Anda di halaman 1dari 36

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah

Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR CA ANAL


1. Anatomi dan fisiologi
Saluran pencernaan makanan dari luar dan mempersiapkan bahan
makanan untuk diserap oleh tubuh dengan jalan proses pencernaan
(mengunyah, menelan, dan pencampuran) dengan enzimzat cair yang terdapat
mulai dari mulut sampai ke anal. Setiap sel dalam tubuh memerlukan suplai
makanan yang terus-menerus untuk bertahan hidup. Makanan tersebut
memberikan energi, menambah jaringan baru, mengganti jaringan yang rusak,
dan untuk pertumbuhan (Syarifuddin, 2006).
1. Organ pencernaan
a. Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan, terdiri
atas 2 bagian. Bagian luar yang sempit, atau vestibula yaitu ruang diantara
gusi serta gigi dan pipi, dan bagian dalam yaitu rongga mulut yang
dibatasi disisi-sisinya oleh tulang maksilaris dan semua gigi, dan disebelah
belakang bersambung dengan awal faring. Atap mulut dibentuk oleh
palatum, lidah terletak dilantainya dan terikat pada pada tulang hyoid.
Digaris tengah sebuah lipatan membrane mukosa (frenulum linguas)
menyambung lidah dengan lantai mulut. Di kedua sisi terletak papila
sublingualis, yang memuat lubang kelenjar ludah submandibularis,
lubang-lubang halus kelenjar ludah sublingualis bermuara. Selain itu
terdapat beberapa organ dalam mulut.
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
otot lidah ini dapat di gerakkan ke seluruh arah. Lidah di bagi atas tiga
bagian, radiks lingua (pangkal lidah), dorsum lingua (punggung lidah), dan
apeks lingua (ujung lidah). Pada pangkal lidah yang belakang terdapat
epiglottis yang berfungsi untuk menutup jalan napas pada waktu kita
menelan makanan, supaya makanan tidak masuk ke jalan napas.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

Kelenjar ludah merupakan kelenjar yang mempunyai duktus yang


bernama duktus wartoni dan duktus tsensoni.
mengunyah :
Pemecahan partikel besar makanan menjadi partikel kecil dan dapat di
telan. Gigi untuk mengunyah, memotong, dan menggiling bekerja sama
dengan otot rahang dengan kekuatan 27,5-1000 kg pada molar.
Mengunyah merupakan hal yang sangat penting dalam pencernaan dan
enzim pencernaan hanya bekerja pada permulaan partikel.
Pergerakan makanan: mendorong isinya ke depan dengan kecepatan yang
tidak sama, mencampur makanan observasi dengan cara mendekatkan
seluruh isi lumen kepermukaan saluran pencernaan dengan bantuan
kontraksi otot polos dinding saluran pencernaan.
b. Faring
Faring atau tekak terletak di belakang hidung, mulut dan laring
(tenggorokan).
Faring terdiri atas tiga bagian yaitu nasofaring, orofaring, dan laringo
faring.
1) Nasofaring: merupakan bagian superior yang menghubungkan
hidung dengan faring.
2) Orofaring: merupakan bagian media yang menghubungkan rongga
mulut dengan faring.
3) Laringio faring: merupakan bagian interior yang menghubungkan
laring dengan faring.
Faring pada proses menelan:
Proses menelan merupakan mekanisme kompleks. Pada saat terjadi
proses menelan, faring melakukan gerakan untuk mencegah masuknya
makanan kejalan pernapasan dengan cara menutup sementara selama
beberapa detik dan mendorong makanan masuk kedalam esofagus agar
tidak membahayakan pernapasan. Dalam hal ini terjadi penyilangan antara
jalan makanan dengan jalan pernafasan, jalan makanan masuk kebelakang,
jalan pernapasan melewati epiglotis lateral melalui filiformis masuk ke
esofagus.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

c. Esofagus (kerongkongan)
Esophagus merupakan sebuah tabung berotot yang panjangnya
sampai 20-25 cm, diatas dimulai dari faring, sampai pintu masuk
dikardiak. Terletak dibelakang trachea dan di depan tulang punggung.
Menelan melakukan setelah mengunyah dan dapat dilukiskan pada 3
tahap: gerakan membentuk makanan menjadi sebuah bolus dengan
bantuan lidah dan pipi, dan melalui bagian belakang mulut masuk kedalam
faring.
d. Gaster (lambung)
Merupakan bagian dari saluranyang dapat mengembang paling banyak
terutama di daerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus utri
berhubungan dengan esophagus melalui orifisiun pilorik, terletak dibawah
diafragma di depan pangkreas dan limfa menempel disebelah kiri fundus
utreri.
Fungsi gaster antara lain:
1) Tempat berkumpulnya makanan, menghancurkan, dan menghaluskan
makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung
2) Mempersiapkan makanan untuk dicerna oleh usus dengan semua
makanan dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklorida
3) Mengubah protein menjadi pepton oleh pepsin
4) Membekukan susu dan kasein yang dikeluarkan oleh renin.
Lapisan lambung:
1) Lapisan selaput lendir (mukosa). Bila lambung dikosongkan lapisan ini
berlipat-lipat yang disebut rugae
2) Lapisan otot melingkar (muskular aurikularis). Lapisan ini merupakan
jaringan otot yang kuat
3) Lapisan otot miring (muskulus oblingue), mempunyai otot bergaris
miring
4) Lapisan otot memanjang (muskulus longitudinal). Lapisan ini
merupkan susunan lapisan otot lambung yang panjang
5) Jaringan ikat (peritoneum/serosa). Jaringan ini melapisi lambung
bagian luar.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

Lambung menerima makanan dari usofagus melalui orifision kardiak


dan bekerja sebagai penimbung sementara, sedangkan kontraksi otot
mencampur makanan dengan getah lambung. Gelombang peristaltic dimulai
tinggi di fundus, berjalan berulang-ulang, setiap menit tiga kali dan menyerap
berlahan-lahan kepilorus.
e. Usus halus (intestinum minor)
Merupakan salah satu sistem pencernaan yang paling panjang, ± 6 meter
dan merupakan saluran yang dimulai dari pilorus sampai dengan sekum.
Sebagai tempat proses pencernaan makanan selanjutnya dan terjadi
absorbsi hasil pencenaan. Intestinum minor (usus halus) terbagi menjadi
tiga bagian, yaitu:
1) Duodenum.
Duodenum (usus 12 jari) adalah bagian pertama usus halus yang
panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya melingkari
kepala pankreas.
2) Yeyenum dan ileus
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang ± 6 meter dan terdiri atas:
yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4-5
meter. Batas sambungan antara yeyenum dan ileum tidak tegas.
3) Mukosa usus halus
Mukosa usus halus merupakan epitel yang sangat halus. Lipatan
mukosa dan mikrofili memudahkan proses pencernaan dan absorbsi.
Lipatan ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat
memperbesar permukaan usus halus. Membran mukosa berupa lipatan
sirkuler dan semisirkuler (spiral) yang seluruh permukaannya terdapat
berjuta-juta vili yang ditutupi oleh selapis sel yang mengandung
pembuluh darah yaitu pembuluh limfe dan saraf. Penampang
melintang vili dilapisi oleh epitel dan kripta yang menghasilkan
bermacam-macam hormon jaringan dan enzim yang memegang
peranan penting dalam proses pencernaan.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

Absorbsi usus halus


Absorbsi makanan yang sudah dicerna berlangsung dalam usus
halus melalui dua saluran (kapiler darah dan kapiler limfe) disebelah
dalam permukaan vili. Sebuah vili berisikan lakteal, pembuluh darah,
epitelium, dan jaringan otot yang diikat bersama oleh jaringan limpoid dan
seluruhnya diliputi oleh membran dasar epitelium.

Tabel 2: Ringkasan Absorpsi Usus Halus


SUMBER HASIL TERCERNA
ORGAN ABSORPSI
MAKANAN TERAKHIR
Protein Asam amino Dari epitelium masuk
pembuluh darah dan aliran
darah
Lemak Gliserin dan asam lemak Dari epitelium vili masuk
lakteal dan aliran limfe
Hidrat karbon Monosakarida: Dari epitelium vili dan
Glukosa, Laevulosa, dinding pembuluh darah
Galaktosa masuk aliran darah.

f. Usus besar (intestinum mayor)


Merupakan saluran pencernaan berupa usus berpenampang luas atau
berdiameter besar dengan panjang 1,5-1,7 m dan penampang 5-6 cm. Usus
besar merupakan lanjutan dari usus halus yang tersusun seperti huruf u
terbalik dan mengelilingi usus halus dari valvula ileosekalis sampai ke
anal.
Fungsi usus besar atau kolon ini adalah:
1) Tempat menampung sisa makanan (feses) yang telah diabsorbsi usus
halus.
2) Menyerap air dari sisa makanan
3) Tempat tinggal bakteri e. Coli.
Susunan usus besar dari atas ke bawah adalah:
a) Sekum: sekum (ceacum) adalah bermuaranya sisa makanan yang
telah diserap usus halus melaui valvula baukini.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

b) Kolon asendens: bagian kolon ini terdapat di abdomen sebelah kanan


membujur ke atas dari ileum menuju ke bawah hepar dan
melengkung kearah kiri menuju kolon transversum.
c) Kolon transversum: bagian kolon ini membujur dari abdomen
sebelah kanan kolon asendens ke abdomen sebelah kiri kolon
desendens di bawah hepar dan lambung. Panjangnya dapat mencapai
± 38 cm dan bentuk lumen kolon transversum ini khas membentuk
segitiga.
d) Kolon desendens: kolon ini panjangnya ± 25 cm, letaknya terdapat
pada fleksura lienalis membujur dari atas ke bawah abdomen sebelah
kiri sampai ke depan ileum kiri kemudian menyambung dengan
kolon sigmoid.
e) Kolon sigmoid: kolon ini merupakan kelanjutan dari kolon
desendens, terletak miring di dalam abdomen bawah tepatnya pelvis
sebelah kiri membentuk huruf “s” dan ujung bawahnya berhubungan
dengan rektum.
Usus halus tidak ikut serta dalam pencernaan atau absorbs makanan.
Bila isi usus halus mencapai sekum, semua zat makanan telah
diabsorbsi dan isinya cair. Selama perjalanan didalam kolon isinya
menjadi makin padat karena air absorbsi dan ketika rectum dicapai
makan fese bersifat padat-lunak.peristaltik didalam kolon sangat
lambing. Diperlukan waktu kira-kira 16 sampai 20jam bagi isnya
untuk mencapai fleksura sigmoid.
g. Rektum.
Merupakan kelanjutan dari kolon sigmoid yang menghubungkan
intestinum mayor (usus besar atau kolon) dengan anal, panjangnya 12 cm
dimulai dari pertengahan sakrum sampai kanalis anal. Rektum terletak
dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.
Rektum terdiri atas dua bagian yaitu:
1) Rektum propia: bagian yang melebar disebut ampula rekti, jika terisi
sisa makanan akan timbul hasrat defekasi.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

2) Rektum analis rekti: sebelah bawah ditutupi oleh serat-serat otot polos
(muskulus sfingter ani internus dan muskulus sfingter ani eksternus).
Kedua otot ini berfungsi pada waktu defekasi. Tunika mukosa rektum
banyak mengandung pembuluh darah, jaringan mukosa, dan jaringan
otot yang membentuk lipatan disebut kolumna rektalis. Bagian bawah
terdapat vena rektalis yang sering mangalami pelebaran atau varises
yang disebut wasir (ambeyen).
h. Anal
1. Anatomi anal
Anal merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anal terbentuk dari permukaan
tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan
anal diatur oleh otot sphincter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar - bab), yang merupakan fungsi utama anal.
Anal atau dubur adalah penghubung antara rektum dengan
lingkungan luar tubuh. Di anal terdapat otot sphinkter yang berfungsi
untuk membuka dan menutup anal. Fungsi utama anal adalah sebagai alat
pembuangan feses melalui proses defekasi (buang air besar).
2. Struktur anal
- Kanalis anal.
Adalah saluran dengan panjang sekitar 4 cm yang dikelilingi
oleh sfingter anal. Bagian atasnya dilapisi oleh mukosa
glandular rektal. Fungsi kanalis anal adalah sebagai penghubung
antara rektum dan bagian luar tubuh sehingga feses bisa
dikeluarkan.
- Rektum.
Adalah sebuah ruangan dengan panjang sekitar 12 sampai 15 cm
yang berada di antara ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid/turun) dan berakhir di anal. Fungsi rektum adalah
menyimpan feses untuk sementara waktu, memberitahu otak
untuk segera buang air besar, dan membantu mendorong feses
sewaktu buang air besar. Ketika rektum penuh dengan feses,

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

maka rektum akan mengembang dan system saraf akan


mengirim impuls (rangsangan) otak sehingga timbul keinginan
untuk buang air besar.
3. Sfingter anal internal.
Adalah sebuah cincin otot lurik yang mengelilingi kanalis anal
dengan keliling 2,5 sampai 4 cm. Sfingter anal internal ini
berkaitan dengan sfingter anal eksternal meskipun letaknya cukup
terpisah. Tebalnya sekitar 5 mm. Fungsi sfingter anal internal
adalah untuk mengatur pengeluaran feses saat buang air besar.
4. Sfingter anal ekternal.
Adalah serat otot lurik berbentuk elips dan melekat pada bagian
dinding anal. Panjangnya sekitar 8 sampai 10 cm. Fungsi sfingter
anal eksternal adalah untuk membuka dan menutup kanalis anal.
5. Pectinate line.
Adalah garis yang membagi antara bagian dua pertiga (atas) dan
bagian sepertiga (bawah) anal. Fungsi garis ini sangatlah penting
karena bagian atas dan bawah pectinate line memiliki banyak
perbedaan. Misalnya, jika wasir terjadi di atas garis pectinate, maka
jenis wasir tersebut disebut wasir internal yang tidak menyakitkan.
Sedangkan jika di bawah, disebut wasir eksternal dan menyakitkan.
Asal embriologinya juga berbeda, bagian atas dari endoderm,
sedangkan bagian bawah dari ektoderm.
6. Kolom anal.
Adalah sejumlah lipatan vertikal yang diproduksi oleh selaput
lendir dan jaringan otot di bagian atas anal. Fungsi kolom anal
adalah sebagai pembatas dinding anal
Dinding otot anal diperkuat oleh tiga sfingter yakni:
1) Sfingter ani internus: terletak disebalah dalam bekerja tidak menurut
kehendak,
2) Sfingter levator ani: bagian tengah bekerja tidak menurut kehendak,
3) Sfingter ani eksternus: sebelah luar bekerja menurut kehendak.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

Tabel 2: Ringkasan Proses Pencernaan


Cairan Kerja kimiawi oleh
Organ Reaksi Enzim
pencerna enzim
Mulut Saliva Alkali Ptialin Mengubah zat tepung
(ludah) (amilase masak menjadi gula yang
ludah) dapat larut (maltosa)
Lambung Getah Asam Rennin Mengubah kasinogen
lambung menjadi kasein
Pepsin Mengubah protein menjadi
pepton
Lipase gastrik Memulai hidrolisis atas
lemak
Duodenum Empedu Alkali Membantu kerja enzim
pankreas
Mengemulsiakan lemak
Duodenum Cairan Alkali Tripsin Menyederhanakan protein
pankreas dan pepton menjadi
polipeptida dan asam
amino
Amilase Mengubah semua gula dan
zat tepung menjadi
maltosa
Lipase Menyederhanakan lemak
menjadi gliserin dan asam
lemak
Usus halus Sukus Alkali Enterokinase Membebaskan tripsin
enterikus dalam cairan pankreas
Erepsin Menyederhanakan semua
zat protein menjadi asam
amino
Sukrosa, Menyederhanakan semua
maltosa, zat hidrat karbon menjadi
laktosa monosakarida, glukosa,
galaktosa, dan laevulosa.
(sumber dari anatomi fisiologi syaifuddin, amk, 2009, evelin, 2006)

2. Pengertian
Ca anal adalah tumor ganas yang berasal dari sel dalam anal, paling
sering terjadi pada saluran anal atau kulit pada tepi anal. Diantaranya terjadi
pada bagian bawah dentate line menjadi kanker sekitar anal, sedangkan sel
kanker skuamosa banyak terjadi pada saluran anal dan organ sekitar anal.
Saluran anal dan sekitar jaringan epitel skuamosa ini sering disebabkan oleh
iritasi kronis dari anal fistulas,wasir, luka operasi, dan kerusakan kista

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

jangka panjang. Ca anal merupakan kanker yang terjadi pada akhir saluran
pencernaan tepatnya pada bagian dubur (Sujono, 2013).

Gambar 2.1. Anatomi Anus


(sumber dari anatomi fisiologi syaifuddin, amk, 2009, evelin, 2006)

3. Etiologi
Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma anal sampai sekarang
belum diketahui, tetapi ada beberapa hal yang dapat meningkatkan resiko
terkena kanker anal : (Price & Wilson 2006)
1. HPV (Human Papilloma Virus)
Beberapa jenis HPV memiliki kaitan erat dengan kanker dubur.
Sekitar 80% dari pasien yang memiliki kasus kanker dubur terinfeksi di
daerah bagian dubur karena HPV. Human papillomavirus (HPV) adalah
virus deoxyribonucleic acid (DNA) untaian ganda yang menular secara
seksual dan menginfeksi permukaan kulit dan mukosa epitel (Kahn, 2009).
Infeksi HPV pada genitalia merupakan infeksi yang sering terjadi dan
bersifat asimtomatik (Rusmil, 2008). Terdapat 100 tipe HPV yang telah
diketahui. Beberapa diantaranya berperan dalam terbentuknya lesi
prakanker, kanker leher rahim, dan kutil kelamin (WHO, 2007).
2. Melakukan seks anal
Baik laki-laki dan perempuan yang melakukan seks anal, atau menerima
seks pada bagian anal atau dubur memiliki risiko lebih tinggi sebagai

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

penyebab kanker anal. Studi mengungkapkan bahwa laki-laki yang


melakukan hubungan seks sesama jenis, sampai 90 kali kebih, akan
mengalami potensi 90% terkena kanker anal ini.
3. Mempunyai jenis kanker lainnya
Wanita yang telah menderita kanker vagina atau leher rahim maupun laki-
laki yang telah menderita kanker prostat memiliki potensi yang lebih tinggi
untuk terinfeksi kanker anal. Penyebab kanker anal ini juga masih ada
kaitan dengan infeksi HPV.
4. Usia di atas 50
Kanker anal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih tua. Lebih dari 90
persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50 tahun
ke atas (Tomislav, 2015)
5. Sistem kekebalan tubuh
Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah mempunyai resiko
yang lebih tinggi terhadap kanker dubur ini. Hal ini juga berlaku pada
seseorang dengan hiv / aids atau pun pasien yang telah melakukan
transplantasi serta mengkonsumsi obat immunosuppressant.
6. Faktor gaya hidup
Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi lemak dan
sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker anal. Kekurangan serat dan sayur mayur hijau serta kelebihan
lemak hewani dalam diit merupakan faktor resiko karsinoma (Sjamsuhidajat
& de Jong. 2011)

4. Patofisiologi
Proses keganasan mulai dari dalam sel-sel yang melapisi dinding anal.
Kanker biasanya tumbuh tidak terdeteksi hingga gejala-gejala secara
perlahan-lahan dan sifatnya berbahaya terjadi. Secara lokal kanker anal
biasanya menyebar lebih kedalam lapisan-lapisan dinding rectum, yang
dimulai dari orang-orang lain yang berdekatan. Kanker ini membesar atau
menyebar melalui sistim sirkulasi yang masuk dari pembuluh-pembuluh

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

darah. Tempat-tempat metastase yang lain adalah termasuk kelenjar-kelenjar


adrenal, ginjal, kulit, tulang dan otot.
Disamping penyebaran secara langsung melalui sistim sirkulasi dan
lymphatik, kanker anal juga menyebar melalui peredaran peritoneal.
Penyebaran terjadi ketika kanker diangkat dan sel-sel kanker berpisah dari
kanker dan menuju lubang peritonial.
5. Manifestasi klinis
Gejala kanker dubur tidak unik, gejala yang muncul bisa jadi hanya
seperti wasir. Meskipun kanker dubur relatif sederhana didiagnosa, namun
seringkali diagnosis yang dilakukan terlambat.
Gejala kanker dubur termasuk:
• Benjolan atau tonjolan yang terletak dekat anal
• Kembung dan perubahan dalam kebiasaan usus,
• Perdarahan dubur atau perdarahan selama buang air besar
• Gangguan saat buang air besar
• Nyeri di dalam atau sekitar anal
• Rasa gatal di sekitar atau di dalam anal
• Perubahan dalam kebiasaan buang air besar, seperti sembelit, diare
dan penipisan tinja
• Perempuan mungkin mengalami sakit punggung bawah karena untuk
tekanan tumor terhadap vagina, dan kekeringan vagina
Orang dengan kanker anal sering mengalami pendarahan sewaktu
buanga air besar, rasa sakit, dan kadang-kadang gatal seputar dubur. Sekitar
25% dari orang dengan kanker anal tidak mempunyai gejala. Dalam keadaan
ini, kanker ditemukan hanya selama pemeriksaan rutin. Gejala kanker anal
meliputi Perempuan mungkin mengalami sakit punggung bawah karena
untuk tekanan tumor terhadap vagina, dan kekeringan vagina.

6. Klasifikasi
Menurut posisi terjadinya patogenesis, kanker anal diklasifikasikan
menjadi ( American Joint Committee on Cancer, 2009) :
1. Carcinoma in situ

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

Terdapat beberapa sel tidak normal tampak di beberapa lapisan anal,


seperti sel kanker.
2. Karsinoma sel skuamosa (scc)
Tumor berasal dari tepi anal dan sebagian besar dari dalam saluran anal sel
skuamosa
3. Adenokarsinoma
Berasal dari mukosa anal dan melepaskan sekresi kelenjar anal, dan bisa
juga berasal dari kelenjar top pulp (sejenis kelenjar kulit bagian daerah
perianal anal)
4. Basal cell carcinoma
Terjadi pada kulit perianal atau bagian kulit yang sering tersinar matahari,
contohnya wajah atau tangan, sangat jarang terjadi pada anal.
5. Melanoma maligna
Dari kulit anal terkandung perkembangan sel melanin sehingga terjadinya
tumor, hanya sekitar 1% sampai 2% kanker anal adalah melanoma.
7. Stadium
Stadium kanker berdasarkan sistem TNM American Joint Camittee on
Cancer (AJCC) edisi ke 7 tahun 2009 :
1. Stadium 0
Pada stadium 0, tumor masih berupa tonjolan seperti bisul yang terletak
di lapisan terjauh dari anal
2. Stadium 1
Pada tahapan ini, tumor berukuran sekitar 2 cm.
3. Stadium 2
Pada stadium ii, ukuran tumor adalah sekitar 2 hingga 5 cm.
4. Stadium 3a
Pada tahapan ini ukuran tumor biasanya akan lebih besar dari 5 cm dan
tumor telah menyebar ke salah satu organ di bawah ini:
- Kelenjar getah bening (di dekat anal), atau
- Organ lain yang dekat dengan anal, entah itu vagina, saluran kencing
atau kandung kemih.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

5. Stadium 3b
Yang membedakan stadium iiib dengan stadium sebelumnya adalah
ukuran tumor yang lebih besar serta penyebarannya yang lebih meluas,
seperti:
- Ke kelenjar getah bening dekat dubur atau ke organ terdekat atau organ
terdekat sekitar area tersebut; atau
- Ke kelenjar getah bening di salah satu sisi panggul/kunci paha atau
organ terdekat sekitar area tersebut; atau
- Ke kelenjar getah bening di dekat dubur dan di kunci paha dan atau
kelenjar getah bening pada kedua sisi panggul/kunci paha, atau organ
terdekat sekitar area tersebut;
6. Stadium 4
Pada stadium ini, ukuran kanker biasanya lebih besar dari stadium
sebelumnya. Area penyebarannya yaitu ke kelenjar getah bening atau
organ terdekat, bahkan telah menyebar ke organ tubuh lain yang lebih
jauh, seperti paru-paru, hati, otak, tulang atau organ lainnya.

Gambar 2.2 Stadium Kanker


(Sumber : Alteri, 2011)
8. Penatalaksanaan
Tindakan yang dilakukan :
1. Pembedahan
Metode pembedahan terdiri dari 2 jenis, yaitu resection lokal dan
abdominoperineal resection.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

a. Abdominoperineal resection
Yaitu prosedur dimana ada bagian dari usus sigmoid yang
dibuang. Metode ini adalah kolostomi. Kolostomi adalah pembuatan
lubang sementara atau permanen dari usus besar melalui dinding
perut untuk mengeluarkan feses (Randy, 1987). Lubang yang dibuat
melalui dinding abdomen kedalam kolon iliaka untuk mengeluarkan
feses (Evelyn, 1991). Selain itu, pembedahan ini juga akan
menangani kelenjar getah bening yang terinfeksi kanker.

Gambar 2.3. Gambaran fragmatis pemasangan kolostomi permanen.


Pada kolostomi sigmoid (A) feses padat. Pada kolostomi desenden
(B) feses semibubur. Pada kolostomi transversal (C) feses adalah
bubur. Pada kolostomi asenden (D) feses cair.
( Sumber : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, 1997)

b. Resection lokal
Yaitu sebuah prosedur pembedahan dimana tumor akan diangkat dari
anal. Pengangkatan ini akan membawa serta beberapa jaringan sehat
yang ada di sekitar tumor. Metode pembedahan yang satu ini
biasanya digunakan jika ukuran kanker masih kecil serta belum
menyebar ke bagian tubuh yang lain. Resection lokal ampuh untuk
menangani tumor yang menginfeksi anal bagian bawah.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

Bila sudah terjadi metastasis jauh, tumor primer akan di reseksi juga dengan
maksud mencegah obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel, dan
nyeri (Sjamsuhidajat & de Jong, 2011).
2. Radiasi
Dengan melihat berdasarkan kondisi keseluruhan tubuh pasien dan
kondisi lokal dari tumor atau kanker dapat diaplikasikan metode radiasi.
Teknik radiasi dapat digabungkan dengan tindakan operasi, sebelum
dilakukan operasi terlebih dahulu dilakukan penyinaran dapat
meningkatkan operasi reseksi, melakukan radiasi setelah operasi bisa
meminimalisir kekambuhan kanker anal (Sjamsuhidajat, 2004).

3. Kemoterapi
Metode pengobatan dengan memberikan obat oral kepada pasien
terkadang juga harus dengan injeksi ke pembuluh darah ataupun otot.
Biasanya digunakan bersamaan dengan operasi dan radioterapi dapat
mengurangi kambuhnya kanker anal (Sjamsuhidajat, 2004).

9. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan rutin : pemeriksaan visual anal dan dre atau pemeriksaan
tubuh rutin seperti : pemeriksaan faeces, pemeriksaan anal, colonoscopy
dan pemeriksaan lainnya (Sjamsuhidajat, 2004).
2. Pemeriksaan endoskopi anal:
 Untuk mengetahui adanya tumor/kanker di kolon/rectum
 Untuk menentukan sumber pendapatan
 Untuk mengetahui letak obstruksi
Sebelum melakukan pemeriksaan endoskopi anal lakukan
terlebih dahulu pemeriksaan visul dan dre, dokter melumuri pelumas
pada anoscopy kemudian dengan lembut dimasukkan ke dalam anal dan
rektum, dengan begitu dapat memeriksa bagian dalam anal apakah ada
benjolan (Sjamsuhidajat, 2004).

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

3. Pemeriksaan pet/ct
Dengan melakukan pemeriksaan pet/ct dapat diketahui stadium dari
kanker anal tersebut dan juga dapat diketahui apakah ada fenomena
metastase kelenjar getah bening sampai ke organ lainnya (Sjamsuhidajat,
2004).
4. Biopsi
Dokter menggunakan jarum, pisau kecil atau pinset untuk mengambil
satu piece tumor kemudian dengan menggunakan mikroskop ahli
patologi memeriksa apakah terdapat indikasi kanker. Biopsi terdiri dari :
biopsi aspirasi jarum halus dan biopsi sentinel kelanjar getah bening
(Sjamsuhidajat, 2004).

Gambar 2.4. Biopsi


(sumber dari anatomi fisiologi syaifuddin, amk, 2009, evelin, 2006)

5. Laboratorium
b. Hb : menurun pada perdarahan
c. Tumor marker (lea) > 5 mg/ml
d. Pemeriksaan tinja secara bakteriologis ; terdapat sigela dan amoeba

10. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanken rektum adalah :
a. Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan
b. Terjadinya perforasi pada usus
c. Pembentukan pistula pada kandung kemih atau vagina.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

Karsinoma rektum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau


perdarahan, menimbulkan obstruksi bila membesar, atau menembus vagina
(invasi) keseluruh dinding usus dan kelenjar-kelenjar regional. Adapun
komplikasi selain terjadinya obstruksi, perforasi yaitu pendarahan dan
penyebaran ke organ yang berdekatan.

B. Asuhan Keperawatan Ca Anal


1. Pengkajian
a) Identitas
Meliputi nama, umur, nomor RM, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
alamat, tanggal masuk, dan nama penanggung jawab.
b) Riwayat kesehatan
- Keluhan Utama : Buang air besar berdarah dan berlendir, terjadi
perubahan pola defikasi yaitu diare beberapa hari yang disusul
konstipasi selama beberapa hari, ukuran feses kecil – kecil.
- Riwayat penyakit sekarang
- Riwayat penyakit dahulu : hipertensi
- Riwayat penyakit keluarga
2. Pola Fungsional Gordon
a. POLA PERSEPSI TERHADAP KESEHATAN
1) Penggunaan tembakau
a) Ya/tidak
b) Berhenti kapan
c) Macam: pipa atau
d) Frekuensi
2) Penggunaan NAPZA
3) Pemakaian alkohol

b. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


Keadaan aktivitas sehari-hari
- Kebiasaan olahraga
- Jenis olahraga

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

- Alat bantu untuk memenuhi aktifitas setiap hari


- Apakah aktivitas sehari-hari dapat dilakukan sendiri, bantuan alat,
orang lain

c. POLA ISTIRAHAT DAN TIDUR


1). Sebelum sakit
a) Kebutuhan istirahat
- Kapan
- Berapa lama
- Kegiatan untuk mengisi waktu
- Apakah menyediakan waktu untuk istirahat pada waktu siang
hari
- Dalam suasana yang bagaimana klien dapat istirahat dan mengisi
waktu luang
b) Kebutuhan tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
- Tidur malam
- Apakah tidur malam yang diutamakan atau tidur siang yang
diutamakan
- Kebiasaan pengantar tidur
- Apakah klien selalu tidur dengan teman atau seorang diri
- Perangkat/alat yang selalu digunakan untuk tidur
- Keluhan dalam hal tidur
2) Selama sakit
a) Kebutuhan Istirahat
Pasien sangat banyak membutuhkan istirahat selama sakit.
b) Kebutuhan Tidur
- Jumlah tidur dalam sehari
- Penghantar untuk tidur
- Keluhan tidur
- Apakah klien kesakitan atau sesak nafas, dll

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

d. POLA NUTRISI-METABOLIK
a) Sebelum sakit
- Frekuensi makan
- Jenis makanan/diet
- Porsi yang dihabisakan
- Nafsu makan
- Banyak minum
- Jenis minuman
- Perubahan BB 6 bulan terakhir (berkurang/bertambah)
b) Selama sakit
- Jenis makanan
- Frekuensi makan
- Porsi makan yang dihabiskan
- Banyaknya minum dalam sehari
- Jenis minuman
- Keluhan

e. POLA ELIMINASI
a) Sebelum sakit
BAB
- Frekuensi
- Waktu
- Warna
- Konsistensi
- Posisi waktu BAB duduk/jongkok
- Penghantar untuk BAB, misal: membaca, merokok, dll
- Pemakaian obat, misal: obat pencahar, dll
- Keluhan lain
BAK
- Frekuensi (dalam sehari)
- Jumlah (cc/24 jam)
- Warna

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

- Bau
- Keluhan
b) Selama sakit
BAB
- Frekuensi
- Waktu
- Warna
- Konsistensi
- Keluhan
BAK
- Frekuensi (dalam sehari)
- Jumlah (cc/24 jam)
- Warna
- Bau
- Keluhan
- Alat bantu buang air kecil, kateter,kondom / plastik, digunakan
sejak dirawat di RS.

f. POLA KOGNITIF PERSEPTUAL


- Keadaan mental
- Berbicara
- Bahasa yang dikuasai : Indonesia, Lain-lain
- Kemampuan membaca
- Kemampuan berkomunikasi
- Kemampuan memahami informasi
- Pendengaran
- Penglihatan
- Vertigo
- Tak nyaman/nyeri

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

g. POLA KONSEP DIRI


Tanyakan kepada klien apa yang dirasakannya tentang diri yang
mengalami sakit apa saja yang berubah dari kesehariannya.

h. POLA KOPING
- Pengambilan keputusan : sendiri, dibantu orang lain siapa
- Hal-hal yang dilakukan jika mempunyai masalah

i. POLA SEKSUAL – REPRODUKSI


- Gangguan hubungan seksual : Ada/tidak.
Jika Ada karena penyakit yang menyebabkan pasien mengalami
gangguan mobilitas fisik.
- Pemahaman terhadap fungsi seksual

j. POLA PERAN DAN HUBUNGAN


1) Status pekerjaan
2) Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat
3) Sistem pendukung :
a) Ada / Tidak ada. Jika ada, siapa
- Pasangan
- Tetangga/teman
- Keluarga dalam rumah yang sama
- Keluarga dalam rumah terpisah
b) Dukungan keluarga selama masuk rumah sakit
c) Kesulitan dalam keluarga
Selama sakit
- Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga
- Bagaimana hubungan dengan masyarakat
- Bagaimana hubungan dengan pasien lain, anggota kesehatan lain

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

k. POLA NILAI DAN KEYAKINAN


1) Sebelum sakit
- Agama
- Larangan agama
- Kegiatan keagamaan
2) Selama sakit
Kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama di Rumah Sakit
3. Pemeriksaan Fisik
- Pengukuran TB dan BB
- Pengukuran TTV : TD, Nadi, Pernafasan, Suhu
- Tingkat kesadaran
- Pemeriksaan Fisik head to toe :
1) Kepala
- Bentuk kepala, kulit kepala, luka, ketombe
- Pertumbuhan rambut: lebat, mudah rontok
- Kesan wajah (simetris/tidak, pembengkakan)

2) Mata
- Kebersihan, gangguan pada mata: kemerahan, air mata, dll
- Pemeriksaan celah mata, konjungtiva, dan
- Pemeriksaan pupil
- Pemeriksaan visus dengan kartu snellen
- Pemeriksaan tekanan bolamata (TIO)
- Refleks terhadap cahaya

3) Telinga
- Fungsi pendengaran
- Bentuknya
- Periksa lubang telinga dan membrana tympani
- Mastoid (nyeri, dll)
- Apakah keluar cairan
- Kebersihan

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

4) Hidung
- Posisi septum
- Sekret hidung
- Nyeri sinus, polip
- Fungsi pembauan
- Penggunaan aksesoris (tindik)

5) Mulut dan tenggorokan


- Kemampuan berbicara
- Keadaan bibir
- Warna lidah
- Keadaan palatum
- Gigi gerigi, letak gigi, kondisi gigi
- Penggunaan aksesoris (tindik)

6) Leher
- Bentuk, gerakan
- Pembesaran thiroid
- Kelenjar getah bening
- Kelainan lainnya

7) Dada
a) Inspeksi
- Perhatikan simetris atau tidak
- Kelainan bentuk dada
- Retraksi dada
- Ketinggalan gerak
- Karakter pernafasan
- Ukuran (konfigurasi) dada anterio-posterior
- Ictus cordis

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

-
b) Palpasi
- Simetris atau tidak pada waktu bernafas
- Adanya massa
- Pernafasan (kecepatan, kedalaman, jenis pernafasan) :
- Ictus cordis
c) Perkusi
- Suara pekak pada seluruh lapang paru
- Bunyi dullness berkurang pada jantung
d) Auskultasi
- Suara napas
- Bunyi tambahan

8) Punggung
Lihat bagaimana kondisi punggung apakah terdapat lesi atau tidak .

9) Abdomen
a) Inspeksi
- Warna kulit
- Bentuk/kontur
- Simetris atau tidak
b) Auskultasi
Suara bising usus
c) Perkusi
Bagaimana suara timpani dan apakah ada ascites
d) Palpasi
Lihat bagaimana hepar dan lien apakah ada pembengkakan atau
tidak, apakah terdapat distensi abdomen

10) Ekstremitas
Bagaimana kondisi ekstremitas atas dan bawah klien

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

11) Integumen
Lihat kondisi integument klien apakah terdapat ulkus dekubitus
dan lihat bagaimana turgor kulitnya.

12) Genetalia
Lihat apakah klien terpasang kateter urine apa tidak. Jika iya apa
indikasi dari tindakan tersebut.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

4. Diagnosa Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut b.d agen a. Tingkat kenyamanan a. Manajemen nyeri
cidera biologis Klien diharapkan melaporkan : Aktivitas :
 Nyeri berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
 Kecemasan berkurang lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor
 Stres berkurang presipitasi

 Ketakutan berkurang 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan


3. Kaji kebiasaan yang mempengaruhi respion nyeri

b. Kontrol nyeri 4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

Klien diharapkan : 5. Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri

 Menggunakan analgesik 6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

 Memantau gejala nyeri dari waktu ke tindakan nyeri tidak berhasil

waktu 7. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

 Menjelaskan faktor – faktor penyebab 8. Tanyakan pada pasien apa saja hal yang memberatkan
rasanya nyeri
nyeri
9. Tanyakan pada pasien teknik apa saja yang dapat
 Mengunakan langkah-langkah
mngurangi rasa nyeri yang di rasakan.
pencegahan
10. Ajarkan pasien teknik relaksasi.

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

 Menggunakan bantuan non analgesik b. Analgesik administrasi


seperti yang di rekomendasikan Aktivitas :
 Melaporkan perubahan dalam 1. Menentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas dan tingkat
perubahan gejala nyeri keparahan sebelum mengobati pasien
2. Memeriksa perintah medis untuk obat, dosis dan frekuensi
yang ditentukan analgesik
3. Memeriksa alergi obat
4. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk participitate dalam
pemilihan analgesik, rute, dan dosis, dan melibatkan pasien,
5. Memilih analgesik sesuai atau kombinasi dari analgesik
ketika lebih dari satu yang diresepkan
6. Menentukan pilihan analgesik, berdasarkan jenis dan
severiry rasa sakit
7. Menentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis
analgesik yang optimal
8. Memantau tanda-tanda vital sebelum dan setelah pemberian
analgesik narkotik diatas dosis
9. Memfasilitasi respon terhadap analgesik
10. Mengelola analgesik

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

11. Menginformasikan kepada pasien efek samping dari


analgesic
12. Mengevaluasi efektivitas analgesik pada interval yang
sering dan teratur setelah pemberian masing-masing,
terutama setelah dosis awal,
13. Amati juga tanda-tanda dan gejala dari efek tak diinginkan.

2 Nyeri kronik b.d a. Tingkat kenyamanan c. Manajemen nyeri


infiltrasi tumor Klien diharapkan melaporkan : Aktivitas :
 Nyeri berkurang 11. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk
 Kecemasan berkurang lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor
 Stres berkurang presipitasi

 Ketakutan berkurang 12. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan


13. Kaji kebiasaan yang mempengaruhi respion nyeri

b. Kontrol nyeri 14. Pilih dan lakukan penanganan nyeri

Klien diharapkan : 15. Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri

 Menggunakan analgesik 16. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan

 Memantau gejala nyeri dari waktu ke tindakan nyeri tidak berhasil

waktu 17. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

 Menjelaskan faktor – faktor penyebab 18. Tanyakan pada pasien apa saja hal yang memberatkan
nyeri rasanya nyeri
 Mengunakan langkah-langkah 19. Tanyakan pada pasien teknik apa saja yang dapat
pencegahan mngurangi rasa nyeri yang di rasakan.
 Menggunakan bantuan non analgesik 20. Ajarkan pasien teknik relaksasi.
seperti yang di rekomendasikan
 Melaporkan perubahan dalam d. Analgesik administrasi
perubahan gejala nyeri Aktivitas :
e. Menentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas dan tingkat
keparahan sebelum mengobati pasien
f. Memeriksa perintah medis untuk obat, dosis dan frekuensi
yang ditentukan analgesik
g. Memeriksa alergi obat
h. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk participitate dalam
pemilihan analgesik, rute, dan dosis, dan melibatkan pasien,
i. Memilih analgesik sesuai atau kombinasi dari analgesik
ketika lebih dari satu yang diresepkan
j. Menentukan pilihan analgesik, berdasarkan jenis dan
severiry rasa sakit

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

k. Menentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis


analgesik yang optimal
l. Memantau tanda-tanda vital sebelum dan setelah pemberian
analgesik narkotik diatas dosis
m. Memfasilitasi respon terhadap analgesik
n. Mengelola analgesik
o. Menginformasikan kepada pasien efek samping dari
analgesic
p. Mengevaluasi efektivitas analgesik pada interval yang
sering dan teratur setelah pemberian masing-masing,
terutama setelah dosis awal,
q. Amati juga tanda-tanda dan gejala dari efek tak diinginkan.

3 Risiko infeksi b.d Kontrol resiko : proses infeksi Kontrol Infeksi


prosedur invasif Indikator : Aktivitas :
1. Mengidentifikasi tentang resiko 1. Bersihkan lingkungan dengan baik setelah digunakan untuk
kesehatan setiap pasien
2. Mengindentifikasi faktor resiko 2. Ganti peralatan perawatan perpasien sesuai protocol
3. Mengenali faktor resiko individu institusi

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

4. Mengenali kemampuan merubah 3. Isolasi orang yang terkena penyakit menular


perilaku 4. Batasi jumlah pengunjung
5. Anjurkan pasien mengenai teknik cuci tangan dengan tepat
6. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat
7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada penyedia
perawatan kesehatan
8. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana
menghindari infeksi

Perawatan daerah (area) sayatan


Aktivitas :
Pemulihan pembedahan : 1. Jelaskan prosedur pada pasien, gunakan persiapn sensorik
penyembuhan 2. Periksa daerah sayatan terhadap kemerahan, bengkak, atau
Indikator : tanda-tanda dehiscence atau eviserasi
1. Kepatenan jalan nafas dalam 3. Catat karakteristik drainase
batas normal 4. Monitor proses penyembuhan didaerah sayatan
2. Tekanan darah sistolik dalam 5. Bersihkan daerah sekitar sayatan degnan pembersihan yang
batas normal bersih

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

3. Tekanan darah diastolic dalam 6. Bersihkan dari area yang bersih ke area yang kurang
batas normal bersih
4. Tekanan nadi dalam batas normal 7. Monitor sayatan untuk tanda dan gejala infeksi
5. Suhu tubuh dalam batas normal 8. Ganti pakaian degnan interval yang tepat
6. Integritas jaringan dalam batas 9. Gunakan pakaian yang sesuai untuk melindungi sayatan
normal 10. Fasilitasi pasien untuk melihat luka insisi
7. Cairan merembes dari drain luka 11. Arahkan pasien cara merawat luka insisi selama mandi
normal 12. Arahkan pasien bagaimana me minimalkan tekanan
pada daerah insisi
13. Arahkan pasien dan/ atau keluarga cara merawat luka
insisi temasuk tanda dan gejala infeksi
4 Ketidakseimbangan a. Status nutrisi a. Terapi nutrisi
nutrisi kurang dari Indikator : Aktifitas :
kebutuhan tubuh. -diharapkan normal:  Atur makanan dan cairan serta hitung berapa jumlah kalori
Definisi : Nutrisi  Intake nutrisi cukup yang seharusnya masuk
yang masuk kedalam  Intake makanan cukup  Tentukan makanan yang seharusnya dimakan untuk
tubuh tidak  Intake cairan cukup mencukupi kebutuhan tubuh klien
mencukupi  Hematokrit  Tentukan apakah klien butuh alat bantu makan atau tidak
kebutuhan

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

metabolik.  Hidrasi terkait mual yang dirasakan


 Hemoglobin  Tingkatkan intake makanan tinggi kalsium yang
 Albumin darah seharusnya di perlukan
 Berikan makanan tinggi protein untuk meningkatkan
proteksi tubuh
b. Status nutrisi : intake nutrisi  Pilihkan klien makanan yang lembut, tidak asam dan lunak
Indikator : yang seharusnya dimakan agar tidak mual
 Intake kalori normal  Sediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh klien sesuai dengan
 Intake protein normal yang dibutuhkan klien : kalsium, zat besi, mineral,
 Intake lemak normal vitamin, karbohidrat, lemak, protein
 Intake karbohidrat normal
 Intake vitamin normal
 Intake mineral normal b. Monitoring nutrisi

 Intake zat besi normal Aktivitas :

 Intake kalsium normal  Memantau interval perubahan berat badan klien


 Memonitor respon emosional klien terhadap makanannya
 Memoitor tempat sekitar ia makan
 Memonitor jadwal pengobatan dan prosedur pada lain

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

waktu selain pada waktu makan


 Memonitor tingkat kekeringan kulit yang terkelupas
dengan depigmentasi
 Memantau turgor kulit
 Monitor untuk rambut: kering, tipis dan mudah rontok
 Monitor untuk mual dan muntah
 Memantau tingkat albumin, total protein, hemoglobin dan
hematokrit
 Memantau tingkat limfosit dan elektrolit
 Memantau dan memilih makanan yang sesuai
 Memonitor tingkat energi, malaise, kelelahan, dan
kelemahan
 Menyediakan makanan dan cairan yang optimal

Kelompok O’17
Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah
Fakultas Keperawatan - Unand - 2017

5. Implementasi
Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di buat
di dalam intervensi keperawatan pasien.

6. Evaluasi

Evaluasi sumatif disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
disusun di dalam intervensi untuk mengetahui masalah pasien telah teratasi
ataupun tidak, sehingga dapat ditentukan rencana selanjutnya.

Kelompok O’17

Anda mungkin juga menyukai