Anda di halaman 1dari 4

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian konsep ekologi dari waktu ke waktu terus berkembang. Ekologi


secara umum diartikan sebagai ilmu yang didalamnya dikaji tentang antar-hubungan
organisme dengan ling kungannya. Definisi yang lebih informatif, terarah dan
operasional dikemukakan oleh Krebs (1978). Menurutnya ekologi suatu kajian
tentang interaksi-interaksi yang menentukan penyebaran dan kelimpahan organisme-
organisme. Dalam definisi ini faktor-faktor lingkungan sudah secara implisit tercakup
dalam pengertian interaksi. Ekologi membahas organisme-organisme dalam tiga
tahapan yaitu individu; populasi dan komunitas. Tiap tahapan mempunyai
keunikannya masing-masing sehingga pemahamannya mengenai suatu tahapan tak
dapat sepenuhnya menerangkan fenomena dan kinerja dari tahapan lain yang
dibentuknya. Pemahaman mengenai individu-individu tidak cukup untuk
menerangkan fenomena penampilan populasi. Demikian juga halnya mengenai hal
ihwal suatu komunitas tidak cukup diterangkan atas dasar pemahaman mengenai
masing-masing populasi spesies yang merupakan komponen-komponen pembangun
dari komunitas itu (Saefudin,2009).
Ekologi, sebagai bagian dari biologi secara taksonomi dapat dibagi menjadi 2
kelompok kajian utama, yaitu ekologi tumbuhan dan ekologi hewan. Jika ekologi
tumbuhan merupakan kajian ilmiah tentang interaksi antara tumbuhan dan
lingkungannya maka ekologi hewan merupakan kajian ilmiah tentang interaksi antara
hewan dan lingkungannya Kajian ekologi hewan bagaimanapun juga tidak akan tepat
dan adekuat tanpa bantuan atau latar belakang ekologi tumbuhan karenatumbuhan
dan hewan mempunyai kedudukan setara dan saling membutuhkan sehingga oleh F.E
Clements dan V.E. Shelford pada tahun 1939, Ekologi Tumbuhan dan Ekologi
Hewan secara bersama sering disebut bioecology (Rasidi dan Ischak, 2002).
Keanekaragaman hayati melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk,
penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik
tingkatan gen, tingkatan spesies maupun tingkatan ekosistem. Berdasarkan hal
tersebut, para pakar membedakan keanekaragaman hayati menjadi tiga tingkatan,
yaitu keanekaragaman gen, keanekaragaman jenis dan keanekaragaman ekosistem.
Keanekaragaman hayati di Indonesia termasuk dalam daftar megabiodiversity, yang
hanya tertandingi oleh Afrika dan Zaire. Megabiodiversity adalah wilayah yang
memiliki tingkat keanekaragaman hayati sangat tinggi. Sebagian dari organisme yang
ada di Indonesia tidak banyak dijumpai di belahan bumi manapun. Tingginya
keanekaragaman hayati ini ditunjang dengan tingginya keanekaragaman ekosistem di
Indonesia. Indonesia memiliki kurang lebih 40 macam ekosistem, mulai dari
ekosistem pantai, hutan pantai, hutan bakau, padang rumput sampai dengan
ekosistem hutan tropis. Masing-masing memiliki keanekaragaman hayati tersendiri
(Karmana, 2007).
Kebanyakan hewan makro-arthropoda tanah merupakan hewan-hewan
penggali tanah, terutama dari kelompok serangga yang hidup di bawah seresah
tumbuhan dan aktif memperbaiki struktur tanah. Dilihat dari aktivitasnya sebagian
besar (13 kelompok) hewan permukaan tanah yang ditemukan diduga termasuk
hewan nocturnal karena hanya ditemukan pada penangkapan malam hari. Sebaliknya
7 kelompok hewan permukaan tanah diduga termasuk hewan diurnal karena hanya
ditemukan pada penangkapan siang hari. Sedangkan 10 kelompok lainnya diduga
termasuk hewan aritmis atau krepuskular karena dapat ditemukan baik pada
penangkapan malam maupun siang hari. Banyaknya macam/kelompok hewan
permukaan tanah yang aktif pada malam hari (nokturnal) diduga berkaitan erat
dengan karakteristik hewan tanah pada umumnya yang tidak menyukai intensitas
cahaya matahari yang tinggi. Selain itu pada siang hari banyak hewan-hewan
predator, misalnya burung yang aktif mencari mangsa berupa berbagai jenis hewan
tanah (Sugiyarto dkk,2002).
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis
(atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang
mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun
paling baik digambarkan secara statistic, unik sebagai milik kelompok dan bukan
karakteristik individu dalam kelompok itu. Ukuran populasi umumnya bervariasi dari
waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran
poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relative konstan sedangkan pupolasi
lain berfluktuasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu
eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu
(Suprayogi,2010).
Suhu tanah merupakan salah satu faktor fisika tanah yang sangat menentukan
kehadiran dan kepadatan organisme tanah, sehingga suhu tanah akan sangat
menentukan kecepatan dekomposisi material organik tanah. Terhadap pelapukan
bahan induk tanah suhu juga sangat besar peranannya. Fluktuasi suhu tanah lebih
rendah dari suhu udara, dan suhu tanah sangat tergantung pada suhu udara. Suhu
tanah lapisan atas mengalami fluktuasi dalam satu hari satu malam dan tergantung
musim. Fluktuasi itu juga tergantung pada keadaan cuaca, topografi daerah, dan
keadaan tanah (Izmiarti dkk, 2015).
Pelepasan respirasi hanya dapat dilukan oleh grezer sistem dan decomposer
system. dalam suatu eksistem proses penguraian nutris dan proses daur ulang hanya
dapat dilakukah DOM. sistem penguraian oraganik dalam sutu ekosistem digunakan
sebagai hasil respirasi. dan dapat dilihat pada tanpa panah putih bahwa energi yang
dihasilakn sistem decomposer dapat disalurkan lagi (sebagian) ke NPP untuk
digunakan dalam suatu ekosistem (Begon, 2006).
Daftar Pustaka:

Begon, Michael. 2006. Ecology: from individuals to ecosystems. USA: Blackwell


Publishing Ltd.

Izmiarti,dkk. 2015. Penuntun Praktikum Ekologi Hewan. Laboratorium Ekologi


Hewan FMIPA Universitas Andalas

Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Jakarta: Grafindo.

Rasidi, Suswanto dan Ischak. 2002. Modul Ekologi Hewan. Jakarta

Sugiyarto,dkk. 2002. Biodiversitas Hewan Permukaan Tanah Pada Berbagai Tegakan


Hutan di Sekitar Goa Jepang, BKPH Nglerak, Lawu Utara, Kabupaten
Karanganyar. Jurnal Biodiversitas. Vol 3 (1)
Suprayogi. 2010. Praktikum Ekologi Umum. Jurusan Pendidikan MIPA Universitas
Jambi
Saefudin dan Rini Solihat. 2009. Handout Ekologi Hewan. Jurusan Pendidikan
Biologi. Universitas Pendidikan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai