Anda di halaman 1dari 11

ANALIS POTENSI BAHAYA KESEHATAN DAN

KESELAMATAN KERJA DI LINGKUNGAN


KONSTRUKSI PEMBANGUNAN LABORATORIUM
FAKULTAS MIPA

MIFTAHUL JANNAH
N 201 16 161
Kelas A

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2018
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekarang ini telah menduduki tempat
yang penting dalam perusahaan terutama dalam pekerjaan konstruksi. Rasa aman dan
nyaman dalam bekerja merupakan tuntutan bagi perusahaan untuk dapat
memenuhinya dalam rangka memberikan jaminan kerja bagi pekerja proyek maupun
karyawan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan
yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa/luka/cacat maupun
pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya
hubungan kerja. Dengan kondisi fisik yang menurun atau menjadi tidak mampu lagi
untuk bekerja, penghasilan berkurang atau menjadi tidak ada. Oleh sebab itu perlu
pemberian kompensasi akibat kecelakaan dan penyakit kerja. Berdasarkan sifat-sifat
unik itu pula, maka sektor jasa konstruksi mempunyai resiko bahaya kecelakaan yang
fatal.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan dan kesehatan
kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan
dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan
dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan
setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja
yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.
Peningkatan keselamatan dan kesehatan dalam pekerjaan adalah sebuah fungsi
penting dari manajemen yang baik. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja
bukan hanya sebuah fungsi dari manajemen yang baik, tetapi harus menjadi suatu
fungsi normal. Efektivitas fungsi ini, seperti fungsi lain, tergantung pada teknik yang
diterapkan. Banyak perusahaan konstruksi memandang kecelakaan sebagai hal
kebetulan, tak terduga dan karena itu tidak termasuk dalam manajemen. Jarang yang
nampak menjalankan upaya bersungguh sungguh mengatasi masalah total, mencari
latar belakang penyebab atau menghitung kerugiannya. Sedikit sekali yang memakai
teknik diagnosa dan penaksiran seperti sampling keselamatan, analisis bahaya atau
audit keselamatan dimana setiap aspek dalam organisasi tempat kerja dan operasi
didasarkan pada survey keselamatan yang terencana dan menyeluruh atau proses
pencegahan yang sistematis seperti clearance untuk peralatan dan sebagainya.
Angka kecelakaan kerja konstruksi di negara maju sekalipun, masih
memerlukan perhatian. Di Inggris, tahun 1999, empat kecelakaan fatal terjadi per
100.000 pekerja dan di tahun 2005 tercatat 2,95 per 100.000 pekerja, Di Amerika
tahun 2005 tercatat 11 kecelakaan fatal per 100.000 pekerja. Di negara berkembang,
angka kecelakaan kerja lebih buruk lagi. Di India, angka kematian pada pekerjaan
konstruksi sebesar 40 per 100.000 pekerja. Di Malaysia, angka kecelakaan kerja
secara umum (termasuk sektor konstruksi) tercatat 16 per 1000 pekerja pada 1994
dan 11 per 1000 pekerja pada tahun 2000 di Kuala Lumpur, sedangkan Di
Indonesia, statistik kecelakaan menduduki urutan ke-5 se-ASEAN atau terburuk,
dibandingkan Singapura sebagai urutan pertama, disusul Malaysia, Thailand dan
Filipina.
Selanjutnya, penelitian oleh Duff, Alves Diaz menyatakan hasil analisa
statistik dari beberapa negara menunjukkan tingkat kecelakaan fatal pada proyek
konstruksi adalah lebih tinggi dibanding rata-rata untuk semua industry. Di Amerika,
angka kecelakaan konstruksi masih mencapai 16 % dari seluruh kecelakaan kerja. Di
Kuwait 42 %, di Hongkong 33 %, dan di Singapura 40 %. di masa depan,
pembangunan fasilitas mempunyai permasalahan yang semakin meningkat dan
semakin kompleks karena tuntutan kebutuhan manusia yang semakin beragam.
Peningkatan permasalahan pembangunan fasilitas itu perlu ditunjang dengan
peningkatan perhatian, pemahaman dan pengembangan yang lebih serius di dalam
keselamatan kerja konstruksi. Pada tulisan ini akan dibahas berbagai macam teori
untuk menganalisis penyebab kecelakaan kerja konstruksi.
1. Deskripsi lokasi kunjungan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan di FMIPA jurusan
Farmasi Universitas Tadulako, yaitu pada proyek konstruksi dalam pembangunan
gedung baru atau pembangunan Laboratorium, pada awalnya lahan tersebut
merupakan lahan yang kosong dan difungsikan oleh mahasiswa untuk berlalu
lalang. Karena keterbatasan lahan maka lahan tersebut akan didirikan sebuah Lab
untuk mahasiwa farmasi.
Tetapi letak dari pembangunan tersebut tidak strategis dan berada di
tengah-tengah gedung perkuliahan. Akibat adanya proyek konstruksi tersebut
maka mahasiswa atau pun dosen merasa terganggu akan aktivitas yang dilakukan
oleh pekerja, karena pada pagi hari hingga sore hari kegiatan belajar mengajar
masih berlangsung dan para pekerjanya pun masih melakukan aktivitas
pembangunan tersebut dan itu sangat menggangu, akibat kebisingan yang
ditimbulkan dari besi-besi yang digunakan dalam proses pembangunan gedung.
Selain itu pula sarana penunjang seperti keran air diletakkan di dekat
tempat para pekerja untuk mengambil pasir hal tersebut dapat menimbulkan
tanahnya menjadi basah dan licin, akibat tanah yang licin tersebut maka
kemungkinan besar kecelakaan kerja dapat terjadi seperti tergelincir.
Di tempat pembangunan tersebut juga terdapat paku-paku yang
berhamburan dan apabila tukang yang bekerja ditempat itu tidak melihat paku
tersebut maka resiko kecelakaan kerja dapat terjadi seperti tertusuk paku, hal itu
disebabkan karena para pekerjanya tidak menggunakan alas kaki yang baik dan
hanya menggunakan sandal jepit dan ada pula yang hanya menggunakan alas kaki
yang tipis. Selain itu para tempat pembengkokan besi berada didepan ruangan
perkuliahan dan apabila mahasiswa yang terburu-buru dan tidak hati-hati,
kemungkinan besar akan terbentur oleh besi-besi yang akan dibengkokkan, dan
peletakan besi-besi tersebut hanya di letakkan disamping ruang perkuliahan dan
membuat kondisi sekitaran pembangunan menjadi tidak efektif dan sulit dilalui
mahasiswa untuk menuju ke ruangan perkuliahan.
2. Hasil Observasi
a. Tabel Potensi Bahaya yang Ditemukan
No. Potensi Bahaya Golongan potensi bahaya
1. Tidak memakai APD Kimia
2. Paku-paku yang berhamburan Ergonomi
3. Tanahnya licin Fisika
4. Posisi pekerjanya terlalu membungkuk Ergonomi
5. Sebagian pekerjanya yang tidak kimia
menggunakan masker
6. Besi-besi yang berhamburan Ergonomi
7. Tempat pembengkokan besi berada di fisika
dekat pintu masuk
8. Selang airnya terletak disembarangan Ergonomi
tempat
9. Kabel listriknya beserakan kimia
10. Tidak memakai pakaian kerja yang baik Fisika
11. Kondisi jalan dekat dengan lubang Fisika
12. Banyaknya kayu-kayu yang berhamburan Ergonomi
13. Tetap bekerja saat hujan Fisika
b. Tabel daftar bahaya
No. Bahaya Deskriptif Bahaya
1. Paku-paku yang berhamburan Paku-paku yang
berhamburan dapat
menyebabkan seseorang
tertusuk paku sehingga
menyebabkan penyakit
tetanus
2. Tanah yang licin Kemungkinan besar orang
terjatuh atau tergelincir
karena melewati jalan yang
licin
3. Posisi pekerja yang terlalu membungkuk Posisi kerja yang terlalu
membungkuk akan
menyebabkan terjadinya
penyakit MDSS atau
menyebabkan gangguan
pada persendian
4. Besi-besi yang berhamburan Banyaknya besi-besi yang
berhamburan dapat
menyebabkan kaki menjadi
teriris ataupun tertusuk
5. Tempat pembengkokan besi berada di Peletakkan pemotongan besi
pintu masuk dapat beresiko terbenturnya
seseorang yang lewat
6. Kabel listrik yang berserakan Akibat adanya kabel listrik
yang berserakan dapat
menyebabkan pekerjanya
dapat tersengat listrik
7. Kondisi jalan dekat dengan lubang Kondisi tersebut dapat
menyebabkan orang terjatuh
ke dalam lubang dan
meneyababkan terbentur.
8. Tidak memakai pakaian kerja yang baik Tidak dapat melindugi
tubuh manusia dari aktivitas
yang tidak di inginkan yang
melukai badan
9. Banyaknya kayu-kayu yang berhamburan Tidak boleh menyimpan
benda-benda disembarangan
tempat agar tidak mudah
terbentur kayu tersebut.
10. Tetap bekerja saat hujan Bekerja pada kondisi iklim
yang tidak sesuai maka akan
menyebabkan terganggnya
konsentrasi pekerja.
c. Tabel matriks
No. Bahaya Akibat
1. Paku-paku yang berhamburan T
2. Tanah yang licin M
3. Posisi pekerja yang terlalu membungkuk S
4. Besi-besi yang berhamburan T
5. Tempat pembengkokan besi berada di pintu masuk M
6. Kabel listrik yang berserakan T
7. Kondisi jalan dekat dengan lubang S
8. Tidak memakai pakaian kerja yang baik R
9 Banyaknya kayu-kayu yang berhamburan S
10. Tetap bekerja saat hujan R
Keterangan :
T : Tinggi, memerlukan perencanaan khusus di tingkat manajemen puncak,
dan penanganann dengan segera/kondisi darurat.
S : Signifikan, mememrlukan perhatian dari pihak manajemen tindakan
perbaikan secepat mungkin.
M : Moderat, tidak melibatkan manajemen puncak, namun sebaiknya segera
diambil tindakan penanganan/kondisi bukan darurat.
R : Rendah resiko cukup ditangani dengan prosedur rutin yang berlaku.
d. Control Measure
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
kerja seperti adanya paku-paku yang berhamburan yaitu menyimpan benda atau
peralatan pada tempatnya dan Memasang material/peralatan yang kurang baik
dan pada tempatnya agar tidak mudah terkena oleh orang tang melewati jalan
tersebut. (yunita A messah, dkk, 2015)
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
seperti adanya tempat kerja yang mempunyai lantai yang licin hal yang
dilakukan untuk mengurangi lantai yang licin tersebut yaitu dengan menjaga
kondisi lingkungan agar tidak mudah lembab yang menyebabkan tanahnya
menjadi licin dan mematikan keran air apabila sudah tidak digunakan lagi (Eni
kurniati, dkk)
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
kerja seperti adanya Posisi pekerja yang terlalu membungkuk hal yang
dilakukan agar mengurangi kecelakaan kerja yaitu memberikan pengetahuan
kepada para tukang tentang bahaya posisi kerja yang telalu membungkuk dan
sebaiknya para pekerjanya menyesuaikan posisinya sesuai dengan pekerjaannya
(ILO,2013)
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
kerja seperti adanya Besi-besi yang berhamburan hal yang dilakukan untuk
mengurangi bahaya tersebut yaitu dengan cara memindahkan dan mentata
dengan baik alat-alat sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan (Eni
kurniati, dkk)
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
kerja seperti adanya tempat pembengkokan besi berada di pintu masuk hal yang
dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya tersebut yaitu meletakkan alat
pembengkokan besi tersebut sesuai dengan tingkatnya masing-masing agar
lebih mudah menyesuaikan dengan lingkungan dan tidak mudah terbentur oleh
mahasiswa yang lalu lalang (Harwan ahyadi,dkk 2009)
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
kerja seperti adanya kabel listrik yang berserakan yang dilakukan yaitu kabel
listrik diberikan pengamanan dan dipasang dengan rapi agar aman bila terkena
air (Annisa, dkk, 2016).
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
kerja seperti adanya Kondisi jalan dekat dengan lubang yaitu sebaiknya
dilokasi kerja di pasangkan police line atau dipasangkan peringatan tentang
bahaya di lokasi kerja agar para pengunjung ataupun para pekerja dapat
mengetahui kondisi disekitar lingkungan bahwa ada galian atau lubang
(ILO,2013)
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
kerja seperti tidak memakai pakaian yang layak untuk bekerja, solusi yang
ditawarkan yaitu sebaiknya para pekerja menggunakan pakaian yang layak
pakai agar mampu menjaga tubuh kita dari pengaruh yang dapat melukai tubuh
kita. (Dameyanti Sihombing, 2014)
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
kerja seperti adanya kayu-kayu yang berhamburan yaitu solusi yang dapat
dilakukan untuk mengurang potensi tersebut yaitu dengan menyimpan benda
atau peralatan pada tempatnya dan Memasang material/peralatan yang kurang
baik dan pada tempatnya. (yunita A messah, dkk, 2015)
Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat
kerja seperti tetap bekerja saat hujan, solusi yang ditawarkan untuk mengurangi
potensi bahaya tersebut yaitu sebaiknya para pekerjanya mengurangi aktivitas
saat hujan karena dapat membuat konsentrasi pekerja menjadi terganggu
(ILO,2013)
Daftar Pustaka
Ahyadi harwan, 2009, “Analisis Identifikasi Bahaya pada proses produksi pada PT X
Dengan Metode Risk Assessment”Jurnal Pasti, Vol 9, No 1, Hal 46,
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Alfons Bryan, 2013 “Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Pada Proyek Pemba,ngunan Ruko Orlens Fashion Manado” Jurnal Sipil,
Vol.1 No.4, Hal 284, Universitas Sam Ratulangi.
Devi Annisa, 2016, “Penerapan Hazzard Identification Risk Assessment and Risk
Control (Hirarc) sebagai pengendalian potensi kecelakaan kerja di bagia
produksi body bus PT. X magelang”, e-Journal, Vol 4, No 1. Hal 288,
Universitas Diponegoro
Endroyo Bambang dan Tugino, 2007, “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan
Kerja Konstruksi” Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan, Vol.9, No. 1. Hal 21-
31, Universitas Negeri Semarang.
ILO, 2013,”Sarana Untuk Produktivitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja”
Keberlanjutan Melalui Perusahaan yang Kompentitif dan Bertanggung Jawab
(SCORE). Modul 5/ International Labour Organization, Jakarta.
Kurniati Eni, dkk, “Analisis Potensi Kecelakaan Kerja Pada Departemen Produksi
Springbed Dengan Metode Hazard Identification and Risk Assessment”.
Jurnal teknik Industri, Universitas Brawijaya.
Rocky Bobby, 2013, “keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan proyek
konstruksi” Jurnal Sipil Statistik, Vol.1,No. 6. Hal 430, Universitas
Samratulangi.
Safitri Indah, dkk, 2014 “Identifikasi Potensi Bahaya Kerja dan Pengendalian
Dampak di Unit Produksi Palm Kernel Crushing”, Pontianak.
Sihombing Dameyanti, dkk, 2014, “Implementasi Keselamatan dan kesehatan kerja
(k3) pada proyek di kota bitung” jurnal sipil statistik, Vol.2, No. 3. Hal 124-
130, Universitas Samratulangi Manado.
Supriyadi, Ramdan Fauzi, 2017, “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pada
Divisi Bioler Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment
and Risk Control”. Journal of industrial Hygiene and Occupational Health,
Vol. 1, No.2 Hal 161, Universitas Serang Raya.
Yunita A, dkk, 2015, “Solusi Pencegahan Kecelakaan Kerja Dalam Pelaksanaan
Konstruksi Gedung di Kota Kupang” Jurnal Teknik Sipil, Vol 4, No.2, Hal
148-150, Kupang.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai