Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
Gangguan belajar salah satunya adalah gangguan membaca, mengeja dan
berhitung. Hal ini merupakan permasalahan umum yang sering terjdi pada anak usia
3-16 tahun. Selain itu, gangguan belajar juga sering merupakan komorbid dari
penyakit/kelanan tertentu (sekitar 50%) seperti retardasi mental, autisme, cerebal
palsy, dan gangguan pendengaran. Maka dari itu peru dibedakan dengan gangguan
belajar khas. Angka kejadian gangguan bicara dan bahasa antara 1-32% dari populasi
normal, rentang yang lebar ini disebabkan terminology yang digunakan masih rancu,
tergantung pada umur saat diagnosis, keriteria diagnosisyang berbeda, pengamatan
perkembangan bahasa oleh orang tua yang kurang baik, ala diagnosis yang kurang
dapat dipercaya, dan perbedaan dalam metologi pengumpulan data.

Penyebab gangguan bicara dan bahasa bermacam-macam yang melibatkan


berbagai factor yang salng mempengaruhi, seperti lingkungan, kemampuan
pendengaran, kognitif, fungsi saraf, dan emosi psikolgis.

1
BAB II

ISI

F81 GANGGUAN PERKEMBANGAN BELAJAR KHAS


Konsep gangguan ini sebanding dengan gangguan perkembangan khas berbicara dan
berbahasa, mempunyai masalah yang sama dalam hal definisi dan
pengukuran/pemeriksaannya.

Adalah suatu gangguan pada pola normal kemampuan penguasaan keterampilan yang
terganggu sejak stadium awal perkembangan.

 Bukan akibat dari kurangnya kesempatan belajar atau berhubungan dengan


cedera otak penyakit lain.

 Gangguan ini lebih banyak diperkirakan berasal dari kelainan proses kognitif,
khususnya beberapa tipe disfungsi biologis

 Lebih banyak laki-laki dari pada perempuan

DIAGNOSIS

 Secara klinis terdapat hendaya (impairment) yang bermakna dalam


keterampilan skolastik tertentu.beratnya hendaya dinilai dari: ukuran skolastik
(kesempatan belajar, sistem pengajaran, pindah sekolah, dsb), beratnya
gangguan yang mendahului gangguan perkembangan yang mendahului
terutama dalam berbicara atau berbahasa pada usia pra sekolah, pada masalah
yang terkait (minat menurun, aktivitas meningkat, gangguan emosional atau
kelainan tingkah laku), pada pola, dan pada respons.

 Hendayanya harus khusus, bukan karena adanya retardasi mental atau


hendaya ringan pada intelegensia umum. Pedoman klinis yang sederhana
yaitu tingkat pencapaian anak harus jauh dibawah prestasi yang diharapkan
pada anak berumur mental yang sebaya

 Hendaya harus dalam perkembangannya, harus sudah ada pada anak usia
sekolah dan tidak didapatkan kemudian dalam proses perjalanan pendidikan.
Riwayat prestasi sekolah anak harus mendukung data ini.

2
 Harus tidak ada faktor luar yang menjadi alasan untuk kesulitan skolastik.
Diagnosis harus benar2 berdasarkan bukti gangguan secara klinis yg nyata
dalam prestasi skolastik, yang berhubungan dengan faktor intrinsik dalam
perkembangan anak.

 Tidak langsung disebabkan oleh hendaya visus atau pendengaran yang tak
terkoreksi.

DIAGNOSIS BANDING

 Secara klinis penting dibedakan dengan gangguan yang timbul sekunder


akibat beberapa gangguan neurologis seperti serebral palsy

F81.0 GANGGUAN MEMBACA KHAS

Gambaran utama gangguan ini ialah hendaya yang khas dan bermakna dalam
perkembangan kemampuan membaca, yang tidak hanya semata-mata dijelaskan dari
usia mental ketajaman pandangan, atau dari tidak adekuatnya pendidikan di sekolah

DIAGNOSIS

 Kemampuan membaca anak harus secara bermakna lebih rendah tingkatannya


daripada kemampuan yang diharapkan pada usianya, intelegensia umum,
penempatan sekolahnya. Kemampuan ini terbaik dinilai dengan alat tes
kemampuan ketepatan baca dengan pengertian yang baku

 Mungkin ada beberapa kesalahan dalam kemampuan membaca secara lisan


seperti yang digambarkan dengan :

 Dihilangkannya, digantinya, distorsi, atau imbuhan kata atau suku kata.

 Kecepatan membaca yang lamban.

 Salah mengawali, keraguan yang lama, atau kehilangan bagian dari teks dan
tidak tepat menyusun kalimat.

 Memutar-balikkan kata dalam kalimat atau huruf dalam kata.

 Ketidakmampuan mengucapkan kembali isi bacaan.

 Ketidakmampuan menyimpulkan dari materi bacaan.

3
 Mempergunakan pengetahuan umum sebagai latar belakang informasi dari
informasi yang berasal dari cerita tertentu, untuk menjawab pertanyaan dari
cerita yang baru dibacakan.

 Pada akhir masa kanak dan usia dewasa, kesulitan mengeja lebih parah
daripada kesulitan membaca.

 Gangguan perkembangan khas membaca biasanya didahului oleh riwayat


gangguan perkembangan berbicara atau berbahasa.

 Pada masa usia sekolah biasanya disertai gangguan emosional, dan/atau


perilaku. Masalah emosional biasanya lebih banyak pada tahun pertama
sekolah. Sindrom hiperaktif hampir selalu ada pada akhir masa kanak dan
remaja, sering dijumpai rasa rendah diri dan kesulitan penyesuaian disekolah
dan hubungan dengan teman sebaya.

 * Termasuk : “membaca terbalik”, disleksia perkembangan, retardasi


membaca yang khas, kesulitan mengeja yg berhubungan dengan gangguan
membaca

F81.1 GANGGUAN MENGEJA KHAS

Gambaran utama dari gangguian ini adalah hendaya yang khas dan bermakna
dalam perkembangan kemampuan mengeja tanpa riwayat gangguan membaca khas,
yang bukan disebabkan oleh rendahnya usia mental, masalah ketajaman penglihatan
atau pendidikan sekolah yang tidak adekuat, kemampuan untuk mengeja secara
lantang (lisan) dan menuliskan kata secara benar keduanya terkena.

DIAGNOSIS

 Kemampuan mengeja anak harus secara bermakna dibawah tingkat yang


seharusnya sesuai usianya, intelegensia umum, dan tingkat sekolahnya, dan
terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan yang baku

 Kemampuan membaca anak harus dalam batas normal dan tidak ada riwayat
sebelumnya yang bermakna tentang kesulitan membaca.

 Kesulitan dalam mengeja bukan sebagai akibat cara pengajaran yang tidak
adekuat atau kekurangan daya penglihatan, pendengaran atau fungsi

4
neurologis, dan bukan didapat sebagai akibat gangguan neurologis, psikiatrik
lainnya.

 * Termasuk : retardasi mengeja khas tanpa gangguan membaca

F81.2 GANGGUAN BERHITUNG KHAS

Gangguan ini meliputi hendaya yang khas dalam kemampuan berhitung yang
tidak disebabkan oleh retardasi mental atau banyaknya pendidikan sekolah yang tidak
adekuat. Kekurangan ialah pada penguasaan kemampuan dasar berhitung yaitu
tambah, kurang, kali, bagi.

DIAGNOSIS

 Kemampuan berhitung anak harus secara bermakna lebih rendah dari tingkat
yang seharusnya dicapai sesuai dengan usianya, intelegensia umum, tingkat
sekolahnya, dan terbaik dinilai dengan cara pemeriksaan untuk kemampuan
berhitung yang baku. Kesulitan dlm berhitung bukan karena pengajaran yang
tidak adekuat, gangguan penglihatan, pendengaran, atau fungsi neurologis,
dan tidak disebabkan gangguan neurologis, psikiatrik atau lainnya.

 Mempunyai daya persepsi pendengaran dan kemampuan verbal yang normal,


tetapi hendaya kemampuan pengenalan ruang dan persepsi visual, beberapa
bermasalah perilaku sosio-emosiaonal, kesulitan interaksi sosial cukup banyak
ditemukan.

 Beragam kesulitan berhitung : sulit mengerti konsep perhitungan yang


mendasari, tidak mengerti istilah dan lambang matematika, tidak mengenal
angka, kesulitan mengaksarakan upaya penghitungan dasar, kesulitan
mengenal angka yang terkait dengan soal berhitung, kesulitan dalam
menjajarkan angka yang sesuai atau meletakkan titik desimal atau lambang
dalam berhitung, tidak pandai mengatur ruang dalam perhitungan matematika
dan tidak mampu untuk menghafal perkalian secara memuaskan.

 * Termasuk : akalkulia perkembangan, gangguan perkembangan


berhitung, sindrom gerstmann.

5
F81.3 GANGGUAN BELAJAR CAMPURAN

Ini merupakan kategori sisa gangguan yang batasannya tidak jelas; konsep
yang tidak adekuat (tetapi perlu) dengan hendaya pada kemampuan berhitung,
membaca atau mengeja secara bermakna, tetapi tidak dapat dijelaskan sebagai akibat
dari retardasi mental atau pengajaran yang tidak adekuat. Ini harus dipergunakan
untuk gangguan yang memenuhi kriteria pada F81,2, F81.0, atau F81.1.

F81.8 GANGGUAN PERKEMBANGAN BELAJAR LAINNYA

 Termasuk : gangguan perkembangan menulis expresif

F81.9 GANGGUAN PERKEMBANGAN BELAJAR YTT

 Kategori ini harus dihindarkan sebisa mungkin dan dipergunakan hanya untuk
gangguan yang tidak khas dengan disabilitas yang bermakna tentang belajar
yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, masalah ketajaman penglihatan
atau pengajaran yang tidak adekuat

 * Termasuk : disabilitas memperoleh pengetahuan YTT, disabilitas


belajar YTT, gangguan belajar YTT.

TERAPI

 Terapi terpilih untuk gangguan membaca adalah pendekatan pendidikan


pengobatan (remedial educational approach). Seperti dalam psikoterapi,
hubungan ahli terapi dan pasien adalah penting untuk keberhasilan hasil terapi
dalam terapi pendidikan pengobatan.

 Anak-anak dengan gangguan belajar harus ditempatkan dalam kelas yang


sedekat mungkin dengan tingkat fungsional sosialnya dan diberikan tugas
pengobatan khusus dalam membaca. Masalah emosional dan perilaku yang
ada bersama-sama harus diobati dengan cara psikoterapi yang sesuai.
Konseling parental mungkin juga menolong.

6
INTERVENSI

Intervensi adalah ikut campur, membantu individu dalam memecahkan


masalahnya. Untuk menangani anak yang mengalami gangguan belajar, maka
intervensi yang dapat dilakukan adalah:

1.Model psikoedukasi

Mengubah sistem pengajaran sesuai dengan karakteristik belajar anak.

2.Model behavioral

Membangun keterampilan dasar dan perilaku anak.

3.Model medis

Melatih dengan adanya stimulus.

4.Model neuropsikologi

Mengubah dan menyesuaikan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan


anak.

5.Model linguistik

Mengajarkan keterampilan bahasa secara bertahap, membantu menangkap


struktur dan penggunaan kata.

6.Model kognitif

Membantu anak mengenali sifat dari belajar dan tugasnya, menerapkan


strategi untuk memecahkan tugas, memonitor perkembangan anak, terutama
kesuksesan dalam penerapan strategi yang diterapkan anak untuk
memecahkan tugasnya, serta melakukan evaluasi

Anda mungkin juga menyukai