Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN RUTE PEMBERIAN OBAT

Absorpsi
Jumlah obat yang dapat diabsorbsi oleh tubuh, dinyatakan dengan bioavailalabilitas obat. Tingginya nilai
bioavailabilitas obat tergantung pada banyak factor, yang menentu -kan bagaimana molekul obat melewati barier
saluran gastrointestinal dan berhasil memasuki pembuluh darah dan diangkut sampai ke reseptornya.
Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. cara preparasi dan bentuk sediaan
2. ukuran molekul
3. kelarutan molekul dalam lipid : yang lebih mudah larut dalam lipid, bioavailabilitasnya lebih tinggi
4. kelarutan dalam air dan lipid : yang larut dalam keduanya, bioavailabilitasnya sangat baik; yang larut hanya dalam
air, bioavailabilitasnya rendah karena molekul mudah terdisosiasi.
5. transport aktif
6. interaksi dengan makanan
7. stabilitas di dalam usus
8. pengosongan lambung
9. adanya metabolisme dalam usus dan di dalam hati
10. factor individu pasien itu sendiri dan faktor keadaan patologik dari pasien (Adnan,2011).

Beberapa faktor yang penting dibahas dibawah ini :


1. Obat harus menembus sawar (barrier) sel di berbagai jaringan (transport lintas membran , dan sebagian kecil ada
yang melewati celah antar sel atau melintasi endotel kapiler)
2. Membran sel
3. Cara transport obat melintasi membran ( semipermiabel ), dapat melalui:
a. Difusi pasif ( dari sisi yang kadarnya tinggi ke sisi yang kadarnya rendah
b. Transport aktif ( Bersifat selektif , melibatkan energi dan komponen-komponen membrane sel)
c. Pinositosis yaitu cara transport dengan membentuk vesikel, misalnya makromolekul protein
d. Difusi terfasilitasi (Kee et al, 1994).

Cara Pemberian Obat


a. Cara pemberian obat per oral :
Cara ini paling umum dilakukan karena mudah, aman dan murah. Namun untuk obat yang diberikan melalui oral,
ada tiga faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas :
1. Faktor obatnya sendiri (larut dalam lipid, air atau keduanya.
2. Faktor penderita ( keadaan patologik organ-organ pencernaan dan metabolisme )
3. Interaksi dalam absorpsi di saluran cerna. (interksi dengan makanan) sebagai tugas mandiri
b. Cara pemberian obat melalui suntikan :
Keuntungan pemberian obat secara parenteral dibandingkan per oral, yaitu :
1. Efeknya timbul lebih cepat dan teratur
2. Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau muntah-muntah.
3. Sangat berguna dalam keadaan darurat
Kelemahan cara pemberian obat melalui suntikan :
1. Dibutuhkan cara aseptis
2. Menyebabkan rasa nyeri
3. Kemungkinan terjadi penularan penyakit lewat suntikan
4. Tidak bisa dilakukan sendiri oleh penderita
5. Tidak ekonomis
c. Pemberian Obat Melalui Paru-paru :
Cara ini disebut cara inhalasi, hanya dilakukan untuk obat yang berbentuk gas atau cairan yang mudah menguap,
misalnya anestetik umum dan obat dalam bentuk aerosol. Absorpsi melalui epitel paru dan mukosa saluran napas
(Adnan,2011).

Distribusi
Distribusi obat terjadi melalui dua fase berdasarkan penyebaran-nya, yaitu:
1. Distribusi fase pertama : yaitu ke organ-organ yang perfusinya sangat baik ( jantung, hati, ginjal dan otak ), terjadi
segera setelah penyerapan, selanjutnya.
2. Distribusi fase kedua : yaitu ke organ-organ yang perfusinya tidak begitu baik ( otot, visera, kulit, dan jaringan lemak )
(Schmitz et al, 2003).
Obat yang mudah larut dalam lemak akan melintasi membrane sel dan terdistribusi ke dalam sel, obat yang
tidak larut dalam lemak sulit menembus membrane sel sehingga distribusinya terbatas terutama di cairan ekstrasel.
Distribusi terbatasi oleh ikatan obat pada protein plasma dan hanya obat bebas yang dapat berdifusi kedalam sel dan
mencapai keseimbangan (Schmitz et al, 2003).

DAPUS
Kee, Joyce L dan Evelyn R. Hayes. 1994. Farmakologi, Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Schmitz, Gary Hans Lepper dan Michael Heidrich. 2003. Farmakologi dan Toksikologi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai