Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KEADAAN UMUM DESA

A. Keadaan Geografis

1. Letak Desa

Secara administrasi desa Karangsari terletak di sebelah timur kabupaten

Banyumas, kecamatan Kembaran.Memiliki 4 tipe iklim (tropis). Jarak dari desa

Karangsari ke kecamatan Kembaran 0,6 km, dari desa ke kabupaten Banyumas 7 km,

dari desa ke provinsi Jawa Tengah 202 km. Luas wilayah desa Karangsari adalah

121,02 Ha dengan luas pemukiman dan tanah darat sebesar 25,59 Ha dan luas

pesawahan dan tanah basah sebesar 95,43 Ha, dengan batas – batas desa sebagai

berikut :

a. Sebelah Utara : Desa Bantarwuni

b. Sebelah Barat : Desa Karangsoka dan desa Bojongsari

c. Sebelah Selatan : Desa Bojongsari

d. Sebelah Timur : Desa Kembaran dan Linggasari

2. Topografi

Desa Karangsari memiliki topografi miring dengan ketinggian tempat antara 90-

97 m diatas permukaan laut (mdpl), sehingga tergolong dataran rendah dan memiliki

tanah yang gambut dan gembur. Kelembapan tanah perharinya adalah 20℃ dengan

suhu rata – rata kelembapan harian 36℃. Desa Karangsari memiliki tanah tadah hujan

86,2 Ha, dengan pemukiman 18,20 Ha dan perkarangan 13 Ha. Daerah desa Karangsari

memiliki lapangan olahraga yaitu lapangan Walisongo 5.600 m2 . Sebagian besar dari

lahan di desa ini dimanfaatkan untuk pertanian, dengan luas 95,43 Ha. Prasarana
pendukung pertanian memiliki sungan dan saluran air sebesar 6.346 m dengan 7 DAM,

yaitu :

1. Karang mangli.

2. Petarasan.

3. Kedung Lajung.

4. Duren.

5. Randu.

6. Sitom.

7. Sarangan.

B. Sejarah Desa

Ketika melihat later C desa Karangsari tahun 1956 sudah ada orang yang menetap

disitu, tetapi struktur pemerintahan belum diatur. Pembentukan desa terjadi pada tahun 1956,

tingkat kerapian desa mulai terbentuk sekitar tahun 1972. Tolak ukur hal tersebut terjadi pada

saat masuknya pemilihan umum di desa Karangsari sehingga sistem pemerintahan sudah

baik. Masalah pendidikan dan kesehatan di desa Karangsari pun terus meningkat seiring

dengan perkembangan zaman.

C. Demografi

Jumlah penduduk desa Karangsari berdasarkan data sekunder monografi desa tahun

2016 adalah berjumlah 3.988 jiwa. Terdiri dari penduduk laki- laki 2.036 jiwa dan perempuan

sebanyak 1.952 jiwa.


Tabel 1. Klasifikasi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Umur Laki-laki Perempuan Jumlah


0–4 162 127 289
5–9 164 153 317
10 – 14 150 143 293
15 – 19 161 159 320
20 – 24 140 149 289
25 – 29 187 166 353
30 – 34 206 193 399
35 – 39 176 170 346
40 – 44 143 131 274
45 – 49 127 136 263
50 – 54 115 105 220
55 – 59 86 96 182
60 - 64 65 70 135
65 - 69 56 42 98
70 - 74 48 51 99
>75 50 61 111
Jumlah Total 2.036 1.952 3.988

Sebagian besar penduduk desa Karangsari bermata pencaharian sebagai buruh harian

lepas. Jumlah PNS di desa Karangsari masih sangat sedikit yaitu sekitar 29 orang. Apabila

dilihat dari ragam mata pencahariannya, penduduk desa Karangsari sebagian besar bermata

pencaharian sebagai buruh tani yaitu sebesar 207 orang. Penduduk yang bermata pencaharian

sebagai TNI/Polri sebesar 8 orang, Bidan berjumlah 2 orang. Penduduk desa memiliki hewan

ternak berupa ayam, kambing, dan sapi. Pemeluk agama islam di desa Karangsari lebih

dominan dengan penduduk non islam adalah 15 orang.

D. Keadaan Kesehatan

Keadaan Kesehatan masyarakat desa Karangsari yang masih kurang baik. Hal ini

terlihat dari Prasarana kesehatan yang ada di desa Karangsari, tidak terdapat rumah sakit dan
hanya memiliki 1 posyandu serta poliklinik kesehatan desa berjumlah 1. Sedangkan sarana

kesehatan ataupun ahli medis yang ada di desa Karangsari tercatat hanya ada 2 bidan.

Secara umum, lingkungan di desa Karangsari dapat dibilang cukup bersih. Wilayahnya

yang sebagian besar berupa lahan hijau mampu menekan polusi udara yang terjadi akibat

terus bertambahnya jumlah pengguna kendaraan bermotor. Kesehatan lingkungan di desa

Karangsari mendapatkan sertifikat dari bupati. Gizi masyarakat disini ada 2 orang yang

memiliki gizi buruk tetapi dalam premature lainnya memiliki gizi yang baik. Dalam

pengelolaan sampah lingkungan atau sampah rumah tangga biasanya dikelola oleh

pemerintah.

E. Pendidikan

Pendidikan di desa Karangsari sudah tergolong cukup maju, bisa terlihat dari beberapa

aspek pendidikan di desa Karangsari yang sudah cukup memadai baik dari lembaga

pendidikan yang tersedia dan tingkat pendidikan masyarakat desa Karangsari. Mayoritas

pendidikan masyarakat di desa Karangsari adalah lulusan SMP, adapula beberapa remaja di

desa Karangsari melanjutkan pendidikan nya ke Perguruan Tinggi tetapi masih minoritas.

Tingkatan pendidikan masyarakat desa. Lembaga pendidikan yang ada di desa Karangsari

terdiri dari :

1. TK : TK Pertiwi, TK Marsitoh 1 dan 2.

2. SD/MI : 2 SD.

3. MTS : Maarif Karang Sari.

4. MAN : 1 MAN.

5. Lembaga pendidikan non formal : TPK Darul Hikmah.

F. Struktur Pemerintahan Desa

Kepala Desa : Bpk. Tulus


Sekretaris Desa : Bpk. Poliman

KAUR TU dan Umum : Bpk. Iwan

KAUR Keuangan : Bpk. Sukarso

KASI Pemerintahan : Bpk. Solechan

KASI Pelayanan : Bpk. Sinu

KASI Kesdaya : Bpk. Kasan

Kepala Dusun 1 : Bpk. Sigit P

Kepala Dusun 2 : Bpk. Nurkhozin

Struktur pemerintahan desa Kebumen sama seperti struktur perintahan desa pada

umumnya yaitu:

1. Kepala desa

Kepala Desa desa Kebumen yaitu Bapak. Tulus yang merupakan pimpinan dari

pemerintah desa Kebumen. Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun untuk satu

periode, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa tidak

bertanggung jawab kepada Camat, namun hanya dikoordinasikan saja oleh Camat. Kepala

Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan. Kepala Desa mempunyai fungsi:

1. Memimpin penyelenggaraan Pemerintah Desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama BPD

2. Mengajukan rancangan Peraturan Desa

3. Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD

4. Menyusun dan mengajukan rancangan Peraturan Desa mengenai APBDes untuk

dibahas dan ditetapkan bersama BPD

5. Membina kehidupan masyarakat Desa


6. Membina Perekonomian Desa

7. Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

8. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan

2. Sekretaris desa

Sekretaris desa Karangsari yaitu Bapak Poliman. Yang mempunyai tugas dan fungsi

sebagai berikut:

Tugas :

1. Melaksanakan tugas kepala desa apabila kepala desa diberhentikan sementara

2. Melaksanakan tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan

Melasanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala desa

Fungsi :

1. Perencanaan kegiatan dibidang administrasi umum dan keuangan

2. Pelaksanaan kegiatan dibidang administrasi umum dan keuangan

3. Penkoordinasian kegiatan dibidang administrasi umum dan keuangan

4. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas perangkat desa lainnya

3. KAUR Tata Usaha dan Umum

KAUR Tata Usaha dan Umum desa Karangsari yaitu Bapak Iwan. Yang mempunyai

tugas dan fungsi sebagai berikut:

Tugas :

1. Berkedudukan sebagai Unsur Staf Sekretariat.

2. Bertugas membantu sekretaris desa dalam urusan pelayanan administrasi pendukung

pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan.


Fungsi :

1. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti tata naskah dinas;

2. Melaksanakan administrasi surat-menyurat;

3. Melaksanakan arsiparis dan ekspidisi pemerintahan desa;

4. Melaksanakan penataan administrasi perangkat desa;

5. Penyediaan prasarana perangkat desa dan kantor

6. Penyiapan rapat-rapat;

7. Pengadministrasian aset desa;

8. Pengadministrasian inventaris desa;

9. Pengadministrasian perjalanan dinas;

10. Melaksanakan pelayanan umum; dan

11. Melaksanakan tugas-tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.

4.KAUR Keuangan

KAUR Keuangan desa Karangsari yaitu Bapak Sukarso. Yang mempunyai tugas dan

fungsi sebagai berikut:

Tugas:

Membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan pengelolaan sumber pendapatan desa,

pengelolaan administrasi keuangan desa dan mempersiapkan bahan penyusunan APB Desa.

Fungsi:

1. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan Desa

2. Persiapan bahan penyusunan APB Desa; dan

3. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

5.KASI Pemerintahan
KASI Pemerintahan desa Karangsari yaitu Bapak Solechan. Yang mempunyai tugas

dan fungsi sebagai berikut:

Tugas:

1. Menyiapkan bahan-bahan dalam rangka pembinaan kerukunan kehidupan

masyarakat;

2. Melakukan pengelolaan dan pelayanan administari kependudukan dan catatan sipil;

3. Melakukan pelayanan administrasi pertanahan;

4. Melaksanakan dan pengkoordinasian penyusunan rencana dan kegiatan

penyelenggaraan administrasi pemerintahan kelurahan;

5. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyelenggaraan pemilihan umum sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dengan perangkat daerah dan instansi lainnya dan

mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka pemilihan umum;

Fungsi:

1. Pelaksanaan kegiatan administrasi kependudukan

2. Persiapan bahan-bahan penyusunan rancangan peraturan desa dan keputusan Kepala

Desa

3. Pelaksanaan kegiatan administrasi pertanahan

4. Pelaksanaan kegiatan pencatatan monografi desa

5. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan penataan kelembagaan masyarakat

untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Desa

6. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan kemasyarakatan yang berhubungan

dengan upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat dan pertahanan

sipil; dan

7. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepada Desa.


6.KASI Pelayanan

KASI Pelayanan desa Karangsari yaitu Bapak Sinu. Yang mempunyai tugas dan fungsi

sebagai berikut:

Tugas :

1. Berkedudukan sebagai Unsur Pelaksana teknis bidang Pelayanan.

2. Bertugas membantu Kepala Desa Sebagai pelaksana tugas operasional dibidang

pelayanan.

Fungsi:

1. Melaksanakan penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban

masyarakat Desa ;

2. Meningkatkan upaya partisipasi masyarakat Desa;

3. Melaksanakan pelestarian nilai sosial budaya masyarakat;

4. Melaksanakan pelestarian nilai sosial budaya,keagamaan dan ketenagakerjaan

masyarakat Desa;

5. Melaksanakan pekerjaan teknis pelayanan nikah,talak,cerai dan rujuk;

6. Melaksanakan pekerjaan teknis urusan kelahiran dan kematian;

7. Melaksanakan tugas-tufas kedinasan lain yang di berikan oleh atasan.

7. Kepala Desa

Kepala dusun di desa Karangsari ada 2 yaitu Bapak. Sigit P sebagai kepala dusun I,

Bapak. Nurkhozin sebagai kepala dusun II. Kepala dusun (kadus) mempunyai tugas dan

fungsi sebagai berikut:

Tugas:
1. Membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya

2. Melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan gotong royong

masyarakat

3. Melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada masyarakat

4. Membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan kegiatan rw dan rt

diwilayah kerjanya

5. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa

Fungsi:

1. Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah desa, pelaksanaan

pembangunan dan pembinaan masyarakat diwilayah dusun

2. Melakukan tugas dibidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang

menjadi tanggung jawabnya

3. Melakukan usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya gotong

royong masyarakat dan melakukan pembinaan perekonomian

4. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan ketrentaman dan

ketertiban masyarakat

5. Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh kepala desa.

F. Keadaan Ekonomi

Keadaan ekonomi masyarakat Karangsari masih dibilang sudah cukup teratur, karena

sebagian besar masyarakat aktif melakukan kegiatan ekonomi, seperti berdagang yang

dibuktikan dengan sudah banyaknya pertokoan ataupun warung-warung, beternak,

berwirausaha, dan sebagian besar masih mengandalkan perekonomiannya pada sektor

pertanian. Pada sektor pertanian, kebanyakan masyarakat Karangsari adalah petani

penggarap, yaitu petani yang menggarap sawah dengan menyewa lahan milik orang lain
ataupun petani yang memiliki lahan sendiri. Hasil pertanian biasanya adalah padi, dan jika

musim kemarau maka masyarakat menanam jagung. Hasil panen padi maupun jagung setiap

panennya adalah 4-6 ton per hektarnya. Sehingga, petani memilih padi sebagai komoditas

utamanya. Sebagian besar hasil produksi dijual langsung ke konsumen atau ke pasar tanpa

perantara tengkulak.

Perekonomian desa Karangsari tidak hanya diam dan diolah sendiri, tetapi sebagian

komoditas yang dihasilkan warga diperdagangkan. Sebagian hasil-hasil yang diperdagangkan

baik berasal dari sektor pertanian ataupun hasil peternakan. Selain hasil sektor pertanian dan

sektor peternakan, sebagian warga desa Karangsari membuka warung yang menjual sembako

dan ada juga yang membuka toko material bangunan.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN MATERI PRAKTIKUM

ACARA I : HUBUNGAN DESA DENGAN KOTA

Pengertian desa menurut UU nomor 25 tahun 1979 adalah suatu wilayah yang ditempati
oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan
masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah
Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatanNegara Kesatuan
Republik Indonesia. Sedangkan kota menurut R. Bintarto adalah suatu sistem jaringan
kehidupan manusia yang ditandai dengan pendapatan penduduk yang tinggi, kehidupan yang
heterogen serta bercorak matrealis. Sehingga kota dapat diartikan sebagai bentang budaya
yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami non-alami dengan gejala-gejala pemutusan
penduduk yang cukup besar dan corak kehidupan serba heterogen daripada daerah yang lebih
terbelakang. Konsep dan pengertian masyarakat desa dan kota secara langsung maupun tidak
langsung membentuk pola hubungan desa-kota yang saling mempengaruhi dan memberikan
fungsi timbal balik.
Pengertian masyarakat dalam kajian sosiologi memiliki empat syarat (Soekarno, 1982) :
1. Manusia yang hidup bersama
2. Bercampur dalam kurun waktu yang cukup lama
3. Menyadari adanya kesatuan
4. Membentuk sistem hidup bersama serta menciptakan kebudayaan
Pengertian pedesaan menurut Paul H. Landis :
1. Tempat atau daerah dengan penduduk kurang dari 2500 orang
2. Pergaulan ditandai oleh sifat-sifat keakraban dan keramah-tamahan yang meluas
3. Pusat kegiatan pertanian dalam arti luas
Meskipun masyarakat desa dan masyarakat kota sama-sama sekumpulan manusia yang
hidup di suatu wilayah, ada beberapa aspek yang membedakan masyarakat desa dan
masyarakat kota. Perbedaan-perbedaan tersebut menurut Soekanto dapat dilihat dari 12
aspek, yaitu:
1. Lingkungan
2. Matapencaharian
3. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
4. Diferensiasi Sosial
5. Stratifikasi Sosial
6. Mobilitas Sosial
7. Interaksi Sosial
8. Solidaritas Sosial
9. Homogenitas
10. Gaya Hidup
11. Prasarana dan Teknologi serta
12. Kelembagaan (Soekanto,1982)..
Perbedaan aspek antara masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan tidak begitu
saja menyebabkan hubungan diantara keduanya terputus. Masyarakat pedesaan dan perkotaan
adalah dua komunitas yang saling membutuhkan. Diantara keduanya terdapat hubungan yang
erat dan bersifat ketergantungan karena keduanya saling membutuhkan satu sama lain.
Berdasarkan kenyataan tersebut, praktikum kali ini membahas salah satunya adalah
tentang hubungan desa-kota. Kelompok kami melakukan pengamatan di desa Karangsari
kecamatan Kembaran, kabupaten Banyumas, Purwokerto. Kami yang terdiri dari 7 anak,
saling berbagi tugas untuk mewawancarai 14 narasumber yaitu Kaur TU dan Umum, ketua
LKM 1, ketua Gapoktan, Ketua Sri Rahayu 1,Ketua Sri Rahayu 2, Sekretaris dan penduduk
desa. Berdasarkan wawancara yang sudah dilakukan, didapat beberapa informasi mengenai
hubungan desa-kota yang terjadi di desa Karangsari.
Dari sisi perekonomian, sebagian besar warga desa Karangsari bermatapencaharian
sebagai petani. Hampir semua warga desa membudidayakan lahan untuk ditanami padi
mengingat sumber air di desa Karangsari tersedia melimpah sepanjang tahun. Anggota Sri
Rahayu 1 dan 2 memiliki lahan pertanian milik masing – masing, tetapi ada beberapa
penduduk yang menyewa lahan milik orang lain dengan membayar sewa sesuai yang telah
disepakati. Untuk hasil pertanian sendiri, warga desa tidak lagi menggunakan lumbung padi
untuk menyimpan hasil panen tetapi disimpan didalam gudang. Hasil produksi tanaman
langsung di jual ke tengkulak yang datang ke rumah warga, baik sudah dalam bentuk beras
maupun masih berupa gabah kering atau gabah basah. Ada juga yang menjual hasil pertanian
langsung ke pedagang di pasar Wage dan juga pasar Sokaraja. Akan tetapi, petani lebih
banyak memilih menjual ke tengkulak dengan alasan lebih mudah dalam hal transportasi dan
sudah pasti terjual semua, Tidak ada kendala dalam hal transportasi pada saat pengiriman
barang ke pasar. Sedangkan untuk produksi tanaman pangan di lahan pekarangan, masyarakat
masih memanfaatkannya untuk konsumsi sendiri, seperti tanaman cabai, timun dan tomat.
Dari sisi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat desa Karangsari merasa cukup tersedia dan
terpenuhi kebutuhan akan barang-barang kosumsi seperti makanan pokok maupun barang
konsumsi lain yang biasa digunakan sehari-hari,mereka cenderung membelinya secara
individu di pasar – pasar terdekat. Tidak sedikit masyarakat desa Karangsari yang
mempunyai warung atau berprofesi sebagai pedagang dengan mengambil barang atau stok
dagangannya ke pasar. Sedangkan untuk kebutuhan yang tidak tersedia di desa, masyarakat
biasa pergi ke Kota dengan jarak yang dapat ditempuh selama15 menit.
Dari sisi tenaga kerja, sebagian masyarakat di desa Karangsari bermatapencaharian
sebagai buruh harian lepas. Jumlah PNS di desa Karangsari masih sangat sedikit yaitu sekitar
29 orang. Masyarakat yang berprofesi sebagai petani atau yang biasa berkecimpung
menggarap lahan hampir semuanya adalah berasal dari kalangan tua. Kalangan muda di desa
Karangsari, enggan untuk bekerja menggarap sawah dan memilih melakukan urbanisasi ke
kota karena dianggap lebih banyak hasil yang didapatkan daripada menjadi petani.
Sedangkan bagi mereka yang tidak memiliki pekerjaan, mereka lebih memilih aktif di karang
taruna dari pada bergabung dengan kelompok tani atau bekerja ke kota.
Dari segi pendidikan, masyarakat Desa Karangsari menyadari bahwa menyekolahkan
anak mereka untuk tujuan masa depan anaknya yang lebih baik dari pada orang tuanya.
Sebagian besar dari mereka menyekolahkan anaknya di sekolah terdekat dan sebagian besar
tingkat pendidikan terakhir yaitu pada tingkat SMP, adapula beberapa remaja di desa
Karangsari melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi tetapi masih minoritas.
Tingkatan pendidikan masyarakat desa Karangsari seperti,TK,SD,MTS,MAN, dan Lembaga
Pendidikan non formal yaitu TPK Darul Hikmah, sehingga penduduk yang ingin
menyekolahkan anak mereka ke tingkat yang lebih tinggi, seperti SMA/sederajat mereka
harus bersekolah di kota. Para pemuda di desa Karangsari sebagian besar bekerja di kota
sehingga petani kekurangan tenaga kerja dari kalangan pemuda, selain itu para pemuda juga
merasa enggan untuk membantu bertani di sawah seperti menyangkul, menanam dan gepyok
karena pemuda merasa bekerja di kota lebih baik dari pada bekerja di desa yang hanya
bertani.
Organisasi modern tidak terdapat di desa Karangsari, tetapi ada 2 kelompok tani yaitu
Sri Rahayu 1 dan Sri Rahayu 2 yang bertujuan untuk meningkatkan kerukunan dan kerjasama
dari para petani. Dengan adanya gabungan kelompok tani tersebut para petani saling bekerja
sama dan saling bahu-membahu untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan di desa
tersebut, seperti permasalahan yang menyangkut pertanian contohnya hama pada tanaman.
Sri Rahayu 1 dan 2 memiliki kualitas yang sama, mereka rutin mengadakan perkumpulan dan
dihadiri oleh anggotanya. Anggota Sri Rahayu 1 berjumlah 120 dan Sri Rahayu 2 berjumlah
60 orang. Ketua Sri Rahayu 1 Bapak Siswanto dan Ketua Sri Rahayu 2 Bapak Haji Nurudin.
Pergantian dari ketua kelompok tani yaitu secara demokrasi dari penduduk desa. Sebagian
besar dari petani adalah petani pemilik sehingga budidaya tanaman padi merupakan
pekerjaan yang utama. Sebelumnya sudah ada penyuluhan mengenai budidaya tanaman padi
yaitu palawijaya, tengkulak lokal, jagung, dan kedelai, dengan cara menanam yang serentak,
namun masyarakat tidak mengikuti anjuran tersebut karena melihat dari pemasaran tanaman
palawija yang kurang menguntungkan dibandingkan tanaman padi dan irigasi yang ada di
desa Karangsari sangat memadai sehingga sulit untuk menanam secara serentak.
Organisasi pertanian pada desa Karangsari ada organisasi Gapoktan yang diketuai
oleh Bapak Sakham Hadiwinarto yang berjumlah 70 anggota, ada juga organisasi kelompok
tani Posluhdes (Pos Penyuluh Desa) yang baru dibentuk dan setiap bulan di rapatkan. Selain
Organisasi pertanian ada juga BKM dan LKM dari perkotaan yang bernama Sari Makmur
dengan masa Bhakti 2016/2017 dengan coordinator bapak Sakham Hadiwinarto. Dinas
pertanian setempat rutin memberikan penyuluhan kepada organisasi pertanian. Penyuluhan
tersebut salah satunya mengenai model menanam tanaman padi yaitu dengan cara legoan
yaitu dengan menggunakan penggaris dalam pembuatan petaknya. Keuntungan dari model
tanaman tersebut yaitu mengurangi jumlah gulma. Cara pengelolaan pertanian masih
tradisional, tidak ada pupuk organik tetapi menggunakan pupuk yang ada karena apabila
menggunakan pupuk organik lama penggunaannya . Selain itu, hewan ternak kurang tersedia
dan relative lama pembuatannya serta harganya relative mahal.
Jaringan komunikasi massa yang telah digunakan di desa Karangsari masih dapat
dikatakan tradisional. Hanya ada telepon genggam dan telivisi tetapi tidak memiliki warnet
atau internet di desa tersebut. Beberapa penduduk yang sudah mempunyai computer
khususnya para pemuda di desa tersebut. Teknologi pertanian yang digunakan oleh petani
yang berupa alat adalah traktor untuk membajak sawah. Para petani menggunakan traktor
karena pekerjaan lebih cepat selesai dan penggunaannya praktis. Cara untuk mendapatkan
traktor yaitu perorangan membeli sendiri bagi petani penggarap pemilik sekaligus untuk di
sewakan ada juga yang mendapatkan dari pemerintah. Desa Karangsari waktu itu pernah
mendapatkan penyuluhan dari mahasiswa UMP mengenai pengendalian hama khusunya
tanaman padi.
Varietas padi yang ditanam yaitu berdasarkan jenis tanah. Jenis tanah yang baik untuk
pertanian yaitu tanah basah. Variatas padi di Desa Karangsari adalah Situ Bagendi dan
Himalaya. Permasalahan yang ada di petani adalah hama tikus , keong mas, sundep dan
beluk, wereng coklat serat belalang. Sudah ada penyuluhan mengenai permasalahan hama
namun hama keong mas masyarakat masih belum bisa menanganinya.
Beras yang didapat dari hasil panen dijual kepada tengkulak yang berasal dari desa
maupun dari kota dan sebagian digunakan untuk keperluan petani sendiri misalnya untuk
kebutuhan beras dan untuk acara sosial seperti hajatan. Beras di jual langsung ke kota dengan
kendaraan atau para tengkulak dating ke desa untuk membeli beras dalam jumlah yang
banyak.

ACARA 2 : BENTUK-BENTUK KERJASAMA

Kerjasama adalah usaha mengkoordinasikan tenaga anggota kelompok untuk


mengerahkan kearah tertentu. Bentuk-bentuk kerjasama dalam masyarakat pertanian
merupakan salah satu menifestasi dari proses sosial yang terjadi. Secara umum proses sosial
dapat dikelompokan menjadi dua yaitu proses yang sifatnya assositif dan disassosiatif. Proses
assosiatif adalah proses sosial yang umumnya dikehendaki oleh masyarakat, sebab proses ini
memberi implikasi yang sifatnya positif bagi kemajuan masyarakat. Proses asosiatif meliputi
:

a. Kerjasama, merupakan kemampuan bersama-sama baik seorang dengan seseorang,


seseorang dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok lain dalam mencapai
tujuan yang diharapkan dengan efektif dan efisien. Bentuk kerjasama antara lain adalah
kerukunan, tawar menawar, koptasi, koalisi.
b. Akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu yang menunjuk pada suatu keadaan dan
yang menunjuk pada suatu proses. Bentuk akomodasi antara lain adalah paksaan koersi
(coercion), kompromi (compromise), penengah (arbitration), mediasi, konsilisasi,
keputusan pengadilan.
c. Asimilasi merupakan penyesuaian sifat-sifat asli yang dimiliki dengan sifat sifat sekitar.
Dalam hal ini proses sosial asimilasi berkaitan dengan peleburan perbedaan budaya.

Proses asimiliasi bisa terjadi apabila:

1) Perbedaan kebudayaan kelompok-kelompok manusia


2) Terjadi pergaulan secara langsung dan intensif
3) Ada perubahan kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia dan saling menyesuaikan
diri.

Faktor - faktor yang mempengaruhi asmilasi antara lain :

1) Toleransi
2) Sikap menghargai orang asing
3) Sikap terbuka yang dimiliki para pemimpin
4) Persamaan unsur-unsur kebudayaan
5) Kesempatan-kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi

Hubungan yang merupakan proses asosiatif di desa Karangsari sangat beragam


macamnya. Contohnya adalah hubungan lembaga dinas dengan perangkat desa yang bisa
menghasilkan hubungan antar masyarakatengan orang-orang yang memimpin desa.
Hubungan antara kelompok tani dengan pemerintah desa, yaitu adanya dukungan penuh dari
pemerintah desa dalam pelaksanaan seluruh kegiatan kelompok tani. Kerjasama antara Dinas
Pertanian dengan kelompok tani, bentuk-bentuk kerjasamanya yaitu :

1. Mengadakan penyuluhan, yang biasanya diadakan setiap enam bulan sekali, yang
terdiri dari :
a. Penyuluhan tentang padi, contohnya penanaman padi jajar legowo, dengan adanya
penyuluhan ini, sebagian petani menerapkannya. Salah satu alasan petani yang
tidak menerapkan yaitu beberapa petani hanya sebagai pemilik lahan dan pemilik
modal. Dalam pengolahan, penggarap lahan, dan penanaman serta pemanenan dia
tidak mengerjakannya sendiri, tetapi dengan menyewa orang. Jadi bentuk
penanaman tergantung pada yang menggarap lahannya.
b. Penyuluhan tentang pupuk
c. Penyuluhan tentang tanaman organik, dari petani ada yang menerapkan tetapi
belum semua (keseluruhan) murni organik, hal ini disebabkan adanya hama yang
menyerang tanaman padi yaitu penggerek batang sundep.
d. Penyuluhan tentang pestisida, menurut ketua kelompok tani Ngudi Mulya 1 Bapak
Rahman, penyuluhan pestisida masih kurang. Jadi sebagian orang jika akan
menggunakan pestisida, dengan menanyakannya langsung kepada penjual
pestisida tentang penyakit atau masalah yang terjadi pada tanaman budidayanya.
Penjual yang akan mereomendasikan jenis pestisida yang akan di pakai.
2. Mengadakan studi banding, yaitu dari pihak Dinas Pertanian memfasilitasi perwakilan
dari desa untuk mengunjungi dan melihat pertanian di luar desa Karangsari. Biasanya
yang ditunjuk yaitu Ketua Sri Rahayu 1, waktu pelaksanaannya 4/5 bulan sekali yaitu
saat masa panen.
3. Pengecekan secara rutin oleh Dinas Pertanian tingkat Kecamatan. Komunikasi antara
kelompok tani khususnya Gabungan Kelompok Tani dengan Dinas Pertanian selalu
terjalin. Jika masyarakat mengalami suatu masalah, ketua kelompok tani segera
menyampaikannya kepada pihak Dinas Pertanian, dan apabila telah menemukan
solusinya ketua kelompok tani juga yang nantinya akan menyampaikan kembali
kepada anggota. Sehingga kerjasama antara ketua kelompok tani, Dinas Pertanian,
serta anggota kelompok tani dapat berjalan dengan baik.
Terdapat juga proses kerjasama antar masyarakat, masyarakat dengan pedagang
(tengkulak), dan kerjasama petani dengan pihak-pihak di luar desa Karangsari. Kerjasama
antar masyarakat yang ada di Desa Karangsari meliputi kerjasama pemilik modal dengan
penggarap ataupun pemilik lahan dengan masyarakat sekitar.
Dalam pemasaran hasil tanaman padi, sebagian besar masyarakat menjualnya kepada
tengkulak. Penjualan ini ada yang dalam bentuk beras, maupun dalam bentuk padi.
Kerjasama ini menguntungkan bagi petani, yaitu semua hasil panen dapat dijual tanpa takut
tidak dapat terjual semua. Mengurangi biaya transportasi, karena jika dibawa ke pasar akan
membutuhkan biaya yang lebih. Sedangkan semua hasil produksi belum tentu mau di ambil
semua.

Selain itu sifat gotong royong masih kental di dalam kehidupan masyarakatnya.Gotong
royong dapat berupa pembuatan irigasi sawah, memperbaiki irigasi akibat tanah longsor atau
kekurangan air, pembuatan makam, pembuatan jalan maupun perbaikan jalan. Namun,
budaya gotong royong seperti itu sekarang sudah dianggap berkurang oleh masyarakat
sekitar, karena minat anak muda untuk ikut serta dalam gotong royong mulai berkurang.

Selain gotong royong, kerjasama yang terorganisir adalah terbentuknya 2 kelompok


tani di desa Karangsari, yaitu Sri Rahayu 1 dan Sri Rahayu 2. Dalam perkembanganya
gapoktani yang ada adalah Sri Rahayu 1 dan Sri Rahayu 2 sudah berjalan dengan aktif.
Kelmpok tani adalah salah satu bentuk kerjasama antara petani yang tertuang menjadi sebuah
organisasi. Organisasi ini bertugas menampung aspirasi dan menjadi wadah tempat petani
berkumpul dan menyelesaikan masalahnya.

Kedua kelompok tani di desa Karangsari juga seringkali melakukan pertemuan dan
pembahasan dalam bidang pertanian. Bila diagendakan untuk melakukan Gabungan
Kelompok Tani (gapoktan), para penduduk masih sangat peduli dan selalu ikut serta. Kerap
kali petani untuk menyediakan waktu mereka untuk ikut serta dalam kegiatan gapoktan.

Proses kerjasama juga meliputi proses disosiatif. Proses disosiatif adalah bentuk
interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan solidaritas antar individu. Proses
disosiatif meliputi:

a. Persaingan, merupakan proses sosial dimana individu atau kelompok manusia


bersaing mencari keuntungan melalui suatu bidang tertentu dengan cara terbuka dan
adil.
b. Kontravensi, merupakan bentuk proses sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaia. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi
terhadap orang orang lain atau unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu yang dapat
berubah menjadi kebencian, tetapi tidak sampai pertentangan atau pertikaian.

Pertentangan, terjadi karena kedua belah pihak tidak dapat menemukan

c. titik temu kemudian berlanjut menjadi adu kekuatan.

ACARA III : MOBILITAS SOSIAL

Proses yang terjadi dalam masyarakat bisaanya dikenal sebagai dinamika masyarakat
atau dinamika sosial. Dinamika sosial mencakup dua aspek besar, yaitu perubahan sosial dan
mobilitas sosial. Perubahan sosial menyangkut perubahan pada struktur dan lembaga sosial
sedangkan mobilitas sosial menyangkut gerak atau perpindahan individu maupun kelompok
dalam struktur sosial yang ada.
Menurut Horton (1989: 35) mobilitas sosial dapat diartikan sebagai suatu gerak
perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Masyarakat yang memiliki kelas
sosial terbuka, maka memiliki tingkat mobilitas sosial yang tinggi. Sementara itu, tingkat
mobilitas sosial yang rendah berada pada masyarakat dengan kelas sosial tertutup.
Masyarakat dengan kelas sosial terbuka dimungkinkan untuk berpindah dari kelas sosial satu
ke kelas sosial yang lain, baik vertikal naik maupun vertikal turun sedangkan pada
masyarakat dengan kelas sosial tertutup kecil kemungkinan terjadi perpindahan tersebut.

Masyarakat di Desa Karangsari merupakan masyarakat dengan kelas sosial terbuka,


buktinya warganya ada juga yang merantau untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik,
tidak hanya menjadi petani semua. Terdapat dua jenis gerak sosial, yaitu vertikal dan
horizontal. Gerak vertikal merupakan perpindahan individu atau objek sosial dari suatu
kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajad. Gerak sosial horizontal
merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok ke
kelompok lainnya. Ada lima kombinasi dari jenis arah mobilitas sosial, yaitu:

1. Mobilitas Sosial Vertikal ke Atas


Gerakan atau mobilitas sosial maupun individu dalam suatu struktur sosial dengan
arah ke atas, artinya seseorang tersebuat tidak saja berpindah dari kelas sosial lebih
rendah ke kelas sosial lebih tinggi, tetapi disertai dengan berbagai konsekuensi dari
naiknya kelas sosial yang baru.
2. Mobilitas Sosial Vertikal ke Bawah
Mobilitas sosial vertikal ke bawah bisaanya terjadi karena yang bersangkutan
terkena hukuman maupun gagal dalam karier atau bisnisnya. Mereka yang mengalami
mobilitas sosial vertikal ke bawah bisaanya mengalami power syndrome, merasa
kehilangan percaya dirinya, merasa tidak berguna lagi, dan bahkan frustasi tampak
sebagai akibat mobilitas sosial vertikal ke bawah.
3. Mobilitas Sosial Horizontal
Mobilitas sosial horizontal dialai oleh seorang atau sekelompok orang yang
menempati kedudukan sama dan melakukan pindah tempat. Dalam hal ini tidak
terjadi kenaikan ataupun penurunan posisi atau jabatan atau status individu maupun
kelompok.

Misalnya seseorang yang menjabat sebagai kepala bagian dalam suatu kabupaten,
misalnya di Kabupaten Majene dimutasi ke Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi
Barat pada jabatan yang sama sebagai kepala bagian, maka yang bersangkutan
megalami mobilitas sosial horizontal.

4. Mobilitas Sosial Diagonal ke Samping Atas


Moblitas ini dialami secara berganda oleh seseorang maupun kelompok orang.
Mereka mengalami perpindahan tempat dan sekaligus mendapat kenaikan status
jabatan. Kedua hal teresebut terjadi secara bersama-sama.
5. Mobilitas Sosial Diagonal ke Samping Bawah
Mobilitas sosial ini berkebalikan dengan mobilitas sosial dia atas, mereka
mengalami penurunan status dan sekaligus dipindahkan tempat tugasnya. Misalnya
seorang polisi yang melanggar disiplin dan pelanggaran berat dapat dikeluarkan dari
keanggotaannya sebagai polisi apabila memiliki dan mengedarkan narkoba. Jika
pelanggarannya lebih ringan, hukuman yang dijatuhkan dapat berupa penurunan
pangkat dan guna menghindari rasa malu dengan sesama dan bawahannya, mereka
dimutasi ke tempat lain.

Selain itu, adapula faktor-faktor yang mendorong terjadinya mobilitas penduduk.


Beberapa faktor pendorong mobilitas penduduk, yaitu:

1) Faktor Struktural
Faktor Struktural adalah jumlah relatif posisi yang harus diisi.
2) Status Sosial
Setiap manusia dilahirkan dalam latar belakang status yang berbeda. Tatkala
seseorang atau kelompok tidak puas dengan posisi status sekarang maka mereka
mencari status yang diinginkan.
3) Keadaan Ekonomi
Keadaan ekonomi tiap-tiap individu berbeda-beda. Tetapi masing-masing
individu bersaing untuk mencari kondisi ekonomi yang lebih baik. Keadaan ekonomi
masyarakat di Desa Karangsari berbeda-beda,yaitu terdapat kalangan atas, menengah,
dan bawah.
4) Situasi Politik
Situasi politik berpotensi menyebabkan mobilitas sosial masyarakat. Misal,
terjadi situasi politik yang tidak menentu mengakibatkan rawan keamanan maka akan
sangat mungkin terjadi mobilitas ke daerah yang lebih aman. Menurut sumber yang
kami wawancara, pada saat ada pemilihan umum selalu ada dampaknya terhadap
mereka, contohnya saja ada konflik-konflik saat pemilihan umum antar masyarakat
yang berbeda pendapatnya, tapi ini tidak menyebabkan kerawanan keamanan yang
berlebihan.
5) Kependudukan (Demografi)
Kependudukan biasanya terkait dengan pertambahan jumlah penduduk. Jika
mengalami pertumbuhan penduduk maka akan sangat mungkin terjadi mobilitas
sosial.
6) Keinginan melihat daerah lain
Munculnya keinginan seseorang atau kelompok untuk melihat daerah lain akan
mendorong untuk melangsungkan mobilitas sosial. Banyak masyarakat di Desa
Karangsari, yang merantau ke daerah lain, kebanyakan mereka merantau ke kota, ini
disebabkan karena banyak kesempatan di kota, dan jika mereka sukses maka akan
menaikkan status sosial mereka.

Namun, adapula faktor-faktor penghambat terjadinya mobilitas sosial. Berikut ada


beberapa faktor penghambat mobilitas sosial:

1) Perbedaan ras dan agama


2) Diskriminasi kelas
3) Perbedaan jenis kelamin
4) Kemiskinan

Meritokrasi adalah istilah bagi masyarakat dimana terjadi mobilitas sosial yang
sempurna karena dalam masyarakat tersebut, kompensasi dan tanggung jawab individu
disesuaikan dengan kemampuannya. Masyarakat Amerika Serikat bisa dikatakan mendekati
masyarakat meritokrasi. Saluran-saluran mobilitas sosial, yaitu:

a. Angkatan bersenjata
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran
mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat.

b. Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang,
misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan
lain lain. Adanya perbedaan agama yang dianut oleh warga /masyarakat kadang dapat
munculnya penggolongan sosial pada masyarakat, berdasarkan agama yang dianut.
Secara sosiologis penggolongan kelompok agama merupakan penggolongan
horisontal atau datar, kelompok penganut suatu agama tidak lebih tinggi statusnya
daripada penganut agama lain, sehingga perbedaan agama tidak boleh dijadikan
penyebab terjadinya kesenjangan antar pemeluk agama yang berbeda.

c. Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret
dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai sosial elevator (perangkat)
yang bergerak dari kedudukan yang rendah kekedudukan yang lebih
tinggi.Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan
kedudukan yang lebih tinggi.

d. Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang
loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga
status sosialnya meningkat.

e. Organisasi ekonomi

Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat


meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka
semakin besar jabatannya. Jika jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya
bertambah, jika pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah dan
karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.

f. Organisasi keahlian
Orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya
kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.

g. Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah
dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh
pasangannya.

Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan di Desa Karangsari tentang mobilitas
sosial, yaitu salah satu cara untuk menentukan perpindahan naiknya stabilitas sosial suatu
masyarakat dapat ditentukan dengan kenaikan pendapatan. Di Desa Karangsari ini mayoritas
penduduknya berpenghasilan menengah, sehingga cukup bias bagi masyarakat di Desa
Karangsari ini untuk melakukan mobilitas sosial yang bersifat positif. Mayoritas masyarakat
di Desa Karangsari berpenghasilan menengah yang sebagian besar berprofesi sebagian
petani.

Untuk menambah penghasilan sebagian besar masyarakat memiliki beberapa aset


material yang dapat dimanfaatkan diantaranya :

a. Tanah pertanian lahan kering


Tanah kering berupa perkebunan, biasanya terletak diperkarangan rumah atau
dibelakang rumah. Di desa Karangsari ini lebih banyak lahan basah dibandingkan
lahan kering. Lahan kering ini dijadikan kebun pribadi yang ditanami seperti kedelai,
cabai,dll. Hasil perkebunan itu dikonsumsi sendiri.
b. Tanah pertanian lahan basah
Tanah basah berupa sawah, sawah terletak dibagian selatan desa dengan skala
yang lebih besar dibandingkan dengan tanah kering. Kebanyakan sawah ditanami padi
dan sebagian lahan ditanami tanaman lain seperti jagung dan padi.
Setelah musim panen padi sudah datang, hasil panen ada yang dijual dalam
bentuk gabah dan beras. Penjualannya dengan cara dijual langsung ke pedagang
petani biasaya menimbun hasil panen kemudian dijual langsung ke pasar pada saat
harga naik. Setelah panen para petani tidak menganggurkan lahannya tetapi langsung
digarap untuk persiapan penanaman berikutnya.

Pendidikan di Desa Karangsari cukup bagus, para orang tua berpendapat, anak-anaknya
minimal harus berpendidikan tamat SMA, karena menurut mereka di jaman seperti sekarang
susah mencari pekerjaan jika pendidikannya rendah.

Urbanisasi di Desa Karangsari banyak, banyak penduduk yang melakukan urbanisasi ke


kota, banyak pemuda yang lebih memilih untuk bekerja di kota dibandingkan di desa karena
di kota penghasilan yang mereka peroleh lebih besar daripada penghasilan di desa. Ada
beberapa masyarakat yang meningkatkan strata sosila dengan cara intra generasi dengan
berbagai cara seperti sistem seperti penyewaan lahan pertanian, jadi untuk petani yang belum
bisa membeli lahan, mereka bisa menyewa.

Perubahan kondisi sosial dalam bidang pertanian terdapat kemajuan teknologi, seperti
penggunaan bibit unggul, penggunaan alat-alat pertanian modern, traktor dan sebagainya,
pengendalian hama yang sudah bagus, namun masih ada satu kesulitan, yaitu pada hama
wereng di Desa Karangsari yang hamper menyebabkan gagal panen.

1. Ekspansi Teritorial
Perpindahan penduduk di sana hampir dikatakan tidak ada, mengingat potensi lahan
di Desa Karangsari cukup menjanjikan.

2. Komunikasi yang bebas


Komuikasi disana sangat bebas dan tidak memandang antar strata dari segi pergaulan,
pendidikan dan masyarakat antar agama.

Kebutuhan yang terus meningkat dan tidak terbatas dari waktu kewaktu menuntut
manusia untuk bekerja dan berusaha lebih giat untuk memenuhi kebutuhannya agar diperoleh
kehidupan yang makmur dan sejahtera.

Mobilitas ketenagakerjaan di Desa Karangsari termasuk dalam gerak sosial vertikal.


Rata – rata anak para petani yang sudah remaja tidak mengikuti jejak orang tuanya sebagai
petani. Mereka lebih memilih bekerja ke kota setelah mereka lulus sekolah, karena mereka
beranggapan bahwa jika bekerja di perusahaan atau pabrik di kota maka pendapatan mereka
akan lebih besar dibandingkan pendapatan yang mereka di desa. Dengan demikian, akan
terjadi perbaikan perekonomian keluarga di desa. Begitu pun penduduk desa yang memiliki
anak rata – rata menyekolahkan anak mereka ke kota karena mereka beranggapan bahwa di
kota memiliki sistem dan kualitas pendidikan yang lebih bagus daripada di desa. Selain itu,
karena daerah kota yang lebih luas, maka pengalaman yang mereka dapatkan juga akan lebih
banyak.

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis dan merupakan kunci dari
semua kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan dasar dari proses sosial sebab tanpa
adanya interaksi antara masyarakat tidak mungkin kehidupan bersama akan terjadi. Sarana
masyarakat di Desa Karangsari ini, untuk mengakses informasi mereka sudah menggunakan
media modern karena dirasa cukup efisien dan mudah dijangkau.
ACARA IV : MASUKNYA TEKNOLOGI BARU KE DESA

Sumber atau asal teknologi baru bidang pertanian berasal dari kota (masyarakat

industri). Misalnya ditemukan bibit unggul, mekanisasi pupuk dan seterusnya yang dari

sebuah lembaga pengkajian dan pendidikan di kota teknologi baru secara perlahan-lahan

masuk dari kota ke desa. Teknologi yang masuk ke desa ini dapat merubah suatu kebiasaan

atau cara-cara lama yang biasanya dilakukan oleh masyarakat menjadi suatu cara-cara yang

baru yang bertujuan memberikan hasil yang lebih baik dan efektif, tidak hanya mencakup

hal-hal pertanian secara teknis saja, namun seperti kelembagaan atau keorganisasian dalam

suatu masyarakat juga dapat mengalami perubahan karena masuknya teknologi baru. Tidak

terkecuali masuknya teknologi baru ke desa Karangsari. Di bidang pertanian teknologi baru

biasanya masuk pada para petani melalui para penyuluh pertanian bahkan oleh para pemilik

modal usaha pertanian. Namun di desa Karangsari kegiatan penyuluhan tersebut jarang

diadakan, karena kurangnya sosialisasi dari pihak desa ke petani, sehingga teknologi

pertanian yang baru masuk tidak dapat diaplikasikan langsung oleh petani.

Kepemilikan lahan di desa Karangsari itu sendiripun bermacam-macam. Ada petani

yang memang mempunyai lahan sendiri ini menggunakan pupuk organik dan hasil

pertanianya pun cukup baik, penggunakan pestisida juga dari bahan-bahan nabati, ada pula

yang menyewa lahan untuk tanaman pertaniannya. Dalam pengolahannya pun ada yang

menggunakan jasa dari orang lain (buruh tani) dan ada pula yang mengerjakan lahannya

sendiri tanpa bantuan buruh tani dikarenakan lahan yang tidak begitu luas.

Produksi utama dari desa Karangsari itu sendiri adalah padi. Ada tanaman lain namun

hanya sebagai selingan dan tidak dijadikan sebagai produk utama. Dan hasil dari panen

tersebut kebanyakan ¾ untuk di jual dan untuk modal sedangkan sisanya ¼ untuk konsumsi

sendiri. Penjualan padi itu sendiri yaitu kepada pengepul dan masih dalam bentuk gabah,
tidak dijual ke kota dengan alasan membutuhkan transport dan perlu biaya tambahan untuk

itu serta ketidaksabaran dari para petani untuk segera mendapatkan hasil dari panennya

tersebut. Kesepakatan harga yang disepakati pada saat menjual hasil panen kepada pengepul

disesuaikan dengan keadaan pasar pada saat itu, jadi ketika harga beras di warung-warung

naik maka harga jual ke pengepul pun akan naik. Dapat diambil kesimpulan bahwasannya

petani juga menguasai keadaan pasar pada saat memasarkan hasil panen atau produknya

sehingga tidak merasa dirugikan.

Dalam peradaban manusia, teknologi sudah banyak membantu kehidupan manusia

hingga detik kini. Masih ingat bagaimana manusia purba yang hidup ratusan tahun yang lalu

dalam menggunakan kapak yang terbuat dari pecahan batu saat hendak memotong atau

megupas sesuatu. Sering dengan perjalanan waktu dan perkembangan zaman, teknologi

dikembangkan untuk membuat hidup lebih baik, efisien, dan mudah. Penggunaan pecahan

batu mulai ditinggalkan yang kemudian mulai tergantikan dengan potongan besi/baja atau

sekarang kita sebut dengan pisau.

Singkat kata, teknologi merupakan upaya manusia dalam membuat kehidupannya

menjadi lebih sejahtera, lebih baik, lebih mudah, lebih enak dan seribu 'lebih' lainnya. Tak

bisa dihindari, manusia selalu hidup bersama teknologi. Sudah jutaan manusia yang hidupnya

terbantu oleh kemajuan teknologi. Tidak hanya masyarakat yang hidup diperkotaan,

masyarakat yang mendiami daerah-daerah terpencil pun kini sudah merasakan kemajuan

teknologi. Bagaimana para petani yang biasanya membajak sawah menggunakan kerbau, kini

mulai beralih menggunakan alat membajak dengan menggunakan mesin. Para nelayan tidak

lagi melaut hanya mengandalkan tiupan angin. Mereka sudah mulai menggunakan mesin

motor untuk melaut. Dengan adanya teknologi, sudah tak terhitung berapa orang warga desa

yang terbantu hidupnya.


Hadirnya teknologi di desa, secara tidak langsung meningkatkan kemampuan

produksi, memberikan nilai tambah pada komoditas lokal unggulan (local content),

menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Tidak hanya itu

saja, teknologi menciptakan kelompok-kelompok usaha mandiri yang berkemampuan dalam

kegiatan ekonomi produktif.

Anda mungkin juga menyukai