Anda di halaman 1dari 10
Gicbornax Pacpinsi Dacrah Khusus Shukota Sakata PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, NOMOR 141 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS UNTUK ANGKUTAN UMUM DAN Menimbang Mengingat KENDARAAN OPERASIONAL PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINS| DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, bahwa penggunaan emisi gas buang kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar minyak semakin —meningkatkan pencemaran udara di Provinsi Daerah Khusus tbukota Jakarta sehingga dapal mengakibatkan dampak fanjutan terhadap kesehatan, , bahwa sebagai upaya pengendalian emisi gas buang kendaraan bermotor adalah dengan menggunakan bahan bakar gas bagi kendaraan bermotor khususnya bagi angkutan umum dan kendaraan operasional Pemerintah Daerah; . bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 20 Peraturan DaeralY Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, ‘perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Penggunaan Bahan Bakar Gas untuk Angkutan Umum dan Kendaraan Operasional Pemerintah Daerah. 1, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Kesehatan Kerja: 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legat: 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; 4. Undang-Undang Noror 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkurgan Hidup; 5, Undang-Undang Nomor @ Tahun 1999 tentang Perlindungan Keonsumen; 6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; 10. 41 42. 13. 14, 15. 16. 18. 19, 20. 24 22. 23 24. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; Undang;Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia: Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan; Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas di Jalan; Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan dan Pengemudi; Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara; Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi; Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 141 Tahun 2003 tentang Ambang Batas Kendaraan Bermotor Tipe Baru (Type Approval) dan Kendaraan yang sedang diproduksi (Current Production}; Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi_ Nomor Per.01/Men/1982 tentang Bejana Bertekanan; Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretarial Dewan Penwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2003 tentang Penyelenggarean Pertambangan Umum, Minyak dan Gas Buri Serta Ketenagalistiken Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2003 tentang Lalulintas dan Angkutan Jalan, Kereta Api, Sungai dan Danau serta Penyeberangan di Propinsi Daerah Knusus Ibukota Jakarta; Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Ketenagakerjaan; Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara Keputusan Gubernur Nomor 28 Tahun 1990 tentang Penggunaan BBG dan LGV untuk Angkutan Umum dan Taksi Menetapkan MEMUTUSKAN : : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PENGGUNAAN BAHAN BAKAR GAS UNTUK ANGKUTAN UMUM DAN KENDARAAN OPERASIONAL PEMERINTAH DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pelimpahan Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1 2 10. " Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Joukota Jakarta, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah yang selanjutnya disingkat BPLHD Provinsi DKI Jakarta adalah Badan Pengetolaan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Daerah Khusus (bukota Jakarta Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Dinas Perlambangan adalah Dinas Pertambangan Provinsi Daerah Khusus loukota Jakarta, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi adalah Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. . Dinas Perindustrian dan Perdagangan adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Daerah Khusus Ibukola Jakarta Instansi yang berwenang adalah instansi yang berwenang untuk berfindak sesuai dengan sektor yang menjadi kewenangannya . Bahan bakar gas adalah bahan bakar untuk digunakan dalam kegiatan transportasi yang berasal dart gas bumi dan/atau hasi! olahan dari minyak dan gas bumni . Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknis yang berada pada kendaraan itu. Kendaraan angkutan umum adalah kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. Kendaraan operasional Pemerintah Daerah adalah kendaraan milik dan dioperasikan oleh Pemerintah Daerah, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta minimal roda empat. 12. Pemeriksaan adalah serangkaian tindakan yang. dilakukan oleh pemeriksa tethadap pengemudi dan kendaraan bermotor mengenai pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan serta_pemenuhan ketengkapan persyaratan administrasi. 13. Bengke! adalah bengkel umum yang telah memiliki sertifikat persyaratan teknis penggunaan bahan bakar gas pada kendaraan bermotor. 44, Bejana tekanan adalah bejana selain pesawat Uap cidalamnya terdapat tekanan, yang melebihi dari tekxanan udara luar, dan dipakai untuk menampung gas atau campuran gas termasuk udara, baik dikempa menjadi cair dalam keadaan larut atau beku 15, Compressed Natural Gas adalah gas alam yang dimampatkan dengan Komponen utama metana dan dipertahankan dalam bentuk cair 16. Liquefied Gas for Vehicle yang selanjutnya disingkat LGV adalah bahan bakar gas yang dicairkan dan diperuntukkan sebagai bahan gas kendaraan bermotor. 17. Liguefied Natural Gas yang selanjutnya disingkat LNG adalah gas alem yang dicairkan pada suhu sangat rendah (sekitar minus 160 °C) dengan komponen utama $5 Metana dan dipertahankan dalam keadaan cair untuk mempermudah transportasi, penggunaan dan penimounan, 18. Stasiun pengisian bahan bakar gas yang selanjutnya disingkat SPBG adalah tempat pelayanan perjualan bahan bakar gas yang biesa berdiri sendiri danatau bergabung dengan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) BAB Il BAHAN BAKAR GAS. Pasal 2 (1) Jenis bahan bakar gas yang diperdagangkan untuk bahan bakar gas bagi kenidaraan bermotor adalah CNG, LGV, LNG. (2) Standar dan mutu bahan baker gas yang diperdagangkan dan dipergunakan untuk kendaraan bermotor harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Minyak dan gas Bui, BAB Ill KESELAMATAN Pasal 3 Gas yang dipergunakan untuk kenderaan bermotor harus dikemas dalam bejana tekan yang memenuhi spesifikasi dan peraturan serta standar yang berlaku dan dipasang sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan peraturan perundang-undangan guna menjamin keamanan dan keselamatan penggunaannya, Pasal 4 (4) instalasi. sistem pemakaian bahan baker gas yang dipakai pada kendaraan bermotor untuk setiap jenis bahan baker gas yang digunakan harus sesuai spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. . (2) Tata cara pemasangan instalasi sister pemakaian bahan bakar gas. pada kendaraan permotor haus memenuhi ketentuan teknis pemasangan dan pemenuhan syarat-syarat keselamatan BAB IV PASOKAN DAN INFRASTRUKTUR BAHAN BAKAR GAS, Pasal 5 (4) Tekanan pasokan gas minimal harus memenuhi kebutuhan SPBG dan dituangkan dalam kontrak. (2) Jumlah-gas yang dipasok harus terus menerus sesuai dengan yang telah disepakati dalam kontrak Pasal 6 (1) Jaringan pipa gas yang dibangun untuk pasokan gas ke SPBG mengikuti perencanaan pengembangan jaringan yang menjamin pemenuhan kebutuhan bahan baker gas di seluruh wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (2) Pengangkutan bahan bekar gas yang tidak melalui jalur pipa ke SPBG harus menggunakan kendaraan khusus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, (3) Tata cara pembangunan SPBG wajib mengikuti keientuan peraturan perundang-undangan BAB V KEWAJIBAN PENGGUNAAN BAHAN, BAKAR GAS Pasal 7 (1) Kendaraan bermotor yang wajib menggunakan bahan bakar gas adatah a. kendaraan operasiona! Pemerintah Daerah; b. angkutan orang dengan kendaraan umum. (2) Kewajiban penggunaan bahan bakar gas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b dilakukan secara bertahap melalui mmekanisme perizinan angkutan umum BAB VI SARANA PENUNJANG PENGGUNAAN GAS PADA KENDARAAN BERMOTOR Pasal 8 (1) Pemasangan dan perawatan instalasi_ sistem pemakaian pada kendaraan bermotor dilakukan oleh bengkel yang tersertifikas! oleh instansi yang berwenang, (2) Tata cara penunjukan dan persyaratan utama bagi bengkel sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh instansi yang berwenang dibidang pemberian izin industui (izin bengkel unum}. Pasal 9 (1) Setian tabung bahan bakar gas yang belum dipasarkan, dan yang telah habis masa berlaku uji kelayakennya serta yang akan digunakan lagi harus sucah memilki sertifkat uji kelayakan teknis oleh fembaga yang terakreditasi. (2) Masa berlaku sertfixat uji kelayakan teknis tabung adalah 3 (tiga) tahun untuk tabung Komposit dan 5 (lima) tahun untuk tabung baja atau ditetapkan lain berdasarkan penilaian risiko penggunaannya. (3) Tata cara dan mekanisme pengujian tabung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh instansi yang berwenang dibidang keselamatan kerja. (4) Penguji tabung sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga dibestakukan bagi tabung bahan bakar gas yang telah habis masa berlakunya sertifixat. Pasal 10 (1) Setiap kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 wajid metakukan penguian laik jalan. (2) Pelaksanaan pengujian kendaraan bermotor untuk memperoleh laik jalan dilakukan oleh Penguji Kendaraan bermotor. (3) Tata cara dan fasilitas penguji kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib menguji ketentuan peraturan petundang- undangan. (4) Setiap pemilik kendaraan bermotor walib memberikan informasi dokumen yang berhubungan dengan kelayakan dan keselamatan sistem pemakaian bahan bakar gas. Pasal 14 (1) Untuk dapat memanfaatkan bahan bakar gas, maka setiap jenis kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) wajib menggunakan instalasi sistem pemakaian bahan bakar gas sebagairnana dimaksud dalam Pasa! 4 (2) Setiap jenis kendaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 diperoleh untuk metakukan perubahan terhadap mesin yang menggunakan bahan bakar minyak menjadi mesin menggunakan bahan bakar gas (retrofit) dengan mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan (8) Perubahan mesin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan oleh bengkel yang telah mendapat penunjukan atau telah mendapat sertifikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangen. BAB Vil PELAKSANAAN DAN SOSIALISASI Pasal 12 Penggunaan bahan bakar gas dilakukan melalui tahapan sebagai berikut ; a. periode pertama merupakan masa transisi yang dilakukan pada trayek untuk angkutan umum dan kendaraan operasional Pemda dengan mengoptimalkan SPBG yang telah ada dalam waktu 2 (dua) tahun; b. periods kedua merupakan masa pelaksanaan dimana semua angkutan umum harus telah menggunakan bahan bakar gas dalam waktu 8 (lima) tahun. Pasal 13 (1) Sarana pengguna bahan bakar gas adalah a. pemilik dan/atau pengemudi; b. bengkel dan texnisi pemasangan dan perawatan peralatan instalasi pemakaian bahan bakar gas: c. SPBG atau SPBU; d. bengkel pengujtan tabung; dan ©, pengujian Kendaraan Bermotor (PKB). (2) Pelaksanaan penggunaan bahan bakar gas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi a, teknis pemasangan Peralatan Konversi; penggunaan bahan bakar gas sebagai behan bakar kendaraan bermator; ©. teknik perubahan mesin (retrofit; 4d. perawatan dan pemeliharaan tabung, @. instalasi sistem pemakaian bahan bakar gas; f. kualitas bahan bakar gas, Pasal 14 (1) Pelaksanaan dan pembinaan penggunaan bahan bakar gas dilakukan cleh Tim Koordinasi yang dikoordinasikan oleh Sékretaris Daerah, terdici dari unsur Pemerintah Daerah, Pemesintah Pusat, Dunia Usaha, dan Masyarakat, (2) Susunan dan keanggotaan Tim Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Gubernur. Pasat 15 (4) Untuk menjamin terlaksananya peraturan ini perlu ditakukan sosialisasi kepada a. pemilik jenis kendarean bermotor sebagaimana dimaksud pada Pasal 7; b. masyarakat umum di wilayah Provinsi DKl Jakarta; ©. Unitunit asosiasi yang bergerak dalam bidang angkutan balk penumpang maupun barang; dan d. pengemudi dan teknisi kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar gas (2) Pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara keordinatif oleh BPLHD Provinsi DKI Jakarta bersama instansi terkait sesuai kewenangannya. BAB VIII INSENTIF Pasal 16 (1) Dalam rangka rnendukung penggunaan bahan bakar gas, maka instansi yang berwenang dapat memberikan insentif sesuai dengan kewenangannya (2) Pemberian insentif diberikan kepada a. pemilik kendaraan yang mengqunakan bahan bakar gas; b. investor SPBG; c. bengkel pemasangan dan perawatan instalasi sistem pemakaian gas BAB IX PENGAWASAN Pasal 17 (1) Jenis pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan ini meliputi pemasangan instalasi sisten pemakaian bahan bakar gas, perubahan mesin, kelayakan tabung; kelaikan jalan; pelayanan SPBG; pasokan CNG dan LGV; pemeriksaan dan pengujian instalasi bahan bakar gas secara berkala; meee oe © h. perawatan pemeliharaan perbaikan dan penggantian instalasi bahan bakar gas; dan i perawatan pemeliharaan perbaikan dan penggantian instalasi SPBG. (2) Pelaksanaan pengawasan teknis dan fungslonal menjadi tanggung jawab Dinas Perhubungan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pertambangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang dilaksanakan secara koordinatif oleh BPLHD Provinsi DKI Jakarta. BAB X EVALUAS! DAN PELAPORAN Pasal 18 (1) Hasil pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Patal 17 merupakan bahan untuk evaluasi lebih lanjut terhadap pelaksanaan peraturan ini (2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan kepada Gubernur secara berkala setiap 3 (tiga) bulen (3) Pelaksanaan evaiuasi dan pelaporan menjadi tanggung jawab instansi dan stakeholder yang terkait yang ditakukan secara koordinatif dengan BPLHD Provinsi DKI Jakarta BAB XI SANKSI Pasal 19 Pelanggaran terhadap Peraturan Gubernur ini akan dikenakan sanksi sestiai dengan Pasal 41 ayat (2) Peraturan Daerah Provinsi DK! Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Peraturan Cubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar settap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatanya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus tbukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal. 25 Oktober 2007 GUBERNUR PR®VINSI DAERAH KHUSUS IBUYQTA JAKARTA, 4 Diundangkan di Jakarta pada langgal 31 Oktober 2007 BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 141,

Anda mungkin juga menyukai