A. Keadaan Geografis
1. Letak Desa
Karangsari ke kecamatan Kembaran 0,6 km, dari desa ke kabupaten Banyumas 7 km,
dari desa ke provinsi Jawa Tengah 202 km. Luas wilayah desa Karangsari adalah
121,02 Ha dengan luas pemukiman dan tanah darat sebesar 25,59 Ha dan luas
pesawahan dan tanah basah sebesar 95,43 Ha, dengan batas – batas desa sebagai
berikut :
2. Topografi
Desa Karangsari memiliki topografi miring dengan ketinggian tempat antara 90-
97 m diatas permukaan laut (mdpl), sehingga tergolong dataran rendah dan memiliki
tanah yang gambut dan gembur. Kelembapan tanah perharinya adalah 20℃ dengan
suhu rata – rata kelembapan harian 36℃. Desa Karangsari memiliki tanah tadah hujan
86,2 Ha, dengan pemukiman 18,20 Ha dan perkarangan 13 Ha. Daerah desa Karangsari
memiliki lapangan olahraga yaitu lapangan Walisongo 5.600 m2 . Sebagian besar dari
lahan di desa ini dimanfaatkan untuk pertanian, dengan luas 95,43 Ha. Prasarana
pendukung pertanian memiliki sungan dan saluran air sebesar 6.346 m dengan 7 DAM,
yaitu :
1. Karang mangli.
2. Petarasan.
3. Kedung Lajung.
4. Duren.
5. Randu.
6. Sitom.
7. Sarangan.
B. Sejarah Desa
Ketika melihat later C desa Karangsari tahun 1956 sudah ada orang yang menetap
disitu, tetapi struktur pemerintahan belum diatur. Pembentukan desa terjadi pada tahun 1956,
tingkat kerapian desa mulai terbentuk sekitar tahun 1972. Tolak ukur hal tersebut terjadi pada
saat masuknya pemilihan umum di desa Karangsari sehingga sistem pemerintahan sudah
baik. Masalah pendidikan dan kesehatan di desa Karangsari pun terus meningkat seiring
C. Demografi
Jumlah penduduk desa Karangsari berdasarkan data sekunder monografi desa tahun
2016 adalah berjumlah 3.988 jiwa. Terdiri dari penduduk laki- laki 2.036 jiwa dan perempuan
Sebagian besar penduduk desa Karangsari bermata pencaharian sebagai buruh harian
lepas. Jumlah PNS di desa Karangsari masih sangat sedikit yaitu sekitar 29 orang. Apabila
dilihat dari ragam mata pencahariannya, penduduk desa Karangsari sebagian besar bermata
pencaharian sebagai buruh tani yaitu sebesar 207 orang. Penduduk yang bermata pencaharian
sebagai TNI/Polri sebesar 8 orang, Bidan berjumlah 2 orang. Penduduk desa memiliki hewan
ternak berupa ayam, kambing, dan sapi. Pemeluk agama islam di desa Karangsari lebih
D. Keadaan Kesehatan
Keadaan Kesehatan masyarakat desa Karangsari yang masih kurang baik. Hal ini
terlihat dari Prasarana kesehatan yang ada di desa Karangsari, tidak terdapat rumah sakit dan
hanya memiliki 1 posyandu serta poliklinik kesehatan desa berjumlah 1. Sedangkan sarana
kesehatan ataupun ahli medis yang ada di desa Karangsari tercatat hanya ada 2 bidan.
Secara umum, lingkungan di desa Karangsari dapat dibilang cukup bersih. Wilayahnya
yang sebagian besar berupa lahan hijau mampu menekan polusi udara yang terjadi akibat
Karangsari mendapatkan sertifikat dari bupati. Gizi masyarakat disini ada 2 orang yang
memiliki gizi buruk tetapi dalam premature lainnya memiliki gizi yang baik. Dalam
pengelolaan sampah lingkungan atau sampah rumah tangga biasanya dikelola oleh
pemerintah.
E. Pendidikan
Pendidikan di desa Karangsari sudah tergolong cukup maju, bisa terlihat dari beberapa
aspek pendidikan di desa Karangsari yang sudah cukup memadai baik dari lembaga
pendidikan yang tersedia dan tingkat pendidikan masyarakat desa Karangsari. Mayoritas
pendidikan masyarakat di desa Karangsari adalah lulusan SMP, adapula beberapa remaja di
desa Karangsari melanjutkan pendidikan nya ke Perguruan Tinggi tetapi masih minoritas.
Tingkatan pendidikan masyarakat desa. Lembaga pendidikan yang ada di desa Karangsari
terdiri dari :
2. SD/MI : 2 SD.
4. MAN : 1 MAN.
Struktur pemerintahan desa Kebumen sama seperti struktur perintahan desa pada
umumnya yaitu:
1. Kepala desa
Kepala Desa desa Kebumen yaitu Bapak. Tulus yang merupakan pimpinan dari
pemerintah desa Kebumen. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun untuk satu
periode, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa tidak
bertanggung jawab kepada Camat, namun hanya dikoordinasikan saja oleh Camat. Kepala
8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa
2. Sekretaris desa
Sekretaris desa Karangsari yaitu Bapak Poliman. Yang mempunyai tugas dan fungsi
sebagai berikut:
Tugas :
Fungsi :
KAUR Tata Usaha dan Umum desa Karangsari yaitu Bapak Iwan. Yang mempunyai
Tugas :
6. Penyiapan rapat-rapat;
4.KAUR Keuangan
KAUR Keuangan desa Karangsari yaitu Bapak Sukarso. Yang mempunyai tugas dan
Tugas:
pengelolaan administrasi keuangan desa dan mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa.
Fungsi:
5.KASI Pemerintahan
KASI Pemerintahan desa Karangsari yaitu Bapak Solechan. Yang mempunyai tugas
Tugas:
masyarakat;
ketentuan yang berlaku dengan perangkat daerah dan instansi lainnya dan
Fungsi:
Desa
sipil; dan
KASI Pelayanan desa Karangsari yaitu Bapak Sinu. Yang mempunyai tugas dan fungsi
sebagai berikut:
Tugas :
pelayanan.
Fungsi:
masyarakat Desa ;
masyarakat Desa;
7. Kepala Desa
Kepala dusun di desa Karangsari ada 2 yaitu Bapak. Sigit P sebagai kepala dusun I,
Bapak. Nurkhozin sebagai kepala dusun II. Kepala dusun (kadus) mempunyai tugas dan
Tugas:
1. Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya
masyarakat
diwilayah kerjanya
Fungsi:
ketertiban masyarakat
F. Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi masyarakat Karangsari masih dibilang sudah cukup teratur, karena
sebagian besar masyarakat aktif melakukan kegiatan ekonomi, seperti berdagang yang
penggarap, yaitu petani yang menggarap sawah dengan menyewa lahan milik orang lain
ataupun petani yang memiliki lahan sendiri. Hasil pertanian biasanya adalah padi, dan jika
musim kemarau maka masyarakat menanam jagung. Hasil panen padi maupun jagung setiap
panennya adalah 4-6 ton per hektarnya. Sehingga, petani memilih padi sebagai komoditas
utamanya. Sebagian besar hasil produksi dijual langsung ke konsumen atau ke pasar tanpa
perantara tengkulak.
Perekonomian desa Karangsari tidak hanya diam dan diolah sendiri, tetapi sebagian
baik berasal dari sektor pertanian ataupun hasil peternakan. Selain hasil sektor pertanian dan
sektor peternakan, sebagian warga desa Karangsari membuka warung yang menjual sembako
Pengertian desa menurut UU nomor 25 tahun 1979 adalah suatu wilayah yang ditempati
oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah
Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatanNegara Kesatuan
Republik Indonesia. Sedangkan kota menurut R. Bintarto adalah suatu sistem jaringan
kehidupan manusia yang ditandai dengan pendapatan penduduk yang tinggi, kehidupan yang
heterogen serta bercorak matrealis. Sehingga kota dapat diartikan sebagai bentang budaya
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami non-alami dengan gejala-gejala pemutusan
penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan serba heterogen daripada daerah yang lebih
terbelakang. Konsep dan pengertian masyarakat desa dan kota secara langsung maupun tidak
langsung membentuk pola hubungan desa-kota yang saling mempengaruhi dan memberikan
fungsi timbal balik.
Pengertian masyarakat dalam kajian sosiologi memiliki empat syarat (Soekarno, 1982) :
1. Manusia yang hidup bersama
2. Bercampur dalam kurun waktu yang cukup lama
3. Menyadari adanya kesatuan
4. Membentuk sistem hidup bersama serta menciptakan kebudayaan
Pengertian pedesaan menurut Paul H. Landis :
1. Tempat atau daerah dengan penduduk kurang dari 2500 orang
2. Pergaulan ditandai oleh sifat-sifat keakraban dan keramah-tamahan yang meluas
3. Pusat kegiatan pertanian dalam arti luas
Meskipun masyarakat desa dan masyarakat kota sama-sama sekumpulan manusia yang
hidup di suatu wilayah, ada beberapa aspek yang membedakan masyarakat desa dan
masyarakat kota. Perbedaan-perbedaan tersebut menurut Soekanto dapat dilihat dari 12
aspek, yaitu:
1. Lingkungan
2. Matapencaharian
3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
4. Diferensiasi Sosial
5. Stratifikasi Sosial
6. Mobilitas Sosial
7. Interaksi Sosial
8. Solidaritas Sosial
9. Homogenitas
10. Gaya Hidup
11. Prasarana dan Teknologi serta
12. Kelembagaan (Soekanto,1982)..
Perbedaan aspek antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan tidak begitu
saja menyebabkan hubungan diantara keduanya terputus. Masyarakat pedesaan dan perkotaan
adalah dua komunitas yang saling membutuhkan. Diantara keduanya terdapat hubungan yang
erat dan bersifat ketergantungan karena keduanya saling membutuhkan satu sama lain.
Berdasarkan kenyataan tersebut, praktikum kali ini membahas salah satunya adalah
tentang hubungan desa-kota. Kelompok kami melakukan pengamatan di desa Karangsari
kecamatan Kembaran, kabupaten Banyumas, Purwokerto. Kami yang terdiri dari 7 anak,
saling berbagi tugas untuk mewawancarai 14 narasumber yaitu Kaur TU dan Umum, ketua
LKM 1, ketua Gapoktan, Ketua Sri Rahayu 1,Ketua Sri Rahayu 2, Sekretaris dan penduduk
desa. Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, didapat beberapa informasi mengenai
hubungan desa-kota yang terjadi di desa Karangsari.
Dari sisi perekonomian, sebagian besar warga desa Karangsari bermatapencaharian
sebagai petani. Hampir semua warga desa membudidayakan lahan untuk ditanami padi
mengingat sumber air di desa Karangsari tersedia melimpah sepanjang tahun. Anggota Sri
Rahayu 1 dan 2 memiliki lahan pertanian milik masing – masing, tetapi ada beberapa
penduduk yang menyewa lahan milik orang lain dengan membayar sewa sesuai yang telah
disepakati. Untuk hasil pertanian sendiri, warga desa tidak lagi menggunakan lumbung padi
untuk menyimpan hasil panen tetapi disimpan didalam gudang. Hasil produksi tanaman
langsung di jual ke tengkulak yang datang ke rumah warga, baik sudah dalam bentuk beras
maupun masih berupa gabah kering atau gabah basah. Ada juga yang menjual hasil pertanian
langsung ke pedagang di pasar Wage dan juga pasar Sokaraja. Akan tetapi, petani lebih
banyak memilih menjual ke tengkulak dengan alasan lebih mudah dalam hal transportasi dan
sudah pasti terjual semua, Tidak ada kendala dalam hal transportasi pada saat pengiriman
barang ke pasar. Sedangkan untuk produksi tanaman pangan di lahan pekarangan, masyarakat
masih memanfaatkannya untuk konsumsi sendiri, seperti tanaman cabai, timun dan tomat.
Dari sisi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat desa Karangsari merasa cukup tersedia dan
terpenuhi kebutuhan akan barang-barang kosumsi seperti makanan pokok maupun barang
konsumsi lain yang biasa digunakan sehari-hari,mereka cenderung membelinya secara
individu di pasar – pasar terdekat. Tidak sedikit masyarakat desa Karangsari yang
mempunyai warung atau berprofesi sebagai pedagang dengan mengambil barang atau stok
dagangannya ke pasar. Sedangkan untuk kebutuhan yang tidak tersedia di desa, masyarakat
biasa pergi ke Kota dengan jarak yang dapat ditempuh selama15 menit.
Dari sisi tenaga kerja, sebagian masyarakat di desa Karangsari bermatapencaharian
sebagai buruh harian lepas. Jumlah PNS di desa Karangsari masih sangat sedikit yaitu sekitar
29 orang. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani atau yang biasa berkecimpung
menggarap lahan hampir semuanya adalah berasal dari kalangan tua. Kalangan muda di desa
Karangsari, enggan untuk bekerja menggarap sawah dan memilih melakukan urbanisasi ke
kota karena dianggap lebih banyak hasil yang didapatkan daripada menjadi petani.
Sedangkan bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan, mereka lebih memilih aktif di karang
taruna dari pada bergabung dengan kelompok tani atau bekerja ke kota.
Dari segi pendidikan, masyarakat Desa Karangsari menyadari bahwa menyekolahkan
anak mereka untuk tujuan masa depan anaknya yang lebih baik dari pada orang tuanya.
Sebagian besar dari mereka menyekolahkan anaknya di sekolah terdekat dan sebagian besar
tingkat pendidikan terakhir yaitu pada tingkat SMP, adapula beberapa remaja di desa
Karangsari melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi tetapi masih minoritas.
Tingkatan pendidikan masyarakat desa Karangsari seperti,TK,SD,MTS,MAN, dan Lembaga
Pendidikan non formal yaitu TPK Darul Hikmah, sehingga penduduk yang ingin
menyekolahkan anak mereka ke tingkat yang lebih tinggi, seperti SMA/sederajat mereka
harus bersekolah di kota. Para pemuda di desa Karangsari sebagian besar bekerja di kota
sehingga petani kekurangan tenaga kerja dari kalangan pemuda, selain itu para pemuda juga
merasa enggan untuk membantu bertani di sawah seperti menyangkul, menanam dan gepyok
karena pemuda merasa bekerja di kota lebih baik dari pada bekerja di desa yang hanya
bertani.
Organisasi modern tidak terdapat di desa Karangsari, tetapi ada 2 kelompok tani yaitu
Sri Rahayu 1 dan Sri Rahayu 2 yang bertujuan untuk meningkatkan kerukunan dan kerjasama
dari para petani. Dengan adanya gabungan kelompok tani tersebut para petani saling bekerja
sama dan saling bahu-membahu untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan di desa
tersebut, seperti permasalahan yang menyangkut pertanian contohnya hama pada tanaman.
Sri Rahayu 1 dan 2 memiliki kualitas yang sama, mereka rutin mengadakan perkumpulan dan
dihadiri oleh anggotanya. Anggota Sri Rahayu 1 berjumlah 120 dan Sri Rahayu 2 berjumlah
60 orang. Ketua Sri Rahayu 1 Bapak Siswanto dan Ketua Sri Rahayu 2 Bapak Haji Nurudin.
Pergantian dari ketua kelompok tani yaitu secara demokrasi dari penduduk desa. Sebagian
besar dari petani adalah petani pemilik sehingga budidaya tanaman padi merupakan
pekerjaan yang utama. Sebelumnya sudah ada penyuluhan mengenai budidaya tanaman padi
yaitu palawijaya, tengkulak lokal, jagung, dan kedelai, dengan cara menanam yang serentak,
namun masyarakat tidak mengikuti anjuran tersebut karena melihat dari pemasaran tanaman
palawija yang kurang menguntungkan dibandingkan tanaman padi dan irigasi yang ada di
desa Karangsari sangat memadai sehingga sulit untuk menanam secara serentak.
Organisasi pertanian pada desa Karangsari ada organisasi Gapoktan yang diketuai
oleh Bapak Sakham Hadiwinarto yang berjumlah 70 anggota, ada juga organisasi kelompok
tani Posluhdes (Pos Penyuluh Desa) yang baru dibentuk dan setiap bulan di rapatkan. Selain
Organisasi pertanian ada juga BKM dan LKM dari perkotaan yang bernama Sari Makmur
dengan masa Bhakti 2016/2017 dengan coordinator bapak Sakham Hadiwinarto. Dinas
pertanian setempat rutin memberikan penyuluhan kepada organisasi pertanian. Penyuluhan
tersebut salah satunya mengenai model menanam tanaman padi yaitu dengan cara legoan
yaitu dengan menggunakan penggaris dalam pembuatan petaknya. Keuntungan dari model
tanaman tersebut yaitu mengurangi jumlah gulma. Cara pengelolaan pertanian masih
tradisional, tidak ada pupuk organik tetapi menggunakan pupuk yang ada karena apabila
menggunakan pupuk organik lama penggunaannya . Selain itu, hewan ternak kurang tersedia
dan relative lama pembuatannya serta harganya relative mahal.
Jaringan komunikasi massa yang telah digunakan di desa Karangsari masih dapat
dikatakan tradisional. Hanya ada telepon genggam dan telivisi tetapi tidak memiliki warnet
atau internet di desa tersebut. Beberapa penduduk yang sudah mempunyai computer
khususnya para pemuda di desa tersebut. Teknologi pertanian yang digunakan oleh petani
yang berupa alat adalah traktor untuk membajak sawah. Para petani menggunakan traktor
karena pekerjaan lebih cepat selesai dan penggunaannya praktis. Cara untuk mendapatkan
traktor yaitu perorangan membeli sendiri bagi petani penggarap pemilik sekaligus untuk di
sewakan ada juga yang mendapatkan dari pemerintah. Desa Karangsari waktu itu pernah
mendapatkan penyuluhan dari mahasiswa UMP mengenai pengendalian hama khusunya
tanaman padi.
Varietas padi yang ditanam yaitu berdasarkan jenis tanah. Jenis tanah yang baik untuk
pertanian yaitu tanah basah. Variatas padi di Desa Karangsari adalah Situ Bagendi dan
Himalaya. Permasalahan yang ada di petani adalah hama tikus , keong mas, sundep dan
beluk, wereng coklat serat belalang. Sudah ada penyuluhan mengenai permasalahan hama
namun hama keong mas masyarakat masih belum bisa menanganinya.
Beras yang didapat dari hasil panen dijual kepada tengkulak yang berasal dari desa
maupun dari kota dan sebagian digunakan untuk keperluan petani sendiri misalnya untuk
kebutuhan beras dan untuk acara sosial seperti hajatan. Beras di jual langsung ke kota dengan
kendaraan atau para tengkulak dating ke desa untuk membeli beras dalam jumlah yang
banyak.
1) Toleransi
2) Sikap menghargai orang asing
3) Sikap terbuka yang dimiliki para pemimpin
4) Persamaan unsur-unsur kebudayaan
5) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
1. Mengadakan penyuluhan, yang biasanya diadakan setiap enam bulan sekali, yang
terdiri dari :
a. Penyuluhan tentang padi, contohnya penanaman padi jajar legowo, dengan adanya
penyuluhan ini, sebagian petani menerapkannya. Salah satu alasan petani yang
tidak menerapkan yaitu beberapa petani hanya sebagai pemilik lahan dan pemilik
modal. Dalam pengolahan, penggarap lahan, dan penanaman serta pemanenan dia
tidak mengerjakannya sendiri, tetapi dengan menyewa orang. Jadi bentuk
penanaman tergantung pada yang menggarap lahannya.
b. Penyuluhan tentang pupuk
c. Penyuluhan tentang tanaman organik, dari petani ada yang menerapkan tetapi
belum semua (keseluruhan) murni organik, hal ini disebabkan adanya hama yang
menyerang tanaman padi yaitu penggerek batang sundep.
d. Penyuluhan tentang pestisida, menurut ketua kelompok tani Ngudi Mulya 1 Bapak
Rahman, penyuluhan pestisida masih kurang. Jadi sebagian orang jika akan
menggunakan pestisida, dengan menanyakannya langsung kepada penjual
pestisida tentang penyakit atau masalah yang terjadi pada tanaman budidayanya.
Penjual yang akan mereomendasikan jenis pestisida yang akan di pakai.
2. Mengadakan studi banding, yaitu dari pihak Dinas Pertanian memfasilitasi perwakilan
dari desa untuk mengunjungi dan melihat pertanian di luar desa Karangsari. Biasanya
yang ditunjuk yaitu Ketua Sri Rahayu 1, waktu pelaksanaannya 4/5 bulan sekali yaitu
saat masa panen.
3. Pengecekan secara rutin oleh Dinas Pertanian tingkat Kecamatan. Komunikasi antara
kelompok tani khususnya Gabungan Kelompok Tani dengan Dinas Pertanian selalu
terjalin. Jika masyarakat mengalami suatu masalah, ketua kelompok tani segera
menyampaikannya kepada pihak Dinas Pertanian, dan apabila telah menemukan
solusinya ketua kelompok tani juga yang nantinya akan menyampaikan kembali
kepada anggota. Sehingga kerjasama antara ketua kelompok tani, Dinas Pertanian,
serta anggota kelompok tani dapat berjalan dengan baik.
Terdapat juga proses kerjasama antar masyarakat, masyarakat dengan pedagang
(tengkulak), dan kerjasama petani dengan pihak-pihak di luar desa Karangsari. Kerjasama
antar masyarakat yang ada di Desa Karangsari meliputi kerjasama pemilik modal dengan
penggarap ataupun pemilik lahan dengan masyarakat sekitar.
Dalam pemasaran hasil tanaman padi, sebagian besar masyarakat menjualnya kepada
tengkulak. Penjualan ini ada yang dalam bentuk beras, maupun dalam bentuk padi.
Kerjasama ini menguntungkan bagi petani, yaitu semua hasil panen dapat dijual tanpa takut
tidak dapat terjual semua. Mengurangi biaya transportasi, karena jika dibawa ke pasar akan
membutuhkan biaya yang lebih. Sedangkan semua hasil produksi belum tentu mau di ambil
semua.
Selain itu sifat gotong royong masih kental di dalam kehidupan masyarakatnya.Gotong
royong dapat berupa pembuatan irigasi sawah, memperbaiki irigasi akibat tanah longsor atau
kekurangan air, pembuatan makam, pembuatan jalan maupun perbaikan jalan. Namun,
budaya gotong royong seperti itu sekarang sudah dianggap berkurang oleh masyarakat
sekitar, karena minat anak muda untuk ikut serta dalam gotong royong mulai berkurang.
Kedua kelompok tani di desa Karangsari juga seringkali melakukan pertemuan dan
pembahasan dalam bidang pertanian. Bila diagendakan untuk melakukan Gabungan
Kelompok Tani (gapoktan), para penduduk masih sangat peduli dan selalu ikut serta. Kerap
kali petani untuk menyediakan waktu mereka untuk ikut serta dalam kegiatan gapoktan.
Proses kerjasama juga meliputi proses disosiatif. Proses disosiatif adalah bentuk
interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan solidaritas antar individu. Proses
disosiatif meliputi:
Proses yang terjadi dalam masyarakat bisaanya dikenal sebagai dinamika masyarakat
atau dinamika sosial. Dinamika sosial mencakup dua aspek besar, yaitu perubahan sosial dan
mobilitas sosial. Perubahan sosial menyangkut perubahan pada struktur dan lembaga sosial
sedangkan mobilitas sosial menyangkut gerak atau perpindahan individu maupun kelompok
dalam struktur sosial yang ada.
Menurut Horton (1989: 35) mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak
perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Masyarakat yang memiliki kelas
sosial terbuka, maka memiliki tingkat mobilitas sosial yang tinggi. Sementara itu, tingkat
mobilitas sosial yang rendah berada pada masyarakat dengan kelas sosial tertutup.
Masyarakat dengan kelas sosial terbuka dimungkinkan untuk berpindah dari kelas sosial satu
ke kelas sosial yang lain, baik vertikal naik maupun vertikal turun sedangkan pada
masyarakat dengan kelas sosial tertutup kecil kemungkinan terjadi perpindahan tersebut.
Misalnya seseorang yang menjabat sebagai kepala bagian dalam suatu kabupaten,
misalnya di Kabupaten Majene dimutasi ke Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat pada jabatan yang sama sebagai kepala bagian, maka yang bersangkutan
megalami mobilitas sosial horizontal.
1) Faktor Struktural
Faktor Struktural adalah jumlah relatif posisi yang harus diisi.
2) Status Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam latar belakang status yang berbeda. Tatkala
seseorang atau kelompok tidak puas dengan posisi status sekarang maka mereka
mencari status yang diinginkan.
3) Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi tiap-tiap individu berbeda-beda. Tetapi masing-masing
individu bersaing untuk mencari kondisi ekonomi yang lebih baik. Keadaan ekonomi
masyarakat di Desa Karangsari berbeda-beda,yaitu terdapat kalangan atas, menengah,
dan bawah.
4) Situasi Politik
Situasi politik berpotensi menyebabkan mobilitas sosial masyarakat. Misal,
terjadi situasi politik yang tidak menentu mengakibatkan rawan keamanan maka akan
sangat mungkin terjadi mobilitas ke daerah yang lebih aman. Menurut sumber yang
kami wawancara, pada saat ada pemilihan umum selalu ada dampaknya terhadap
mereka, contohnya saja ada konflik-konflik saat pemilihan umum antar masyarakat
yang berbeda pendapatnya, tapi ini tidak menyebabkan kerawanan keamanan yang
berlebihan.
5) Kependudukan (Demografi)
Kependudukan biasanya terkait dengan pertambahan jumlah penduduk. Jika
mengalami pertumbuhan penduduk maka akan sangat mungkin terjadi mobilitas
sosial.
6) Keinginan melihat daerah lain
Munculnya keinginan seseorang atau kelompok untuk melihat daerah lain akan
mendorong untuk melangsungkan mobilitas sosial. Banyak masyarakat di Desa
Karangsari, yang merantau ke daerah lain, kebanyakan mereka merantau ke kota, ini
disebabkan karena banyak kesempatan di kota, dan jika mereka sukses maka akan
menaikkan status sosial mereka.
Meritokrasi adalah istilah bagi masyarakat dimana terjadi mobilitas sosial yang
sempurna karena dalam masyarakat tersebut, kompensasi dan tanggung jawab individu
disesuaikan dengan kemampuannya. Masyarakat Amerika Serikat bisa dikatakan mendekati
masyarakat meritokrasi. Saluran-saluran mobilitas sosial, yaitu:
a. Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran
mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat.
b. Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang,
misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan
lain lain. Adanya perbedaan agama yang dianut oleh warga /masyarakat kadang dapat
munculnya penggolongan sosial pada masyarakat, berdasarkan agama yang dianut.
Secara sosiologis penggolongan kelompok agama merupakan penggolongan
horisontal atau datar, kelompok penganut suatu agama tidak lebih tinggi statusnya
daripada penganut agama lain, sehingga perbedaan agama tidak boleh dijadikan
penyebab terjadinya kesenjangan antar pemeluk agama yang berbeda.
c. Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret
dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai sosial elevator (perangkat)
yang bergerak dari kedudukan yang rendah kekedudukan yang lebih
tinggi.Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan
kedudukan yang lebih tinggi.
d. Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang
loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga
status sosialnya meningkat.
e. Organisasi ekonomi
f. Organisasi keahlian
Orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya
kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.
g. Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah
dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh
pasangannya.
Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan di Desa Karangsari tentang mobilitas
sosial, yaitu salah satu cara untuk menentukan perpindahan naiknya stabilitas sosial suatu
masyarakat dapat ditentukan dengan kenaikan pendapatan. Di Desa Karangsari ini mayoritas
penduduknya berpenghasilan menengah, sehingga cukup bias bagi masyarakat di Desa
Karangsari ini untuk melakukan mobilitas sosial yang bersifat positif. Mayoritas masyarakat
di Desa Karangsari berpenghasilan menengah yang sebagian besar berprofesi sebagian
petani.
Pendidikan di Desa Karangsari cukup bagus, para orang tua berpendapat, anak-anaknya
minimal harus berpendidikan tamat SMA, karena menurut mereka di jaman seperti sekarang
susah mencari pekerjaan jika pendidikannya rendah.
Perubahan kondisi sosial dalam bidang pertanian terdapat kemajuan teknologi, seperti
penggunaan bibit unggul, penggunaan alat-alat pertanian modern, traktor dan sebagainya,
pengendalian hama yang sudah bagus, namun masih ada satu kesulitan, yaitu pada hama
wereng di Desa Karangsari yang hamper menyebabkan gagal panen.
1. Ekspansi Teritorial
Perpindahan penduduk di sana hampir dikatakan tidak ada, mengingat potensi lahan
di Desa Karangsari cukup menjanjikan.
Kebutuhan yang terus meningkat dan tidak terbatas dari waktu kewaktu menuntut
manusia untuk bekerja dan berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhannya agar diperoleh
kehidupan yang makmur dan sejahtera.
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis dan merupakan kunci dari
semua kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial sebab tanpa
adanya interaksi antara masyarakat tidak mungkin kehidupan bersama akan terjadi. Sarana
masyarakat di Desa Karangsari ini, untuk mengakses informasi mereka sudah menggunakan
media modern karena dirasa cukup efisien dan mudah dijangkau.
ACARA IV : MASUKNYA TEKNOLOGI BARU KE DESA
Sumber atau asal teknologi baru bidang pertanian berasal dari kota (masyarakat
industri). Misalnya ditemukan bibit unggul, mekanisasi pupuk dan seterusnya yang dari
sebuah lembaga pengkajian dan pendidikan di kota teknologi baru secara perlahan-lahan
masuk dari kota ke desa. Teknologi yang masuk ke desa ini dapat merubah suatu kebiasaan
atau cara-cara lama yang biasanya dilakukan oleh masyarakat menjadi suatu cara-cara yang
baru yang bertujuan memberikan hasil yang lebih baik dan efektif, tidak hanya mencakup
hal-hal pertanian secara teknis saja, namun seperti kelembagaan atau keorganisasian dalam
suatu masyarakat juga dapat mengalami perubahan karena masuknya teknologi baru. Tidak
terkecuali masuknya teknologi baru ke desa Karangsari. Di bidang pertanian teknologi baru
biasanya masuk pada para petani melalui para penyuluh pertanian bahkan oleh para pemilik
modal usaha pertanian. Namun di desa Karangsari kegiatan penyuluhan tersebut jarang
diadakan, karena kurangnya sosialisasi dari pihak desa ke petani, sehingga teknologi
pertanian yang baru masuk tidak dapat diaplikasikan langsung oleh petani.
yang memang mempunyai lahan sendiri ini menggunakan pupuk organik dan hasil
pertanianya pun cukup baik, penggunakan pestisida juga dari bahan-bahan nabati, ada pula
yang menyewa lahan untuk tanaman pertaniannya. Dalam pengolahannya pun ada yang
menggunakan jasa dari orang lain (buruh tani) dan ada pula yang mengerjakan lahannya
sendiri tanpa bantuan buruh tani dikarenakan lahan yang tidak begitu luas.
Produksi utama dari desa Karangsari itu sendiri adalah padi. Ada tanaman lain namun
hanya sebagai selingan dan tidak dijadikan sebagai produk utama. Dan hasil dari panen
tersebut kebanyakan ¾ untuk di jual dan untuk modal sedangkan sisanya ¼ untuk konsumsi
sendiri. Penjualan padi itu sendiri yaitu kepada pengepul dan masih dalam bentuk gabah,
tidak dijual ke kota dengan alasan membutuhkan transport dan perlu biaya tambahan untuk
itu serta ketidaksabaran dari para petani untuk segera mendapatkan hasil dari panennya
tersebut. Kesepakatan harga yang disepakati pada saat menjual hasil panen kepada pengepul
disesuaikan dengan keadaan pasar pada saat itu, jadi ketika harga beras di warung-warung
naik maka harga jual ke pengepul pun akan naik. Dapat diambil kesimpulan bahwasannya
petani juga menguasai keadaan pasar pada saat memasarkan hasil panen atau produknya
hingga detik kini. Masih ingat bagaimana manusia purba yang hidup ratusan tahun yang lalu
dalam menggunakan kapak yang terbuat dari pecahan batu saat hendak memotong atau
megupas sesuatu. Sering dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman, teknologi
dikembangkan untuk membuat hidup lebih baik, efisien, dan mudah. Penggunaan pecahan
batu mulai ditinggalkan yang kemudian mulai tergantikan dengan potongan besi/baja atau
menjadi lebih sejahtera, lebih baik, lebih mudah, lebih enak dan seribu 'lebih' lainnya. Tak
bisa dihindari, manusia selalu hidup bersama teknologi. Sudah jutaan manusia yang hidupnya
terbantu oleh kemajuan teknologi. Tidak hanya masyarakat yang hidup diperkotaan,
masyarakat yang mendiami daerah-daerah terpencil pun kini sudah merasakan kemajuan
teknologi. Bagaimana para petani yang biasanya membajak sawah menggunakan kerbau, kini
mulai beralih menggunakan alat membajak dengan menggunakan mesin. Para nelayan tidak
lagi melaut hanya mengandalkan tiupan angin. Mereka sudah mulai menggunakan mesin
motor untuk melaut. Dengan adanya teknologi, sudah tak terhitung berapa orang warga desa
produksi, memberikan nilai tambah pada komoditas lokal unggulan (local content),
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Tidak hanya itu