Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian
dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh
total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang
lainnya.Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan
cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler
(plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak
diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal,
cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

1.2.Rumusan Masalah
a. Bagaimana anamnesa gangguan system perkemihan dan endokrin ?
b. Bagaimana pasien dengan BNO/IVP, USG ginjal ?
c. Bagaimana pemeriksaan fisik dehidrasi, overload cairan/edema, kurang mineral ?
1.3.Tujuan
a. Untuk mengetahui anamnesa ganggua system perkemihan dan endokrin.
b. Untuk mengetahui persiapan pasien dengan BNO/IVP, USG Ginjal ?
c. Untuk mengetahui pemeriksaan fisik dehidrasi, overload cairan/edema, kurang mineral.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Anamnesa Gangguan System Perkemihan Dan Endokrin

Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh perawat


untuk mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan secara sistematis.Proses
pengkajian meliputi tiga fase, yaitu wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.
Adapun ketiga fase tersebut adalah sebagai berikut :

1. Wawancara (Anamnesa)
Tujuan wawancara adalah mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
mengidentifikasi dan merencanakan tindakan keperawatan, dan memberi kesempatan
pada perawat untuk mulai mengembangkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Adapun data-data yang dikumpulkan selama fase wawancara terkait pengkajiankep
kerawatan system perkemihan adalah sebagai berikut :
a. Riwayat kesehatan sekarang

Disfungsi ginjal dapat menimbulkan serangkaian gejala yang kompleks dan


tampak di seluruh tubuh. Riwayat sakit harus mencakup informasi berikut yang
berhubungan dengan fungsi renal dan urinarius.

1) Keluhan utama pasien atau alasan utama mengapa ia datang ke rumah sakit.
2) Adanya rasa nyeri: kaji lokasi, karakter, durasi, dan hubungannya dengan urinasi;
faktor-faktor yang memicu rasa nyeri dan yang meringankannya.
3) Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan,
perubahan nafsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan
penglihatan kabur.
4) Pola eliminasi
a) Kaji frekuensi, urgensi, dan jumlah urine output.
b) Kaji perubahan warna urin.
c) Kaji adanya darah dalam urin.
d) Disuria; kapan keluhan ini terjadi : pada saat urinasi, pada awal urinasi, atau
akhir urinasi.

2
e) Hesitancy; mengejan : nyeri selama atau sesudah urinasi.

5) Inkontinensia (stress inkontinensia; urge incontinence; overflow incontinence;


inkontinensia fungsional). Adanya inkontinensia fekal menunjukkan tanda
neurologik yang disebabkan oleh gangguan kandungkemih.

6) Dapat menyumbat sebagian urethra, menyebabkan tidak adekuatnya pengosongan


kandung kemih.

7) Pola nutrisi – metabolic

a) Kaji jumlah dan jenis cairan yang biasa diminum pasien : kopi, alkohol,
minuman berkarbonat. Minuman tersebut sering memperburuk keadaan
inflamasi system perkemihan.
b) Kaji adanya dehidrasi ; dapat berkontribusi terjadinya infeksi saluran kemih,
pembentukkan batu ginjal, dan gagal ginjal.
c) Kaji jenis makanan yang sering dikonsumsi pasien. Makanan yang
mengandung tinggi protein dapat menyebabkan pembentukkan batu saluran
kemih. Makanan pedas memperburuk keadaan inflamasi system perkemihan.
d) Kaji adanya anoreksia, mual, dan muntah. Keadaan tersebut dapat
mempengaruhi status cairan.
e) Kaji kebiasaan mengkonsumsi suplemen vitamin, mineral, dan terapi herbal.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
1) Riwayat infeksi traktur urinarius
a) Terapi atau perawatan rumah sakit yang pernah dialami untuk menanggani
infeksi traktus urinarius, berapa lama dirawat.
b) Gejala panas atau menggigil.
c) Sistoskopi sebelumnya, riwayat penggunaan kateter urine dan hasil-hasil
pemeriksaan diagnostik renal atau urinarius
2) Riwayat keadaan berikut ini :
a) Hematuria, perubahan warna, atau volume urin.
b) Nokturia dan sejak kapan dimulainya.
c) Penyakit pada usia kanak-kanak (“strep throat”, impetigo, sindrom

3
nefrotik).
d) Batu ginjal (kalkuli renal), ekskresi batu kemih ke dalam urin.
e) Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes
mellitus, hipertensi, trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan
neurologi lain, lupus eritematosus sistemik, scleroderma, infeksi
streptococcus pada kulit dan saluran napas atas, tuberculosis, hepatitis
virus,Gangguan kongenital, kanker, dan hyperplasia prostate jinak).
3) Untuk pasien wanita : kaji jumlah dan tipe persalinan (persalinan pervaginan,
sectio caesarea); persalinan dengan forseps; infeksi vagina, keputihan atau
iritasi; penggunaan kontrasepsi.
4) Adanya atau riwayat lesi genital atau penyakit menular seksual.
5) Pernahkah mengalami pembedahan ; pelvis atau saluran perkemihan.
6) Pernahkah menjalani terapi radiasi atau kemoterapi.
7) Kaji riwayat merokok. Merokok dapat mengakibatkan risiko kanker kandung
kemih. Angka kejadian tumor kandung kemih empat kali lebih tinggi pada
perokok daripada bukan perokok.

c. Riwayat kesehatan keluarga


1. Kaji adanya riwayat penyakit ginjal atau kandung kemih dalam keluarga
(polisistik renal, abnormalitas kongenital saluran kemih, sindrom Alport’s /
nephritis herediter).
2. Kaji adanya masalah eliminasi yang dikaitkan dengan kebiasaan keluarga

d. Riwayat kesehatan sosial


1. Kaji riwayat pekerjaan, apakah terpapar oleh bahan-bahan kimia seperti phenol
dan ethylene glycol. Bau ammonia dan kimia organic dapat meningkatkan risiko
kanker kandung kemih. Pekerja tekstil, pelukis, peñata rambut, dan pekerja
industri mengalami risiko tinggi terkena tumor kandung kemih. Seseorang yang
lebih sering duduk cenderung mengalami statis urin sehingga dapat
menimbulkan infeksi dan batu ginjal.
2. Seseorang yang mengalami demineralisasi tulang dengan keterbatasan aktivitas

4
fisik menyebabkan peningkatan kalsium dalam urin.
3. Laki-laki cenderung mengalami inflamasi prostat kronik atau epididimis setelah
mengangkat barang berat atau mengendarai mobil dengan jarak jauh.
4. Perlu juga informasi tempat tinggal pasien. Dataran tinggi lebih berisiko terjadi
batu saluran kemih karena kandungan mineral meningkat dalam tanah dan air di
daerah dataran tinggi.

e. Pengobatan
1. Diuretik dapat mengubah kuantitas dan karakter output urin.Phenazopyridine
(pyridium) dan nitrofurantoin (macrodantin) dapat mengubah warna urin.
2. Anticoagulant dapat menyebabkan hematuria.
3. Antidepresant, antihistamin, dan obat-obatan untuk mengatasi gangguan
neurology dan musculoskeletal, dapat mempengaruhi kemampuan kandung
kemih atau sphinter untuk berkontraksi atau relaksasi secara normal.

f. Pola persepsi – kognitif


1. Apakah gangguan eliminasi urin mempengaruhi perasaan dan kehidupan normal
pasien.
2. Bagaimana perasaan pasien saat menggunakan kateter, kantung urin.

2. Pemeriksaan
a) Pemeriksaan Fisik
1) Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi
2) Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh
3) Pemeriksaan fisik sistem perkemihan.
4) Teknik pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Kemungkinan kelainan yang ditemukan :


. a. Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.

5
Pasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau
pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi
gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar,
tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi
dehidrasi. Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.
b. Mulut
Stomatitis, napas bau amonia
c. Wajah
Moon face
d. Abdomen
Pembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri
permukaan indikasi disfungsi
renal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau
tegang.

e. Meatus urinary

Laki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai
sarung tangan untuk membuka meatus urinary.
Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan.
Perhatikan meatus urinary

2. Palpasi

a. Ginjal
1) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi
ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan palpasi bila ragu
karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
2) Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.

3) Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka.
Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau
ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi,
bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya terdapat

6
deviasi meatus urinary seperti defek kongenital. Jika terjadi pembesaran ginjal,
maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius.
Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal. Tenderness/lembut pada
palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik. Ketidaksimetrisan
ginjal indikasi hidronefrosis.

4) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri
mendorong ke atas.

5) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kanan

b. Kandung kemih
Secara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi
urin maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.
3. Perkusi
a. Ginjal
1) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.

2) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA),


lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan
kepalan tangan dominan.

3) Ulangi prosedur untuk ginjal kanan. Jika kandung kemih penuh maka akan
teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif. Tenderness dan nyeri pada perkusi
CVA merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.

b. Kandung kemih

1) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di
atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi
sampai setinggi umbilicus.

2) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk


mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region
suprapubic. Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml,

7
maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis
.
4. Auskultasi
Gunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut
kostovertebral dan kuadran atas abdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada
aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke
ginjal (stenosis arteri ginjal)

2.2. Persiapan Pasien Dengan BNO/IVP, USG Ginjal

1. BNO/IVP
BNO (Blass Nier Overzicht) adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk
mengetahui kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria. IVP (Intra Venous
Pyelography) adalah pemeriksaan radiografi dengan cara menyuntikkan zat kontras melalui pembuluh
darah vena. Tujuan pemeriksaan untuk menggambarkan anatomi dari pelvis renalis dan sistem calyses serta
seluruh tractus urinarius dengan penyuntikan kontras media positif secara intra vena. Pemeriksaan ini dapat
mengetahui kemampuan ginjal mengkonsentrasikan bahan kontras tersebut. Fungsi ginjal adalah
tempatnya membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan racun yang tidak
dibutuhkan dalam berntuk air seni.
a. Kontra Indikasi
1) Alergi terhadap media kontras.
2) Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung.
3) Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung.
4) Multi myeloma.
5) Neonatus.
6) Diabetes mellitus tidak terkontrol/parah.
7) Pasien yang sedang dalam keadaan kolik.
8) Hasil laboratorium ureum <60mg% dan creatinin <2mg%

b. Efek samping
1) Efek samping yang ditimbulkan oleh media kontras BNO IVP.

8
2) Efek samping ringan, seperti mual, gatal-gatal, kulit menjadi merah dan bentol-bento.
3) Efek samping sedang, seperi edema dimuka/pangkal tenggorokan
4) Efek samping berat, seperti shock, pingsan, gagal jantung
5) Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium (makanan laut) dankelainan
pada jantung.
6) Efek samping terjadi pada pasien yang alergi terhadap yodium (makanan laut) dan kelainan pada
jantung.. Pencegahan alergi pada pasien sebelum dimasukan kontras dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Melakukan skin test. Skin test adalah tes kepekaan kulit terhadap bahan kontras yang disuntikkan
sedikit dipermukaan kulit (subkutan). Bila terjadi reaksi merah atau bentol diarea itu, segera
laporkan radiolog/dokter yang jaga.
b) Melakukan Intra Vena test setelah skin test dinyatakan aman. IV test yaitu dengan menyuntikan
bahan kontras kurang lebih 3-5cc kedalam vena. Segera laporkan dokter jika terjadi reaksi.
c) Memberikan obat pencegahan alergi seperti antihistamin sebelum pemasukan bahan kontras
(contohnya : diphenhydramine).Tindakan penyembuhan (yang dilakukan setelah bahan kontras
itu masuk tubuh dan menimbulkan alergi)
d) Reaksi ringan seperti rasa mual dapat diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk tarik nafas
dalam lalu keluarkan melalui mulut.
e) Reaksi berat diperlukan pengobatan atau pertolongan lainnya atau bila perlumenghentikan
pemeriksaan (sesuai arahan radiologi).

c. Persiapan pemeriksaan.
1. BNO-IVP dilakukan setelah foto polos abdomen
2. IVP menggunakan kontras berupa Iodine
3. Dilakukan foto secara berulang kali (mengikuti pergerakan kontras): menit ke
5, 15, 30 atau 45 dan post miksi.
4. Diperlukan pemeriksaan kadar kreatinin untuk menentukan dosis kontras. Jika
kreatinin diatas 3mg%: tidak boleh dilakukan IVP.
Tujuan prosedur persiapan pasien tersebut adalah untuk membersihkan usus (gastrointestinal) dari udara dan
faeces yang dapat mengganggu visualisasi dari foto IVP ataumenutupi gambaran ginjal dan saluran-salurannya.
Pemeriksaan yang tidak baik terlihat dari bayangan lucent di usus karena udara dan feses.

9
a. Persiapan alat
a. Peralatan Steril
a) Wings needle No. 21 G (1 buah)
b) Spuit 20 cc (2 buah)
c) Kapas alcohol atau wipes2)
b. Peralatan Un-Steril
a) Plester
b) Marker R/L dan marker waktu
c) Media kontras Iopamiro (± 40 – 50 cc)
d) Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)
e) Baju pasien
f) Tourniquet

d. Prosedur pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan BNO IVP adalah :
1) Pasien diwawancarai untuk mengetahui sejarah klinis dan riwayat alergi.
2) Pasien diminta untuk mengisi informed consent (surat persetujuan tindakan medissetelah pasien
dijelaskan semua prosedur pemeriksaan).
3) Buat plain photo BNO terlebih dahulu dengan tujuan Untuk menilai persiapan yangdilakukan pasien,
untuk melihat keadaan rongga abdomen khususnya tractus urinariasecara umum.,untuk menentukan
faktor eksposi yang tepat untuk pemotretanberikutnya sehingga tidak terjadi pengulangan foto karena
kesalahan faktor eksposi.
4) Jika hasil foto BNO baik, lanjutkan dengan melakukan skin test dan IV test sebelumdimasukkan bahan
kontras melalui vena fossa cubiti

5) Sebelum melakukan penyuntikan, pasien ditensi terlebih dahulu.


6) Menyuntikkan bahan kontras secara perlahan-lahan dan menginstruksikan pasienuntuk tarik nafas
dalam lalu keluarkan dari mulut guna menminialkan rasa mual yangmungkin dirasakan pasien
7) Membuat foto 5 menit post injeksi
8) Membuat foto 15 menit post injeksi.
9) Membuat foto 30 menit post injeksi

10
10) Pasien diminta untuk turun dari meja pemeriksaan untuk buang air kecil(pengosongan blass)
kemudian difoto lagi post mixi.
11) Foto IVP bisa saja dibuat sampai interval waktu berjam-jam jika kontras belum turun

e. Kekurangan dan kelebihan pemeriksaan BNO IVP


1) Kelebihan
a) Bersifat invasif.
b) IVP memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter dapatmendiagnosa dan
memberikan pengobatan yang tepat mulai dari adanya batuginjal hingga kanker tanpa harus
melakukan pembedahan
c) Diagnosa kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal dapatdilakukan.
d) Radiasi relative rendah
e) Relative aman
2) Kekurangan
Selalu ada kemungkinan terjadinya kanker akibat paparan radiasi yang diperoleh.
a) Dosis efektif pemeriksaan IVP adalah3 mSv,sama dengan rata-rata radiasi yangditerima dari alam
dalam satu tahun.
b) Penggunaan media kontras dalam IVP dapat menyebabkan efek alergi padapasien, yang
menyebabkan pasien harus mendapatkan pengobatan lanjut.
c) Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil
2. Persiapan Pasien Dengan USG Ginjal
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan
diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran
anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan USG ginjal
bersifat noninvaif, tidak bergantung faal ginjal, tanpa kontras, tidak menimbulkan rasa sakit
pada penderita, tidak dijumpai efek samping, dapat dilakukan dengan cepat, aman, dan data
yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Tidak ada kontraindikasinya, karena
pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita. Ginjal terletak
retroperitoneal terhadap dinding belakang abdomen. Kutub bawah dan bagian tengah ginjal
lebih mudah dilihat karena letaknya jauh dibawah iga. Namun demikian, posisi ginjal sangat
variable.

11
a. Persiapan Pasien :
Sebenarnya tidak diperlukan persiapan khusus. Walaupun demikian para penderita
dengan obstipasi, sebaiknya semalam sebelumnya diberikan laksansia. Untuk pemeriksaan
alat – alat di rongga perut bagian atas, sebaiknya dilakukan dalam keadaan puasa dan pagi
hari dilarang makan dan minum yang dapat menimbulkan gas dalam perut karena akan
mengaburkan gambar organ yang diperiksa. Untuk pemeriksaan kandung empedu dianjurkan
puasa sekurang-kurangnya 6 jam sebelum pemeriksaan, agar diperoleh dilatasi pasif yang
maksimal. Untuk pemeriksaan kebidanan dan daerah pelvis, buli –buli harus penuh.
Teknik Pemeriksaan USG Ginjal :
1) Posisi supine & lateral decubitus
2) Menggunakan gel sebagai coupling medium
3) Transduser 3,5 MHz yang umum dipakai. Transduser 5 MHz untuk menghasilkan
gambar yang sangat baik pada anak-anak/ dewasa kurus.
4) Menahan nafas pada saat inspirasi maksimal memindahkan ginjal ke arah inferior
sekitar 2,5 cm dan dapat menghasilkan gambar lebih baik.

a) USG Ginjal kanan:


Transduser sepanjang batas lateral subkostal kanan pada garis aksilaris anterior selama
menahan napas saat inspirasi.
b) USG Ginjal kiri:
Pasien pada posisi right lateral decubitus dan probe di garis aksilaris posterior kiri atau
di sudut kostovertebra kiri.

2.3. Pemeriksaan Fisik ; Dehidrasi, Overload Cairan/Edema.

1. Pemeriksaan Fisik Dehidrasi


Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada kasus dehidrasi adalah melihat tanda-
tanda berikut ini:
a. Tekanan darah yang rendah
b. Tekanan darah semakin menurun saat dilakukan perubahan posisi dari berbaring
menjadi berdiri.
c. Detak jantung makin cepat.

12
d. Turgor kulit buruk (tidak elastis)
e. Capillary refill turun
f. Shock

Sementara itu, tes yang dapat dilakukan adalah:

a. Kimia darah, untuk mengecek elektrolit, terutama kadar sodium, potassium dan
bikarbonat.
b. Urine spesific gravity. Jika nilainya tinggi, berarti menandakan dehidrasi yang
signifikan.
c. BUN ↑ (> 18 mg/dl), Creatinin plasma↑ (>1,2 mg/dl)
d. Hemokonsentrasi (↑ HCT, ↑ Albumin)
e. Hipotensi orthostatik
f. Takikardia.
g. Complete blood count untuk mengetahui yang terkonsentrasi dalam darah

2) Manifestasi Klinis
Berikut ini gejala atau tanda dehidrasi berdasarkan tingkatannya. Dehidrasi
ringan (kehilangan cairan 2-5% dari BB semula)
1) Haus, gelisah
2) Denyut nadi 90-110 x/menit, nafas normal
3) Turgor kulit normal
4) Pengeluaran urine (1300 ml/hari)
5) Kesadaran baik
6) Denyut jantung meningkat

a. Dehidrasi sedang (kehilangan cairan 5% dari BB semula)


1) Haus meningkat
2) Nadi cepat dan lemah
3) Turgor kulit kering, membran mukosa kering
4) Pengeluaran urien berkurang.

13
5) Suhu tubuh meningkat

b. Dehidrasi berat (kehilangan cairan 8% dari BB semula)


1) Penurunan kesadaran
2) Lemah, lesu
3) Takikardi
4) Mata cekung
5) Pengeluaran urine tidak ada
6) Hipotensi
7) Nadi cepat dan halus
8) Ekstremitas dingin

2. Pemeriksaan Fisik Kelebihan Cairan / Edema

a. Edema atau bengkak ini banyak disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
obstruksi pembuluh limfe, bisanya disebabkan karena infeksi cacing. obstruksi pada
pembuluh limfe ini biasa disebut dengan kaki gajah (elephantiasis)
b. Pengatur perubahan tekanan osmotic
Tekanan osmotik berusaha untuk mempertahankan agar cairan tetap berada di dalam
pembuluh darah. Tekanan osmotik ini berhubungan dengan jumlah protein yang ada di
dalam tubuh, so apabila jumlah protein di dalam tubuh berubah, maka akan
menyebabkan tekanan osmotik berubah. Perubahan tekanan osmotik ini dapat
menyebabkan edema. Biasanya ganguan ini terjadi pada serosis, liver, marasmus, dll.
c. Pengaruh tekanan hidrostatik
Tekanan hidrostatik di dalam tubuh kita berhubungan dengan aliran darah. Tekanan
hidrostatik ini berhungan dengan jantung dan ginjal, sehingga kelainan pada jantung
dan ginjal pun dapat menyebabkan edema.

Berrdasarkan kembali atau tidaknya edema apabila dipencet atau ditekan, maka edema
dibedakan menjadi 2, yaitu :

14
a. Edema pitting

Pada edem ini, apabila daerah yang mengalami edem dipencet, maka akan
timbul cekungan pada aderah yang ditekan, bentuknya sesuai dengan bentuk benda
yang kita gunakan untuk menekan. Sebenarnya cekungan yang tebentuk ini dapat
kembali seperti semula, membutuhkan waktu yang cukup lama. Edem dengan
keadaan sperti ini disebut edem pitting.Edem pitting ini biasanya terjadi pada kasus
edem sistemik.

b. Edema non pitting


Edem non pitting adalah kedaaan edem dimana apabila dipencet atau
ditekan pada bagian edem, maka dengan segera cekungan itu akan kembali ke
seperti semula, bahkan tidak akan timbul bekas bahwa bagian yang terkena edem
sudah ditekan.
Edem non pitting ini biasanya terjadi dapa kasus edem yang disebabkan karena
inflamasi, obstruksi pembuluh limfe, dll

a. Pemeriksaan Fisik

1) Ucapkan salam
2) Perkenalkan diri dan mintalah ijin ke pasien tentang apa yang akan kita lakukan
3) Tahap pemeriksaan yang dilakukan selanjutnya adalah inspeksi. Pada kesimetrisannya,
apakah ada tanda peradangan ataukah kemerahan, tidak hanya pada wjah, tetapi juga
pada perut dan pada kaki
4) Lakukan palpasi pitting dan non pitting.Apabila edema yang terjadi adalah diseluruh
bagian atau sistemik, maka pemeriksaan edema yang kita lakukan adalah dengan
mepalpasi pada bagian tibia anterior / dorsum pedis / belakang malleolus medialis.
Setelah itu kita tekan dengan menggunakan ibu jari kita, lalu amatilah apa yang terjadi,
apakah bagian yang kita tekan tadi kembali pada waktu yang relatif sangat singkat atau
membutuhkan waktu yang cukup lama.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan

1. Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh perawat untuk
mendapatkan data subjektif dan objektif yang dilakukan secara sistematis.Proses
pengkajian meliputi tiga fase, yaitu wawancara, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.
2. BNO (Blass Nier Overzicht) adalah suatu pemeriksaan didaerah abdomen / pelvis untuk mengetahui
kelainan-kelainan pada daerah tersebut khususnya pada sistem urinaria.
3. Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic (pencitraan diagnostik)
untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran
anatomis, gerakan serta hubungan dengan jaringan sekitarnya.
4. Pemeriksaan USG ginjal bersifat noninvaif, tidak bergantung faal ginjal, tanpa kontras,
tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, tidak dijumpai efek samping, dapat dilakukan
dengan cepat, aman, dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi
5. Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada kasus dehidrasi adalah melihat tanda-tanda
berikut ini: Tekanan darah yang rendah,Tekanan darah semakin menurun saat dilakukan
perubahan posisi dari berbaring menjadi berdiri,Detak jantung makin cepat,Turgor kulit
buruk (tidak elastis),Capillary refill turun,Shock
6. Edema atau bengkak banyak disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
obstruksi pembuluh limfe, bisanya disebabkan karena infeksi cacing. obstruksi pada
pembuluh limfe ini biasa disebut dengan kaki gajah (elephantiasis)

16

Anda mungkin juga menyukai