Anda di halaman 1dari 45

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN PRAKTIKUM

“FLEBOTOMI”

OLEH

KELOMPOK I

MAKASSAR

2015
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu
plasma darahdan sel darah.Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu trombosit,
leukosit dan eritrosit (1).Fungsi utama eritrosit atau sel darah merah yang
mengandung hemoglobin merupakan komponen hematologi utama dari
transport oksigen (2). Hemoglobin adalah protein pernapasan (respiratory
protein) yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan
tempat terikatnya molekul-molekul oksigen (1).
Dalam menunjang diagnosa suatu penyakit adalah dengan
pemeriksaan laboratorium yang baik.Salah satu pemeriksan laboratorium
yang sering digunakan adalah pemeriksaan hemoglobin (3).
Dilaboratorium kadar hemoglobin dapat ditentukan dengan berbagai cara.
Internasional Commite for Standardization in Hematology (ICSH)
menganjurkan pemeriksaan hemoglobin melalui metode
cyanmethehemoglobin.Cara ini mudah dilakukan karena mempunyai
standart yang stabil dan dapat mengukur semua jenis hemoglobin kecuali
sulf hemoglobin (4).
Metode Sahli yang berdasarkan pembentukan asam hematin tidak
dianjurkan lagi, karena mempunyai kesalahan yang sangat besar, alat
tidak bisa distandarisasi dan tidak semua jenis hemoglobindiubah menjadi
hematin asam seperti karboksi hemoglobin dan sulf hemoglobin. (5)
Pengumpulan atau pengambilan sampel darah yang baik
merupakan langkah awal dalam menjamin ketelitian dan kepercayaan
terhadap hasil pemeriksaan laboratorium.Specimen darah untuk
pemeriksaan hematologi (pemeriksaan hemoglobin) dapat diperoleh dari
darah vena ataupun darah kapiler. (5).
Darah dari bagian tubuh yang masuk ke dalam jantung,. Pada
umumnya darah vena banyak mengandung gas CO2. Pembuluh ini
terdapat katup yang tersusun sedemikian rupa sehingga darah dapat
mengalir ke jantung tanpa jatuh kearah sebaliknya. Pembuluh darah
kapiler pada umumnya meliputi sel-sel jaringan, oleh karena itu secara
langsung berhubungan dengan sel. Karena dindingnya yang tipis maka
plasma dan zat makananmerembes kecairan jaringan antar sel (1)
Susunan darah dalam kapiler dan dalam vena berbeda-beda.Darah
vena berwarna lebih tua dan agak ungu kerena banyak dari oksigennya
sudah diberikan kepada jaringan. Darah dalam kapiler terus-menerus
berubah susunan dan warnanya karena terjadinya pertukaran gas (1)
Teknik pengambilan darah ada 2 yaitu dengan menggunakan
syringe dan dengan menggunakan tabung vakum (6)
1. Menggunakan Syringe
Teknik pengambilan dengan syringe merupakan cara yang masih
lazim dilakukan di berbagai laboratorium klinik dan tempat-tempat
pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah sebuah pompa piston
sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung silinder,
pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering
dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil
adalah : 21G, 22G, 23G, 24G dan 25G. Pengambilan darah dengan
suntikan ini baik dilakukan pada pasien usia lanjut dan pasien
dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh atau kecil).
2. Menggunakan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis
tabung ini berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari
kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika
sejumlah volume tertentu telah tercapai.

I.2 Maksud Percobaan


Mengetahui dan memahami teknik-teknik pengambilan darah pada
manusia
I.3 Tujuan Percoabaan
Mengetahui dan memahami teknik pengambilan darah vena pada
manusia dengan menggunakan jarum suntik (spoit) dan alat vacutainer .
I.4 Prinsip Percobaan
Pengambilan darah pada orang dewasa melalui vena di bagian
mediana cubiti, dengan jarum diarahkan 15-300 pada pembuluh darah
mediana fossa cubiti ( bagian pangkal siku ) dengan menggunakan jarum/
spoit 3 cc dan vacutainer dengan tabung vacum 3 ml.
.
B A B II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Darah berasal dari kata" haima ", yang berasal dari akar kata hemo
atau hemato. Merupakan suatu cairan yang berada di dalam tubuh, ia
berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh, mengirimkan
nutrisi yang dibutuhkan sel-sel, dan menjadi benteng pertahanan terhadap
virus dan infeksi. Darah adalah suatu suspensi partikel dalam suatu
larutan koloid cair yangmengandung elektrolit. Darah berperan sebagai
medium pertukaran antar sel yang terfiksasi dalam tubuh dan lingkungan
luar, serta memiliki sifat protektif terhadap organisme dan khususnya
terhadap darah sendiri. Darah pada tubuh manusia mengandung 55%
plasma darah (cairan darah)dan 45% sel-sel darah (darah padat). Jumlah
darah yang ada pada tubuh kita yaitusekitar sepertiga belas berat tubuh
orang dewasa atau sekitar 4 atau 5 liter. Darah manusia bewarna merah,
antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila
kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh
hemoglobin, protein pernapasan (respiratory protein) yang mengandung
besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul-
molekul oksigen. (Anonim 2011).
Flebotomi (bahasa Inggris : phlebotomy) berasal dari bahasa Yunani
phleb dan omia. Pleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti
mengiris/memotong (cutting). Sedangkan flebotomis adalah seorang
tenaga medis yang telah mendapatkan latihan untuk mengeluarkan dan
menampung specimen darah dari pembuluh darah vena, arteri atau
kapiler.
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem sirkulasi dan berfungsi
mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Jenis-jenis yang paling penting, arteri
dan vena, juga disebut demikian karena mereka membawa darah keluar
atau masuk ke jantung.
Pembuluh darah berfungsi untuk membantu jantung mengedarkan
sel darah merah atau eritrosit ke seluruh tubuh dan mengedarkan sari
makanan, oksigen serta membawa keluar karbon dioksida. Pembuluh
darah terbagi menjadi dua, yakni pembuluh darah nadi (arteri) dan
Pembuluh darah balik (vena).
Pembuluh nadi atau arteri adalah pembuluh darah berotot yang
membawa darah dari jantung. Tujuannya adalah sistemik tubuh, kecuali
pulmonalis yang membawa darah menuju paru untuk dibersihkan dan
mengikat oksigen. Sedangkan pembuluh balik atau vena adalah
pembuluh yang membawa darah menuju jantung serta banyak
mengandung karbon dioksida.

Jenis-jenis pembuluh darah


1) Pembuluh Nadi (Arteri)
Pembuluh nadi atau arteri merupakan pembuluh darah yang
mengalirkan darah dari dalam jantung ke seluruh tubuh. Bisa saja
diartikan pembuluh darah yang mengalirkan darah keluar dari jantung.
Diameter pembuluh nadi bervariasi, mulai dari yang paling besar yaitu
aorta ( 20 mm) sampai ke cabangcabang yang paling kecil yaitu arteriol
(0,2 mm). Kebanyakan pembuluh nadi mengalirkan darah yang
mengandung oksigen.
Pada pembuluh nadi terdapat dinding yang bersifat elastis (kenyal)
dan mampu berkontraksi. Dinding pembuluh nadi ini terdiri atas 3 macam
jaringan, meliputi jaringan ikat pada lapisan paling luar, jaringan otot yang
tebal, dan jaringan endotelium yang melapisi permukaan dalam arteri.
Penimbunan senyawa-senyawa lemak pada dinding arteri dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh dan hilangnya kekenyalan dinding.
Kondisi demikian disebut arteriosklerosis. Arteri yang membawa darah
dari ventrikel kiri jantung menuju seluruh tubuh disebut aorta. Sementara,
arteri bercabang-cabang membentuk pipa yang lebih kecil disebut
arteriola. Arteriola ini membentuk cabang-cabang lebih kecil dan ujung-
ujungnya berhubungan langsung dengan sel-sel tubuh. Cabang-cabang
inilah yang dinamakan kapiler.
Di dalam sistem peredaran darah, arteri terdiri atas 2 macam, yakni
arteri pulmonalis dan arteri hepatica. Arteri pulmonalis (arteri paru-paru)
merupakan pembuluh nadi yang membawa darah kotor atau mengandung
CO2 keluar dari jantung menuju paru-paru (pulmo). Adapun arteri hepatica
merupakan pembuluh nadi yang membawa darah bersih (kaya O2)
menuju ke hepar (hati).
2) Pembuluh Vena (Vena)
Pada dasarnya, fungsi pembuluh balik berkebalikan dengan
pembuluh nadi. Pembuluh balik (vena) berfungsi mengalirkan darah dari
seluruh tubuh menuju jantung. Bisa juga disebut, pembuluh balik adalah
pembuluh darah yang berasal dari tubuh menuju jantung. Diameter
pembuluh balik lebih besar daripada pembuluh arteri, yakni berkisar 25
mm. Pada tubuh manusia, kebanyakan pembuluh nadi terletak pada
permukaan tubuh. Sehingga, pembuluh ini terlihat kebiru-biruan pada
permukaan kulit. Pembuluh nadi memiliki dinding arteri, sementara
pembuluh balik terdapat dinding vena. Dinding vena juga tersusun atas 3
jaringan, meliputi jaringan ikat pada lapisan paling luar, jaringan otot yang
sangat tipis dan kurang elastis/kurang kenyal di tengahnya, dan jaringan
endotelium yang melapisi permukaan dalam vena.
Pada vena terdapat cabang yang dinamakan venula. Venula
bercabang menjadi pembuluh yang lebih kecil lagi, yang disebut kapiler.
Selain itu, terdapat vena yang berhubungan secara langsung dengan
jantung dan paru-paru. Pembuluh balik demikian dinamakan vena cava.
Pada umumnya, darah yang mengalir pada vena mengandung
banyak darah kotor kaya CO2. Kecuali vena pulmonalis, vena yang
keluar membawa oksigen dari paru-paru. Oksigen yang dibawa vena
pulmonalis ini akan dibawa kembali menuju jantung. Selain berbagai
pembuluh vena tersebut, menurut letaknya, terdapat pula jenis pembuluh
balik yang lain. Khususnya vena cava yang memiliki dua jenis pembuluh,
yakni vena cava superior dan vena cava inferior. Vena cava superior
adalah pembuluh vena yang berasal dari organ-organ tubuh bagian atas,
seperti kepala, leher, dan rambut-rambut. Sedangkan vena cava inferior
adalah pembuluh vena yang berasal dari organ-organ tubuh bagian
bawah, seperti lambung, usus, hati, pankreas, paru-paru, ginjal, kaki, dan
lain sebagainya.
3) Pembuluh kapiler
Pembuluh kapiler merupakan pembuluh darah berbentuk
kecil/halus yang berasal dari percabangan pembuluh arteriol dan venula.
Pada percabangan pembuluh arteriol, pembuluh kapiler memiliki diameter
0,10 mm. Sedangkan pada percabangan venula, pembuluh kapiler
memiliki diameter 0,2 mm. Pada pembuluh kapiler terdapat sebuah
dinding yang bersifat permeabel. Sehingga, cairan tubuh dan zat-zat
terlarut yang melewatinya dapat keluar masuk melalui dinding sel tersebut.
Selain itu, pada pembuluh kapiler juga terjadi pertukaran oksigen,
karbondioksida, dan zat-zat makanan, serta hasil-hasil ekskresi dengan
jaringan yang ada di sekeliling kapiler darah. Oleh karena kondisi suhu
lingkungan dan bahan kimiawi seperti histamin, diameter pembuluh kapiler
ini dapat berubahubah. Pengaruh pengaruh temperatur/suhu lingkungan
yang rendah, pembuluh kapiler dapat mengalami penyempitan.
Sebaliknya, apabila suhu lingkungan tinggi (naik) pembuluh kapiler dapat
membesar kembali.

Fossa cubiti
Fossa cubiti didefinisikan sebagai otot-otot yang mengelilingi lubang di
area siku atau merupakan sebuah lekukan yang terletak di depan siku dan
berbentuk segitiga. Bagian bawah lubang siku terbentuk oleh otot
brakialis. Secara lahiriah, fosa kubiti terbentuk dari fasia brachialis (Fascia
brachii) dan Fascia antebrachii.
Batas – batas fossa cubiti :

 Proximal : biceps brachii (Musculus biceps brachii proksimal)


 Lateral (radial) : M. Brachioradialis (Musculus brachioradialis lateral)
 Medial (ulnalaris) : M. Pronator teres (Musculus pronator teres medial)
 Dasar : lateral oleh M. Supinator, Medial oleh M. Brachialis
 Batas dangkal (atas): dibentuk oleh kulit dan fascia, diperkuat oleh
aponeurosis bicipitalis

Fossa cubiti berisi empat struktur utama (dari lateral ke medial):

1. Saraf radial (Nervus Radialis) beserta ramus profundusnya ®wristdrop


adalah di sekitar fosa kubiti, terletak antara brakioradialis dan brakialis
otot. Hal ini tidak selalu dianggap sebagai bagian dari fossa cubiti.
2. Bisep brachii urat daging (Tendo musculi biceps brachii).
3. Bifurcatio arteri brachialis dekat puncak (bagian inferior) dari fosa cubiti ke
radial arteri (Dangkal) dan ulnaris arteri (Lebih dalam).
4. Saraf median (Nervus Medianus).

Pada fasia terdapat beberapa pembuluh darah yaitu:


1. Vena cephalica: membawa darah dari bagian lateral tangan. Yaitu dari
lengan bawah lalu bergerak ke lengan atas.
2. Vena basilica: membawa darah dari sisi medial tangan dan lengan bawah.
3. Vena mediana cubiti: Menggabungkan vena cephalica dan vena
basilica.Vena mediana cubiti sering digunakan untuk tempat pengambilan
sampel darah.
Teknik Flebotomi berdasarkan alat yang digunakan yaitu:
a. Pengambilan Darah dengan Spuit/ Syring
Pengambilan darah vena secara manual dengan alat suntik (syring)
merupakan cara yang masih lazim dilakukan di berbagai laboratorium
klinik dan tempat-tempat pelayanan kesehatan. Alat suntik ini adalah
sebuah pompa piston sederhana yang terdiri dari sebuah sebuah tabung
silinder, pendorong, dan jarum. Berbagai ukuran jarum yang sering
dipergunakan mulai dari ukuran terbesar sampai dengan terkecil adalah :
21G, 22G, 23G, 24G dan 25G.
Pengambilan darah dengan suntikan ini baik dilakukan pada pasien
usia lanjut dan pasien dengan vena yang tidak dapat diandalkan (rapuh
atau kecil).

Gambar Spuit
Spuit mempunyai skala yang dapat digunakan untuk mengukur
jumlah darah yang akan diambil, volume spuit bervariasi dari 1 ml, 3 ml, 5
ml, 10 ml, 20 ml, dan 50 ml yang biasanya digunakan untuk pemberian
cairan sonde atau syring pump.
Spuit ini digunakan besamaan dengan needle ataupun wing needle
yang dipasang diujungnya. Needel atau jarum suntik terdiri dari berbagai
ukuran yaitu: 19, 21, 22, 23, 25, 26, 27 G. Sedangkan Wing Needle
adalah jarum suntik bersayap, mempunyai ukuran : 21, 22, 25, 27 G.
Berfungsi sebagai vena tambahan untuk pengobatan secara intravena.
(a) (b)
Gambar jarum suntik: (a) Needle; (b) Wing Needle.
b. Pengambilan Darah dengan Tabung Vakum
Tabung vakum pertama kali dipasarkan oleh perusahaan AS BD
(Becton-Dickinson) di bawah nama dagang Vacutainer. Jenis tabung ini
berupa tabung reaksi yang hampa udara, terbuat dari kaca atau plastik.
Ketika tabung dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke
dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah
tercapai. Pada metode ini digunakan holder yang berfungsi sebagai
tempat memasang needle dan tabung vakum pada sisi yang berbeda
(anterior dan posterior.

Gambar Hopler untuk metode vakum


Jarum (Needle) yang digunakan terdiri dari dua buah jarum yang
dihubungkan oleh sambungan berulir. Jarum pada sisi anterior digunakan
untuk menusuk vena dan jarum pada sisi posterior ditancapkan pada
tabung. Jarum posterior diselubungi oleh bahan dari karet sehingga dapat
mencegah darah dari pasien mengalir keluar. Sambungan berulir
berfungsi untuk melekatkan jarum pada sebuah holder dan memudahkan
pada saat mendorong tabung menancap pada jarum posterior.
Gambar: (a) Jarum Vacutainer ; (b) Wing Needle untuk vakum
Keuntungan menggunakan metode pengambilan ini adalah, tak
perlu membagi-bagi sampel darah ke dalam beberapa tabung. Cukup
sekali penusukan, dapat digunakan untuk beberapa tabung secara
bergantian sesuai dengan jenis tes yang diperlukan. Untuk keperluan tes
biakan kuman, cara ini juga lebih bagus karena darah pasien langsung
dapat mengalir masuk ke dalam tabung yang berisi media biakan kuman.
Jadi, kemungkinan kontaminasi selama pemindahan sampel pada
pengambilan dengan cara manual dapat dihindari.
Kekurangannya sulitnya pengambilan pada orang tua, anak kecil,
bayi, atau jika vena tidak bisa diandalkan (kecil, rapuh), atau jika pasien
gemuk. Untuk mengatasi hal ini mungkin bisa digunakan jarum bersayap
(winged needle).
Jarum bersayap atau sering juga dinamakan jarum “kupu-kupu”
hampir sama dengan jarum vakutainer. Perbedaannya adalah, antara
jarum anterior dan posterior terdapat dua buah sayap plastik pada pangkal
jarum anterior dan selang yang menghubungkan jarum anterior dan
posterior. Jika penusukan tepat mengenai vena, darah akan kelihatan
masuk pada selang (flash).
Gambar (tabung vakum) Vacutainer
Tabung vakum (vacutainer) tersedia dalam beberapa ukuran yaitu 4
ml, 6 ml, 10 ml, ada pula yang 1,6 ml (tutup hitam) untuk menentukan laju
endap darah. Berdasarkan warna penutup tabungnya, tabung vakum
terdiri dari berbagai jenis dengan fungsi yang berbeda-beda. Hal tersebut
ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Warna Zat additive
Efek terhadap
Penutup yang Penggunaan
Spesimen
Tabung terkandung
Merah Tidak ada Membekuakan Pemeriksaan Kimia,
darah, dan serum Imunologi dan
dipisahkan dengan seriologi, Bank
sentrifungasi Darah (Crossmatch )
Merah potassium Membentuk garam Pemeriksaan
muda EDTA kalisum imunohematologi
(pink)
Merah- Tabung Cepat membentuk Penyalinan
kelabu Pemisah bekuan dan Golongan Darah dan
berbintik Serum memisahkan serum pemeriksaan kimia
(Tiger top) dengan dengan gel SST
aktivator pada dasar lubang
bekuan
Emas Gel pemisah Serum separator Serologi, endocrine,
dan activator tube (SST ) gel immunology,
bekuan pada dasar tabung termasuk HIV
untuk memisahkan
darah dari serum
melalui sentifugasi
Hijau Tabung Antikogulan dng Pemeriksaan Kimia
Muda Pemisah lithum heparin; darah
Serum (Na Plasma dipisahkan
Heparin) oleh gel PSR
didasar tabung
Hijau Sodium Menginaktifkan Ammonania, lactate,
Gelap heparin or Trombin dan HKA typing untuk
lithium Tromboplastin kadar lithum,
heparin gunakan sodium
heparin untuk kadar
ammonia
Levender EDTA ( Membentuk garam Hematologi( Darah
/ ungu bentuk cair ) kalsium untuk Rutin ) dan Bank
mengeluarkan Darah (Crossmatch)
kalsium
Biru Muda Sodium Membentuk garam Tes-tes koagulasi
citrate (Na kalsium untuk (PT , PTT , TCT .
Citrate) mengeluarkan CMV ), tabung harus
kalsium terisi penuh 100 %
Biru Sodium membentuk garam- Toxicology and trace
Gelap heparin or garam kalsium element testing (
Na2 EDTA Forms calcium salts zinc, copper, lead,
tabung dirancang mercury ) and drug
untuk tidak level testing
mengandung
kontaminasi metal-
metal
Kelabu Natrium Menginaktifkan Glukosa, Paternity
Terang Floride dan Komplemen testing, DNA studies
kalisumoxlete
Kuning ACD (acid- Inaktivasi HLA tissue typing,
citrate- komplemen paternity testing,
dextrose) DNA studies
Kuning- Media Biakan Menjaga pemeriksaan
hitam Bakteri kelangsungan hidup mikrobiologi - aerob,
bagian mikroorganisme anaerob dan jamur
atas
Coklat Sodium Menginaktifkan penetapan tembaga
terang heparin trombin dan ( Cu ) daram serum
romboplastin
Hitam Sodium Membentuk garam LED Westegren,
citrate kalsium untuk Perlu mengisi tabung
(buffered) mengeluarkan sampai penuh
kalsium
Jingga Trombin Membekukan darah Pemeriksaan Kimia
secara cepat serum CITO
Putih potassium Membentuk garam pemeriksaan
EDTA kalsium molekuler/PCR dan
bDNA.
Tabel Jenis-jenis tabung vacuum (vacutainer) berdasarkan warna
tutupnya.
Selain alat-alat di atas, ada beberapa alat dan bahan lain yang
diperlukan dalam flebotomi, yaitu:
1. Tourniquet
Tourniquet digunakan untuk pengebat atau
pembendung pembuluh darah pada organ yang akan
dilakukan penusukan plebotomy. Tujuan pembendungan adalah untuk
fiksasi, pengukuhan vena yang akan diambil. Dan juga untuk menambah
tekanan vena yang akan diambil, sehingga akan mempermudah proses
penyedotan darah kedalam spuit.
2. Kapas Alkohol (Alcohol Swab)
Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah
untuk menghilangkan kotoran yang dapat
mengganggu pengamatan letak vena sekaligus
mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi
bisa ditekan.
3. Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka
bekas plebotomi, sehingga membantu proses
penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi
akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan
4. Sarung Tangan
Berfungsi untuk membungkus tangan,
sehingga dapat mengurangi tau memperkecil
kontaminan yang berasal dari tangan
5. Masker
Digunakan untuk menutup mulut dan hidung,
sehingga dapat mengurangi kontaminasi mikroba
yang berasal dari mulut saat bicara dan hidung saat
bernafas.

6. Kain Kasa/Kapas kering


Digunakan untuk membendung luka saat jarum ingin dilepas dari
vena, sehingga darah tidak tercecer kemana-mana.
Gambar kain kasa dan kapas

Jenis – jenis antikoagulan

ANTIKOAGULAN (ANTI PEMBEKU DARAH)

Anti koagulan ialah suatu zat yang digunakan untuk mencegah


pembekuan darah. Dalam pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan
lab, biasanya tidak langsung kita periksa apalagi kalau darah tersebut
berasal dari ruangan perawatan atau rujukan dari laboratorium lain. Untuk
keperluan itu maka kita gunakan suatu zat untuk menjaga terjadinya
pembekuan darah yang kita sebut sebagai antikoagolansia.

Ada beberapa antikoagolansia yang banyak digunakan untuk


pemeriksaan laboratorium diantaranya adalag :

1.EDTA (Ethylen Diamine Tetracetic Acid).

2.Natrium Sitrat

3.Heparin

4.Natriun dan Kalium Oskalat.

Ada banyak jenis antikoagulan, namun tidak semuanya dapat


digunakan karena ada yang terlalu banyak berpengaruh terhadap
bentuk/morfologi eritrosit atau leukosit. Antikoagulan yang dapat digunkan
:
1. Garam Kalium atau Natrium dari Ethylen Diamine Tetra Asetat (EDTA)

Garam-garam tersebut mengubah ion kalsium dari darah menjadi


bentuk yang bukan ion sehingga pembekuan dapat dicegah. EDTA tidak
mempengaruh terhadap besar dan bentuk dari Eritrosit dan leukosit.
Selain itu EDTA juga dapat mencegah penggumpalan trombosit, sehingga
sangat baik sebagai antikoagulan untuk pemeriksaan trombosit.
Antikoagulan EDTA sangat luas pemakaiannya, dapat digunakan untuk
kebanyakan pemeriksaan hematologi. Dengan antikoagulan EDTA, sel-sel
darah dapat bertahan lebih lama dibanding dengan antikoagulan lain.

Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA),


dipotassium EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Dari
ketiga jenis EDTA tersebut, K2EDTA adalah yang paling baik dan
dianjurkan oleh ICSH (International Council for Standardization in
Hematology) dan CLSI (Clinical and Laboratory Standards Institute).

Jumlah EDTA yang Digunakan

a. EDTA kering: 1 mg EDTA/1 ml darah

b. EDTA cair: 0.01ml EDTA/1 ml darah

EDTA cair (laruatan EDTA 10 %) lebih sering digunakan. Pada


penggunaan EDTA kering, wadah yang berisi darah dan EDTA harus
digoyang(homogenkan) selama 1-2 menit karena EDTA kering lambat
larut. Penggunaan EDTA kurang atau lebih dari ketentuan seharusnya
dihindari. Penggunaan EDTA yang kurang dari ketentuan dapat
menyebabkan darah membeku. Sedangkan penggunaan yang lebih dari
ketentuan dapat menyebabkan eritrosit mengkerut sehingga nilai
hematokrit rendah dari nilai yang sebenarnya.Saat ini sudah
tersedia,Tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer tube) yang berisi
EDTA. Tabung EDTA bertutup lavender (Ungu) atau pink seperti yang
diproduksi oleh Becton Dickinson.
Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan EDTA

1. Penentuan kadar Hb
2. Penentuan Hematokrit
3. Penentuan Laju Endap Darah (LED)
4. Penentuan Resisitensi osmotik darah
5. Penentuan golongan darah
6. Perhitungan sel-sel darah, termasuk retikulosit
7. Pembuatan apusan darah

2. Natrium Sitrat (Trisodium Citrat)

Natrium Sitrat(Trisodium Citrat) yang digunakan berbentuk larutan


3,2 % dan 3,8%. Antikogulan ini mencegah pembekuan dengan cara
mengikat ion kalsium. Antikoagulan Natrium Sitrat tidak toksis sehingga
dapat juga digunakan untuk transfusi darah.

Banyaknya Natrium Sitrat yang Digunakan

Natrium sitrat ini bersifat isotonis dengan darah dan tidak bersifat toksik,
oleh karena itu biasa digunakan dinas pemindahan darah (Dinas donor
darah).

Antikoagulan ini biasa digunakan dalam bentuk larutan dan paling sering
dipakai untuk pemeriksaan laju endap darah dengan pendinginannya → 1
volume Natrium sitrat 3,8% : 4 volume darah.

Larutan Natrium Sitrat 3,2 % digunakan untuk pemeriksaan soal-soal


proses pembekuan darah (Koagulasi) dan agregasi trombosit, Volume: 1
volume antikoagulan : 9 volume darah

Larutan Natrium Sitrat 3,8 % digunakan pemeriksaan Laju Endap Darah


dan Eritrosit Sedimen Rate (ESR), Volumenya : 1 volume antikoagulan : 4
volume darah
Saat ini sudah tersedia Tabung darah/tabung hampa udara (vacutainer
tube) yang berisi Natrium sitrat. Tabung sitrat 3,2% bertutup biru terang
dan tabung sitrat 3,8% bertutup hitam.

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Natrium Citrat

a. Penentuan Laju Endap Darah


b. Eritrosit Sedimen Rate (ESR)
c. Pemeriksaan soal-soal proses pembekuan darah
d. Agregasi Trombosit
e. Penentuan golongan darah
f. Transfusi darah
4. Heparin
Heparin merupakan antikoagulan yang normal dalam tubuh, namun
di laboratorium heparin jarang digunakan dalam pemeriksaan-
pemeriksaan di laboratorium karena mahal harganya. Heparin berdaya
seperti antitrombin. Heparin bekerja dengan cara
menghentikanpembentukan trombin dari prothrombin sehingga
menghentikan pembentukan fibrin dari fibrinogen.Heparin tidak
mempengaruhi bentuk eritrosit maupun trombosit.
Heparin bekerja seperti anti trombin, tidak berpengaruh terhadap
bentuk sel-sel darah tetapi tidak boleh digunakan untuk pembuatan
sediaan hapusan karena menyebabkan terjadinya dasar yang biru
kehitam-hitaman pada preparat yang diwarnai dengan pewarna wright.
Selain itu tidak mempunyai pengaruh osmotik terhadap sel-sel darah
sehingga bisa digunakan untuk penentuan resistensi eritrist dan PVC.
Heparin biasanya digunakan dalam bentuk kering dengan
perbandingannya adalah : 1 mg Heparin : 1 ml darah. Tetapi dalam
prakteknya Heparin ini jarang sekali digunakan karena antikoagulan ini
sangat mahal harganya.
Jenis heparin yang paling banyak digunakan adalah Lithium
heparin karena antikoagulan karena tidak mengganggu analisa beberapa
macam ion dalam darah.

Banyaknya Heparin yang Digunakan:

a. Heparin Kering : 0,1-0,2 mg/ml Darah


b. Heparin Cair : 15 IU +/- 2.5 IU/ml darah

Saat ini telah tersedia tabung darah/tabung hampa udara


(vacutainer tube) yang berisi heparin. Tabung heparin bertutup Hijau
muda (Lithium heparin) dan Hijau (Lithium heparin dengan gel)

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Heparin

a. Penentuan hemoglobin
b. Penentuan hematokrit
c. Penentuan resistensi osmotik
d. Penghitungan sel-sel darah
e. Penentuan golongan darah
f. Transfusi darah

*Heparin tidak bisa digunakan untuk membuat apusan darah karena


menyebebabkan dasar yang biru kehitaman bisa dicat dengan cat wright
stain.

4. Natriun dan Kalium Oskalat.

Antikoagulan ini adalah campuran antara amonium oskalat dengan


kalium oskalat menurut Paul dan Haller yang dikenal dengan campuran
oskalat (double oxalat).

Dipakai campuran oskalat ini karena amonium oskalat ini


berpengaruh terhadap eritrosit menjadi mengembang sedangkan kalium
oskalat sendiri mempengaruhi eritrosit menjadi mengkerut, sehingga untuk
menjaga dari kondisi yang demikian maka kedua antikoagulan ini
dicampur menjadi satu sehingga disebut campuran oksalat.

Perbandingan amonium oksalat ini biasanya dipakai dalam bentuk


kering dengan perbandingan : 2 mg campuran oksalat : 1 ml darah.

Antikoagulan amonium oksalat sebaiknya tidak dipakai untuk


pembuatan sediaan hapusan karena bahan ini bersifat toksik dan
menyebabkan perubahan morfologi dari sel-sel darah.

Bekerja dengan menikat ion Ca, sehingga terbentuk Ca Oxalat


yang mengendap. Na oxalat yang digunakan berbentuk larutan 0.1 N

Banyaknya Na-Oxalat yang digunakan untuk pemeriksaan Plasma


Protrombin Time (PPT) : 1 volume darah: 9 volume darah

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Na-Oxalat


Pemeriksaan Plasma Protrombin Time (PPT)

5. Double Oxalat

Nama lainnya dalah Balance Oxalat Mixture atau antikoagulan dari Heller
dan Paul. Antikoagulan ini mengandung kalium oxalat dan ammonium
oxalat dengan perbandingan 2:3. Kalium oxalat menyebebkan eritrosit
mengkerut, sedangkan ammonium oxalat menyebabkan eritrosit
mengembang. Campuran kedua garam tersebut bertujuan untuk
menghindari perubahan perubahan volume eritrosit.

Banyaknya Antikoagulan Double Oxalat yang digunakan:

a. Double oxalat kering : 2 mg Double oxalat / 1 ml darah


b. Double oxalat cair 2%: 0.1 ml Double oxalat/ 1 ml darah

Double oxalat digunakan dalam bentuk kering. Sebelum


ditambahkan darah, double oxalat cair yang dimasukkan kedalam tabung
penampung darah harus di keringkan terlebih dahulu pada suhu yang
kurang 600oC, menghindari perubahan menjadi Karbonat (Sifat
antikoagulannya hilang).

Pemeriksaan Hematologi yang Menggunakan Antikoagulan Double Oxalat

a. Penentuan hemoglobin
b. Penentuan hematokrit
c. Penentuan Laju Endap Darah (LED)
d. Penentuak resistensi eritrosit
e. Penentuan golongan darah

Pengambilan Spesimen Pada Pediatri

Pada kelompok pediatric perlu dikelompokkan lagi atas bayi (infants and
neonatus) dan anak – anak (small children). Untuk anak yang lebih besar
dengan vena juga sudah relative besar dan mudah terlihat, prosedurnya
sama dengan tusukan vena pada orang dewasa. Saat melakukan
pengambilan spesimen pada pediatri, beberapa hal yang perlu
diperhatikan adalah:

Mempersiapkan anak dan orang tua- salah satu poin penting adalah
meyakinkan orang tuanya bahwa tindakan yang akan dilakukan benar -
benar diperlukan dalam rangka diagnostic dan terapi yang tepat.

Prosedur Flebotami pediatric – secara sederhana teknik yang akan


digunakan. Bila perlu dijelaskan bahwa kemungkinan ditusuk bisa lebih
dari satu kali karena pembuluh darahnya masih halus/ kecil. Prosedur
flebotomi yang akan digunakan sangat tergantung pada usia dan besar/
kecilnya si anak.

Pembuluh darah vena pada kelompok umur ini belum berkembang


dengan sempurna. Sampel kapiler harus diambil kecuali dokter secara
khusus meminta pengambilan yang perifer. Jika tusukan vena diminta
untuk kebutuhan jumlah darah, vena pada tangan lebih berkembang dan
lebih mudah di akses daripada daerah antikubiti. Pengambilan melalui
vena harus dilakukan dengan jarum yang kecil atau wing needle. Asisten
dibutuhkan untuk menstabilitasi lengan atau tangan anak-anak.

Pengambilan Spesimen Pada Geriatri

Pada pasien geriatric (lanjut usia) tidak diperlukan teknik atau metode
khusus untuk mendapatkan specimen darah. Yang menjadi bahan
pertmbangan adalah adanya penurunan fungsi - fungsi organ akibat
proses penuaan. Metode penusukan kulit/ kapiler, wing needle maupun
dengan vacutiner biasa merupakan alternative pilihan tergantung kondisi
fisiknya.

Tusukan kulit/ kapiler dilakukan terutama karena penipisan dan


penurunan elastisitas/ kelenturan kulit. Keadaan tersebut mengakibatkan
pengambilan specimen lebih sulit karena vena menjadi mobile pada saat
dilakukan penusukan. Elastisitas kulit yang menurun juga menyebabkan
mudah terjadi pendarahan atau hematom. Pada lansia pembuluh darah
juga mengalami aterosklerotik sehingga relative lebih sulit pada saat
tusukan vena.

Pengambilan specimen tidak boleh dilakukan pada vena - vena


yang melebar (varises). Darah yang diperoleh pada varises tidak
menggambarkan biokimiawi tubuh yang sebenarnya karena darah yang
diperoleh adalah darah yang mengalami stasis. Resiko lainnya adalah
kecendrungan untuk terjadi konfilkasi pendarahan dan infeksi.

Komplikasi Flebotomi
Komplikasi yang berkenaan dengan tindakan Flebotomi :
1. Syncope
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya
beberapa saat/ sementara waktu sebagai akibat menurunnya tekanan
darah. Gejala dapat berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat,
pengelihatan kabur/ gelap, bahkan bisa sampai muntah.
Halini biasanya terjadi karena adanya perasaan takut atau akibat pasien
puasa terlalu lama. Rasa takut atau cemas bisa juga timbul karena kurang
“ percaya diri “ Itulah sebabnya mengapa perlu memberikan penjelasan
kepada pasien tentang tujuan pengambilan darah dan prosedur yang akan
dialaminya.
Penampilan dan prilaku seorang Flebotomis juga bisa mempengaruhi
keyakinan pasien sehingga timbul rasa curiga/ was-was ketika proses
pengambilan darah akan dilaksanakan. Oleh sebab itu penampilan dan
prilaku seorang flebotomis harus sedemikian rupa sehingga tampak
berkompetensi dan Fropesional
Cara mengatasi
 Hentikan pengambilan darah
 Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah satu
sisi
 Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )
 Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggang
 Minta pasien menarik nafas panjang
 Hubungi dokter
 Pasien yang tidak sempat dibaringkan , diminta menundukan
kepala diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang
Cara Pencegahan
 Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan
 Pasien yang akan dirawat syncope sebaiknya dianjurkan berbaring
pada waktu pengambilan darah
 Kursi pasien mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan
2. Rasa Nyeri
Rasa nyeri berlangsung tidak lama sehingga tidak memerlukan
penanganan khusus. Nyeri bisa timbul alibat alkosol yang belum
kering atau akibat penarikan jarum yang terlalu kuat
Cara pencegahan
 Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah mongering
sebelum pengambilan darah dilakukan.
 Penarikan jarum tidak terlalu kuat
 Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya (
memberi contoh )
3. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan ( dalam Hal
Flebotomi : jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh
darah. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :
 Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena
 Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada
diluar vena
 Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan
atau kurang lama ditekan
 Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet ( tourniket)
belum dikendurkan
 Temapat penusukan jarum terlalu dekat dengan tempat turniket.
Cara mengatasi
Jika dalam proses pengambilan darah terjadi pembengkakan kulit disekitar
tempat penusukan jarum segera 1. Lepaskan turniket dan jarum 2. Tekan
tempat penusukan jarum dengan kain kasa 3. Angkat lengan pasien lebih
tinggi dari kepala (+- 15 menit) 4. Kalau perlu kompres untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Pendarahan
Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan
darah alteri. Pengambilan darah kapiler lebih kurang resikonya.
Pendarahan yang berlebihan ( atau sukar berhenti ) terjadi karma
terganggunya system kouglasi darah pasien. Hal ini bisa terjadi karena :
 Pasien mengalami pengobatan dengan obat antikougulan sehingga
menghambat pembekuan darah.
 Pasien menderita gangguan pembekuan darah ( trombositopenia,
defisiensi factor pembeku darah (misalnya hemofilia )
 Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukan
protrombin, fibrinogen terganggu )
Cara mengatasi:
 Tekan tempat pendarahan
 Panggil perawat/dokter untuk penanganan selanjutnya
Cara pencegahan
 Perlu anamnesis ( wawancara) yang cermat denga pasien
 Setelah pengambilan darah, penekanan tempat penusukan jarum
perlu ditekan lebih lama
5. Allergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam
flebotom, misalnya terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang ada
pada sarung tangan, turniket atau plester.
Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa kemerahan, rhinitis, radang
selaput mata; kadang-kadang bahkan bisa (shock)
Cara mengatasi :
 Tenangkan pasien, beri penjelasan
 Panggil dokter atau perawat untuk penanganan selanjutnya
Cara pencegahan
 Wawan cara apa ada riwayat allergi
 Memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex
6. Trombosis
Terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali ditempat
yang sama sehingga menimbulkan kerusaka dan peradangan setempat
dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah. Hal ini
juga terlihat pada kelompok pengguna obat ( narcotics ) yang memakai
pembuluh darah vena.
Cara pencegahan
- Hindari pengambilan berulang ditempat yang sama
- Pembinaan peninap narkotika
7. Radang Tulang
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang
sempit dan pemakaian lanset yang berukuran panjang
Cara mengatasi:
 Mengatasi peradangan tulang
Cara Pencegahan:
 Menggunakan lanset yang ukurannya sesuai. Saat ini sudah
dipasarkan lanset dalam berbagai ukuran disesuaikan dengan
kelompok usia.
Setiap kejadian komplikasi Flebotomi harus dilaporkan kepada
dokter kepalda dan dicatat dalam buku catatan tersendiri dengan
mencantumkan identitas pasien selengkapnya, tanggal dan jam kejadian,
dan tindakan yang diberikan.
8. Amnesia
Pada bayi, terutama bayi baru lahir dimana volume darah sedikit,
pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu
pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang dapat
menyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan nodul
klasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti lekukan
yang 4-12 bulan kemudian akan menjadi nodul dan menghilang dalam 18-
20 bulan.
9. Komplikasi neuologis
Komplikasi neurologist dapat bersifat local karena tertusuknya
syaraf dilokasi penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau
kesemutan yang menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Walaupun jarang, serangan kejang ( seizures) dapat pula
terjadi.

Penanganan :
 Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah harus
dilindungi dari perlukaan.
 Hentikan pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala
miringkan ke satu sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah
tidak tergigit.
 Segera mungkin aktifkan perlengkapan keselamatan, hubungi
dokter
 Lakukan penekanan secukupnya di daerah penusukan sambil
membatasi pergerakan pasien.

* Bila terjadi komplikasi flebotomi, seorang flebotomis harus tenang,


berfikir jernih dan sigap, lakukan pertolongan pertama, dan segera
laporkan kepada dokter penanggung jawab laboratoium.
* Setiap kejadian konflikasi flebotomi harus dicatat dalam buku catatan
tersendiri dengan mencantumkan identitas pasien selengkapnya, tanggal
dan jam kejadian, urutan kejadian, tindakan yang diberikan, dan petugas
yangmelakukan flebotomi.
Kegagalan pengambilan darah
Faktor yang dapat menyebabkan antara lain karena jarum kurang dalam.
Jarum terlalu dalam/tembus, lubang jarum menempel didinding pembuluh
darah, vena kolap atau tabung tidak vakum. Vena kolaps dapat terjadi bila
menarik penghisap dengan cepat, menggunakan tabung yang terlalu
besar atau jarum terlalu kecil.
Hemokonsentrasi
Hemoknsentrasi terjadi karena pembendungan / pemasangan turniket
yang ketat dan lama ( > 1 menit), atau mengepal telapak tangan dengan
pemijatan atau massage. Hal ini akan menyebabkan peningkatan kadar
hematokrit dan elemen seluler lainnya, protein total,GTO,lipid total,
kolestrol dan besi (Fe). Mengepalkan tangan berulang akan meningkatkan
kalium, Flosfat dan lakat.

Hemodilusi
Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapat pemberian
cairan intra vena (infus ). Pengambilan darah di sisi influs harus di hindari
sebisanya, jika tidak memungkinkan, hentikan infuse 3-5 menit, ambil
darah dibagian distal tempat infuse dan buang 3-5 cc darah yang pertama
diambil. Beberapa hal yang dapat menyebabkan hemodilusi antara lain :

 Kontaminasi oleh cairan interstitial / cairan jaringan pada


pengambilan darah didaerah udem atau pada pasien obeis.
 Kontaminasi alcohol yang belum kering pada pengambilan darah
kapiler
 Rasio darah : antikoagulan yang tidak sesuai

Hemolisis

Terjadi karena pengambilan darah dengan jarum yang terlalu kecin,


pengambilan darah yang sulit dimana dilakukan manpulasi jarum, menarik
penghisap terlalu cepat,

Mengeluarkan darah dari jarum dengan menekan secara keras/kasar,


mengocok tabung dengan kuat, kontaminasi alcohol dan pemakaian
torniket terlalu lama. Hemolisis akan menyebabkan peninggian analit-
analit yang banyak terdapat intrasel seperti LDH, kalium, magnesium, Fe
dan Fosfor anorganik.

Masuknya factor jaringan

Pengambilan darah yang sulit seperti pada vena yang kecil, orang tua,
anak kecil dan pasien dengan udem atau obesitas, atau manupulasi
terlalu banyak akan menyebabkan pelepasan factor jaringan yang akan
mengaktifkan factor pembekuan darah dan mengakibatkan perubahan
nilai pemeriksaan hemostasisi. Sebaiknya pengambilan darah untuk
koagulasi dilakukan dengan dua tabung.
Kontaminasi
Pada pemeriksaan kultur darah, tindakan asepsis yang tidak
adekuat atau pengambilan darah pada lokasi yang mengalami
peradangan akan menimbulkan kontaminasi.

Proses Pembekuan Darah ( Koagulasi )


Mekanisme pembekuan darah merupakan hal yang
kompleks.Mekanisme ini dimulai bila terjadi trauma pada dinding
pembuluh darah dan jaringan yang berdekatan, pada darah, atau
berkontaknya darah dengan sel edotel yang rusak atau dengan kolagen
atau unsure jaringan lainnya di luar sel endotel pembuluh darah. Pada
setiap kejadian tersebut, mekanisme ini menyebabkan pembentukan
activator protrombin, yang selanjutnya akan mengubah protrombin
menjadi thrombin dan menimbulkan seluruh langkah berikutnya.
Mekanisme secara umum, pembekuan terjadi melalui tiga langkah
utama:
1) Sebagai respon terhadap rupturnya pembuluh darah yang ruak, maka
rangkaian reaksi kimiawi yang kompleks terjadi dalam darah yang
melibatkan lebih dari selusin factor pembekuan dara. Hasil akhirnya
adalah terbentuknya suatu kompleks substansi teraktivasi yang disebut
activator protrombin.
2) Aktivator protrombin mengkatalisis pengubahan protrombin menjadi
thrombin.
3) Trombin bekerja sebagai enzim untuk mengubah fibrinogen menjadi
benang fibrin yang merangkai trombosit, sel darah, dan plasma untuk
membentuk bekuan.
Mekanisme Koagulasi, terdiri dari dua jalur yaitu :
1) Melalui jalur Ekstrinsik yang dimulai dengan terjadinya trauma pada
dinding pembuluh dan jaringan sekitarnya
2) Melalui jalur Instrinsik yang berawal di dalam darah itu sendiri.
3) Pada kedua jalur ini, baik Ekstrinsik maupun Instrinsik, berbagai protein
plasma, terutama betaglobulin, memegang peranan utama. Bersama
dengan factor-faktor lain yang telah diuraikan dan terlibat dalam proses
pembekuan, semuanya disebut factor-faktor pembekuan darah, dan pada
umumnya, semua itu dalam bentuk enzim-enzim proteolitik yang inaktif.
Bila berubah menjadi aktif, kerja enzimmatiknya akan menimbulkan
proses pembekuan berupa reaksi-reaksi yang beruntun dan bertingkat.

A. Mekanisme Ekstrinsik
Mekanisme ekstrinsik sebagai awal pembentukan activator protrombin
dimulai dengan dinding pembuluh luar yang rusak, dan berlangsung
melalui langkah-langkah, yaitu :
1. Pelepasan factor jaringan. Jaringan yang luka melepaskan beberapa
factor yang disebut factor jaringanatau tromboblastin jaringan.Faktor ini
terutama terdiri dari fosfolipid dari membrane jaringan dan kompleks
lipoprotein yang mengandung enzim preteolitik yang tinggi.
2. Aktivasi Faktor X- peranan factor VII dan factor jaringan. Kompleks
lipoprotein dari factor jaringan selanjutnya bergabung dengan factor VII
dan bersamaan dengan hadirnya ion kalsium, factor ini bekerja sebagai
enzim terhadap factor X untuk membentuk factor X yang teraktivasi.
3. Efek dari factor X yang teraktivasi dalam membantu aktifator protrombin-
peranan factor V. Faktor X yang teraktivasi segera berikatan dengan
fosfolipid jaringan, atau dengan fosfolipidtambahan yang dilepaskan dari
trombosi, juga dengan factor V, yang membentuk senyawa yang disebut
activator protrombin. Kemudian senyawa ini memecah protrombin menjadi
trombin, dan berlangsunglah proses pembekuan darah. Pada tahap
permulaan, factor V yang terdapat dalam kompleks activator protrombin
bersifat inaktif, tetapi sekali proses pembekuan darah ini dimulai dan
thrombin mulai terbentuk, kerja proteolitik dari thrombin akan mengaktifkan
akselerator tambahan yang kuat dalam mengaktifkan protrombin. Pada
akhirnya, factor X yang teaktivasilah yang menyebabkan pemecahan
protrombin menjadi thrombin.
B. Mekanisme Instrinsik
Mekanisme kedua untuk pembentukan activator protrombin, dan
dengan demikian juga merupakan awal dari proses pembekuan, dimulai
dengan terjadinya trauma terhadap darah itu sendiri atau berkontak
dengan kolagen pada dinding pembuluh darahyang rusak, dan kemudian
berlangsunglah serangkaian reaksi yang bertingkat.

1. Pengaktifan factor XII dan pelepasan fosfolipid trombosit oleh darah yang
terkena trauma. Trauma terhadap darah atau berkontaknya darah dengan
kolagen pembuluh darahakan mengubah dua factor pembekuan penting
dalam darah: Faktor XII dan Trombosit. Bila factor XII terganggu, misalnya
karena berkontak dengan kolagen atau dengan permukaan yang basah
seperti gelas, ia akan berubah menjadi bentuk baru yaitu sebagai enzim
proteolitik yang disebut factor XII yang teraktivasi. Pada saat
bersamaan,trauma terhadap darah juga akan merusak trombosit akibat
bersentuhan dengan kolagen atau dengan permukaan basah,dan ini akan
melepaskan fosfolipid trombosit yang mengandung lipoprotein, yang
disebut 3 faktor pembekuan selanjutnya.
2. Pengaktifan factor XI, Faktor XII yang teraktivasi bekerja secara enzimatik
terhadap factor XI dan juga mengaktifkannya, ini merupakan langkah
kedua dalam jalur Instrinsik. Reaksi ini memerlukan Kininogen HMW(
berat molekul tinggi), dan dipercepat oleh prekalikrein.
3. Pengaktifan factor IX oleh factor XI yang teraktivasi bekerja secara
enzimatik terhadap factor XI dan mengaktifkannya.
4. Pengaktifan factor X-peranan Faktor VIII. Faktor IX yang teraktivasi, yang
bekerja sama dengan factor VIII teraktivasi dan dengan Fosfolipid
trombosit dan factor 3 dari trombosit yang rusak, mengaktifkan factor X.
5. Kerja factor X teraktivasi dalam pembentukan aktivastor protrombin-
peranan factor V. Langkah dalam jalur instrinsik ini pada prinsipnya sama
dengan langkah pada jalur ekstrinsik. Artinya, Faktor X yang teraktivasi
berbentuk suatu kompleks yang disebut activator protrombin.
B A B III
METODE KERJA
III.1 Alat Dan Bahan
III. 1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah jarum spoit 3ml
,rak tabung, sarung tangan, torniquet, tabung sentrifuges,tabung vacum,
vacutainer.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah alkohol 70%,
kapas, kertas label.

III.3 Cara Kerja


a. Metode spoit

 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : syring, kapas alkohol 70%,


tali pembendung (turniket), plester, dan tabung. Untuk pemilihan
syring, pilihlah ukuran/volume sesuai dengan jumlah sampel yang
akan diambil, pilih ukuran jarum yang sesuai, dan pastikan jarum
terpasang dengan erat.
 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan
pasien senyaman mungkin.
 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.
 Minta pasien mengepalkan tangan.
 Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti
sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak
teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke
atas. Jika jarum telah masuk ke dalam vena, akan terlihat darah
masuk ke dalam semprit (dinamakan flash). Usahakan sekali tusuk
kena.
 Setelah volume darah dianggap cukup, lepas turniket dan minta
pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang diambil
kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan untuk
pemeriksaan.
 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum.
Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit.
Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

b. Metode vakutainer
 Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%,
tali pembendung (turniket), plester, tabung vakum.
 Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat.
 Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah; usahakan
pasien senyaman mungkin.
 Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar
permintaan.
 Verifikasi keadaan pasien, misalnya puasa atau konsumsi obat.
Catat bila pasien minum obat tertentu, tidak puasa dsb.
 Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak
melakukan aktifitas.
 Minta pasien mengepalkan tangan.
 Pasang tali pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku.
 Pilih bagian vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan
(palpasi) untuk memastikan posisi vena; vena teraba seperti
sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding tebal. Jika vena tidak
teraba, lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau
kompres hangat selama 5 menit daerah lengan.
 Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas
alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan
jangan dipegang lagi.
 Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke
atas. Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga
jarum bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan
mengalir masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti
mengalir. Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung
pertama terisi, cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu
seterusnya.
 Lepas turniket dan minta pasien membuka kepalan tangannya.
Volume darah yang diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau
plasma yang diperlukan untuk pemeriksaan.
 Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera lepaskan/tarik jarum.
Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama kira-kira 15 menit.
Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.
B A B IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan

Tornikuet Tabung reaki

spoit Antikoagulan

Akohol 70%
Plester
Kertas
label

Spesimen darah

Penusukan vena

IV.2 Pembahasan
Pada praktikum flebotomi dilakukan percobaan untuk pengambilan
sampel darah dari masing-masing praktikan dengan menggunakan
metode vacutainer dan metode spoit.
Dimana sebelum melakukan pengambilan darah terlebih dahulu
disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses
pengambilan darah, alat-alat yang digunakan antara lain tourniquet, jarum
vacutainer , spoit/Syringe 3 cc/ml, needle, tabung vacutainer dan sarung
tangan dan bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengambilan
darah ini juga meliputi kapas, alcohol swab dan plester.
Setelah semua alat dan bahan yang dibutuhkan tersedia proses
pengambilan darah dapat dilakukan dengan menggunakan metode
vacutainer maupun metode spoit. Dimana setiap praktikan memiliki
kesempatan untuk mengambil dan diambil darahnya. Pada kesempatan
pertama dilakukan pengambilan darah dengan menggunakan metode
vacutainer terhadap salah seorang praktikan. Dalam proses flebotomi ada
beberapa hal yang harus di perhatikan sehingga tidak menimbulkan rasa
sakit dan mengurangi hal-hal buruk selama pengambilan darah seperti
hematoma, lisis, pingsan dan sebagainya, hal-hal yang yang harus di
perhatikan adalah kesiapan orang yang akan diambil darahnya, pemilihan
letak vena dan yang terpenting adalah teknik pengambilan darah.
Pada saat praktikum proses flebotomi dilakukan dengan metode
vacutainer dan juga metode spoit dengan pemilihan letak vena yang
beragam yaitu pengambilan darah melalui vena mediana, pada anterior
lengan (sisi dalam lipatan siku).Vena ini terletak dekat dengan permukaan
kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokansaraf besar. Apabila tidak
memungkinkan, vena chepalica atau vena basilica bisa menjadi pilihan
berikutnya.
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam
proses pengambilan darah vena menggunakan metode vacutainer
yaitu :
Ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam proses
pengambilan darah vena menggunakan metode vacutainer yaitu :
1. Pemasangan turniket (tali pembendung)
a. pemasangan dalam waktu lama dan terlalu keras dapat
menyebabkan hemokonsentrasi (peningkatan nilai
hematokrit/PCV dan elemensel), peningkatan kadar substrat
(protein total, AST, besi, kolesterol,lipid total)
b. m e l e p a s t u r n i k e t s e s u d a h j a r u m d i l e p a s d a p a t
m e n y e b a b k a n hematoma
2. Ja r u m d i l e p a s k a n s e b e l u m t a b u n g v a k u m t e r i s i
p e n u h s e h i n g g a mengakibatkan masukknya udara ke dalam
tabung dan merusak sel darahmerah.
3. Penusukan
a. penusukan yang tidak sekali kena menyebabkan masuknya
cairan jaringan sehingga dapat mengaktifkan pembekuan. Di
samping itu, penusukan yang berkali-kali juga berpotensi
menyebabkanhematoma.
b. t u s u k a n j a r u m y a n g t i d a k t e p a t b e n a r m a s u k k e
d a l a m v e n a menyebabkan darah bocor dengan akibat hematoma
4. Kulit yang ditusuk masih basah oleh alkohol menyebabkan
hemolisissampel akibat kontaminasi oleh alcohol, rasa terbakar dan
rasa nyeri yang berlebihan pada pasien ketika dilakukan penusukan.

Namun pada saat praktikum tidak semua praktikan berhasil


mengambil dan diambil darahnya. Hal ini dapat terjadi karena
adanya beberapa factor yaitu: ketidaksiapan pasien ketika akan
diambil darahnya dan metode flebotomi yang kurang tepat.
BAB V
PENUTUP
V.I Kesimpulan
Flebotomi atau dalam bahasa Ingris disebut Phlebotomy berasal
dari kata Yunani phleb dan omia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan
tomia berarti mengiris/ memotong (cutting). Sehingga dapat diartikan
pemotongan pembuluh vena. Dalam melakukan phlebotomis Legalitas
phlebotomynya diatur dalam perundang-undangan. Prosedur phelbotomi
harus mempersiapkan tahap pre, analitik dan post analitik dan dilakukan
sesuai SOP. Sehingga dalam melakukan phlebotomy sesuai dengan
tujuan, fungsi serta tanggung jawab professional phlebotomy. Dalam
penjaminan mutu phlebotomy, aspek keprofesionalan, tanggung jawab,
pendokumentasian serta kesesuain dengan prosedur pelayanan standar
mejadi tolak ukur phlebotomy.

Darah yang merupakan salah satu spesimen yang dapat digunakan


dalam analisis laboratorium tidak boleh diambil dengan cara yang asal-
asalan Pemahaman mengenai flebotomi sangat penting dalam
pengambilan spesimen darah. Flebotomis telah mengetahui tata cara dan
metode pengambilan specimen darah sehingga dapat diperoleh specimen
darah yang baik dan sesuai untuk analisis laboratorium.

V.I Saran
Sebaiknya proses paktikum lebih diefisiensikan dan sebaiknya
pada proses pengambilan darah senantiasa didampingi oleh asisten
pendamping.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis.


Gramedia:Jakarta.
2. Pendidikan Ahli Madya Analis Kesehatan. 1996. DIKTAT Praktek
Hematologi.Departemen Kesehatan RI Bandung: Bandung.
3. Hoffbrand, A.V. dan Pettit J.E., 1996. Kapita Selekta : Hematologi
(Essential Haematology). Edisi II. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
4. Ismid, Is Suharti. 2000. Parasitologi Kedokteran. FKUI: Jakarta
5. Tjokronegoro dan Hendra Utama. (1996). Ilmu penyakit dalam jilid
1. Jakarta: FKUI.
6. Pengumpulan sampel darah Laboratorium kesehatan diakses
tanggal 29 maret 2015
7. Anomim 2011. Pengertian Darah
Manusia.http://www.wikipedia.com. Diakses tanggal 29 Maret 2015.
8. Anomim 2010. Pengertian Darah Vena.http://www.wikipedia.com.
Diakses tanggal 29 Maret 2015.
9. Syaharuddin, Kasim dkk. Penuntun Praktikum Kimia Klinik.
Fakultas farmasi Universitas Hasanuddin. Makassar 2015.
10. Wibowo, Daniel S. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta : Grasindo
11. Diktat Praktikum Hematologi Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
12. http://labkesehatan.blogspot.com/2009/11/antikoagulan.html
13. http://ripanimusyaffalab.blogspot.com/2011/04/kode-warna-tabung
vakum.html
14. Penuntun Laboratorium Rakyat. Dian Rakyat .Bandung. 1992. Hal:
7-112. Patelki kaltim. Kompetensi Profsional Flebotomi. [serial on
internet] 6Juni 2010 [cited 21 Maret 2010].
15. Ratnaningsih,2009.Bagian patologi Klinik Fak.Kedokteran
UGM.Flebotomi. Jogjakarta
16. Perhimpunan Doktr Spesialis Patologi Klinik Indonesia. 2012.
Pelmodulatihan Nasional Flebotomi Dasar Bagi Analis Kesehatan
Edisi 2.

Anda mungkin juga menyukai