PIHAK KEDUA menyerahkan Laporan Hasil Penelitian yang telah disetujui PIHAK PERTAMA. ____— Exai:nommensen@idota.netid ————__ 331; 4565635 P.O.Box 1133 FAX. 4871426 Medan 20234 — Indonesia UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT 51; 4565635 P.O.Rox 1133 PAX, 4871426 Medan 20234 — Indonesia Pasal 3 4. PIHAK KEDUA harus menyerahkan Laporan Hasil Penelitian yang dimaksud dalam pasal | selambat-Jambatnya 3(tiga) bulan terhitung saat dana penelitian tahap pertama diterima oleh PIHAK KEDUA. 5. Bila PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi ketentuan pada pasal 3 ayat 1, maka PIHAK KEDUA dikenakan sanksi sesuai dengan keputusan Komisi Pertimbangan Penelitian UHN. 6. PIHAK KEDUA harus menyerahkan Laporan Hasil Penelitian kepada PIHAK PERTAMA, sebanyak 3 (tiga) eksemplar dalam bahasa Indonesia dengan warna sampul bira muda. Pasal 4 1, PIHAK PERTAMA akan menyelesaikan pemeriksaan draft Laporan Hasil Penelitian dalam Waktu 2 (dua) minggu 2. PIHAK KEDUA harus meenyerahkan Laporan Hasil Penelitian selambat-lambatnya 2 (dua) minggu setelah draft Laporan Hasil Penelitian yang diperiksa diterima kembali PIHAK KEDUA. asing-masing sebesar Rp 6000,- (cnam ribu rupiah) yang biaya materainya dibebankan kepada PIHAK KEDUA. Pasal 6 Hal yang belum diatur dalam Surat Perjanjian ini akan ditentukan oleh kedua belah pihak secara musyawarah, PIHAK KEDUA Peneliti, Ir. Tunggal Ferri Sitorus, MS E-mailsnommensem@idota.net.id

Anda mungkin juga menyukai