FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS TADULAKO 2018 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) sekarang ini telah menduduki tempat yang penting dalam perusahaan terutama dalam pekerjaan konstruksi. Rasa aman dan nyaman dalam bekerja merupakan tuntutan bagi perusahaan untuk dapat memenuhinya dalam rangka memberikan jaminan kerja bagi pekerja proyek maupun karyawan. Kecelakaan Kerja adalah sesuatu yang tidak terduga dan tidak diharapkan yang dapat mengakibatkan kerugian harta benda, korban jiwa/luka/cacat maupun pencemaran. Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan yang terjadi akibat adanya hubungan kerja. Dengan kondisi fisik yang menurun atau menjadi tidak mampu lagi untuk bekerja, penghasilan berkurang atau menjadi tidak ada. Oleh sebab itu perlu pemberian kompensasi akibat kecelakaan dan penyakit kerja. Berdasarkan sifat-sifat unik itu pula, maka sektor jasa konstruksi mempunyai resiko bahaya kecelakaan yang fatal. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja. Peningkatan keselamatan dan kesehatan dalam pekerjaan adalah sebuah fungsi penting dari manajemen yang baik. Peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya sebuah fungsi dari manajemen yang baik, tetapi harus menjadi suatu fungsi normal. Efektivitas fungsi ini, seperti fungsi lain, tergantung pada teknik yang diterapkan. Banyak perusahaan konstruksi memandang kecelakaan sebagai hal kebetulan, tak terduga dan karena itu tidak termasuk dalam manajemen. Jarang yang nampak menjalankan upaya bersungguh sungguh mengatasi masalah total, mencari latar belakang penyebab atau menghitung kerugiannya. Sedikit sekali yang memakai teknik diagnosa dan penaksiran seperti sampling keselamatan, analisis bahaya atau audit keselamatan dimana setiap aspek dalam organisasi tempat kerja dan operasi didasarkan pada survey keselamatan yang terencana dan menyeluruh atau proses pencegahan yang sistematis seperti clearance untuk peralatan dan sebagainya. Angka kecelakaan kerja konstruksi di negara maju sekalipun, masih memerlukan perhatian. Di Inggris, tahun 1999, empat kecelakaan fatal terjadi per 100.000 pekerja dan di tahun 2005 tercatat 2,95 per 100.000 pekerja, Di Amerika tahun 2005 tercatat 11 kecelakaan fatal per 100.000 pekerja. Di negara berkembang, angka kecelakaan kerja lebih buruk lagi. Di India, angka kematian pada pekerjaan konstruksi sebesar 40 per 100.000 pekerja. Di Malaysia, angka kecelakaan kerja secara umum (termasuk sektor konstruksi) tercatat 16 per 1000 pekerja pada 1994 dan 11 per 1000 pekerja pada tahun 2000 di Kuala Lumpur, sedangkan Di Indonesia, statistik kecelakaan menduduki urutan ke-5 se-ASEAN atau terburuk, dibandingkan Singapura sebagai urutan pertama, disusul Malaysia, Thailand dan Filipina. Selanjutnya, penelitian oleh Duff, Alves Diaz menyatakan hasil analisa statistik dari beberapa negara menunjukkan tingkat kecelakaan fatal pada proyek konstruksi adalah lebih tinggi dibanding rata-rata untuk semua industry. Di Amerika, angka kecelakaan konstruksi masih mencapai 16 % dari seluruh kecelakaan kerja. Di Kuwait 42 %, di Hongkong 33 %, dan di Singapura 40 %. di masa depan, pembangunan fasilitas mempunyai permasalahan yang semakin meningkat dan semakin kompleks karena tuntutan kebutuhan manusia yang semakin beragam. Peningkatan permasalahan pembangunan fasilitas itu perlu ditunjang dengan peningkatan perhatian, pemahaman dan pengembangan yang lebih serius di dalam keselamatan kerja konstruksi. Pada tulisan ini akan dibahas berbagai macam teori untuk menganalisis penyebab kecelakaan kerja konstruksi. 1. Deskripsi lokasi kunjungan Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan di FMIPA jurusan Farmasi Universitas Tadulako, yaitu pada proyek konstruksi dalam pembangunan gedung baru atau pembangunan Laboratorium, pada awalnya lahan tersebut merupakan lahan yang kosong dan difungsikan oleh mahasiswa untuk berlalu lalang. Karena keterbatasan lahan maka lahan tersebut akan didirikan sebuah Lab untuk mahasiwa farmasi. Tetapi letak dari pembangunan tersebut tidak strategis dan berada di tengah-tengah gedung perkuliahan. Akibat adanya proyek konstruksi tersebut maka mahasiswa atau pun dosen merasa terganggu akan aktivitas yang dilakukan oleh pekerja, karena pada pagi hari hingga sore hari kegiatan belajar mengajar masih berlangsung dan para pekerjanya pun masih melakukan aktivitas pembangunan tersebut dan itu sangat menggangu, akibat kebisingan yang ditimbulkan dari besi-besi yang digunakan dalam proses pembangunan gedung. Selain itu pula sarana penunjang seperti keran air diletakkan di dekat tempat para pekerja untuk mengambil pasir hal tersebut dapat menimbulkan tanahnya menjadi basah dan licin, akibat tanah yang licin tersebut maka kemungkinan besar kecelakaan kerja dapat terjadi seperti tergelincir. Di tempat pembangunan tersebut juga terdapat paku-paku yang berhamburan dan apabila tukang yang bekerja ditempat itu tidak melihat paku tersebut maka resiko kecelakaan kerja dapat terjadi seperti tertusuk paku, hal itu disebabkan karena para pekerjanya tidak menggunakan alas kaki yang baik dan hanya menggunakan sandal jepit dan ada pula yang hanya menggunakan alas kaki yang tipis. Selain itu para tempat pembengkokan besi berada didepan ruangan perkuliahan dan apabila mahasiswa yang terburu-buru dan tidak hati-hati, kemungkinan besar akan terbentur oleh besi-besi yang akan dibengkokkan, dan peletakan besi-besi tersebut hanya di letakkan disamping ruang perkuliahan dan membuat kondisi sekitaran pembangunan menjadi tidak efektif dan sulit dilalui mahasiswa untuk menuju ke ruangan perkuliahan. 2. Hasil Observasi a. Tabel Potensi Bahaya yang Ditemukan No. Potensi Bahaya Golongan potensi bahaya 1. Tidak memakai APD Kimia 2. Paku-paku yang berhamburan Ergonomi 3. Tanahnya licin Fisika 4. Posisi pekerjanya terlalu membungkuk Ergonomi 5. Sebagian pekerjanya yang tidak kimia menggunakan masker 6. Besi-besi yang berhamburan Ergonomi 7. Tempat pembengkokan besi berada di fisika dekat pintu masuk 8. Selang airnya terletak disembarangan Ergonomi tempat 9. Kabel listriknya beserakan kimia 10. Tidak memakai pakaian kerja yang baik Fisika 11. Kondisi jalan dekat dengan lubang Fisika 12. Banyaknya kayu-kayu yang berhamburan Ergonomi 13. Tetap bekerja saat hujan Fisika b. Tabel daftar bahaya No. Bahaya Deskriptif Bahaya 1. Paku-paku yang berhamburan Paku-paku yang berhamburan dapat menyebabkan seseorang tertusuk paku sehingga menyebabkan penyakit tetanus 2. Tanah yang licin Kemungkinan besar orang terjatuh atau tergelincir karena melewati jalan yang licin 3. Posisi pekerja yang terlalu membungkuk Posisi kerja yang terlalu membungkuk akan menyebabkan terjadinya penyakit MDSS atau menyebabkan gangguan pada persendian 4. Besi-besi yang berhamburan Banyaknya besi-besi yang berhamburan dapat menyebabkan kaki menjadi teriris ataupun tertusuk 5. Tempat pembengkokan besi berada di Peletakkan pemotongan besi pintu masuk dapat beresiko terbenturnya seseorang yang lewat 6. Kabel listrik yang berserakan Akibat adanya kabel listrik yang berserakan dapat menyebabkan pekerjanya dapat tersengat listrik 7. Kondisi jalan dekat dengan lubang Kondisi tersebut dapat menyebabkan orang terjatuh ke dalam lubang dan meneyababkan terbentur. 8. Tidak memakai pakaian kerja yang baik Tidak dapat melindugi tubuh manusia dari aktivitas yang tidak di inginkan yang melukai badan 9. Banyaknya kayu-kayu yang berhamburan Tidak boleh menyimpan benda-benda disembarangan tempat agar tidak mudah terbentur kayu tersebut. 10. Tetap bekerja saat hujan Bekerja pada kondisi iklim yang tidak sesuai maka akan menyebabkan terganggnya konsentrasi pekerja. c. Tabel matriks No. Bahaya Akibat 1. Paku-paku yang berhamburan T 2. Tanah yang licin M 3. Posisi pekerja yang terlalu membungkuk S 4. Besi-besi yang berhamburan T 5. Tempat pembengkokan besi berada di pintu masuk M 6. Kabel listrik yang berserakan T 7. Kondisi jalan dekat dengan lubang S 8. Tidak memakai pakaian kerja yang baik R 9 Banyaknya kayu-kayu yang berhamburan S 10. Tetap bekerja saat hujan R Keterangan : T : Tinggi, memerlukan perencanaan khusus di tingkat manajemen puncak, dan penanganann dengan segera/kondisi darurat. S : Signifikan, mememrlukan perhatian dari pihak manajemen tindakan perbaikan secepat mungkin. M : Moderat, tidak melibatkan manajemen puncak, namun sebaiknya segera diambil tindakan penanganan/kondisi bukan darurat. R : Rendah resiko cukup ditangani dengan prosedur rutin yang berlaku. d. Control Measure Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat kerja seperti adanya paku-paku yang berhamburan yaitu menyimpan benda atau peralatan pada tempatnya dan Memasang material/peralatan yang kurang baik dan pada tempatnya agar tidak mudah terkena oleh orang tang melewati jalan tersebut. (yunita A messah, dkk, 2015) Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat seperti adanya tempat kerja yang mempunyai lantai yang licin hal yang dilakukan untuk mengurangi lantai yang licin tersebut yaitu dengan menjaga kondisi lingkungan agar tidak mudah lembab yang menyebabkan tanahnya menjadi licin dan mematikan keran air apabila sudah tidak digunakan lagi (Eni kurniati, dkk) Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat kerja seperti adanya Posisi pekerja yang terlalu membungkuk hal yang dilakukan agar mengurangi kecelakaan kerja yaitu memberikan pengetahuan kepada para tukang tentang bahaya posisi kerja yang telalu membungkuk dan sebaiknya para pekerjanya menyesuaikan posisinya sesuai dengan pekerjaannya (ILO,2013) Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat kerja seperti adanya Besi-besi yang berhamburan hal yang dilakukan untuk mengurangi bahaya tersebut yaitu dengan cara memindahkan dan mentata dengan baik alat-alat sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan (Eni kurniati, dkk) Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat kerja seperti adanya tempat pembengkokan besi berada di pintu masuk hal yang dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya tersebut yaitu meletakkan alat pembengkokan besi tersebut sesuai dengan tingkatnya masing-masing agar lebih mudah menyesuaikan dengan lingkungan dan tidak mudah terbentur oleh mahasiswa yang lalu lalang (Harwan ahyadi,dkk 2009) Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat kerja seperti adanya kabel listrik yang berserakan yang dilakukan yaitu kabel listrik diberikan pengamanan dan dipasang dengan rapi agar aman bila terkena air (Annisa, dkk, 2016). Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat kerja seperti adanya Kondisi jalan dekat dengan lubang yaitu sebaiknya dilokasi kerja di pasangkan police line atau dipasangkan peringatan tentang bahaya di lokasi kerja agar para pengunjung ataupun para pekerja dapat mengetahui kondisi disekitar lingkungan bahwa ada galian atau lubang (ILO,2013) Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat kerja seperti tidak memakai pakaian yang layak untuk bekerja, solusi yang ditawarkan yaitu sebaiknya para pekerja menggunakan pakaian yang layak pakai agar mampu menjaga tubuh kita dari pengaruh yang dapat melukai tubuh kita. (Dameyanti Sihombing, 2014) Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat kerja seperti adanya kayu-kayu yang berhamburan yaitu solusi yang dapat dilakukan untuk mengurang potensi tersebut yaitu dengan menyimpan benda atau peralatan pada tempatnya dan Memasang material/peralatan yang kurang baik dan pada tempatnya. (yunita A messah, dkk, 2015) Dalam bekerja untuk mengurangi potensi bahaya yang terjadi ditempat kerja seperti tetap bekerja saat hujan, solusi yang ditawarkan untuk mengurangi potensi bahaya tersebut yaitu sebaiknya para pekerjanya mengurangi aktivitas saat hujan karena dapat membuat konsentrasi pekerja menjadi terganggu (ILO,2013) Daftar Pustaka Ahyadi harwan, 2009, “Analisis Identifikasi Bahaya pada proses produksi pada PT X Dengan Metode Risk Assessment”Jurnal Pasti, Vol 9, No 1, Hal 46, Universitas Muhammadiyah Jakarta. Alfons Bryan, 2013 “Manajemen Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pemba,ngunan Ruko Orlens Fashion Manado” Jurnal Sipil, Vol.1 No.4, Hal 284, Universitas Sam Ratulangi. Devi Annisa, 2016, “Penerapan Hazzard Identification Risk Assessment and Risk Control (Hirarc) sebagai pengendalian potensi kecelakaan kerja di bagia produksi body bus PT. X magelang”, e-Journal, Vol 4, No 1. Hal 288, Universitas Diponegoro Endroyo Bambang dan Tugino, 2007, “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja Konstruksi” Jurnal Teknik Sipil & Perencanaan, Vol.9, No. 1. Hal 21- 31, Universitas Negeri Semarang. ILO, 2013,”Sarana Untuk Produktivitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja” Keberlanjutan Melalui Perusahaan yang Kompentitif dan Bertanggung Jawab (SCORE). Modul 5/ International Labour Organization, Jakarta. Kurniati Eni, dkk, “Analisis Potensi Kecelakaan Kerja Pada Departemen Produksi Springbed Dengan Metode Hazard Identification and Risk Assessment”. Jurnal teknik Industri, Universitas Brawijaya. Rocky Bobby, 2013, “keselamatan dan kesehatan kerja pada pelaksanaan proyek konstruksi” Jurnal Sipil Statistik, Vol.1,No. 6. Hal 430, Universitas Samratulangi. Safitri Indah, dkk, 2014 “Identifikasi Potensi Bahaya Kerja dan Pengendalian Dampak di Unit Produksi Palm Kernel Crushing”, Pontianak. Sihombing Dameyanti, dkk, 2014, “Implementasi Keselamatan dan kesehatan kerja (k3) pada proyek di kota bitung” jurnal sipil statistik, Vol.2, No. 3. Hal 124- 130, Universitas Samratulangi Manado. Supriyadi, Ramdan Fauzi, 2017, “Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pada Divisi Bioler Menggunakan Metode Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control”. Journal of industrial Hygiene and Occupational Health, Vol. 1, No.2 Hal 161, Universitas Serang Raya. Yunita A, dkk, 2015, “Solusi Pencegahan Kecelakaan Kerja Dalam Pelaksanaan Konstruksi Gedung di Kota Kupang” Jurnal Teknik Sipil, Vol 4, No.2, Hal 148-150, Kupang. DOKUMENTASI