Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

COMBUSTIO

I. PENGERTIAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Dalamnya luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka
bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut.

II. ETIOLOGI

 Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) berupa Gas, Cairan, Bahan padat (Solid)
 Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
 Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
 Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)

III.KLASIFIKASI LUKA BAKAR


A. Luka bakar dapat diklasifikasikan menurut dalamnya jaringan yang rusak:
 Luka bakar derajat satu (superfisial)
Pada luka bakar derajat satu, epidermis mengalami kerusakan atau cedera dan
sebagian dermis turut cedera. Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah, dan
kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami lepuh/bulae.
 Luka bakar derajat dua (partial-thickness)
Luka bakar derajat dua meliputi destruksi epidermis serta lapisan atas dermis dan
cedera pada bagian dermis yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak
merah dan mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti
oleh pengisian kembali kapiler, folikel rambut masih utuh.
 Luka bakar derajat tiga (full-thickness)
Luka bakar derajat tiga meliputi destruksi total epidermis serta dermis, dan pada
sebagian kasus, jaringan yang berada di bawahnya. Warna luka bakar sangat
bervarisi, mulai dari warna putih hingga merah, cokelat atau hitam. Darah yang
terbakar tidak terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar
tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar keringat turut
hancur.
B. Klasifikasi luka bakar berdasarkan luas permukaan tubuh yang terbakar
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama
rule of nine atau rule of wallace yaitu:

 Kepala dan leher = 9%

 Lengan masing-masing 9% = 18%

 Badan depan 18%, badan belakang 18% = 36%

 Tungkai maisng-masing 18% = 36%

 Genetalia/perineum = 1%

Total : 100%
IV.PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

 Penatalaksanaan kedaruratan

Prioritas pertama dalam ruang darurat adalah ABC (airway, breathing,


circulation). Untuk cedera paru yang ringan, udara pernafasan dilembabkan
dan pasien didorong supaya batuk sehingga secret saluran nafas bisa
dikeluarkan dengan penghisapan. Sesudah tercapai status respirasi dan
sirkulasi yang adequat, perhatian harus diberikan kepada luka bakarnya
sendiri. Semua pakaian dan perhiasan pasien dilepas. Perhatian yang cermat
harus diberikan pada tehnik aseptic. Sprei dan selimut yang steril atau
bebas kuman diletakkan di bawah serta di atas tubuh pasien untuk
melindungi daerah luka bakar dari kontaminasi dan untuk mengurangi rasa
nyeri akibat aliran udara.
 Penatalaksanaan Kehilangan cairan dan syok

Setelah menangani kesulitan pernafasan, kebutuhan yang paling mendesak adalah


mencegah terjadinya syok irreversible dengan menggantikan cairan dan elektrolit
yang hilang. Kebutuhan cairan yang diproyeksikan dalam 24 jam pertama
dihitung berdasarkan luas luka bakar. Beberapa kombinasi kategori cairan dapat
digunakan kristaloid/elektrolit misalnya larutan natrium klorida fisiologik atau
larutan Ringer laktat. koloid seperti whole blood, plasma serta plasma expander,

 Perawatan luka umum Pembersihan luka

Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk membersihkan luka bakar. Misalnya


hidrotherapi dengan perendaman total dengan menggunakan larutan salin atau
antiseptic, seperti larutan yodium atau bethadin yang encer.

 Therapi antibiotic topical

Therapi antibakteri topical tidak mensterilkan luka bakar tetapi hanya mengurangi
jumlah bakteri agar keseluruhan populasi mikroba dapat dikendalikan oleh
mekanisme pertahanan tubuh pasien. Therapi topical akan meningkatkan upaya
untuk mengubah luka yang terbuka dan kotot menjadi luka yang tertutup dan
bersih.

 Penggantian Balutan

Balutan dapat diganti di kamar pasien, ruang hidrotherapi, ataupun di bagian


perawatan kurang lebih 20 menit sesudah pemberian analgetik.

 Debridemen
Debridemen merupakan sisi lain pada perawatan luka bakar. Tindakan ini
memiliki dua tujuan :

 Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing,

sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri

 Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan bagi

graft dan kesembuhan luka.


V.PENGKAJIAN
a. Identitas pasien : Nama, Umur, Diagnosa, Jenis Kelamin, Alamat,
Identitas penanggung jawab : Nama, umur, Jenis Kelamin, Alamat,
Hubungan dengan klien
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Kaji keluhan utama dan tanyakan penyebab luka bakar – kimia,
termal atau listrik, waktu terjadinya luka bakar (penting untuk
kebutuhan resusitasi, cairan yang mana dihitung dari waktu cedera
luka bakar, bukan dari waktu tiba ke RS), tempat terjadinya luka
bakar (area terbuka atau tertutup) dan alergi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji ada tidaknya riwayat terkena luka bakar sebelumnya,
lama/tidaknya proses penyembuhan luka bakar
Riwayat Penyakit Keluarga
Kaji ada tidaknya penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, dan
Alergi yang dapat menghambat proses penyembuhan luka bakar
c. Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum
Kaji Tingkat Kesadaran dan Tanda-tanda Vital
 Sistem Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama
(kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi
cedera inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar
lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi
sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi
nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal);
sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

 Sistem kardiovaskuler
Pada luka bakar lebih dari 20 % APTT, ditemukan hipotensi
(syok), penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang
cedera; vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi,
kulit putih dan dingin (syok listrik). Takikardi (syok, ansietas,
nyeri), disritmia (syok listrik).

 Sistem integumen
Kulit: destruksi jaringan dalam mungkin tidak terjadi selama 3-5
hari sehubungan dengan proses trombus mikrovaskuler pada
beberapa luka. Area kulit yang tidak terbakar mungkin lembab /
dingin, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya
penurunan curah jantung, sehubungan dengan kehilangan cairan.
Cedera api:
Terdapat area cedera campuran dalam sehubungan dengan
pariase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu
hidung gosong, mukosa hidung dan mulut kering, merah, lepuh
pada faring posterior, dan edema lingkar mulut dan lingkar nasal.
Cedera kimia:
Tampak luka bervariasi sesuai dengan penyebab. Kulit mungkin
coklat kekuningan dengan tekstur seperti kulit samak halus;
lepuh, ulkus, nekrosis, atau jaringan parut tebal. Cedera secara
umum lebih dalam dari tampaknya, secara perkutan dan
kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik:
Cedera kutaneus eksternal diasanya lebih sedikit dari dibawah
nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada
proksimal tubuh tertutup, dan luka termal sehubungan dengan
pakaian terbakar.
Kaji luka bakar akan keluasannya dengan menggunakan grafik
Lund dan Browder atau Rule of nine.
Kaji kedalaman luka, yang dapat:
a) Ketebalan partial superfisial-melibatkan epidermis;
Dikarakteristikan oleh nyeri tekan, sedikit bengkak, dan
eritema yang memucat dengan tekanan.
b) Ketebalan partial-meliputi epidermis dan dermis;
Dikarakteristikan oleh eritema, kering, atau luka lembab
nyeri, edema, dan pembentukan lepuh.
c) Ketebalan penuh-meliputi semua lapisan kulit, sering meluas
sampai jaringan subkutan dan otot; dikarakteristikan oleh
luka kering, keras, tidak nyeri, berkulit yang berwarna putih
atau hitam.

 Sistem Persarafan:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks
tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang
(syok listrik); laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan
ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran timpanik
(syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).
Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua
sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat
kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat
tiga tidak nyeri.

 Sistem Pencernaan :
Penurunan bising usus atau tidak ada, khususnya pada luka bakar
dengan kutaneus lebih besar dari 20 % sebagai stres penurunan
motilitas / peristaltik gastrik. Kaji akan anorexia, mual, dan
muntah.

 Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat;
warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin,
mengindikasikan kerusakan otot dalam; diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi);
penurunan bising usus/tak ada; khususnya pada luka bakar
kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.

 Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak
terbukti selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus
mikrovaskuler pada beberapa luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn
dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar.
Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah;
lepuh pada faring posterior;oedema lingkar mulut dan atau
lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit
samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal.
Cedera secara mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan
dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah
cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit
di bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi
luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan
aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal
sehubungan dengan pakaian terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor,
kontraksi otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).

 Aktifitas/istirahat:
Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang
gerak pada area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan
tonus.

 Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan,
kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal,
menarik diri, marah.

d. Pemeriksaan Diagnostik

 LED: mengkaji hemokonsentrasi.

 Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini


terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.

 Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.

 BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.

 Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan


kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.

 Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

 Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka


bakar masif.

 Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.


PATOFISIOLOGI
Graft pada luka bakar
Jika lukanya dalam (full-thickness) atau sangat luas, reepiteliasisasi spontan tidak
mungkin terjadi. Karena itu diperlukan graft (pencangkokan) kulit dari pasien itu
sendiri (autograft).

PROSES KEPERAWATAN KLIEN COMBUSTIO

DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Berdasarkan data-data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada
klien luka bakar diantaranya adalah :
 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi tracheobronchiale, trauma
inhalasi.

 Nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan

 Aktual/resiko ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


status hipermetabolik, katabolisme protein.

 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan


kekuatan dan tahanan.

 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit karena luka
bakar.

 Resiko infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh primer, kerusakan
jaringan.

 Aktual/Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan penguapan cairan tubuh yang
berlebihan.
 Gangguan konsep diri : Body image berhubungan dengan kejadian traumatic, kecacatan.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Meningkatkan pertukaran gas dan bersihan jalan nafas.

 Pemeriksaan untuk mengkaji pertukaran gas yang adekuat dan bersihan jalan nafas
merupakan aktivitas keperawatan yang esensial. Frekuensi, kualitas dan dalamnya respirasi
harus dicatat. Tindakan perawatan pulmoner yang agresif, termasuk tindakan membalikan
tubuh pasien, mendorong pasien untuk batuk serta bernafas dalam, memulai inspirasi kuat
yang periodic dengan spirometri, dan mengeluarkan timbunan secret melalui pengisapan
trachea jika diperlukan, semuanya ini merupakan tindakan yang penting terutama pada
pasien luka bakar dengan cedera inhalasi.
 Pengaturan posisi tubuh pasien untuk mengurangi kerja pernafasan serta meningkatkan
ekspansi dada yang maksimal, dan pemberian oksigen yang dilembabkan atau pelaksanaan
ventilasi mekanis, dapat menurunkan lebih lanjut stress metabolic dan memastikan
oksigenasi jaringan yang adekuat.

Mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan.

 Nyeri terasa lebih hebat pada luka bakar derajat dua ketimbang pada luka bakar derajat tiga,
karena ujung-ujung sarafnya tidak rusak. Ujung-ujung saraf yang terpajan sangat sensitive
terhadap aliran udara yang dingin sehingga diperlukan kassa penutup steril yang bisa
membantu mengurangi rasa nyeri tersebut. Untuk meningkatkan efektivitas pengobatan
nyeri, preparat analgetik harus sudah diberikan sebelum nyeri terasa sangat hebat.
 Intervensi keperawatan seperti mengajarkan teknik-teknik relaksasi kepada pasien,
memberikan kemampuan kepada pasien untuk mengontrol sendiri proses perawatan lukanya
serta pemakaian analgetiknya, dan terus menerus menentramkan kekhawatiran pasien,
merupakan tindakan yang sangat membantu.

 Pendekatan lainnya untuk mengurangi nyeri adalah pengalihan perhatian melalui program
video atau video games, hypnosis, biofeedback, dan modifikasi perilaku juga berguna bagi
penanganan nyeri.

Mempertahankan nutrisi yang adekuat.


 Perawat harus kolaborasi dengan ahli gizi untuk merencanakan diet tinggi kalori tinggi
protein yang dapat diterima oleh pasien. Suplemen nutrisi seperti ensure atau resource
dapat ditawarkan pula. Asupan kalori pasien harus dicatat Suplemen vitamin dan mineral
boleh diberikan.
 Lingkungan pasien sedapat mungkin harus dibuat menyenangkan pada jamjam makan.
Memesan makanan yang disukai pasien dan menawarkan kudapan yang kaya akan protein
serta vitamin merupakan cara-cara untuk mendorong pasien agar mau meningkatkan secara
bertahap asupan makanannya.

Meningkatkan Mobilitas Fisik.

 Prioritas dini adalah mencegah komplikasi akibat imobilitas. Bernafas dalam, membalikan
tubuh, dan mengatur posisi yang benar merupakan praktik keperawatan yang esensial untuk
mencegah atelektasis serta pneumonia, untuk mengendalikan edema, dan untuk mencegah
decubitus serta kontraktur.
 Latihan gerak yang aktif maupun pasif dapat dimulai sejak awal masuk rumah sakit dan
kemudian dilanjutkan dengan pembatasan yang ditentukan oleh dokter setelah dilakukan
pencangkokan kulit. Bidai atau alat-alat fungsional lainnya dapat digunakan pada ekstremitas
untuk mengendalikan kontraktur.

Memperbaiki Integritas Kulit dengan Perawatan Luka

 waktu dalam perawatan luka bakar.Fungsi keperawatan mencakup pengkajian serta


pencatatan setiap perubahan atau kemajuan dalam proses kesembuhan luka dan menjaga
agar semua anggota tim perawatan terus mendapatkan informasi tentang berbagai
perubahan pada luka atau penanganan pasien.

Mencegah Infeksi.

 Perawat bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang aman serta bersih dan
meneliti luka bakar dengan cermat guna mendeteksi tanda-tanda dini infeksi, hasil
pemeriksaan kultur dan pemeriksaan leukosit harus dipantau.
 Teknik aseptic harus diterapkan dalam prosedur perawatan luka bakar serta prosedur
invasive lainnya. Seperti pemasangan infuse dan kateter urin. Membasuh tangan dengan
teliti sebelum dan sesudah menyentuh setiap pasien juga merupakan komponen yang
esensial dalam pencegahan infeksi.
 Perawat harus melindungi pasien terhadap sumber-sumber kontaminasi yang mencakup
pasien lain, anggota staf keperawatan, pengunjung dan peralatan. Para pengunjung harus
menjalani skrining agar pasien luka bakar yang fungsi kekebalannya terganggu tidak terkena
mikroorganisme yang pathogen. Memandikan bagian-bagian tubuh yang tidak terbakar dan
mengganti linen yang dilakukan secara teratur dapat membantu mencegah infeksi.

Memulihkan keseimbangan Cairan dan Elektrolit

 Perawat harus memeriksa Tanda-tanda Vital dan keluaran urin dengan sering disamping
menilai tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis, serta curah jantung pada pasien
luka bakar yang berat. Volume cairan yang diinfuskan harus sebanding dengan volume
haluaran urin. Kadar elektrolit serum juga harus dipantau.

Memperkuat Strategi koping.

 Dalam fase akut perawatan luka bakar, pasien sedanga berhadapan dengan realitas trauma
luka bakar dan berduka karena mengalami kehilangan yang nyata. Depresi, regresi dan
perilaku manipulatip merupakan mekanisme koping yang lazim digunakan oleh pasien-
pasien luka bakar. Perawat dapat membantu pasien untuk mengembangkan strategi koping
yang efektif dengan menetapkan harapan yang spesifik terhadap perilaku, meningkatkan
komunikasi yang jujur untuk membangun hubungan saling percaya, membantu pasien dalam
mempraktikan berbagai strategi yang tepat, dan memberikan dorongan yang positif bila
diperlukan.

EVALUASI

Memelihara pertukaran gas dan bersihan jalan nafas

 Memperlihatkan frekuensi respirasi antara 12 dan 20 x/mnt

 Memperdengarkan suara paru yang bersih pada auskultasi

 Memperlihatkan tingkat saturasi oksigen arterial yang melebihi 96% (dengan oksimetri denyut
nadi)

 Memiliki secret respirasi yang minimal, tidak berwarna dan encer. Mengalami nyeri yang minimal
Mengalami nyeri yang minimal

 Memerlukan preparat analgetik hanya untuk aktifitas fisiotherapi atau perawatan luka yang
spesifik
 Melaporkan nyeri yang minimal

 Tidak memperlihatkan tanda-tanda fisiologik atau nonverbal yang menunjukkan terdapatnya


nyeri yang sedang atau berat

 Menggunakan tindakan untuk mengendalikan nyeri seperti tehnik relaksasi, imajinasi, dan
distraksi untuk mengatasi serta menghilangkan gangguan rasa nyaman

 Dapat tidur tanpa terganggu oleh rasa nyeri

 Melaporkan bahwa kulit terasa nyaman tanpa rasa gatal atau kencang.

Memperlihatkan status nutrisi yang anabolic

 Mengalami kenaikan berat badan setiap hari sesudah sebelumnya menunjukan penurunan
awal yang terjadi sekunder karena dieresis cairan dan tidak adanya asupan makanan atau
cairan peroral
 Tidak menunjukan tanda-tanda defisiensi protein, vitamin atau mineral

 Memenuhi kebutuhan nutrisi yang diperlukan lewat asupan peroral

 Turut berpartisipasi dalam memilih makanan yang mengandung nutrient

 Memperlihatkan kadar protein serum yang normal

Mempertlihatkan mobilitas fisik yang optimal

 Memperbaiki kisaran gerak pada sendi setiap hari


 Mempertlihatkan kisaran gerak pra-luka bakar pada semua sendi

 Tidak mengalami tanda-tanda kalsifikasi disekitar sendi

 Turut berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari


Memperlihatkan perbaikan integritas kulit

 Mempertahankan kulit yang secara umum tampak utuh dan bebas dari infeksi, decubitus,
serta cedera
 Memperlihatkan daerah-daerah luka terbuka yang berwarna merah muda, mengalami
reepitelialisasi dan bebas dari infeksi

 Memperlihatkan lokasi donor (tempat cangkokan kulit diambil) yang bersih dan sedang
berada dalam proses kesembuhan

 Sudah memperlihatkan luka yang sembuh, teraba lunak dan halus

 Memperlihatkan kulit yang licin dan elastic

Tidak mengalami infeksi local maupun sistemik

 Memperlihatkan hasil pemeriksaan kultur dengan jumlah bakteri yang minimal


 Memperlihatkan hasil pemeriksaan kultur sputum dan urin yang normal

Mencapai keseimbangan cairan yang optimal

 Mempertahankan asupan serta keluaran cairan dan berat badan yang mempunyai korelasi
dengan pola yang diharapkan
 Memperlihatkan tanda-tanda vital, CVP, tekanan arteri pulmonalis yang tetap berada dalam
batas-batas yang direncanakan

 Memperlihatkan peningkatan haluaran urin sebagai reaksi terhadap pemberian diuretic dan
preparat vasoaktif

 Memiliki frekuensi denyut jantung yang kurang dari 110 x/mnt dengan irama sinus yang
normal

Menggunakan strategi koping untuk menghadapi masalah pasca luka bakar


 Dengan kata-kata mengutarakan reaksi terhadap luka bakar, prosedur terapeutik, kehilangan
 Turut bekerja sama dengan petugas kesehatan dalam pelaksanaan terapi yang diperlukan

 Turut berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenaan dengan perawatan

 Dengan kata-kata mengutarakan kemampuan dan tujuan yang realistic

 Memperlihatkan sikap yang penuh harapan terhadap masa depan

DAFTAR PUSTAKA

Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I. Penerbit
Buku Kedoketran EGC. Jakarta.

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Edisi 3. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta.

Brunner and suddart. (1997). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai