LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. W
Umur : 66 Tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Suku : Wakatobi
Alamat : Makassar
Pekerjaan : Wiraswasta
No RM : 092188
Tanggal Pemeriksaan : 01 Februari 2018
Tempat Pemeriksaan : BKMM
DPJP : dr. S, Sp. M
B. ANAMNESIS
C. STATUS GENERAL
Kesadaran : Kuantitatif : GCS 15, composmentis
Kualitatif : Baik, tidak berubah
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu Badan : 36.8 °C
OD OS
Apparatus
Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)
Lakrimalis
Mekanisme
Muskular
2. Pemeriksaan Palpasi
OD OS
3. Tonometri
VOD VOS
14 14
4. Visus
VOD VOS
6. Pemeriksaan Funduskopi
Tidak dilakukan pemeriksaan funduskopi
7. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada
E. RESUME
Seorang pasien laki umur 66 tahun datang ke poli Balai Kesehatan Mata Masyarakat
dengan keluhan nyeri pada kelopak mata sebelah kanan yang sudah dirasakan sejak 2
minggu yang lalu. Pasien merasa pada pagi hari mata terasa lengket disertai banyak
kotoran putih kekuningan di tepi kelopak mata. Pasien juga mengeluh mata merah,
kelopak mata sedikit bengkak, terasa menebal dan terasa tidak nyaman. Benjolan pada
kelopak mata kanan (+), mata berair (-), tak tahan cahaya (-). Tidak ada riwayat trauma (-
). Pada pemeriksaan
E. Diagnosa Klinis
OD Blefaritis Ulseratif
F. Diagnosa Banding
ODS Konjungtivitis Bakteri
G. Terapi
- Cendo lyteers 15 ml 4 x 1
- Poligran 3 x 1
- Doxicycline 100 mg tab 2 x 1
- Neurodex 1 x 1 tab
H. Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
Qua ad sanactionam : Bonam
BLEFARITIS
A. PENDAHULUAN
Blefaritis adalah istilah medis untuk peradangan pada tepi kelopak mata. Kata
"blefaritis" berasal dari kata Yunani blepharos, yang berarti "kelopak mata," dan akhiran itis
Yunani, yang biasanya digunakan untuk menunjukkan peradangan dalam bahasa Inggris.
Peradangan adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan proses dimana sel -
sel darah putih dan zat kimia yang diproduksi dalam tubuh melindungi kita dari zat - zat
asing, cedera, atau infeksi. Respon tubuh normal dalam peradangan melibatkan berbagai
derajat pembengkakan, kemerahan, nyeri, panas, dan perubahan dalam fungsi.1
Blefaritis adalah radang pada tepi kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi
kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.1
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan pembentukan
ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata yang umum yang disebabkan
oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat
terjadi pada semua orang dari segala usia. Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular
dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada
pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta
pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada
semua umur.2
Blefaritis dapat disebabkan infeksi dan alergi biasanya berjalan kronis atau menahun.
Blefaritis alergi biasanya berasal dari debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahan kosmetik.
Infeksi kelopak mata dapat disebabkan kuman streptococcus alfa atau beta, pneumococcus,
dan pseudomonas. Bentuk blefaritis yang biasanya dikenal adalah blefaritis skuamosa,
blefaritis ulseratif, dan blefaritis angularis.3
Blefaritis sering disertai dengan konjungtivitis dan keratitis. Biasanya blefaritis
sebelum diobati dibersihkan dengan garam fisiologik hangat, dan kemudian diberikan
antibiotik yang sesuai. Penyulit blefaritis yang dapat timbul adalah konjungtivitis, keratitis,
hordeolum, kalazoin, dan madarosis.3
B. ANATOMI PALPEBRA
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea serta menyebarkan tear film
yang telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata
yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan
mata, karena kelopak mata juga berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan
kornea.3,4
Sumber : Allen, JH et all, Patophosiology Blepharitis in Best Practice British Medicine Journal.
Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian
belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.3
Pada kelopak terdapat bagian-bagian:
1. Satu lapisan permukaan kulit. Tipis dan halus, dihubungkan oleh jaringan ikat yang
halus dengan otot yang ada dibawahnya, sehingga kulit dengan mudah dapat
digerakkan dari dasarnya. Dengan demikian, maka edema dan perdarahan mudah
terkumpul disini, sehingga menimbulkan pembengkakan palpebra.3
2. Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar moll atau kelenjar keringat, kelenjar zeis
pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus dan bermuara pada tepi
kelopak mata.3
3. Otot seperti:
a. M. Orbicularis oculi yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas dan bawah,
dan terletak di bawah kulit kelopak. M. Orbicularis berfungsi menutup bola mata
yang dipersarafi N. facialis.3,4
b. M. Rioland. Merupakan otot orbicularis oculi yang ada di tepi margo palpebra.
Bersamaan dengan M. Orbicularis oculi berfungsi untuk menutup mata.3,4
c. M. Levator palpebrae berjalan kearah kelopak mata atas, berorigo pada annulus
foramen orbita dan berinsersi pada lempeng tarsus atas dengan sebagian
menembus M. Orbicularis Oculi menuju kulit kelopak bagian tengah. Bagian
kulit yang tempat insersi M. Levator palpebrae terlihat sebagai sulcus palpebra.
Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi mengangkat kelopak mata atau
membuka mata. Kerusakan pada saraf ini atau perubahan - perubahan pada usia
tua menyebabkan jatuhnya kelopak mata (ptosis).3,4
d. M. Mulleri, terletak di bawah tendon dari M. Levator palpebrae. Inervasinya
oleh saraf simpatis, fungsi M. Levator palbebrae dan M. Mulleri adalah untuk
mengangkat kelopak mata.3,4
4. Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di
dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.3
5. Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosus berasal dari rima orbita merupakan
pembatas isi orbita dengan kelopak depan.3
6. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran permukaan orbita. Tarsus terdiri atas jaringan ikat yang merupaka jaringan
penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah dikelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah ).3
7. Pembuluh darah yang memperdarainya adalah a. palpebrae.3
8. Persarafan sensorik kelopaka matas atas didapatkan dari ramus frontal n.V,
sedangkan kelopaka bawah oleh cabang ke II saraf ke V.3
Konjungtiva tarsal yang terletak dibelakang kelopak hanya dapat dilihat dengan
melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutupi bulbus okuli.
Konjungtiva merupaka membrane mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan
musin.5,6
Bola mata terletak di dalam tulang orbita dan terbuka ke sebelah anterior, ditutup oleh
kelopak mata bagian atas dan bawah, jika keduanya merapat bertemu pada fissura palpebra.
Palpebra menutup permukaan anterior kornea dan melipat pada bagian tepinya yang
kemudian melapisi permukaan dalam palpebra. Lipatan di superior dan inferior disebut fornix
konjungtiva. Ketika kelopak mata menutup terbentuk sakus konjungtiva, merupakan ruang
sebelah anterior mata dan terisi sedikit cairan.7
Di bawah kulit terdapat lapisan otot skelet M. Orbicularis oculi (bagian terbesar) dan
lebih ke dalam lagi terdapat lapisan jaringan ikat (fasia palpebra) yang merupakan lanjutan
tendo M. Levator paplebrae. Juga terdapat lapisan otot polos yang tipis di tepi atas palpebra
superior yaitu M. Tarsalis superior Müller, melekat pada tepi tarsus. Di belakang folikel bulu
mata terdapat M. Siliaris Riolani (muskular skelet).7
Sebelah belakang lapisan otot terdapat lapisan fibrosa yang tipis di bagian perifer
disebut septum orbital dan lempeng tarsus. Tarsus merupakan lempeng jaringan ikat yang
padat melengkung mengikuti bentuk bola mata, berbentuk seperti huruf D yang bagian
horizontalnya sesuai dengan tepi palpebra. Tarsus pada palpebra superior lebarnya 10 -12
mm, sedangkan tarsus pada palpebra inferior lebarnya 5 mm. Pada kedua tarsus ini terbenam
sebaris kelenjar sebasea yang sangat besar yaitu kelenjar tarsalis Meibom. Permukaan
posterior tarsus menjadi satu dengan konjungtiva palpebra. Bentuk palpebra dipertahankan
oleh tarsus ini.7
Epitel konjungtiva berlapis silindris dengan sel – sel goblet, ketebalannya bervariasi
tergantung pada letaknya. Konjungtiva bulbi di tepi kornea, epitelnya menjadi berlapis
gepeng identik dengan epitel kornea. Pada fornix konjungtiva epitelnya lebih tebal.7
Gambar 2 : Histologi palpebra
Sumber : https://secure.health.utas.edu.au/intranet/cds/histoten/Practicals/CHG
D. DEFINISI
Infeksi kelopak atau blefaritis adalah radang yang sering terjadi pada tepi kelopak
mata (palpebra) baik itu letaknya tepat di kelopak ataupun pada tepi kelopak. Blefaritis dapat
disebabkan oleh infeksi ataupun alergi yang biasanya berjalan kronis atau menahun. Blefaritis
alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan kosmetik,
sedangkan Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman streptococcus alfa atau beta,
pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan staphylococcus (melalui demodex
folliculorum sebagai vektor).3
E. EPIDEMIOLOGI
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi penyakit dengan
angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik, mungkin terdapat blefaritis
sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual,
kesejahteraan, dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses
penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan trichiasis, entropion
notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan peradangan, jaringan parut,
hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang
parah berkembang, perforasi kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang diketahui
menunjukkan perbedaan ras dalam kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang
berkulit putih, meskipun temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering
didiagnosis pada ras ini.8
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada
rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada
penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua
umur.9
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan dalam
insiden dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih sering terjadi pada
kelompok usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.8 Akan tetapi apabila
dibandingkan dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda
(42 tahun) dan sebagian besar adalah wanita (80%).8
F. ETIOLOGI
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, alergi, kondisi
lingkungan, atau mungkin terkait dengan penyakit sistemik:3
a. Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar kelopak. Infeksi
biasanya disebabkan oleh kuman Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman
streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan
staphylococcus (melalui demodex folliculorum sebagai vektor).
b. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan
kosmetik, atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik. Pada banyak orang juga
dapat disebabkan oleh karena paparan hewan seperti anjing atau kucing.
c. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret kuning atau
kehijauan.
d. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari berbagai
jenis.
Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus blefaritis) atau
ketombe pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini juga dapat terjadi karena
kombinasi faktor, atau mungkin akibat alergi atau kutu dari bulu mata. Blefaritis posterior
dapat disebabkan oleh produksi minyak tidak teratur oleh kelenjar pada kelopak mata
(meibomian blefaritis) yang menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk
pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya
seperti jerawat rosacea dan ketombe kulit kepala.8
Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan pintu dari
kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada keterlibatan tepi luar
dari tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau dan tepi bagian dalam kelopak
mata yang bersentuhan dengan bola mata. Perubahan pada kulit kelopak mata atau
permukaan mata itu sendiri biasanya bisa menjadi penyebab sekunder yang mendasari
terjadinya kelainan pada kelopak mata.1
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di kelopak.
Ada sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika kelenjar minyak
memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis minyak, tepi kelopak mata dapat
menjadi meradang, iritasi, dan gatal.9
G. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini
mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi
toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat
dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.10
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan mungkin
disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap hasil dari respon
mediasi sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin juga bertanggung
jawab untuk mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada beberapa pasien.
Blefaritis seboroik sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang mungkin
melibatkan kulit kepala, lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan
erat antara kelopak dan permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan
inflamasi dan mekanik sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior
disebabkan oleh disfungsi kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian.
Lipase bakteri dapat mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan
titik leleh dari meibum yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi
terhadap iritasi permukaan mata dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus.
Hilangnya fosfolipid dari tear film yang bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan
meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas, juga ketidakstabilan tear film.10
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10
a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri
c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi sekresi
dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibom mengeluarkan meibum, lapisan lipid eksternal
dari tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan tear film dan mencegah
kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior
telah ditunjukkan dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit
kelenjar meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi kelenjar atau
menyebabkan deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar sehingga menyebabkan
konstriksi kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya
mengganggu fungsi kelenjar. Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior,
terjadi perubahan komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester
kolesterol telah terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih
tinggi dari pada yang tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya muara
kelenjar.10
1. Blefaritis Anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat dimana
bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
(stafilokokus blefaritis) atau ketombe di kepala dan alis mata (blefaritis sebore). Walaupun
jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.2
2. Blefaritis Posterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian dalam, bagian yang
kontak langsung dengan bola mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan karena produksi
minyak oleh kelenjar di kelopak mata yang berlebihan (blefaritis meibom) yang akan
mengakibatkan terbentuknya lingkungan yang diperlukan bakteri untuk bertumbuh. Selain
itu, dapat pula terjadi karena kelainan kulit yang lain seperti jerawat atau ketombe.2
Pengobatan dengan antibiotik dan higiene yang baik. Pengobatan pada blefaritis
ulseratif dapat dengan sulfasetamid, gentamisin atau basitrasin. Biasanya disebabkan
stafilokok maka diberi obat staphylococcus. Apabila ulseratif luas pengobatan harus
ditambah antibiotik sistemik dan diberi roboransia.3
Penyulit adalah madarosis akibat ulserasi berjalan lanjut yang merusak folikel
rambut, trikiasis, keratitis superfisial, keratitis pungtata, hordeolum dan kalazion. Bila
ulkus kelopak ini sembuh maka akan terjadi tarikan jaringan parut yang juga dapat
berakibat trikiasis.3
e. Blefaritis Angularis
Blefaritis angularis merupakan infeksi pada tepi kelopak disudut kelopak mata atau
kantus. Blefaritis angularis yang mengenai sudut kelopak mata (kantus eksternus dan
internus) sehingga dapat mengakibatkan gangguan padafungsi punctum lakrimal.
Blefaritis angularis disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Moraxella lacunata.3,11
Seringkali gejala yang muncul adalah kemerahan pada salah satu tepi kelopak
mata, bersisik, maserasi dan kulit pecah-pecah di kantus lateral dan medial, juga dapat
terjadi konjungtivitis folikuler dan papil. Biasanya kelainan ini bersifat rekuren.3
f. Blefaritis Meibomianitis.
Merupakan infeksi pada kelenjar Meibom yang akan mengakibatkan tanda
peradangan lokal pada kelenjar tersebut.3
Gambar 10 : Meibomianitis
Sumber : Atlas of Opthalmology
2. Blefaritis Virus
a. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf
trigeminus. Biasanya akan mengenai orang usia lanjut. Bila yang terkena ganglion
cabang oftalmik maka akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak
mata atas.3
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang
terlihat pada mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa
demam. Pada kelopak mata terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena.
Lesi vesikel pada cabang oftalmik saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang
khusus pada infeksi herpes zoster mata.3
Gambar 14 : Herpes Zoster Ophthalmica
Sumber : http://medilinks.blogspot.com/2012/01/photos-for-herpes-zoster-
ophthalmicus.html
Tidak terdapat pengobatan spesifik pada penyakit ini. Bila terdapat infeksi
sekunder dapat diberikan antibiotik sitemik atau topikal. Pemberian kortikosteroid
merupakan kontraindikasi karena dapat mengakibatkan menularnya herpes pada
kornea. Asiclovir dan IDU dapat diberikan terutama pada infeksi dini.3
c. Vaksinia
Pada infeksi vaksinia akan terdapat kelainan pada kelopak berupa pustula
dengan indentasi pada bagian sentral. Tidak terdapat pengobatan spesifik untuk
kelainan ini.3
d. Moluskum kontagiosum
Moluskum kontagiosum pada kelopak akan terlihat sebagai benjolan dengan
penggaungan ditengah yang biasanya terletak di tepi kelopak. Dapat ditemukan
kelainan berupa konjungtivitis yang bentuknya seperti konjungtivitis inklusi klamidia
atau trakoma. Pengobatan moluskum tidak ada yang spesifik atau dilakukan ekstirpasi
benjolan, antibiotic local diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.3
1. DIAGNOSIS
J. DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri.
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata merah, sekret pada mata
dan iritasi mata.8
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut,
subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan oleh N
gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut biasanya disebabkan
oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus aegyptyus. Penyebab yang paling sering
pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H influenza dan Escherichia coli,
sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien
dengan obstruksi duktus nasolakrimalis.8 Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu
mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang
lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita,
sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.9
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi
konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada kongjungtivitis
bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan
sering dijumpai edema pada kelopak mata.10 Ketajaman penglihatan biasanya tidak
mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena
adanya sekret dan debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala
yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun
tidur. 10
K. PENATALAKSANAAN
Sebuah penanganan yang sistematis dan jangka panjang dalam menjaga kebersihan
kelopak mata adalah dasar dari pengobatan blefaritis. Dokter harus memastikan bahwa pasien
mengerti bahwa penanganan blefaritis adalah sebuah proses, yang harus dilakukan untuk
jangka waktu yang lama.8
Banyak sistem mengenai kebersihan kelopak mata, dan semua ini termasuk variasi
dari 3 langkah penting 8,9
1. Aplikasi panas untuk menghangatkan sekresi kelenjar kelopak mata dan untuk memicu
evakuasi dan pembersihan dari bagian sekretorik sangat penting. Pasien umumnya
diarahkan untuk menggunakan kompres hangat basah dan menerapkannya pada kelopak
berulang kali. Air hangat di handuk, kain kassa direndam, atau dimasak dengan
microwave, kain yang telah direndam dapat digunakan. Pasien harus diinstruksikan untuk
menghindari penggunaan panas yang berlebihan.8
2. Tepi kelopak mata dicuci secara mekanis untuk menghilangkan bahan yang menempel,
seperti ketombe, dan sisik, juga untuk membersihkan lubang kelenjar. Hal ini dapat
dilakukan dengan handuk hangat atau dengan kain kasa. Air biasa sering digunakan,
meskipun beberapa dokter lebih suka bahwa beberapa tetes shampo bayi dicampur dalam
satu tutup botol penuh air hangat untuk membentuk larutan pembersih. Harus diperhatikan
untuk menggosok-gosok lembut atau scrubbing dari tepi kelopak mata itu sendiri, bukan
kulit kelopak atau permukaan konjungtiva bulbi. Menggosok kuat tidak diperlukan dan
mungkin berbahaya.8
3. Salep antibiotik pada tepi kelopak mata setelah direndam dan digosok. Umum digunakan
adalah salep eritromisin atau sulfacetamide. Salep antibiotik kortikosteroid kombinasi
dapat digunakan, meskipun penggunaannya kurang tepat untuk pengelolaan jangka
panjang.8
Situasi klinis tertentu mungkin memerlukan pengobatan tambahan. Kasus refrakter
blefaritis sering respons dengan penggunaan antibiotik oral. Satu atau dua bulan penggunaan
tetrasiklin sering membantu dalam mengurangi gejala pada pasien dengan penyakit yang
lebih parah. Tetrasiklin diyakini tidak hanya untuk mengurangi kolonisasi bakteri tetapi juga
untuk mengubah metabolisme dan mengurangi disfungsi kelenjar. Penggunaan metronidazol
sedang dipelajari.8
Disfungsi tear film dapat mendorong penggunaan solusi air mata buatan, salep air
mata, dan penutupan pungtum. Kondisi yang terkait, seperti herpes simplex, varicella-zoster,
atau penyakit kulit staphilokokal, bisa memerlukan terapi antimikroba spesifik berdasarkan
kultur. Penyakit seboroik sering ditingkatkan dengan penggunaan shampoo dengan selenium,
meskipun penggunaannya di sekitar mata tidak dianjurkan. Dermatitis alergi dapat merespon
terapi kortikosteroid topikal.8
Konjungtivitis dan keratitis dapat menjadi komplikasi blefaritis dan memerlukan
pengobatan tambahan selain terapi tepi kelopak mata. Campuran antibiotik-kortikosteroid
dapat mengurangi peradangan dan gejala konjungtivitis. Infiltrat kornea juga dapat diobati
dengan antibiotik-kortikosteroid tetes. Ulkus tepi kelopak yang kecil dapat diobati secara
empiris, tetapi ulkus yang lebih besar, parasentral, atau atipikal harus dikerok dan spesimen
dikirim untuk diagnostik dan untuk kultur dan pengujian sensitivitas.8
Serangan berulang dari peradangan dan jaringan parut dari blefaritis dapat
memngakibatkan penyakit kelopak mata posisional. Trichiasis dan notching kelopak dapat
mengakibatkan gejala keratitis berat. Trichiasis diobati dengan pencukuran bulu, perusakan
folikel melalui arus listrik, laser, atau krioterapi, atau dengan eksisi bedah. Entropion atau
ectropion dapat mengembangkan dan mempersulit situasi klinis dan mungkin memerlukan
rujukan ke ahli bedah oculoplastics.Perawatan bedah untuk blefaritis diperlukan hanya untuk
komplikasi seperti pembentukan kalazion, trichiasis, ektropion, entropion, atau penyakit
kornea.8
Untuk blefaritis anterior, antibiotik natrium asam fusidic topikal, bacitracin atau
kloramfenikol digunakan untuk mengobati folikulitis akut tetapi terbatas dalam kasus-kasus
lama. Setelah kelopak dibersihkan salep harus digosok ke tepi kelopak anterior dengan cotton
bud atau jari yang bersih. Oral azitromisin (500 mg setiap hari selama tiga hari) dapat
membantu untuk mengontrol penyakit blefaritis ulseratif.9
Pada blefaritis posterior, tetrasiklin sistemik merupakan andalan pengobatan tetapi
tidak boleh digunakan pada anak di bawah usia 12 tahun atau pada wanita hamil atau
menyusui karena disimpan dalam tulang dan gigi tumbuh, dan dapat menyebabkan noda pada
gigi dan hipoplasia gigi (eritromisin adalah alternatif). Alasan untuk penggunaan tetrasiklin
adalah kemampuan mereka untuk memblokir produksi lipase stafilokokal jauh di bawah
konsentrasi penghambatan minimum antibakteri. Tetrasiklin terutama diindikasikan pada
pasien dengan phlyctenulosis berulang dan keratitis tepi, meskipun berulang pengobatan
mungkin diperlukan. Contohnya: Oxytetracycline 250 mg b.d. selama 6-12 minggu,
Doksisiklin 100 mg b.d. selama satu minggu dan kemudian setiap hari selama 6-12 minggu,
Minocycline 100 mg sehari selama 6-12 minggu; (pigmentasi kulit dapat berkembang setelah
penggunaan jangka panjang). Erythromicin 250 mg perhari atau b.d digunakan untuk anak-
anak.9
L. KOMPLIKASI
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya disarankan untuk
sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis
benar-benar sudah hilang.13
1. Mata merah : blefaritis dapat menyebabkan serangan berulang mata merah
(konjungtivitis).
2. Keratokonjungtivissica adalah kondisi dimana mata pasien tidak bisa memproduksi
air mata yang cukup, atau air mata menguap terlalu cepat. Ini bisa menyebabkan mata
kekurangan air dan menjadi meradang. Syndrome mata kering dapat terjadi karena
dipengaruhi gejala blefaritis, dermatitis seboroik, dan dermatitis rosea, namun dapat
juga disebabkan karena kualitas air mata yang kurang baik
3. Ulkus kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang atau salah
arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.
Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi tear
film kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan berbagai derajatpenglihatan
berfluktuasi sepanjang hari.13
M. PROGNOSIS
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol
tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang
baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari
kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan
dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi
tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis,
kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.13
KESIMPULAN
Blefaritis adalah radang pada tepi kelopak mata. Radang yang sering terjadi pada
kelopak merupakan radang kelopak dan tepi kelopak. Radang bertukak atau tidak pada tepi
kelopak biasanya melibatkan folikel dan kelenjar rambut. Blefaritis ditandai dengan
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar didekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit.1
Blefaritis menyebabkan mata merah, iritasi, kelopak mata gatal dan pembentukan
ketombe seperti sisik pada bulu mata. Ini adalah gangguan mata yang umum yang disebabkan
oleh bakteri atau kondisi kulit seperti ketombe di kulit kepala atau jerawat rosacea. Dapat
terjadi pada semua orang dari segala usia. Meskipun tidak nyaman, blefaritis tidak menular
dan umumnya tidak menyebabkan kerusakan permanen pada penglihatan.2
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada
pada rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta
pada penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada
semua umur.2
Kebersihan yang baik (pembersihan secara teratur daerah mata) dapat mengontrol
tanda-tanda dan gejala blefaritis dan mencegah komplikasi. Perawatan kelopak mata yang
baik biasanya cukup untuk pengobatan. Harus cukup nyaman untuk menghindari
kekambuhan, karena blefaritis sering merupakan kondisi kronis. Jika blefaritis berhubungan
dengan penyebab yang mendasari seperti ketombe atau rosacea, mengobati kondisi-kondisi
tersebut dapat mengurangi blefaritis. Pada pasien yang memiliki beberapa episode blefaritis,
kondisi ini jarang sembuh sepenuhnya. Bahkan dengan pengobatan yang berhasil,
kekambuhan dapat terjadi.13
DAFTAR PUSTAKA
1. Riordan-Eva P, Whitcher JP, eds. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum. 17th ed.
Jakarta: EGC; 2009.
2. Johnson, Stephen, M, MD. Blepharitis. Midwest Eye Institute. Available at :
http://smjohnsonmd.com/Blepharitis.html. Accessed Mei 19, 2016.
3. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
4. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing, Australia:
2013; page 52-4.
5. Popham, Jerry MD. Eyelid Anatomy. In Cosmetic Facial and Eye Plastic Surgery.
Available at : http://www.drpopham.com/347-Anatomy. Accessed Mei 19, 2016.
6. Vaughan D. General Ophthalmology. Widya Medika. Jakarta: 2003; page 78-80.
7. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2004.
8. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation “Blepharitis” Available at :
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm. Accessed Mei
19, 2016.
9. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104. Accessed Mei 19,
2016.
10. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British Medicine Journal.
Last updated: July 26, 2013.
11. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth Heinemann.
Philadelphia; 2011: page 34-38.
12. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred Practice
Pattern. American Academy Ophthalmology: 2011.
13. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article. Accessed Mei 19, 2016.
14. Papier, Art, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD. Differential Diagnosis of
the Swollen Red Eyelid in the American Academy of Family Physicians.2007; page
1815-24.