FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM
“FLEBOTOMI”
OLEH
KELOMPOK I
MAKASSAR
2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu
plasma darahdan sel darah.Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit,
leukosit dan eritrosit (1).Fungsi utama eritrosit atau sel darah merah yang
mengandung hemoglobin merupakan komponen hematologi utama dari
transport oksigen (2). Hemoglobin adalah protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen (1).
Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan
pemeriksaan laboratorium yang baik.Salah satu pemeriksan laboratorium
yang sering digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin (3).
Dilaboratorium kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan berbagai cara.
Internasional Commite for Standardization in Hematology (ICSH)
menganjurkan pemeriksaan hemoglobin melalui metode
cyanmethehemoglobin.Cara ini mudah dilakukan karena mempunyai
standart yang stabil dan dapat mengukur semua jenis hemoglobin kecuali
sulf hemoglobin (4).
Metode Sahli yang berdasarkan pembentukan asam hematin tidak
dianjurkan lagi, karena mempunyai kesalahan yang sangat besar, alat
tidak bisa distandarisasi dan tidak semua jenis hemoglobindiubah menjadi
hematin asam seperti karboksi hemoglobin dan sulf hemoglobin. (5)
Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik
merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan
terhadap hasil pemeriksaan laboratorium.Specimen darah untuk
pemeriksaan hematologi (pemeriksaan hemoglobin) dapat diperoleh dari
darah vena ataupun darah kapiler. (5).
Darah dari bagian tubuh yang masuk ke dalam jantung,. Pada
umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2. Pembuluh ini
terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat
mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya. Pembuluh darah
kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu secara
langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka
plasma dan zat makananmerembes kecairan jaringan antar sel (1)
Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda.Darah
vena berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya
sudah diberikan kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus
berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas (1)
Teknik pengambilan darah ada 2 yaitu dengan menggunakan
syringe dan dengan menggunakan tabung vakum (6)
1. Menggunakan Syringe
Teknik pengambilan dengan syringe merupakan cara yang masih
lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat
pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston
sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder,
pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering
dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil
adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan
suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien
dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
2. Menggunakan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis
tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari
kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika
sejumlah volume tertentu telah tercapai.
Fossa cubiti
Fossa cubiti didefinisikan sebagai otot-otot yang mengelilingi lubang di
area siku atau merupakan sebuah lekukan yang terletak di depan siku dan
berbentuk segitiga. Bagian bawah lubang siku terbentuk oleh otot
brakialis. Secara lahiriah, fosa kubiti terbentuk dari fasia brachialis (Fascia
brachii) dan Fascia antebrachii.
Batas – batas fossa cubiti :
Gambar Spuit
Spuit mempunyai skala yang dapat digunakan untuk mengukur
jumlah darah yang akan diambil, volume spuit bervariasi dari 1 ml, 3 ml, 5
ml, 10 ml, 20 ml, dan 50 ml yang biasanya digunakan untuk pemberian
cairan sonde atau syring pump.
Spuit ini digunakan besamaan dengan needle ataupun wing needle
yang dipasang diujungnya. Needel atau jarum suntik terdiri dari berbagai
ukuran yaitu: 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27 G. Sedangkan Wing Needle
adalah jarum suntik bersayap, mempunyai ukuran : 21, 22, 25, 27 G.
Berfungsi sebagai vena tambahan untuk pengobatan secara intravena.
(a) (b)
Gambar jarum suntik: (a) Needle; (b) Wing Needle.
b. Pengambilan Darah dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini
berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik.
Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke
dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah
tercapai. Pada metode ini digunakan holder yang berfungsi sebagai
tempat memasang needle dan tabung vakum pada sisi yang berbeda
(anterior dan posterior.
2.Natrium Sitrat
3.Heparin
1. Penentuan kadar Hb
2. Penentuan Hematokrit
3. Penentuan Laju Endap Darah (LED)
4. Penentuan Resisitensi osmotik darah
5. Penentuan golongan darah
6. Perhitungan sel-sel darah, termasuk retikulosit
7. Pembuatan apusan darah
Natrium sitrat ini bersifat isotonis dengan darah dan tidak bersifat toksik,
oleh karena itu biasa digunakan dinas pemindahan darah (Dinas donor
darah).
Antikoagulan ini biasa digunakan dalam bentuk larutan dan paling sering
dipakai untuk pemeriksaan laju endap darah dengan pendinginannya → 1
volume Natrium sitrat 3,8% : 4 volume darah.
a. Penentuan hemoglobin
b. Penentuan hematokrit
c. Penentuan resistensi osmotik
d. Penghitungan sel-sel darah
e. Penentuan golongan darah
f. Transfusi darah
5. Double Oxalat
Nama lainnya dalah Balance Oxalat Mixture atau antikoagulan dari Heller
dan Paul. Antikoagulan ini mengandung kalium oxalat dan ammonium
oxalat dengan perbandingan 2:3. Kalium oxalat menyebebkan eritrosit
mengkerut, sedangkan ammonium oxalat menyebabkan eritrosit
mengembang. Campuran kedua garam tersebut bertujuan untuk
menghindari perubahan perubahan volume eritrosit.
a. Penentuan hemoglobin
b. Penentuan hematokrit
c. Penentuan Laju Endap Darah (LED)
d. Penentuak resistensi eritrosit
e. Penentuan golongan darah
Pada kelompok pediatric perlu dikelompokkan lagi atas bayi (infants and
neonatus) dan anak – anak (small children). Untuk anak yang lebih besar
dengan vena juga sudah relative besar dan mudah terlihat, prosedurnya
sama dengan tusukan vena pada orang dewasa. Saat melakukan
pengambilan spesimen pada pediatri, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah:
Mempersiapkan anak dan orang tua- salah satu poin penting adalah
meyakinkan orang tuanya bahwa tindakan yang akan dilakukan benar -
benar diperlukan dalam rangka diagnostic dan terapi yang tepat.
Pada pasien geriatric (lanjut usia) tidak diperlukan teknik atau metode
khusus untuk mendapatkan specimen darah. Yang menjadi bahan
pertmbangan adalah adanya penurunan fungsi - fungsi organ akibat
proses penuaan. Metode penusukan kulit/ kapiler, wing needle maupun
dengan vacutiner biasa merupakan alternative pilihan tergantung kondisi
fisiknya.
Komplikasi Flebotomi
Komplikasi yang berkenaan dengan tindakan Flebotomi :
1. Syncope
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya
beberapa saat/ sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanan
darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat,
pengelihatan kabur/ gelap, bahkan bisa sampai muntah.
Halini biasanya terjadi karena adanya perasaan takut atau akibat pasien
puasa terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karena kurang
“ percaya diri “ Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan
kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan
dialaminya.
Penampilan dan prilaku seorang Flebotomis juga bisa mempengaruhi
keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/ was-was ketika proses
pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu penampilan dan
prilaku seorang flebotomis harus sedemikian rupa sehingga tampak
berkompetensi dan Fropesional
Cara mengatasi
Hentikan pengambilan darah
Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satu
sisi
Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )
Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang
Minta pasien menarik nafas panjang
Hubungi dokter
Pasien yang tidak sempat dibaringkan , diminta menundukan
kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang
Cara Pencegahan
Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan
Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaring
pada waktu pengambilan darah
Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan
2. Rasa Nyeri
Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan
penanganan khusus. Nyeri bisa timbul alibat alkosol yang belum
kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat
Cara pencegahan
Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongering
sebelum pengambilan darah dilakukan.
Penarikan jarum tidak terlalu kuat
Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya (
memberi contoh )
3. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan ( dalam Hal
Flebotomi : jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh
darah. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :
Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena
Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada
diluar vena
Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan
atau kurang lama ditekan
Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet ( tourniket)
belum dikendurkan
Temapat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.
Cara mengatasi
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar
tempat penusukan jarum segera 1. Lepaskan turniket dan jarum 2. Tekan
tempat penusukan jarum dengan kain kasa 3. Angkat lengan pasien lebih
tinggi dari kepala (+- 15 menit) 4. Kalau perlu kompres untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Pendarahan
Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan
darah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang resikonya.
Pendarahan yang berlebihan ( atau sukar berhenti ) terjadi karma
terganggunya system kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :
Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehingga
menghambat pembekuan darah.
Pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia,
defisiensi factor pembeku darah (misalnya hemofilia )
Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukan
protrombin, fibrinogen terganggu )
Cara mengatasi:
Tekan tempat pendarahan
Panggil perawat/dokter untuk penanganan selanjutnya
Cara pencegahan
Perlu anamnesis ( wawancara) yang cermat denga pasien
Setelah pengambilan darah, penekanan tempat penusukan jarum
perlu ditekan lebih lama
5. Allergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam
flebotom, misalnya terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang ada
pada sarung tangan, turniket atau plester.
Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang
selaput mata; kadang-kadang bahkan bisa (shock)
Cara mengatasi :
Tenangkan pasien, beri penjelasan
Panggil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya
Cara pencegahan
Wawan cara apa ada riwayat allergi
Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex
6. Trombosis
Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat
yang sama sehingga menimbulkan kerusaka dan peradangan setempat
dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Hal ini
juga terlihat pada kelompok pengguna obat ( narcotics ) yang memakai
pembuluh darah vena.
Cara pencegahan
- Hindari pengambilan berulang ditempat yang sama
- Pembinaan peninap narkotika
7. Radang Tulang
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang
sempit dan pemakaian lanset yang berukuran panjang
Cara mengatasi:
Mengatasi peradangan tulang
Cara Pencegahan:
Menggunakan lanset yang ukurannya sesuai. Saat ini sudah
dipasarkan lanset dalam berbagai ukuran disesuaikan dengan
kelompok usia.
Setiap kejadian komplikasi Flebotomi harus dilaporkan kepada
dokter kepalda dan dicatat dalam buku catatan tersendiri dengan
mencantumkan identitas pasien selengkapnya, tanggal dan jam kejadian,
dan tindakan yang diberikan.
8. Amnesia
Pada bayi, terutama bayi baru lahir dimana volume darah sedikit,
pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu
pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapat
menyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodul
klasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukan
yang 4-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-
20 bulan.
9. Komplikasi neuologis
Komplikasi neurologist dapat bersifat local karena tertusuknya
syaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau
kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang ( seizures) dapat pula
terjadi.
Penanganan :
Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus
dilindungi dari perlukaan.
Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala
miringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah
tidak tergigit.
Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan, hubungi
dokter
Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambil
membatasi pergerakan pasien.
Hemodilusi
Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapat pemberian
cairan intra vena (infus ). Pengambilan darah di sisi influs harus di hindari
sebisanya, jika tidak memungkinkan, hentikan infuse 3-5 menit, ambil
darah dibagian distal tempat infuse dan buang 3-5 cc darah yang pertama
diambil. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hemodilusi antara lain :
Hemolisis
Pengambilan darah yang sulit seperti pada vena yang kecil, orang tua,
anak kecil dan pasien dengan udem atau obesitas, atau manupulasi
terlalu banyak akan menyebabkan pelepasan factor jaringan yang akan
mengaktifkan factor pembekuan darah dan mengakibatkan perubahan
nilai pemeriksaan hemostasisi. Sebaiknya pengambilan darah untuk
koagulasi dilakukan dengan dua tabung.
Kontaminasi
Pada pemeriksaan kultur darah, tindakan asepsis yang tidak
adekuat atau pengambilan darah pada lokasi yang mengalami
peradangan akan menimbulkan kontaminasi.
A. Mekanisme Ekstrinsik
Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan activator protrombin
dimulai dengan dinding pembuluh luar yang rusak, dan berlangsung
melalui langkah-langkah, yaitu :
1. Pelepasan factor jaringan. Jaringan yang luka melepaskan beberapa
factor yang disebut factor jaringanatau tromboblastin jaringan.Faktor ini
terutama terdiri dari fosfolipid dari membrane jaringan dan kompleks
lipoprotein yang mengandung enzim preteolitik yang tinggi.
2. Aktivasi Faktor X- peranan factor VII dan factor jaringan. Kompleks
lipoprotein dari factor jaringan selanjutnya bergabung dengan factor VII
dan bersamaan dengan hadirnya ion kalsium, factor ini bekerja sebagai
enzim terhadap factor X untuk membentuk factor X yang teraktivasi.
3. Efek dari factor X yang teraktivasi dalam membantu aktifator protrombin-
peranan factor V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan dengan
fosfolipid jaringan, atau dengan fosfolipidtambahan yang dilepaskan dari
trombosi, juga dengan factor V, yang membentuk senyawa yang disebut
activator protrombin. Kemudian senyawa ini memecah protrombin menjadi
trombin, dan berlangsunglah proses pembekuan darah. Pada tahap
permulaan, factor V yang terdapat dalam kompleks activator protrombin
bersifat inaktif, tetapi sekali proses pembekuan darah ini dimulai dan
thrombin mulai terbentuk, kerja proteolitik dari thrombin akan mengaktifkan
akselerator tambahan yang kuat dalam mengaktifkan protrombin. Pada
akhirnya, factor X yang teaktivasilah yang menyebabkan pemecahan
protrombin menjadi thrombin.
B. Mekanisme Instrinsik
Mekanisme kedua untuk pembentukan activator protrombin, dan
dengan demikian juga merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai
dengan terjadinya trauma terhadap darah itu sendiri atau berkontak
dengan kolagen pada dinding pembuluh darahyang rusak, dan kemudian
berlangsunglah serangkaian reaksi yang bertingkat.
1. Pengaktifan factor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang
terkena trauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah dengan
kolagen pembuluh darahakan mengubah dua factor pembekuan penting
dalam darah: Faktor XII dan Trombosit. Bila factor XII terganggu, misalnya
karena berkontak dengan kolagen atau dengan permukaan yang basah
seperti gelas, ia akan berubah menjadi bentuk baru yaitu sebagai enzim
proteolitik yang disebut factor XII yang teraktivasi. Pada saat
bersamaan,trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit akibat
bersentuhan dengan kolagen atau dengan permukaan basah,dan ini akan
melepaskan fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein, yang
disebut 3 faktor pembekuan selanjutnya.
2. Pengaktifan factor XI, Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik
terhadap factor XI dan juga mengaktifkannya, ini merupakan langkah
kedua dalam jalur Instrinsik. Reaksi ini memerlukan Kininogen HMW(
berat molekul tinggi), dan dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan factor IX oleh factor XI yang teraktivasi bekerja secara
enzimatik terhadap factor XI dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan factor X-peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi, yang
bekerja sama dengan factor VIII teraktivasi dan dengan Fosfolipid
trombosit dan factor 3 dari trombosit yang rusak, mengaktifkan factor X.
5. Kerja factor X teraktivasi dalam pembentukan aktivastor protrombin-
peranan factor V. Langkah dalam jalur instrinsik ini pada prinsipnya sama
dengan langkah pada jalur ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang teraktivasi
berbentuk suatu kompleks yang disebut activator protrombin.
B A B III
METODE KERJA
III.1 Alat Dan Bahan
III. 1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah jarum spoit 3ml
,rak tabung, sarung tangan, torniquet, tabung sentrifuges,tabung vacum,
vacutainer.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol 70%,
kapas, kertas label.
b. Metode vakutainer
Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%,
tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum.
Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan
pasien senyaman mungkin.
Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.
Minta pasien mengepalkan tangan.
Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti
sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak
teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke
atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga
jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti
mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung
pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu
seterusnya.
Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya.
Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau
plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum.
Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit.
Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
B A B IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
spoit Antikoagulan
Akohol 70%
Plester
Kertas
label
Spesimen darah
Penusukan vena
IV.2 Pembahasan
Pada praktikum flebotomi dilakukan percobaan untuk pengambilan
sampel darah dari masing-masing praktikan dengan menggunakan
metode vacutainer dan metode spoit.
Dimana sebelum melakukan pengambilan darah terlebih dahulu
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pengambilan darah, alat-alat yang digunakan antara lain tourniquet, jarum
vacutainer , spoit/Syringe 3 cc/ml, needle, tabung vacutainer dan sarung
tangan dan bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengambilan
darah ini juga meliputi kapas, alcohol swab dan plester.
Setelah semua alat dan bahan yang dibutuhkan tersedia proses
pengambilan darah dapat dilakukan dengan menggunakan metode
vacutainer maupun metode spoit. Dimana setiap praktikan memiliki
kesempatan untuk mengambil dan diambil darahnya. Pada kesempatan
pertama dilakukan pengambilan darah dengan menggunakan metode
vacutainer terhadap salah seorang praktikan. Dalam proses flebotomi ada
beberapa hal yang harus di perhatikan sehingga tidak menimbulkan rasa
sakit dan mengurangi hal-hal buruk selama pengambilan darah seperti
hematoma, lisis, pingsan dan sebagainya, hal-hal yang yang harus di
perhatikan adalah kesiapan orang yang akan diambil darahnya, pemilihan
letak vena dan yang terpenting adalah teknik pengambilan darah.
Pada saat praktikum proses flebotomi dilakukan dengan metode
vacutainer dan juga metode spoit dengan pemilihan letak vena yang
beragam yaitu pengambilan darah melalui vena mediana, pada anterior
lengan (sisi dalam lipatan siku).Vena ini terletak dekat dengan permukaan
kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokansaraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
proses pengambilan darah vena menggunakan metode vacutainer
yaitu :
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses
pengambilan darah vena menggunakan metode vacutainer yaitu :
1. Pemasangan turniket (tali pembendung)
a. pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat
menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai
hematokrit/PCV dan elemensel), peningkatan kadar substrat
(protein total, AST, besi, kolesterol,lipid total)
b. m e l e p a s t u r n i k e t s e s u d a h j a r u m d i l e p a s d a p a t
m e n y e b a b k a n hematoma
2. Ja r u m d i l e p a s k a n s e b e l u m t a b u n g v a k u m t e r i s i
p e n u h s e h i n g g a mengakibatkan masukknya udara ke dalam
tabung dan merusak sel darahmerah.
3. Penusukan
a. penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya
cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di
samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkanhematoma.
b. t u s u k a n j a r u m y a n g t i d a k t e p a t b e n a r m a s u k k e
d a l a m v e n a menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma
4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan
hemolisissampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan
rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.
V.I Saran
Sebaiknya proses paktikum lebih diefisiensikan dan sebaiknya
pada proses pengambilan darah senantiasa didampingi oleh asisten
pendamping.
DAFTAR PUSTAKA