Anda di halaman 1dari 11

Bab I

Pendahuluan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat saat ini,

telah membawa umat manusia ke suatu kecenderungan yang belum pernah terjadi

sebelumnya. Cepatnya arus informasi telah memungkinkan yang terjadi di belahan

dunia yang satu segera diketahui dan mempengaruhi tindakan keputusan orang-orang

dari berbagai bidang yang berada dalam belahan dunia lainnya.

Dalam kehidupan keagamaan, masyarakat, terdapat kecenderungan manusia

untuk mengadakan perubahan karena mereka merasa tanpa kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi akan berakibat kurang memperlancar pemenuhan kebutuhan hidup yang

semakin meningkat. Akibatnya, manusia berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang setinggi-tingginya tanpa menghiraukan nilai-nilai religious.Dalam

realita kehidupan di mana manusia sangat mengedepankan rasionalisme, pragmatisme,

dan relativisme, menyebabkan nilai-nilai kehidupan umat manusia lebih banyak

didasarkan atas nilai kegunaan, materialisme, sekularitas, hedonistic dengan

mengesampingkan aspek-aspek etika religiusitas, moralitas, dan humanistik. Manusia

mulai berpikir akan kehendak bebas diperkenalkan melalui pemahaman agama, dimana

Tuhan memberikan kebebasan untuk menyaring pilihan yang dikehendaki. Namun

penyalahgunaan wewenang ini menyebabkan manusia memaknai pembenaran –

pembenaran mereka sendiri akan penalaran dalam pola perilaku dan tindakan, sehingga

menyebabkan munculnya sekularitas, perilaku yang melepaskan diri dalam kehidupan


rohani dan spiritual melainkan hanya hidup secara jasmani. Oleh karena hal ini kami

penyusun makalah ini membahas mengapa pentingnya pembahasan tentang sekularitas.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sekularisasi

Sekularisasi diartikan sebagai pemisah antara urusan negara

(politik) dan urusan agama, atau pemisah antara urusan duniawi. Jadi

sekularisasi adalah pembebasan manusia dari agama dan metafisik

artinya bahwa terlepasnya dunia dari pengertian-pengertian religius yang

suci, dari pandangan dunia semu, atau dari semua mitos supra-natural.

Sekularisasi tidak hanya melingkupi aspek-aspek kehidupan sosial dan

politik saja, tetapi juga telah merambah ke aspek kultur, karena proses

tersebut menunjukkan lenyapnya penentuan simbol-simbol integrasi

kultural.

B. Latar Belakang Timbulnya Sekularisasi

Suatu masyarakat adalah produk aktivitas manusia secara

kolektif, dan merupakan realitas yang tidak statis, selalu berubah selaras

dengan alam pikiran. Begitu pula aktivitas manusia secara individu


merupakan fenomena yang dapat berpengaruh pada kolektivitasnya,

bahkan secara realitas dapat memainkan peranan mengubah dunia.

Artinya dalam hal ini manusia selalu dihadapkan pada konfrontasi

terhadap realitas dan ia ingin selalu memperbiaki diri dan lingkungannya.

Apalagi jika manusia telah dihadapkan pada kondisi yang membatasi

ruang gerak aktivitas maupun kebebasan berpikirnya, maka akan muncul

reaksi yang merupakan manifestasi dari akumulasi potensi untuk

kemudian mendobrak apa yang telah mengekangnya.

Tak ubahnya dengan apa yang telah terjadi pada masyarakat Kristen

Barat. Munculnya gerakan Protestantisme tidak lain merupakan reaksi

terhadap kendali religius saat itu, yakni Dominasi Gereja Katolik yang

telah mengekangnya. Perspektif semacam ini dimaksudkan untuk

menyentuh sebuah potret pada masyarakat Kristen Barat, karena

gambaran situasi religius itulah yang merupakan latar belakang yang

telah meletakkan dasar bagi timbulnya sekularisasi.

Salah seorang filsuf Kristen, Jogues Maritain telah menguraikan tentang

bagaimana dunia Kristen dan dunia Barat melewati krisis gawat sebagai

akibat peristiwa masa kini, yang diiringi oleh kebangkitan nalar dan

empirisme serta kemajuan ilmu dan teknologi. Krisis semacam itulah

yang dikatakan sebagai sekularisasi

C. Masa Depan Agama


Sebelum penjelasan masa depan agama ke hal yang lebih jauh kita

jelaskan terlebih dahulu periodesasi sekuler. Periode sekulasisasi terbagi

ke dalam 2 macam yaitu:

1. Periode pertama

Peride sekularisasi moderat, yaitu antara abad ke-17 dan ke-18. Pada

periode sekularisme moderat, agama dianggap sebagai masalah individu

yang tidak ada hubunganya dengan negara, tetapi meskipun demikian

negara masih berkewajiban memelihara gereja, khususnya bidang upeti

atau pajak. Dalam pengertian ini, dalam pemisahan antara negara dan

gereja, tidak dirampas agama Masehi sebagai agama sekaligus dengan

nilai-nilai yang dimilikinya, meskipun ada sebagian ajarannya ada yang

diingkari, dan menuntut menundukkan ajaran-ajaran Masehi kepada akal,

prinsip-prinsip alam, dan perkembanganya.

2. Periode kedua

Periode sekularisme ektrem berkembang abad 19 jika pada

periode sekularisme moderat, agama masih diberi tempat dalam


suatu negara, maka pada periode ekstrem, agama tidak hanya

menjadi urusan pribadi, akan tetapi negara justru memusuhi

agama. Begitu pula negara memusuhi orang-orang yang

beragama. Peiode kedua ini, atau periode sekularisme ekstrem

pada abad 19 dan 20 merupakan periode materialisme atau

disebut sebagai revolusi sekuler.

Dari dua periode tersebut agama bukan lagi hal yang sangat

penting dan sedikit diabaikan oleh mereka.

Hubungan Sekularisme Masa Depan Agama

Sekularisasi dalam hal ini mendudukkan agama sebagai aspek

sentral dalam membicarakan dan memerikan penilaian terhadap

konsep-konsep tentang sekularisasi, serta agama sebagai

kacamata untuk melihat proses atau fenomena sekularisasi

tersebut.

Wawancara

a. Untuk mengetahui sejauh mana sekularitas di mata

masyarakat, kami mewawancarai kelompok-kelompok

masyarakat. Kami mengambil beberapa sample seperti :

a) mba Titin Rahayu seorang penjaga kost


b) Mas Agung seorang cleaning service atmajaya

Yogyakarta
c) Bapak Sri Saryono salah seorang penjaga Gereja

Dari ketiga narasumber yang kami wawancarai tentang

pendapat mereka tentang proses melepaskan diri para manusia


dari agama adalah semua mengatakan bahwa mereka semua tidak

setuju dengan adanya fenomena sekularisasi dikalangan

masyarakat pada saat ini, Karena mereka semua mengatakan

bahwa agama mempunyai nilai yang kebenaran yang di anut dan

dipercayai kebenaranya oleh umat-umat di dunia. Apabila semua

orang ingin melepaskan diri dari agama, maka tidak ada lagi yang

mengatur dan mengikat perilaku manusia, sehingga mereka

cenderung untuk mengatur perilaku mereka supaya tidak

menyalahi nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.

Selanjutnya kami menanyakan pendapat mereka tentang

sejauh mana perkembangan sekularisasi di kota Yogyakarta,

Kedua narasumber kami mengatakan bahwa pada saat ini kota

Yogyakarta masih cukup taat dengan agama mereka, dan menurut

mereka belum terlihat adanya manusia yang mulai melepaskan

diri dengan agama, karena menurut mereka di kota Yogyakarta

agama dan nilai-nilai budaya social, budaya sangat melekat

dengan masyarakat Yogyakarta. Namun salah seorang

narasumber kami, ibu Titin mengatakan bahwa pada saat ini kaum

muda sudah mulai berfikir rasional, sehingga dia sempat

menemukan beberapa mahasiswa Yogyakarta yang tergabung

dalam kelompok yang ingin mencoba melepaskan diri dari agama

mereka, inilah ancaman terbesar yang harus dihadapi bersama dan


di pandang serius, karena apabila hal ini terjadi, maka akan

menimbulkan kekacauan di kota Yogyakarta.

Selanjutnya kami meminta pendapat merek tentang

pendapat mereka tentang kehidupan umat beragama saat ini

dalam menghadapi dan melihat fenomena sekularitas, mereka

semua mengatakan bahwa saat ini para umat agama baik itu

katolik dan islam memandang hal ini sebagai sesuatu yang sangat

serius dan oleh karena itu maka semua umat satu sama lain mulai

menyadarkan tentang nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang

adsa di dalam agama. Karena menurut mereka nilai-nilai dalam

agama adalah hal vital yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja.

Dan kami meminta pendapat mereka mengenai sikap yang

akan mereka ambil dalam menyikapi sekularisasi adalah mereka

kembali menyerahkan kepada setiap pribadi umat, yang penting

mereka tetap menjalankan dan memegang teguh ajaran dan nilai-

nilai kebaikan yang ada di dalam agama mereka.


BAB III

Kesimpulan

a. Masyarakat masih banyak yang belum mengerti

banyak mengenai fenomena sekularisasi sehingga

mereka terkesan tidak peduli dengan adanya fenomena

ini

b. Masyarakat masih belum bisa kritis dan rasional

terhadap agama mereka, mereka masih menganggap

bahwa semua yang berhubungan dengan agama adalah

hal baik.
Tugas Agama Sekularisasi

Disusun Oleh :

Dewi Permatasari Santoso (140421745/ Q)

Devira Adyannie Warouw (140421721/ Q)

Fakultas Ekonomi

Universitas Atmajaya Yogyakarta

nOVEMBER, 2014

Anda mungkin juga menyukai