Asasas
Asasas
DISUSUN OLEH:
MUCHAMAD FADIL
201720401011165
PEMBIMBING:
dr. Yvonne Sarah Sp.OT-Spine
dr. Juniarita Eva Santy, Sp.OT-Ped
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Berikut ini merupakan tabel tentang saraf dan otot yang menggerakkan
humerus.
Gambar 2.2. Tampilan otot-otot yang berperan dalam pergerakan lengan atas
tampak anterior dan posterior5
2.2.2. Etiologi
Kebanyakan fraktur dapat saja terjadi karena kegagalan tulang humerus
menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar, dan tarikan.2
Trauma dapat bersifat2:
1. Langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat kominutif
dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
2. Tidak langsung
Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih
jauh dari daerah fraktur.
Tekanan pada tulang dapat berupa2:
1. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat oblik atau spiral
2. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal
3. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi,
dislokasi, atau fraktur dislokasi
4. Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan fraktur kominutif atau memecah
5. Trauma oleh karena remuk
6. Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan menarik sebagian tulang
2.2.3. Epidemiologi
Di Amerika Serikat, fraktur diafisis humerus terjadi sebanyak 1,2% kasus
dari seluruh kejadian fraktur, dan fraktur proksimal humerus terjadi sebanyak 5,7%
kasus dari seluruh fraktur.7 Sedangkan kejadian fraktur distal humerus terjadi
sebanyak 0,0057% kasus dari seluruh fraktur.8 Walaupun berdasarkan data tersebut
fraktur distal humerus merupakan yang paling jarang terjadi, tetapi telah terjadi
peningkatan jumlah kasus, terutama pada wanitu tua dengan osteoporosis.8
Fraktur proksimal humerus sering terjadi pada usia dewasa tua dengan umur
rata-rata 64,5 tahun. Sedangkan fraktur proksimal humerus merupakan fraktur
ketiga yang paling sering terjadi setelah fraktur pelvis dan fraktur distal radius.
Fraktur diafisis humerus lebih sering pada usia yang sedikit lebih muda yaitu pada
usia rata-rata 54,8 tahun.7
2.2.4. Klasifikasi
Fraktur humerus dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Fraktur Proximal Humerus
2. Fraktur Shaft Humerus
3. Fraktur Distal Humerus
MINIMAL DISPLACEMENT
II
ANATOMICAL
NECK
III
SURGICALL NECK
IV
GREATER
TUBEROSITY
LESSER
TUBEROSITY
ARTICULAR
SURFACE
VI
FRACTURE
DISLOCATION
P
Terapi disesuaikan dengan pembagian tipe fragment
- One fragment: istirahatkan lengan dengan menggunakan arm sling hingga
nyerinya mereda. Setelah menyatu dalam 6 minggu dilanjutkan dengan latihan
tangan untuk menghindari kaku sendi.
- Two fragment: dilakukan reduksi tertutup dengan imobilisasi berupa arm sling
selama 4 minggu. Dilakukan juga latihan siku dan tangan dilanjut dengan latihan
bahu setelahnya. Jika fraktuk tidak stabil atau displacement terlalu nyata maka
dilakukan open reduction internal fixation (ORIF).
Pada fraktur colum anatomicum biasanya akan terjadi avascular necrosis pada
fragmen articular. Sehingga ada pertimbangan untuk dilakukan replacement
prostetic (hemiarthroplasty)
-Three fragment: biasanya fraktur terletak di collum chirurgicum+tuberculum
major. Maka pilihan terbaiknya adalah ORIF. Dengan alternative eksternal fixation
- Four fragment: pada jenis fraktur ini terdapat risiko injury pada plexus brachialis,
avascular necrosis caput humeri. Pada terapi ORIF biasanya mengakibatkan nyeri
yang berkelanjutan dan kekauan. Terapi pilihan ialah prostetik humerus proksimal.
2.2.4.2. Fraktur Shaft Humerus(9)
Fraktur ini adalah fraktur yang sering terjadi. 60% kasus adalah fraktur
sepertiga tengah diafisis, 30% fraktur sepertiga proximal diafisis dan 10% sepertiga
distal diafisis. Mekanisme terjadinya trauma dapat secara langsung maupun tidak
langsung.
Gejala klinis pada jenis fraktur ini adalah nyeri, bengkak, deformitas, dan
dapat terjadi pemendekan tulang pada tangan yang fraktur. Pemeriksaan
neurovaskuler adalah penting dengan memperhatikan fungsi nervus radialis. Pada
kasus yang sangat bengkak, pemeriksaan neurovaskuler serial diindikasikan untuk
mengenali tanda-tanda dari sindroma kompartemen. Pada pemeriksaan fisik
terdapat krepitasi pada manipulasi lembut.
Deskripsi klasifikasi fraktur shaft humerus :
a. Fraktur terbuka atau tertutup
b. Lokasi : sepertiga proksimal, sepertiga tengah, sepertiga distal
c. Derajat : dengan pergeseran atau tanpa pergeseran
d. Karakter : transversal, oblique, spiral, segmental, komunitif
e. Kondisi intrinsik dari tulang
f. Ekstensi artikular
Terapi: pada fraktur shaft humerus mudah terjadi penyembuhan meskipun tanpa
reduksi atau mobilisasi yang sempurna. Beratnya lengan ditambah gips luar cukup
untuk menarik fragmen sehingga sejajar. Gips dipasang dari bahu sampai
pergelangan tangan dengan posisi siku dalam keadaan fleksi 90 derajat dengan
lengan juga terpasang arm sling. Gips diganti 2-3 minggu dengan posisi terpasang
dari bahu sampai siku selama 6 minggu. Pergelangan tangan dan siku dilatih sejak
awal untuk menghindari kekakuan. Namun abduksi aktif ditunda hingga fraktur
telah menyatu. Alternative lainnya adalah dengan fiksator eksternal.
Bila fraktur sangat tidak stabil dan sulit dikendalikan maka pilihan yang lebih baik
adalah ORIF
2.2.4.3. Fraktur Distal Humerus9
Fraktur ini jarang terjadi pada dewasa. Kejadiannya hanya sekitar 2% untuk
semua kejadian fraktur dan hanya sepertiga bagian dari seluruh kejadian fraktur
humerus.(9)
Mekanisme cedera untuk fraktur ini dapat terjadi karena trauma langsung
atau trauma tidak langsung. Trauma langsung contohnya adalah apabila terjatuh
atau terpeleset dengan posisi siku tangan menopang tubuh atau bisa juga karena
siku tangan terbentur atau dipukul benda tumpul. Trauma tidak langsung apabila
jatuh dalam posisi tangan menopang tubuh namun posisi siku dalam posisi tetap
lurus. Hal ini biasa terjadi pada orang dewasa usia pertengahan atau wanita usia
tua.(9,10)
Gejala klinis dari fraktur ini antara lain pada daerah siku dapat terlihat
bengkak, kemerahan, nyeri, kaku sendi dan biasanya pasien akan mengeluhkan siku
lengannya seperti akan lepas. Kemudian dari perabaan (palpasi) terdapat nyeri
tekan, krepitasi, dan neurovaskuler dalam batas normal.(9,10)
1. Suprakondiler Fraktur
Fraktur jenis ini jarang pada dewasa. Saat hal ini terjadi keadaannya biasanya
tidak stabil karena tidak kuatnya periosteum untuk menghubungkan antar
fragment. Pada truma dengan energy tinggi memungkinkan terjadinya fraktur
komunitif dari humerus distal.
Fraktur suprakondilus extension type
Menunjukkan cedera yang luas, dan biasanya akibat jatuh pada tangan
yang terekstensi. Humerus patah tepat di atas condilus. Fragmen distal
terdesak ke belakang lengan bawah (biasanya dalam posisi pronasi)
terpuntir ke dalam. Ujung fragmen proksimal yang bergerigi mengenai
jaringan lunak bagian anterior, kadang mengenai arteri brachialis atau n.
medianus. Periosteum posterior utuh,sedangkan periosteum anterior
ruptur; terjadi hematom fossa cubiti dalam jumlah yang signifikan.(11)
Fraktur suprakondilus flexion type
Tipe fleksi terjadi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung pada
sendi siku pada distal humeri.(11)
Untuk terapi biasanya membutuhkan open reduction internal fixation sebagai
pilihan, karena pada closed reduction dan K wire tidak cukup stabil dan kuat.
2. Kondiler Fraktur(9)
Fraktur kondiler dianggap sebagai luka dengan energy tinggi dengan kerusakan soft
tissue. Pasien perlu diperiksa adakah injury pada pembuluh darah maupuns
sarafnya.
Pada fraktur ini merupakan perlukaan yang berat berhubungan dengan kerusakan
pada sendi. Imobilisasi yang terlalu lama akan menyebabkan kekakuan siku.
Sehinnga pergerakan dini merupakan tujuan primer.
Terapi: pada undisplaced fractures dapat ditangani dengan penggunaan posterior
slab dengan posisi siku fleksi 90 derajat. Pergerakan dimulai setelah 2 minggu.
Jika terjadi displaced fracture ORIF merupakan pilihan untuk menanganinya.
Namun jika terjadi pada pasien yang tua dengan jenis fraktur komunitif, fraktur
transverse rendah, tulang osteopaenic terdapat alternative untuk dilakukannya
elbow replacement atau skeletas traction.
3. Fraktur capitulum
Merupakan fraktur persendian yang jarang terjadi,mungkin bisa terjadi pada
remaja. Biasanya pasien jatuh pada tangan dengan siku dalam keadaan lurus.
Bagian anterior dari capitulum terkikis dan terjadi displace pada bagian
proximalnya.
Gejala klinik yang muncul ada rasa penuh pada siku bagian depan. Bagian
samping terasa sakit dan terjadi fleksi yang sangat Nampak
Klasifikasi Bryan and Morrey:
Type I:complete frakture
Type II: cartilaginous shell
Type III:communited fracture
Terapi:Pada undisplaced fracture dapat ditangani dengan bebat selama 2
minggu
Pada displaced fracture dapat dilakukan closed reduction namun imobilisasi
yang lama dapat berujung pada kekakuan sendi. Terapi operatif lebih
dianjurkan.
2.2.5. Diagnosis
2.2.5.1. Anamnesis12
Anamnesis terdiri dari:
1. Auto anamnesis:
Dicatat tanggal saat melakukan anamnesis dari dan oleh siapa. Ditanyakan
persoalan: mengapa datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan; penderita
bercerita tentang keluhan sejak awal dan apa yang dirasakan sebagai
ketidakberesan; bagian apa dari anggotanya/lokalisasi perlu dipertegas sebab
ada pengertian yang berbeda misalnya “… sakit di tangan ….”, yang dimaksud
tangan oleh orang awam adalah anggota gerak atas dan karenanya tanyakan
bagian mana yang dimaksud, mungkin saja lengan bawahnya.
Kemudian ditanyakan gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit atau
beberapa penyakit yang serupa sebagai pembanding. Untuk dapat melakukan
anamnesis demikian perlu pengetahuan tentang penyakit.
Ada beberapa hal yang menyebabkan penderita datang untuk minta
pertolongan:
1) Sakit/nyeri
Sifat dari sakit/nyeri:
- Lokasi setempat/meluas/menjalar
- Ada trauma riwayat trauma tau tidak
- Sejak kapan dan apa sudah mendapat pertolongan
- Bagaimana sifatnya: pegal/seperti ditusuk-tusuk/rasa panas/ditarik-
tarik, terus-menerus atau hanya waktu bergerak/istirahat dan seterusnya
- Apa yang memperberat/mengurangi nyeri
- Nyeri sepanjang waktu atau pada malam hari
- Apakah keluhan ini untuk pertama kali atau sering hilang timbul
2) Kelainan bentuk/pembengkokan
- Angulasi/rotasi/discrepancy (pemendekan/selisih panjang)
- Benjolan atau karena ada pembengkakan
3) Kekakuan/kelemahan
Kekakuan:
Pada umumnya mengenai persendian. Apakah hanya kaku, atau disertai
nyeri, sehingga pergerakan terganggu?
Kelemahan:
Apakah yang dimaksud instability atau kekakuan otot
menurun/melemah/kelumpuhan
Dari hasil anamnesis baik secara aktif oleh penderita maupun pasif (ditanya oleh
pemeriksa; yang tentunya atas dasar pengetahuan mengenai gejala penyakit)
dipikirkan kemungkinan yang diderita oleh pasien, sehingga apa yang didapat
pada anamnesis dapat dicocokkan pada pemeriksaan fisik kemudian.
2. Allo anamnesis:
Pada dasarnya sama dengan auto anamnesis, bedanya yang menceritakan
adalah orang lain. Hal ini penting bila kita berhadapan dengan anak kecil/bayi
atau orang tua yang sudah mulai dementia atau penderita yang tidak sadar/sakit
jiwa; oleh karena itu perlu dicatat siapa yang memberikan allo anamnesis,
misalnya:
- allo anamnesis mengenai bayi tentunya dari ibu lebih cocok daripada
ayahnya
- atau mungkin pada saat ini karena kesibukan orangtua, maka pembantu
rumah tangga dapat memberikan keterangan yang lebih baik
- juga pada kecelakaan mungkin saksi dengan pengantar dapat memberikan
keterangan yang lebih baik, terutama bila yang diantar tidak sadarkan diri.
1. Gambaran umum:
Perlu menyebutkan:
a. Keadaan Umum (K.U): baik/buruk, yang dicatat adalah tanda-tanda vital
yaitu:
- Kesadaran penderita; apatis, sopor, koma, gelisah
- Kesakitan
- Tanda vital seperti tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu
b. Kemudian secara sistematik diperiksa dari kepala, leher, dada (toraks), perut
(abdomen: hepar, lien) kelenjar getah bening, serta kelamin
c. Ekstremitas atas dan bawah serta punggung (tulang belakang)
2. Pemeriksaan lokal:
Harus dipertimbangkan keadaan proksimal serta bagian distal dari anggota
terutama mengenai status neuro vaskuler. Pada pemeriksaan
orthopaedi/muskuloskeletal yang penting adalah:
a. Look (inspeksi)
- Bandingkan dengan bagian yang sehat
- Perhatikan posisi anggota gerak
- Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
fraktur tertutup atau terbuka
- Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam samapai beberapa hari
- Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan
b. Feel (palpasi)
Pada waktu mau meraba, terlebih dulu posisi penderita diperbaiki agar
dimulai dari posisi netral/posisi anatomi. Pada dasarnya ini merupakan
pemeriksaan yang memberikan informasi dua arah, baik si pemeriksa
maupun si pasien, karena itu perlu selalu diperhatikan wajah si pasien atau
menanyakan perasaan si pasien.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
- Temperatur setempat yang meningkat
- Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
- Krepitasi
- Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan
anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku,
warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit.
- Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai
2.2.6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum13:
1. Bila terjadi trauma, dilakukan primary survey terlebih dahulu.
2. Sebelum penderita diangkut, pasang bidai untuk mengurangi nyeri, mencegah
(bertambahnya) kerusakan jaringan lunak dan makin buruknya kedudukan
fraktur. Bila tidak terdapat bahan untuk bidai, maka bila lesi di anggota gerak
bagian atas untuk sementara anggota yang sakit dibebatkan ke badan penderita
2.2.7. Komplikasi12
Adapun komplikasi yang dapat terjadi:
1. Kekakuan sendi bahu (ankilosis). Lesi pada n.Sirkumfleksi aksilaris
menyebabkan paralisis m.Deltoid.
2. Apabila pada fraktur medial humerus disertai komplikasi cdera n.Radialis,
harus dilakukan operasi reduksi dan internal fiksasi dengan plate screw untuk
humerus disertai eksplorasi n.Radialis.
3. Sindroma kompartemen yang biasa disebut dalam 5 P (Pain, Pallor,
Pulselesness, Paraesthesia, Paralysis), terjepitnya a. Brakhialis yang akan
menyebabkan nekrosis otot-otot dan saraf.
4. Mal union cubiti varus (carrying angle berubah) dimana siku berbentuk O,
secara fungis baik, tapi kosmetik kurang baik. Perlu dilakukan koreksi dengan
operasi meluruskan siku dengan teknik French osteotomy.
BAB 3
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasjad, C., dkk. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC, 2010, Bab 42;
Sistem Muskuloskeletal.
2. Rasjad, C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT. Yarsif Watampone,
2007, Bab. 14; Trauma.
3. Tortora G.J. & Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology 12th
Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, 2009, Chapter 8; The Skeletal
System: The Appendicular Skeleton.
4. Tortora G.J. & Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology 12th
Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, 2009, Chapter 11; The Muscular
System.
5. Standring, S. Gray’s Anatomy 39th Edition. USA: Elsevier, 2008, Chapter 48;
General Organization and Surface Anatomy of The Upper Limb.
6. Wang, E.D. & Hurst, L.C. Netter’s Orthopaedics 1st Edition. Philadelphia:
Elsevier, 2006, Chapter 15; Elbow and Forearm.
7. Emedicine. 2012. Humerus Fracture. Accessed: 2nd February 2012. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/825488-overview
8. Aaron N., Michael D.M., et.al., 2011. Distal Humeral Fractures in Adults.
Accessed: 2nd February 2012. Available from:
http://www.jbjs.org/article.aspx?articleid=35415
9. Egol, K.A., Koval, K.J., Zuckerman, J. D. Handbook Of Fractures.
Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins. 2010:p. 193-229;604-614
10. Thompson, J.C. Netter’s: Concise Otrhopaedic Anatomy 2nd ed. Philadelphia:
Elsevier Inc. 2010:p. 109-116.
11. Noffsinger, M. A. Supracondylar Humerus Fractures. Available at
www.emedicine.com. Accessed on 4thMarch 2012
12. Reksoprodjo, S. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta: Binarupa Aksara
Publisher, 2009, Bab 9; Orthopaedi.
13. Purwadianto A, Budi S. Kedaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara, 2000,
Bab 7; Kedaruratan Sistim Muskuloskeletal.