Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DASAR-DASAR ILMU GIZI

KELOMPOK IV

Nurfadillah N 201 16 046

Rheina Magfira N 201 16 001

Nastesya Gebriella Mandat N 201 16 101

Miftahul Jannah N 201 16 161

Nuraini N 201 16 096

Mohammad Sahrul N 201 16 166

Moch. Riski tandra N 201 16 111

Lustiawati N 201 16 156

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS TADULAKO

2017
DAFTAR ISI

Daftar isi

Kata Pengantar ……………………………………………

Bab I Pendahuluan …………………………………………

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan
1.3 Manfaat

Bab II Tinjauan Pustaka …………………………………..

2.1 Fungsi Protein

2.2 Klasifikasi Protein

Bab III Penutup ……………………………………………

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka …………………………………………….


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT karena atas berkatrahmat
hidayahnya lah kami dapat menyusun makalah ini dalam menyelesaikan laporan ini
kami banyak kesulitan yang kami hadapi. Namun berkat bimbingan dosen
komunikasi kesehatan kami yaitu Dr. Nurdin Rahman, M. Si, M. Kes makalah ini.
Kami menyadari sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan
masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah, makalah ini juga masih banyak
memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya saran yang positif agar laporan ini menjadi lebih baik dan
berguna di masa yang akan datang.
Harapan kami semoga laporan yang sederhana ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi para pembaca ke depannya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Protein merupakan bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian
terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein, separuhnya
ada di dalam otot, seperlima ada di dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh
di dalam kulit, dan selebihnya ada di jaringan lain dan cairan tubuh. Protein
mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu
membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Masalah gizi masih cukup rawan dibeberapa wilayah Indonesia, terutama
di wilayah pemukiman kumuh daerah perkotaan, wilayah yang sering dilanda
musim kering (NTB dan NTT). Dimana kondisi masyarakat tersebut banyak
yang kekurangan gizi, banyak balita yang terkena gizi buruk. Gizi buruk / gizi
kurang sering terjadi karena makanan yang tidak seimbang, terutama dalam hal
protein.
Protein sangat penting untuk membantu pertumbuhan anak-anak, dan
meningkatkan daya tahan tubuh mereka. Dan juga kelebihan protein juga akan
menimbulkan penyakit, seperti obesitas. Sehingga dapat menimbulkan penyakit
seperti kwasiorkor, marasmus,dan obesitas,. Oleh karena itu, selain untuk
memenuhi tugas dalam mata kuliah “dasar-dasar ilmu gizi” ini, penulis
mengangkat judul tentang Protein, karena protein merupakan zat paling penting
yang harus ada dalam tubuh manusia. Tapi masuh banyak juga kasus kekurangan
energi protein.
1.2 Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pentingnya protein untuk tubuh.
b. Mahasiswa dapat Menjelaskan bahaya serta dampaknaya bagi
kekurangan dan kelebihan protein
1.3 Manfaat
Mahasiswa mampu menambah pengetahuan tentang Protein. Menjelaskan
bahaya serta dampaknaya bagi kekurangan dan kelebihan protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fungsi Protein
Protein adalah makromolekul yang terdiri dari satu atau lebih rantai
panjang asam amino. Protein sangat bermanfaat bagi makhluk hidup bahkan
sekitar 50 % dari berat kering organisme adalah protein. Fungsi Protein yaitu:
1. Sumber Protein
Protein adalah sumber energy terbaik selain karbohidrat dan lemak.
Namun energy dalam protein berjumlah lebih sedikit dibandingkan
karbohidrat dan lemak.
2. Mengganti Sel yang rusak
Protein juga dapat mengganti sel-sel yang rusakdan membentuk sel
baru. Sehingga protein juga berfungsi sebagai zat pembangun terutama sel
otot.
3. Sebagai pembawaMateri Genetika
Protein juga berfungsi sebagai pembawa materi genetika dengan
tahapan yang disebut sintesis protein. Dan proses inilah ditentukam sifatdan
keunikan dari setiap individu.
4. Untuk mengatasi busung lapar
Busung lapar dapat dicegah dan diatasi dengan memberikan asupan
protein yang cukup. Penyakit kwashiorkor san marasmus juga dapat dicegah
dengan asupan protein.
5. Memfasilitasi Reaksi Kimia
Protein berperan dalam beberapa reaksi biokimiapenting seperti
mengikat hemoglobin dan membantu mengikat dan mengangkut oksigen
melalui darah.

2.2 Klasifikasi Protein


2.1.1 Protein Berdasarkan Fungsi Biologisnya.
1. Protein Enzim, Golongan protein ini berperan pada
biokatalisator dan pada umumnya mempunyai bentuk globular.
2. Protein Pengangkut mempunyai kemampuan membawa ion
atau molekul tertentu dari satu organ ke organ lain melalui aliran darah.
3. Protein Struktural. Peranan protein struktural adalah sebagai
pembentuk struktural sel jaringan dan memberi kekuatan pada jaringan.
4. Protein Hormon Adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin membantu mengatur aktifitas metabolisme didalam tubuh.
5. Protein Pelindung Protein ini pada umumnya terdapat pada
darah, melindungi organisme dengan cara melawan serangan zat asing
yang masuk dalam tubuh.
6. Protein Kontraktil Golongan ini berperan dalam proses gerak,
memberi kemampuan pada sel untuk berkontraksi atau mengubah
bentuk.
7. Protein Cadangan Protein cadangan atau protein simpanan
adalah protein yang disimpan dan dicadangan untuk beberapa proses
metabolism.
2.1.2 Protein Berdasarkan Struktur Susunan Molekul.
a. Protein Fibriler/Skleroprotein Protein ini berbentuk serabut,
tidak larut dalam pelarut-pelarut encer, baik larutan garam, asam,
basa, ataupun alkohol. Berat molekulnya yang besar belum dapat
ditentukan dengan pasti dan sukar dimurnikan.
b. Protein Globuler/Sferoprotein Protein ini berbentuk bola,
banyak terdapat pada bahan pangan seperti susu, telur, dan daging.
2.1.3 Protein Berdasarkan Komponen Penyusunan.
a. Protein Sederhana
Protein ini tersusun oleh asam amino saja, oleh karena itu pada
hidrolisisnya hanya diperoleh asam - asam amino penyusunnya saja.
b. Protein Majemuk Protein ini tersusun oleh protein
sederhana dan zat lain yang bukan protein.
2.1.4 Protein Berdasarkan Asam Amino Penyusunnya
a. Protein yang tersusun oleh asam amino esensial. Asam amino
esensial adalah asam amino yang dibutuhkan oleh tubuh, tetapi tubuh
tidak dapat mensintesanya sendiri sehingga harus didapat atau
diperoleh dari protein makanan.
b. Protein yang tersusun oleh asam amino nonesensial. Asam
amino non esensial adalah asam amino yang bibutuhkan oleh tubuh
dan tubuh dapat mensintesa sendiri melalui reaksi aminasi reduktif
asam keton atau melaui transaminasi.
2.1.5 Protein Berdasarkan Sumbernya.
a. Protein Hewani adalah protein dalam bahan makanan yang
berasal dari hewan, seperti protein daging, ikan, ayam, telur, dan susu.
b. Protein Nabati adalah protein yang berasal dari bahan
makanan tumbuhan, seperti protein jagung, kacang panjang,
gandum, kedelai, dan sayuran.
3.1 KECUKUPAN PROTEIN

3.1.1 Fungsi dan Pangan sumber


Protein terdiri dari asam-asam amino. Disamping menyediakan
asam amino esensial, protein juga mensuplai energi dalam keadaan energi
terbatas dari karbohidrat dan lemak. Asam amino esensial meliputi
Histidine, Isoleucine, Leucine, Lysine, Methionine, Cysteine,
Phinilalanine, Tyrosine, Threonine, Tryptophan dan Valine. Pada umumnya
empat asam amino yang sering defisit dalam makanan anak-anak adalah
Lysine, Methionine+Cysteine, Threonine +Tryptophan. (FAO/WHO,
1985). Protein atau asam amino esensial berfungsi terutama sebagai
katalisator, pembawa, pengerak, pengatur, ekpresi genetik,
neurotransmitter, penguat struktur, penguat immunitas dan untuk
pertumbuhan (WHO, 2002).
Pangan sumber protein hewani meliputi daging, telur, susu, ikan,
seafood dan hasil olahnya. Pangan sumber protein nabati maliputi kedele,
kacang-kacangan dan hasil olahnya seperti tempe, tahu, susu kedele. Secara
umum mutu protein hewani lebih baik dibanding protein nabati. Di
Indonesia kotribusi energi dari protein hewani terhadap total energi relatif
rendah yaitu 4% (Hardinsyah dkk, 2001), yang menurut FAO RAPA (1989)
sebaiknya sekitar 15% dari total energi.
3.1.2. Faktor Mempengaruhi dan Dasar Penetapan Kecukupan Protein
Kecukupan protein seseorang dipengaruhi oleh berat badan, usia
(tahap pertumbuhan dan perkembangan) dan mutu protein dalam pola
konsumsi pangannya. Bayi dan anak-naka yang berada dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat membutuhkan protein lebih
banyak perkilogram berat badannya dibanding orang dewasa (IOM,
2005).Mutu protein makanan ditentukan salah satunya komposisi dan
jumlah asam amino esensial. Pangan hewani mengandung asam amino
lebih lengkap dan banyak dibanding pangan nabati, karena itu pangan
hewani mempunyai mutu protein yang lebih baik dibandingkan pangan
nabati Disamping itu, mutu protein juga ditentukan oleh daya cerna protein
tersebut, yang dapat berbeda antar jenis pangan. Semakin lengkap
komposisi dan jumlah asam amino esensial dan semakin tinggi daya cerna
protein suatu jenis pangan atau menu, maka semakintinggi mutu
proteinnya. Demikian pula semakin rendah kandungan serat dan lembut
tekstur suatu jenis pangan sumber protein semakin baik mutu proteinnya
(Gibney, Vorster & Kok, 2002).
Analisis data konsumsi pangan Riskesdas 2010 (Hardinsyah dkk,
2012) menunjukkan rata-rata proporsi konsumsi energi dari lemak
penduduk Indonesia saat ini sekitar 25-29% dari total konsumsi energy.
Secara umum kondisi AMDR penduduk Indonesia ini menunjukkan
rendahnya konsumsi protein dan cenderung tinggi karbohidrat dan lemak.
Sementara konsumsi energi dari lemak bagi bayi dan anak 0-3 tahun masih
rendah seharusnya 30-45%. Berdasarkan anjuran WHO (2010) dan IOM
(2005), kontribusi energi dari lemak bagi remaja dan dewasa sebaiknya
tidak melebihi 30%; bagi bayi 40-60% dan bagi anak-2 tahun 35%.
Anjuran konsumsi lemak bagi orang dewasa seperti tercantum dalam salah
satu pesan Pedoman Umum Gizi Seimbang adalah batasi konsumsi lemak
sampai 25% kecukupan energi. Perhitungan kecukupan protein didasarkan
pada kebutuhan protein per-kilogram berat badan menurut umur dan jenis
kelamin berdasarkan hasil review yang dilakukan IOM (2005) demikian
pula untuk tambahan kecukupan protein bagi ibu menyusui (IOM, 2005),
dengan data berat badan rata-rata sehat penduduk Indonesia menurut
kelompok umur dan jenis kelamin, seperti halnya pada perhitungan AKE.
Perhitungan kecukupan protein disesuaikan dengan rata-rata berat badan
sehat, serta dikoreksi dengan faktor koreksi mutu protein. Hasil analisis
data konsumsi pangan Susenas 2009 (BPS 2009) menunjukkan bahwa
sekitar separuh konsumsi protein penduduk Indonesia berasal dari serealia
terutama beras yang menurut WHO (2007) mutu protein beras (true
digestability) adalah 75. Review yang dilakukan WHO (2007)
menunjukkan bahwa mutu protein diet penduduk Pilipina (yang pola
pangan pokok nasi dan lebih banyak makan daging, ikan dan susu
dibanding penduduk Indonesia) adalah 88, dan penduduk India (yang pola
pangan pokok nasi dan banyak kacang-kacangan dan susu) adalah 78. Oleh
karena itu asumsi mutu protein diet penduduk Indonesia pada perhitungan
AKG yang lalu adalah 85 perlu disempurnakan dengan mutu protein 80. Ini
artinya faktor koreksi mutu protein pada AKG 2012 ini adalah 100/80 atau
1.3. Sedangkan faktor koreksi mutu protein bagi perempuan hamil adalah
1.2 karena pada saat hamil menurut IOM (2005) terjadi efisiensi
penyerapan zat gizi termasuk protein sekitar 10%. Selain itu dengan
mempertimbangkan bahwa asam manio esensial pada diet usia anak dan
remaja cenderung defisit, dan protein terutama protein hewani turut
berperan dalam pertumbuhan linear atau pencegahan stunting, maka
koreksi mutu protein 1.3 tidak diberlakukan pada anak dan remaja tetapi
ditingkatkan menjadi 1.5. Berikut rumus perhitungan kecukupan protein:
Kecukupan protein = (AKP x BB) x faktor koreksi mutu protein
Keterangan :
AKP = Angka kecukupan protein (g/kgBB/hari)
BB = Berat badan aktual (kg)
Faktor koreksi mutu protein umum = 1.3 bagi dewasa dan 1.5 bagi anak
dan remaja
Faktor koreksi mutu protein Perempuan hamil = 1.2
Kisaran distribusi energi gizi makro dari pola konsumsi penduduk
Indonesia berdasarkan analisis data Riskesdas 2010 adalah 9-14% energi
protein (Tabel 6), 24-36% energi lemak, dan 54-63% energi karbohidrat.
Anjuran kisaran sebaran energi gizi makro (AMDR) bagi penduduk
Indonesia dalam estimasi kecukupan gizi ini adalah 5-15% energi protein,
25-35% energi lemak, dan 40-60% energi karbohidrat, yang penerapannya
tergantung umur atau tahap pertumbuhan dan perkembangan.
AKP bagi orang dewasa didasarkan pada rata-rata kebutuhan
protein orang dewasa (yang berbeda menurut umur dan jenis kelamin)
dikalikan dengan berat badan, ditambah sejumlah safe level (24%) dan
dikoreksi dengan mutu (faktor koreksi mutu 1,2). Tambahan 24% berasal
dari review FAO/WHO (1985) yang masih valid menurut IOM (2005), yaitu
berasal dari nilai coefficient of variation 12% (2 x CV = 24%). Kebutuhan
protein (EAR protein) per kilogram berat badan menggunakan review
penelitian oleh tim IOM (2005), yang tidak berbeda dengan temuan di
Pilipina dan di Indonesia oleh Puslitbang Gizi Bogor (0,75 g/kg BB). Hanya
saja temuan di Bogor tidak mencakup kelompok usia dewasa yang luas. Cara
yang sama juga dilakukan pada kelompok usia lainnya.
Khusus pada bayi <6 bulan, AKP didasarkan pada protein ASI dari
sejumlah 750 ml ASI/hari, dan tidak perlu dikoreksi mutu proteinnya bila
hampir semua bayi diberi ASI secara ekslusif sampai usia 6 bulan. Tetapi
pada kenyataannya, persentase bayi yang diberi ASI ekslusif sampai usia 6
bulan masih rendah, yaitu 32 % berdasarkan survey crossectional SDKI dan
18 % berdasarkan Riskesdas 2010. Sedangkan berdasarkan studi kohort di
Kota Bogor hanya sebesar 6% (Hardinsyah dkk, 2002). Oleh karena itu
diberikan faktor koreksi mutu bagi AKP bayi 1.1. Pada ibu hamil dan ibu
menyusui efisiensi pencernaan dan penggunaan asam amino lebih baik
dibanding ketika tidak hamil, sehingga ditetapkan faktor koreksi mutu
protein.
Secara keseluruhan, hasil estimasi AKP 2012 untuk semua
kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis serta perbandingannya
dengan AKP hasil WNPG 2004 disajikan pada Tabel 7. Hasil akhirnya
adalah hasil perhitungan yang dibulatkan ke atas dan tidak berkoma. Hasil
perhitungan dengan pendekatan data hasil kajian keseimbangan nitrogen
tubuh (kebutuhan protein dari data review berbagai kajian klinis) tidak
konsisten dengan hasil perhitungan Angka kecukupan protein (AKP) bagi
kelompok usia dewasa yang didasarkan pada distribusi %-energi gizi makro
menunjukkan bahwa pada orang dewasa perhitungan kebutuhan AKP
berdasarkan kajian “keseimbangan nitrogen” lebih rendah dibanding angka
kecukupan protein berdasarkan distribusi proporsi
energi gizi makro Pemenuhan kebutuhan gizi mikro yang
berkualitas berkaitan erat dengan konsumsi protein, terutama protein hewani.
Dalam kaitannya dengan mengatasi masalah gizi mikro terutama mineral zat
besi, zink, selenium, kalsium dan vitamin B12, serta masalah stunting sejak
usia dini yang merupakan masalah gizi dan kesehatan masyarakat di
Indonesia, perlu ditingkatkan asupan protein terutama dari pangan hewani.
Meningkatkan konsumsi protein hewani yang rendah lemak seharusnya
dalam konteks gizi seimbang menjadi kebijakan dan program. Banyak bukti
bahwa konsumsi pangan hewani meningkatkan pertumbuhan linear dan
perkembangan kognitif anak. Selain itu Indeks glikemik diet harian dengan
konsumsi
gizi seimbang seperti ini akan cenderung lebih rendah. Namun dari
segi ekonomi tentu lebih mahal. Dari segi keamanan pangan akibat
kelebihan asam amino atau protein, IOM (2005) membuktikan bahwa
konsumsi asam manio atau protein adalah aman dan tidak ada batas atas
(upper level) karena tidak ditemukan dari berbagai penelitian nilai NOEL-
nya (No Observed Adverse Health Effect Level). Tentunya bagi yang
berisiko gangguan ginjal dan hati perlu membatasi konsumsi protein hewani.
Dalam konteks ini pilihan AKP 2012 berdasarkan DEGM lebih dianjurkan.
4.1 AKIBAT KEKURANGAN DAN KELEBIHAN PROTEIN
4.1.1 Kekurangan protein.
Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial
ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat
menyebabkan Kwasiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun (balita).
Kekurangan protein sering ditemukan secara bersamaan dengan.
kekurangan energi yang menyebabkan kondisi yang dinamakan Marasmus.
A. Kwashiorkor.
Istilah kwashiorkor pertamakali diperkenalkan oleh Dr. Cecily
Williams pada tahun 1933, ketika ia menemukan keadaan ini di Ghana,
Afrika. Dimana dalam bahasa Ghana kwashiorkor artinya penyakit yang
diperoleh anak pertama, bila anak kedua sedang ditungu kelahirannya.
Kwashiorkor lebih banyak terdapat pada usia dua hingga tiga tahun
yang sering terjadi pada anak yang terlambat menyapih, sehingga
komposisi gizi makanan tidak seimbang terutama dalam hal
protein. Kwashiorkor dapat terjadi pada konsumsi energi yang cukup
atau lebih.
Gejala :
a. Pertumbuhan terhambat.
b. Otot-otot berkurang dan lemah.
c. Udema.
d. Muka bulat seperti bulan (moonface)
e. Gangguan psikimotor.
B. Marasmus.
Marasmus berasal dari kata Yunani yang berarti wasting/
merusak. Marasmus umumnya merupakan penyakit pada bayi (12 bulan
pertama), karena terlambat diberi makanan tambahan. Hal ini dapat
terjadi karena penyapihan mendadak, formula pengganti ASI terlalu
encer dan tidak higienis atau sering terkena infeksi. Marasmus
berpengaruh dalam waktu yang panjang terhadap mental dan fisik yang
sukar diperbaiki. Marasmus adalah penyakit kelaparan dan terdapat
banyak di antara kelompok sosial ekonomi rendah di sebagian besar
negara sedang berkembang dan lebih banyak dari kwashiorkor.
Gejala :
a. Pertumbuhan terhambat.
b. Lemak dibawah kulit berkurang.
c. Otot-otot berkurang dan melemah
d. berat badan lebih banyak terpengaruh dari pada ukuran
kerangka, seperti: panjang, lingkar kepala dan lingkar dada.
e. Muka seperti orang tua (oldman’s face).
C. Anemia
Protein bergabung dengan zat besi untuk membentuk sel darah
merah. Jadi, asupan protein yang kurang memadai tentu berakibat
kurang darah (anemia).
D. Gangguan Otak
Otak adalah pusat saraf yang menentukan kemampuan berfikir,
dan mengendalikan gerakan tubuh. Kekurangan protein dapat
mengurangi daya fikir, kecepatan motorik, bahkan dapat berakibat stres
dan depresi.
E. Sulit Tidur
Insomnia dapat dipicu oleh kekurangan hormon serotonin.
Kekurangan asam amino tertentu akan menyebabkan produksi serotonin
menurun. Padahal asam amino ini dibuat saat proses penguraian protein.
Jadi, asupan protein harian yang terlalu sedikit, akan menimbulkan
gangguan tidur.
F. Sistem Kekebalan Tubuh yang Lemah
Defisiensi protein menyebabkan produksi antibodi menurun,
yang pada akhirnya sistem imunitas menjadi lemah. 5. Tubuh
kehilangan kekuatan Protein sangat dibutuhkan untuk membentuk otot.
Defisiensi protein akan menyebabkan anda tidak sanggup mengangkat
beban yang ringan.
G. Pembentukan jaringan akan menjadi sulit
Kekurangan protein akan menyulitkan tubuh untuk membangun
jaringan otot. Ketika jaringan tubuh mengalami cidera atau luka,
pemulihan akan sulit dilakukan oleh tubuh.
H. Edema
Edema adalah penyakit akibat perubahan hormonal yang
menyebabkan penumpukan cairan pada beberapa bagian tubuh seperti
kelopak mata, tangan, dan pergelangan kaki. Bagian tubuh menjadi
bengkak dan kaku akibat penumpukan cairan tersebut. Salah satu
penyebab edema adalah kekurangan protein.

I. Mudah lelah
Protein membantu dalam pembentukan energi, dengan cara
mengubah karbohidrat. Defisiensi protein menyebabkan energi untuk
beraktivitas akan sulit didapatkan, sehingga tubuh mengalami kelelahan.
J. Gagal Hati
Kerusakan fungsi hati terjadi akibat regenerasi sel hati tidak
dapat dilakukan. Faktor ynag sering menyebabkan masalah serius ini
adalah kekurangan protein.
4.1.2 Kelebihan Protein.
Protein secara berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan
yang tinggi proteinnya biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan
obesitas. Diet protein tinggi yang sering dianjurkan untuk menurunkan
berat badan kurang beralasan. Kelebihan dapat menimbulkan masalah lain,
terutama pada bayi. Kelebihan asam amino memberatkan ginjal dan hati
yang harus memetabolisme dan mengeluarkan kelebihan nitrogen.
Kelebihan protein akan menimbulkan asidosis, dehidrasi, diare,
kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah, dan demam. Ini dilihat
pada bayi yang diberi susu skim atau formula dengan konsentrasi tinggi,
sehingga konsumsi protein mencapai 6 g/kg BB. Batas yang dianjurkan
untuk konsumsi protein adalah dua kali angaka kecukupan gizi (AKG)
untuk protein.
Jenis Penyakit yang Ditimbulkan Akibat Kelebihan Protein.
A. Gagal ginjal
Kelebihan protein dalam jumlah tertentu menyebabkan
seseorang beresiko terkena penyakit gagal ginjal. Sebab protein yang
berlebih akan membuat ginjal dipaksa bekerja lebih keras untuk
membuang semua kelebihan nitrogen pada tubuh, dan hal ini akan
membuat seseorang mengalami gagal ginjal.
B. Osteoporosis
Protein yang berlebihan akan membuat kalsium menjadi
berkurang. Akibatnya dapat terserang gejala osteoporosis
5.1 JENIS PANGAN SUMBER PROTEIN
Menurut sumbernya, protein dibagi menjadi2 yaitu protein nabati dan
protein hewani. Protein nabati berasal dari tumbuhan sedangkan protein
hewani berasal dari hewan, protein hewani mengandung profil asam amino
yang komplit termasuk asam amino esensial yang mutlak diperlukan untuk
perkembangan badan. Daging dan juga atelur adalah makanan sumber protein
yang paling popular. Akan tetapi, tidak cuman telur serta daging terdapat
banya makanan yang memiliki kandungan sumber protein antara lain:
A. Dada ayam (White Meat)
Potongan daging rendah lemak merupakan pilihan makan siang
rendah kolesterol yang sehat. Makanan ini bisa menjadi pilihan jika Anda
hendak makan daging yang rendah lemak jenuh.
B. Sirloin (Daging Sapi)
Daging sirloin adalah daging yang berasal dari bagian belakang
sapi. Daging ini bekerja lebih berat daripada pada bagian lain, umumnya
dipakai untuk membuat steak sehingga agak lebih keras dibandingkan yang
lain. Sirloin memiliki kelebihan dalam ukuran, yaitu bisa dipotong lebih
besar daripada bagian sapi lainnya yang lebih lembut. Selain itu Sirloin ini
hampir tidak mengandung lemak. Harga Sirloin umumnya lebih murah
dibandingkan daging steak lainnya.
C. Ikan Segar
Tentunya kita semua sudah tahu kalau ikan merupakan makanan
tinggi protein. Namun, berbeda dengan daging, kita tidak perlu kuatir akan
kandungan lemak pada ikan. Beberapa jenis ikan, seperti gindara memiliki
kadar lemak yang sangat rendah. Ikan lainnya seperti salmon dan tuna
memiliki kandungan lemak yang cukup banyak, namun jangan kuatir
karena lemak yang terkandung di dalamnya merupakan lemak baik Omega
D. Udang
Udang kaya akan kalsium dan protein, dan termasuk dalam kategori
sumber protein hewani. Nilai protein pada udang dikategorikan complete
protein karena kadar asam amino yang tinggi, berprofil lengkap dan sekitar
85-95 persennya mudah dicerna tubuh. 100 gr udang mentah mengandung
20,3gr protein atau cukup untuk memenuhi kebutuhan protein harian
sebanyak 41 %.
E. Susu Murni
Susu berfungsi sebagai salah satu sumber protein yang paling baik
dan kaya protein berkualitas.Jumlah protein susu murni memang tak terlalu
besar, namun kualitas protein yang disediakan bagi tubuh sangat
menakjubkan. Protein dalam susu mengandung semua asam amino esensial
yang diperlukan tubuh.
F. Kacang Kedelai
Selain kaya protein, kacang kedelai juga rendah lemak dan
mengandung phytochemical seperti isoflavon, asam phytc dan saponin.
Kandungan ini baik untuk mengurangi potensi terkena penyakit jantung,
osteoporosis dan kanker. Kedelai mengandung 29 gram protein per
cangkirnya.
G. Tahu
Tahu yang kaya nutrisi, terutama protein bisa diolah menjadi
berbagai kreasi masakan. Bisa dikonsumsi bersama salad, dikukus,
digoreng ataupun panggang. Selain bergizi, tahu juga mudah menyatu
dengan bumbu dan makanan lain sehingga Anda tidak akan bosan
memakannya.

H. Yoghurt
Yoghurt mengandung kalsium tinggi dan protein. Biasakan untuk
mengonsumsi yoghurt setiap hari. Bisa dikonsumsi langsung, dicampur
buah, smoothies, atau bisa jadi tambahan untuk sup dan kari.
I. Kacang Almond
Kacang gurih ini rendah karbohidrat, tinggi kalsium dan protein.
Selain itu, almond juga mengandung serat alami, dapat dikonsumsi mentah
atau bahan penambah rasa pada makanan lain.
J. Kacang Polong
Jenis kacang-kacangan seperti kacang polong, buncis atau kacang
panjang mengandung serat dan protein tinggi. Satu cangkir kacang-
kacangan mengandung 12-15 gram protein.
K. Brokoli
Brokoli mengandung 5 gram protein dalam satu cangkir, juga serat,
karbohidrat, vitamin dan mineral sehingga digolongkan sebagai sayur
dengan nutrisi lengkap. Anda bisa menjadikannya salah satu pilihan bahan
masakan sehari-hari.
L. Tempe
Bahan makanan dari fermentasi kedelai ini cukup enak dan lezat.
Kaya akan protein nabati, dan bisa diolah menjadi makanan apa saja.
M. Keju
Semua jenis keju adalah sumber protein yang baik. Cobalah keju
cheddar atau mozzarella yang dicampur ke dalam salad, pasta, sandwich
atau sup. Satu hal yang harus diperhatikan, terutama bagi Anda yang
sedang diet, keju mengandung lemak. Sehingga batasi konsumsi
N. Bayam
Dalam satu cangkir bayam terkandung 3 gram protein. Anda bisa
mengonsumsinya dengan cara dikukus, rebus atau cah. Pastikan Anda tidak
terlalu lama memasaknya, agar rasa tidak berubah dan nutrisinya tetap
terjamin. Sedikit ide untuk mengolah bayam; kukus sebentar lalu bumbui
dengan merica hitam dan sedikit minyak zaitun.
O. Gandum
Biji-bijian atau grains, seperti misalnya gandum, memang lebih
banyak dikenal sebagai sumber karbohidrat. Namun, tahukah Anda kalau
biji-bijian juga mengandung protein? Pada gandum, kandungan protein
bisa mencapai sekitar 9%. Surprising fact, yes? Namun demikian,
konsumsi grains sebaiknya dibatasi, terutama bagi Anda yang sedang
menjalani diet rendah karbo.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu ;

protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara


lima ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam
amino yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Penggolongan protein
berdasarkan bentuknya yaitu, protein globular, protein serabut (fibrous). Dan
struktur protein terdiri, protein primer, protein sekunder, protein tersier, dan
protein kuartener.

Fungsi protein antara lain, Sebagai biokatalisator (enzim, Sebagai


protein transport, Sebagai pengatur pergerakan, Sebagai penunjang
mekanis, Pertahanan tubuh dalam bentuk antibodi, Sebagai media perambatan
impuls saraf, Sebagai pengendalian pertumbuhan. Dan pencernaan protein, yaitu
dari mulut, lambung, dan usus halus. Metabolisme protein terdiri dari absorpsi
dan transportasi protein, katabolisme protein, dan anabolisme protein.

Kekurangan protein menyebabkan, Kwasiorkor, Hipotonus, gangguan


pertumbuhan, hati lemak, marasmus dan berkibat kematian. Dan kelebihan
protein menyebabkan, memberatkan ginjal dan hati yang harus memetabolisme
dan mengeluarkan kelebihan nitrogen. Kelebihan protein akan menimbulkan
asidosis, obesitas, dehidrasi, diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum
darah, dan demam.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam mengkonsumsi makanan tidak hanya yang mengandung
protein saja tapi juga unsur yang lain harus dipenuhi agar dapat seimbang
sehingga tidak menimbulkan kerugian bagi tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier. 2006. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). Konsumsi kalori dan protein penduduk Indonesia
dan provinsi 2009. Badan Pusat statistic. Jakarta.
Moehdi, S. 2002. “Ilmu Gizi” Papasinar Sinanti. Jakarta,
Kartasapoetra 2003. ”Ilmu Gizi”. Rineka Cipta. Jakarta.
Sediaoetama. 2006. ”Ilmu Gizi”. Penerbit : Dian Rakyat. Jakarta : 2006.

Anda mungkin juga menyukai