Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH INTERMEDIATE TRAINING: K

082292828680/ muh.ell45@gmail.com

“ANALISIS PERJUANGAN HMI DALAM MEMERDEKAKAN NILAI


IDENTITAS UMMAT DAN BANGSA INDONESIA DARI PENGARUH
KOLONIALISME”

DIAJUKAN UNTUK MENGIKUTI INTERMEDIATE TRAINING


HMI CABANG PERSIAPAN TANGERANG

OLEH:

M. SYAHRUL MUBARAK T

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)


CABANG GOWA RAYA
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan yang telah


memberikan kemampuan, kekuatan, serta keberkahan baik waktu, tenaga, maupun
pikiran kepada seluruh hambanya baik pula penulis.

Shalawat beserta salam tak lupa di junjungkan kepada sang nabi, sang
misionaris pada zamannya, tak tertelan wacananya oleh peradaban. Muhammad
Saw, sang revolusioner sejati berselempangkan seru-seru ke-tauhid-an, membawa
ummatnya jauh dari lubang ke-syirik-an.

Tak lupa penulis menyadari bahwa masih banyaknya kekurangan pada


penulisan makalah ini. Maka dari itu, saran dan kritik menjadi acuan penulis agar
kira, tidak henti-hentinya berangkat sebagai seorang pemula dan tidak cepat-
cepatnya pulang sebagai penguasa. Acuan agar tak habis-habisnya berproses.

Gowa, 04 Januari 2018

Penulis, M.Syahrul Mubarak T

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................. 1


B. RUMUSAN MASALAH .............................................................. 2
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................ 2
D. MANFAAT PENULISAN ............................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3

A. Hubungan Kondisi Ummat dan Bangsa Indonesia Masa dan Pasca


Kemerdekaan Dengan Latar Belakang Berdirinya HMI ................... 3
B. Gerakan Intelektual HMI Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan
Indonesia ........................................................................................... 7
C. Konsolidasi Intelektual HMI Dalam Merumuskan Keindonesiaan dan
Keislaman ......................................................................................... 10

BAB III PENUTUP .................................................................................. 14

A. KESIMPULAN ............................................................................. 14
B. SARAN ......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dengan melihat kondisi bangsa Indonesia yang di jangkit berbagai


bentuk persoalan, Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hadir dalam
poros mempertahankan keutuhan NKRI dan mengangkat derajat ummat islam
(ISLAM KEINDONESIAAN), Itulah yang coba di realisasikan dalam melihat
kondisi bangsa dan ummat. Harapan Organisasi HMI dideklarasikan (antara lain)
sebagai organisasi mahasiswa yang independen, kader Umat dan Bangsa, dan
tidak menjadi underbouw sebuah partai politik, termasuk partai politik Islam.
Wajar jika Jenderal (Besar) Sudirman saat itu menyambut HMI sebagai Harapan
Masyarakat Indonesia karena dalam HMI berkumpul orang terpelajar, yang
tentunya diharapkan dapat memberi manfaat bagi masa depan bangsanya. Ada
warna ke-Islaman dan ke-Bangsaan sejak kelahirannya. Tidak mengherankan,
ketika RI menghadapi perang kemerdekaan melawan Belanda, mereka juga
mendirikan pasukan bersenjata yang dikenal sebagai Corp Mahasiswa. Dengan
cita-cita pendirian HMI seperti itu, harus diakui, tidaklah mudah memegang
khittah HMI di tengah lingkungan keumatan dan kebangsaan selama ini.
Pluralism yang mewarnai umat dan bangsa tentu menyulitkan formula HMI
sebagai kader umat dan bangsa.

Dalam perjalanannya, HMI selalu ditarik ke kanan dan ke kiri untuk


berpihak kepada salah satu kekuatan umat dan bangsa. Sikap independen sering
menjadi pertaruhan tidak mudah. Tidak jarang HMI dikesankan sebagai tidak
independen lagi.
Oleh karena itu merujuk kondisi itulah yang telah penulis paparkan diatas maka
penulis ingin membahas denganlebih rinci tentang persoalan-persoalan tersebut
dalam makalah ini yang berjudul “Analisis Perjuangan HMI Dalam
Memerdekakan Nilai Identitas Ummat dan Bangsa Indonesia Dari Pengaruh
Kolonialisme”

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Hubungan Kondisi Ummat dan Bangsa Indonesia Masa dan


Pasca Kemerdekaan Dengan Latar Belakang Berdirinya HMI?
2. Bagaimana Gerakan Intelektual HMI Dalam Upaya Mempertahankan
Kemerdekaan Indonesia?
3. Bagaimana Konsolidasi Intelektual HMI Dalam Merumuskan Keislaman
dan Keindonesiaan?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1. Memahami tujuan utama didirikannya HMI.
2. Mengetahui peran aktif HMI dalam menjaga identitas ummat dan Bangsa
di Indonesia.
3. Memahami secara reflektif sejarah perjuangan HMI dalam konteks Awal
kemerdekaan indonesia.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
1. Memperoleh pengetahuan secara terperinci tentang latar belakang
didirikannya HMI.
2. Menambah wawasan kader HMI tentang ke ikut sertaan HMI dalam
mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.
3. Menambah wawasan kader HMI akan perjuangan HMI dalam menjaga
identitas Ummat dan Bangsa Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hubungan Kondisi Ummat dan Bangsa Indonesia Masa dan Pasca


Kemerdekaan Dengan Latar Belakang Berdirinya HMI.

1. Kondisi Islam di tengah-tengah pergulatan, percaturan dan


perubahan politik di Indonesia pada masa dan pasca kemerdekaan

Dari kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada tahun 1945 yang


di mana telah menyisakan berbagai luka kesedihan, dan juga melihat berbagai
usaha yang dilakukan masyarakat sehingga berbagai pula yang mengalami
kemorosotan. Situasi umat Islam di Indonesia tidak jauh beda dengan Islam di
dunia, secara ilmu pengetahuan dan teknologi juga masih dikuasai oleh dunia
Barat. Dalam tulisannya Lafran Pane yang berjudul “keadaan dan kemungkinan
kebudayaan Islam di Indonesia” menjelaskan ada empat golongan kondisi
sosiologis umat Islam di Indonesia sebelum berdiri HMI. “Golongan Pertama,
golongan awam (golongan terbesar). Yaitu umat Islam yang hanya melaksanakan
amalan ajaran Islam dengan ceremonial. Seperti upacara kawin, adat istiadat, dan
lain-lain. Golongan Kedua, golongan mistik. Golongan ini melaksanakan ajaran
Islam dengan hubungan manusia dengan Allah Swt. hanya memikirkan dunia
akhirat saja, sementara permasalahan dunia sosial-politik bangsa di Indonesia
tidak terpikirkan oleh mereka. Golongan Ketiga, golongan alim ulama. Umat
Islam di Indonesia melaksanakan ajaran Islam persis dengan ajaran Rasulullah
Saw. Sementara ajaran Islam Arab berbeda dengan ajaran Islam di Indonesia.
Golongan Keempat, golongan terpelajar. Golongan ini merupakan golongan
terkecil yang mencoba menyesuaikan diri dengan situasi zaman yang selaras
dengan ajaran Islam. Kaum terpelajar ini menyesuaikan diri dengan melaksanakan
ajaran Islam dalam bermasyarakat dan berbangsa dengan tujuan untuk
kemaslahatan negara dan bangsa”.

Tuntutan Perang Kemerdekaan untuk memperoleh pengakuan kedaulatan


rakyat merupakan suatu kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan memerlukan

3
persatuan dan kesatuan dari sengenap umat islam sebagai tulang punggung bangsa
dan negara. Bersamaan dengan kondisi ruang dan waktu ketika itu keluarlah
Pengumuman Pemerintah Republik Indonesia Nomor: X/1945 tertanggal 3
November 1945, yang ditanda tangani Wakil Presiden RI Drs. Mohammad Hatta
yang membolehkan berdirinya partai-partai. Seperti diketahui, pada masa
pendudukan Jepang 1942-1945, pemerintah Jepang tidak memberi ijin kepada
rakyat untuk mendirikan partai politik. Semua kegiatan politik dan gerakan rakyat
diawasi, termasuk MIAI (Majelis Islam A’laa Indonesia), yang kemudian
digantikan Masyumi tahun 1943 sebagai buatan Jepang. Padahal rakyat
membutuhkan partai sebagai alat untuk memperjuangkan aspirasinya sebagai
bangsa yang ingin merdeka. Maka keluarlah Pengumuman Pemerintah seperti
disebut di atas.

Untuk merespon pengumuman pemerintah itu atas kesepakatan pemimpin-


pemimpin umat islam yang tergabung dalam partai dan organisasi islam,
bertempat di gedung madrasah mualimin muhammadiyah Jl.taman sari 68
yogyakarta tanggal 7 November 1945 dilangsungkan kongres umat islam
indonesia (KUII) yang I setelah indonesia merdeka, yang dikuti seluruh partai-
partai dan sebagian besar organisasi-organisasi islam dari selulruh indonesia.
KUII tersebut telah mengambil keputusan:

a. Mendirikan Partai politik islam yang bersama masyumi (majelis syuro


muslimin indonesia)

b. Ikrar bersama-sama, tidak menghendaki berdirinya partai politik islam


lain, kecuail masyumi

c. Masyumilah yang akan memperjuangkan nasih umat islam di bidang


politik

berdirinya masyumi sebagai satu-satunya partai islam maka partai partai islam
yang ada waktu itu seperti PSII, PII, penyadar, permi dileburkan dan berfusi
menjadi satu dengan masyumi sebagai partai unitaris sedang organisasi islam non
politik seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), PUT,AL jamiatul

4
Washliyah, Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) menjadi anggota istimewa
dari Masyumi, seperti disebutkan dalam pasal II anggaran tujuan partai ialah
terlaksananya ajaran dan hukum islam di dalam kehidupan orang seorang,
masyarakat dan negara republik indonesia sedang program dalam negari yaitu:

a. Memperkuat persiapan umat islam untuk berjihad fi sabilillah

b. Memperkuat bersian pertahanan negara indonesia dengan berbagai usaha


yang diwajibkan agama islam

c. Menyesuaikan susunan dan sifat masyumi sebagai pusat persatuan umat


islam indonesia sehingga dapat menggerakkan dan memimpin perjuangan
umat islam indonesia seluruhnya

d. Memohon kepada pemerintah republik indonesia supaya mendesak kaum


sekutu menyegerakn perlucutan senjata tentara jepang dan
pengembaliannya agar bala tentara sekutu dapat segera pulang ke
negerinya.

KUII I itu juga memutuskan: a) membentuk berisan Hizbullah dan berisan


yang bersenjata bambu runcing b) memperkokoh organisasi partai masyumi
buatan jepang tahun 1943 karena dibentukkan dan didirikan tanpa campur tangan
pihak luar sekalipun nama lama tetap dipakai ungkapan lain tentang terbentuknya
masyumi bahwa pembentukan masyumi di yogyakarta tanggal 7 November 1945,
melalui kongres umat islam indonesia tempaknya harus pula dipandang sebagai
jawaban atas keperluan umat islam untuk pula dipandang sebagai jawaban atas
keperluan umat islam untuk mempunyai suatu institusi politik yang mampu
memperjuangkan aspirasi politik mereka di penggung nasional. KUII waktu itu
sekaligus menghasilkan kesepakatan bahwa masyumi merupakan satu-satunya
institusi politik islam.

5
2. Latar Belakang Berdirinya HMI

Sebelum lahirnya Himpunan Mahasiswa Islam, terlebih dulu berdiri


organisasi kemahasiswaan bernama Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY)
pada tahun 1946 yang beranggotakan mahasiswa dari tiga Perguruan Tinggi di
Yogyakarta, yaitu Sekolah Tinggi Teknik (STT), Sekolah Tinggi Islam (STI) dan
Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada yang pada waktu itu hanya memiliki Fakultas
Hukum dan Fakultas Sastra.Oleh karena Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta
dirasa tidak memperhatikan kepentingan para mahasiswa yang masih menjunjung
tinggi nilai-nilai agama Islam. Tidak tersalurnya aspirasi keagamaan merupakan
alasan kuat bagi para mahasiswa Islam untuk mendirikan organisasi
kemahasiswaan yang berdiri dan terpisah dari Persyerikatan Mahasiswa
Yogyakarta.
Pada tahun 1946, suasana politik di Indonesia khususnya di Ibukota
Yogyakarta mengalami polarisasi antara pihak Pemerintah yang dipelopori oleh
Partai Sosialis, pimpinan Syahrir - Amir Syarifuddin dan pihak oposisi yang
dipelopori oleh Masyumi, pimpinan Soekiman - Wali Al-Fatah dan PNI, pimpinan
Mangunsarkoro - Suyono Hadinoto serta Persatuan Pernyangannya Tan Malaka.
Polarisasi ini bermula pada dua pendirian yang saling bertolak belakang, pihak
Partai Sosialis (Pemerintah) menitik beratkan perjuangan memperoleh pengakuan
Indonesia kepada perjuangan berdiplomasi, pihak oposisi pada perjuangan
bersenjata melawan Belanda.
Polarisasi ini membawa mahasiswa yang juga sebagian besar dari mereka
adalah pengurus Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta berorientasi kepada Partai
Sosialis. Melalu mereka inilah Partai Sosialis mencoba mendominir Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta. Namun mahasiswa yang masih memiliki idealisme tidak
dapat membiarkan usaha Partai Sosialis hendak mendominir Persyerikatan
Mahasiswa Yogyakarta. Dengan suasana yang sangat kritis dikarenakan Belanda
semakin memperkuatkan diri dengan terus-menerus mendatangkan bala bantuan
dengan persenjataan modern yang kemudian pada tanggal 21 Juli 1947 terjadilah
yang dinamakan Agresi Militer Belanda I. Dengan situasi yang demikian para

6
mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak
setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat
melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolah
keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan
mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.
Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk
mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan
untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita akan itu, namun selalu
ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari berbagai kondisi yang ada
dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu diwujudkan karena bila
membiarkan Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta lebih lama didominasi oleh
Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai
Sosialis terhadap Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari
kalangan mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswa
katolik, serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi
keagamaan.

B. Gerakan Intelektual HMI Dalam Upaya Mempertahankan


Kemerdekaan Indonesia

Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI merupakan suatu organisasi yang


bernafaskan Islam dan bersifat independen atau bebas dan merdeka tidak
tergantung dan memihak dengan kelompok atau golongan tertentu. HMI telah
berdiri sejak 5 februari 1947 dan sampai sekarang organisasi ini masih berkiprah
dan terus berkembang ke berbagai Universitas yang dimana suatu Universitas
tersebut terdapat mahasiswa Islam maka di Universitas tersebut terdapat
organisasi HMI ini, organisasi ini sangatlah luas seiring dengan banyaknya
Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta yang ada di Indonesia. Dari awal
terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan yang bersatu
secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam tujuan
HMI yaitu:

7
a. Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran
kebangsaan atau ke-Indonesiaan

b. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya


terkandung pemikiran ke-Islaman

Karna dengan melihat kondisi Negara Indonesia yang mengalami beberapa


perubahan yang mencoba memasang ideologi yang mencoba menghilangkan nilai
religiusnya, maka Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam pun mengarah agar
lebih berkembang dalam mengawal. Organisasi ini merupakan suatu organisasi
pengkaderan dimana bertujuan terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi
yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT. HMI telah melewati banyak fase atau tahap
dalam perkembangannya seperti di jelaskan di atas sehingga kini HMI tetap dan
terus menjalankan syariat organisasinya yang nasionalis dan tetap bernuansa
Islam, sehingga kader-kader HMI sekarang menjadi seorang muslim yang
nasionalis, berintelektual yang sekaligus menjunjung tinggi asas-asas keIslaman
di Indonesia agar membuat Negara ini bangkit dan terus maju dalam
pembangunan baik dalam segala aspek manapun, dan untuk menunjukkan kepada
Negara luar khususnya Negara non-muslim bahwa Indonesia sebagai Negara
dengan umat muslim terbanyak di dunia bisa membuat rakyat dan negaranya maju
dalam segala bidang dan tetap menjunjung tinggi asas-asas keislaman. Sebagai
Mahasiswa atau kaum intelektual di masa sekarang, dengan sifat keindependen
dari HMI ini kita harus selalu dituntut untuk mengambil sikap berani, kritis, adil,
jujur dan selalu berpikir obyektif dan rasional. Dengan sifat independen inilah
Mahasiswa harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas dasar
keyakinan dan kebenaran, maka kader-kader HMI haruslah berkualitas karena itu
merupakan suatu modal untuk meningkatkan mutu dari kader HMI sehingga
mampu berperan aktif pada masa sekarang dan mendatang. Dengan mengetahui
sejarah terbentuknya organisasi ini pada masa lalu, kita dapat mengetahui
semangat juang HMI. Merupakan sebuah tonggak bagi HMI untuk meneruskan

8
perjuangan pencipta dan para pendahulu di HMI agar selalu terciptanya hari esok
yang lebih baik. Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu,
umat Islam berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan
umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan diperlakukan tidak adil, serta
hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang sudah
seideologi dengan mereka.

Perjuangan kelahiran HMI bukan hanya milik kader HMI semata, akan
tetapi rakyat Indonesia terpanggil untuk memiliki HMI sebagai lembaga kontrol
kekuasaan, dan bersama rakyat memperjuangkan segala kepentingannya di atas
kepentingan elite di negara ini. Kini 70 tahun sudah HMI bersama rakyat
Indonesia dalam membangun kemajemukan dan integritas negara ini. Ditengah
sentiment politik elite kekuasaan negara yang dalam kurun waktu beberapa tahun
terakhir, telah banyak mengabaikan dan menepis ekspektasi rakyat baik dalam
dalam ekonomi kerakyatan, kesejahteraan eran HMI dalam sejarah kehidupan
bangsa dan negara Indonesia merupakan sebuah keniscayaan yang tak
terbantahkan. HMI dengan sengaja telah ikut mewarnai sejarah panjang
dinamikan kebangsaan Indonesia. Perjuangan dan pengabdian HMI terhadap
eksistensi negara ini patut di banggakan pula, karena riwayat fase perjuangan
HMI dalam mendorong pembangunan Indonesia tumbuh seiring dengan
penegakan NKRI sebagai satu kekuatan integrasi bangsa dan negara.rakyat,
maupun mutu pendidikan dan kesehatan rakyat, demokrasi, perlindungan hukum
serta proteksi negara terhadap rakyat kecil. Perjalannan HMI sangat terekam jelas
asas perjuangannya dari masa ke masa, hal ini membuktikan kebenaran
perjuangan dalam mengisi rung kemerdekaan dan pembangunan di negara tercinta
ini. Dalam perjalanannya, HMI memiliki fase kesejarahannya sendiri dalam
interaksinya dengan umat dan bangsa. Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul,
sejarawan HMI, malah membagi kesejarahan HMI dalam lima zaman perjalanan
HMI dan 10 fase perjuangan yakni, zaman perang kemerdekaan dan masa
kemerdekaan (1946-1949) yang dibagi dalam fase konsolidasi spiritual dan proses
berdirinya HMI (November 1946-5 Februari 1947), fase berdiri dan pengokohan

9
(5 Februari-30 November 1947), dan fase perjuangan bersenjata dan perang
kemerdekaan, dan menghadapi pengkhianatan dan pemberontakan PKI I (1947-
1949). Dalam fase tantangan II HMI dituntut dapat terus eksis meskipun
alumninya banyak tertimpa musibah dan HMI digerogoti berbagai macam
permasalahan termasuk konflik internal di HMI sendiri.

Kelima fase zaman perjuangan tersebut di atas, HMI tak berhenti bergerak
dan terus berbuat untuk kemerdekaan dan mengisi pembangunan di negara ini. Ini
bukti faktual perjuangan HMI dalam mengabdikan diri dalam membela negara,
memperjuangkan hak-hak rakyat, serta menjaga kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

C. Konsolidasi Intelektual HMI Dalam Merumuskan Keislaman dan


Keindonesiaan

Pemikiran keislaman dan keindonesiaan atau wawasan keislaman dan


wawasan kebangsaan HMI yang bersumber dari rumusan tujuan HMI yang
pertama dan kedua, Hari Azhar Aziz, Ketua Umum PB HMI period 1983-1986
mengatakan bahawa orientasi pemahaman perspektif kesejarahan memberikan
gambaran bahawa gerak perjuangan HMI bukan peristiwa yang penubuhan
sendiri. Ia akan selalu tampil sebagai pancaran dari idea dasar kelahiran HMI,
seperti terungkap dari tujuan HMI. Terdapat dua makna yang mewarnai
pemikinan HMI. Pertama, telah menjadi tekad HMI untuk membela,
mempertahankan Negara Republik Indonesia serta menjaga kedaulatannya sejak
merdeka 17 agustus 1945. Telah menjadi keyakinan HMI, hanya dalam negara
merdeka dan berdaulat saja cita-cita untuk meningkatkan derajat rakyat Indonesia
di bidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dalam rangka mewujudkan
masyarakat adil makmur dapat tercapai. Dari tema pernikiran seperti itu menurut
Hari Azhar Azis, HMI menempatkan dirinya sebagai salah satu barisan, yang
selalu tampil ke atas manakala datang penggilan untuk membela,
mempertahankan dan mempersatukan bangsa Indonesia. Pemikiran keislaman —
keindonesiaan HMI seperti diungkapkan di atas memiliki berbagai corak. Corak

10
suatu pemikiran bukanlah suatu yang penubuhan sendiri, akan tetapi terbentuk
dan ditentukan faktor dalaman dan luaran. Demikian juga halnya dengan corak
pemikiran keislarnan - keindonesiaan HMI. Faktor dalaman ditentukan dan
berkaitan dengan hal-hal yang dimiliki HMI sebagai dasar berpijak ke arah
pembentukan corak pemikirannya. Faktor dalaman yang dimaksud adalah
karakteristik atau jati diri yang melekat dan dimiliki HMI, yang terbentuk dalam
mengiringi proses penubuhannya dan perkembangan berikutnya, yang
mengandung prinsip-pninsip wawasan keislaman, wawasan keindonesiaan, tujuan
HMI, sifat independen, berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai
organisasi kader, berperan sebagai organisasi perjuangan dan sebagai sumber
insani pembangunan bangsa dan moden. Wawasan keislaman - keindonesiaan,
menunjukkan bahawa HMI mesti sentiasa menempatkan Islam yang bersifat
universal sebagai sumber motivasi, sumber inspirasi di tengah-tengah pergumulan
kepelbagaian, keberagamaan dan ideologi lain yang berbagai-bagai. Pemikiran
keislaman - keindonesiaan HMI mesti melihat reality bangsa Indonesia itu,
sebagai suatu negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang sangat
majemuk. Juga mesti dapat ditunjukkan kepada bangsa Indonesia bahawa agama
Islam itu dapat menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia untuk mewujudkan
masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT, sebagai suatu tugas kerja
kemanusiaan. Independensi HMI dan pemikirannya dapat menempatkan diri pada
posisi yang tepat di tengah-tengah masyarakat yang pluralistik. Seperti dalam
huraian dapatan kajian dapat dikenalpasti akan dakwah yang dilakukan HMI.
Berikut ini beberapa hal aktiviti dakwah yang berkenaan dengan dakwah Islam.
Pertama, menegakkan dan mengembangkan agama Islam yang bersumber pada Al
Quran dan al-Sunnah, untuk tegaknya keyakinan Tauhid, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang majemuk, dengan melakukan
dakwah amar ma‘ruf nahi munkar. Kedua, berperan dan berpartisipasi aktif,
konstruktif, pro-aktif, inklusif, integratif, bersama-sama kerajaan Republik
Indonesia serta seluruh kekuatan bangsa, guna meningkatkan harkat dan martabat
serta peradaban bangsa Indonesia dalam bidang kehidupan beragama, pendidikan,
ekonomi, kebudayaan, sosial, politik, kemasyarakatan dan dimensi kehidupan

11
lainnya, serta hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia, untuk
mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang
diridhoi Allah SWT, menuju Indonesia baru di masa hadapan. Seterusnya,
keempat, membina kader-kader intelektual dan pejuang bangsa yang berwawasan
keislaman, keindonesiaan, keilmuan dan independen, sebagai calon pemimpin
bangsa di masa mendatang untuk mengisi Proklamasi 17 agustus 1945 dan
menyempurnakan perjuangan bangsa mencapai cita-citanya. Kelima,
membendung dan memberantas bahaya abadi dan latent paham/ajaran komunis
dalam segala bentuk dan manifestasinya, serta paham-paham lain yang
bertentangan dengan Islam dan Pancasila. Dan keenam, sentiasa mengusahakan
persatuan dan kesatuan umat Islam dan bangsa Indonesia yang majemuk, serta
keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia dari Sabang Sampai Merauke,
sebagai syarat mutlak tercapainya cita-cita umat Islam dan bangsa Indonesia yang
besar dan luhur dalam hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Maklumat di atas bukan bererti sudah akhir. Namun dengan tetap berpegang pada
paradigma yang transendental itu dakwah HMI masih dapat dikembangkan secara
dinamis, sepanjang pengembangan itu tetap relevan. Jika dikaji secara seksama
bahawa 6 butir dakwah HMI itu, tidak hanya bersifat idea dan tematis sahaja atau
suatu teori yang siap dioperasionalkan. Oleh itu, diperlukan usaha yang berterusan
dalam mewujudkan idea berkenaan. HMI yang pemikiran dan kegiatannya
memperoleh inspirasi dari nilai-nilai keislaman dan konteks kultural Indonesia.
Maka dakwah HMI pun tidak terlepas dari kerangka itu. Akan bangkit pertanyaan:
“bagaimana pengertian yang spesifik tentang pemikiran keislaman dan
keindonesiaan? Nurcholis Madjid dalam salah satu tulisannya mengatakan dalam
HMI, keislaman dan keindonesiaan telah terpadu secara utuh, sehingga dalam
mengekspresikan keislamannya, HMI telah sekaligus menyatakan
keindonesiaannya. Dalam pandangan HMI komitmen kepada keindonesiaan
merupakan kelanjutan dari sistem keimanannya. HMI mengindonesia kerana
hendak mengejawantahkan nilai-nilai luhur yang diserapnya dari ajaran-ajaran
Islam. Maka dalam menglslam, HMI menglslam dalam wadah yang dikaruniakan
Tuhan kepadanya iaitu tanah air Indonesia. Keislaman dan keindonesiaan bagi

12
HMI bukan masalah alternatif satu sama lain, tetapi dua sisi dari sekeping mata
uang (Nurcholis Madjid, 1997:iv).

Memimpin merupakan sebahagian dari dakwah iaitu menegakkan


keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak asasinya. Dalam waktu yang
sama menghormati kemerdekaannya sebagai kewujudan kesadaran akan tanggung
jawab sosial. Adapun peranan HMI sebagai organisasi perjuangan,
mengisyaratkan, agar dengan pemikiran-pemikiran HMI dapat mendatangkan
suatu perubahan ke arah perbaikan dan kesejahteraan. Hal ini sesuai dengan
hakikat perjuangan itu yakni melakukan perubahan, perombakan, perbaikan,
penyempumaan terhadap segala sesuatu yang tidak sesuai lagi dengan tuntuan
zaman sehingga lebih baik dan masa sebelumnya.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan,


pemahaman, penghayatan, dan pengamalan umat Islam akan agamanya harus
ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam secara
benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki jaminan kesempurnaannya sebagai
peraturan untuk kehidupan yang dapat menghantarkan manusia kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tugas suci umat Islam adalah mengajak umat manusia kepada kebenaran
Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur
material dan spiritual.

Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan


kesenjangan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam
dapat diminimalisir, bahkan kalau bisa dihilangkan, hal ini dilakukan dan
dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam.

Kader merupakan ujung tombak dari HMI. Tanpa kader HMI tinggal
menunggu akhir riyawatnya. Tugas HMI adalAh membina kadernya untuk dibina
dan diarahkan supaya pola pikir, pola tingkah dan pola lakunya menjadi sumber
inspirasi dan sumber motisi bagi generasi selanjutnya. HMI harus bisa
merekonstruksi formula-formula aparatur organisasinya supaya lebih inspiratif
bagi mahasiswa secara umum dan kader HMI sendiri untuk berproses dan
berjuang dalam Himpunan ini. Kader HMI harus siap dikader, mengkader diri dan
mengkader orang lain. Kader merupakan aset berharga bagi umat bangsa dan
Negara ini. Mereka semualah yang akan menjadi intelektual, pemimpin, ulama,
ilmuan , negarawan, ekonom, yang paripurna penerus bangsa dan harapan umat.
Maka sudah menjadi tugas HMI untuk mencetak kader-kader berkualitas yang
mengabdi pada umat, bangsa dan negaranya dengan ikhlas limardhotilah.

14
Tujuan HMI sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI
yaitu: “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang Bernafaskan Islam
dan Bertanggung Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang
Diridhoi Allah subhanahu wataalah”. Pada esensinya terdapat dua tujuan yakni
tujuan mikro dan tujuan makro.Tujuan mikro kita ber- HMI adalah Kualitas Insan
yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang
bernafaskan Islam. Sedangkan tujuan makronya adalah Kualitas Insan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT.

Dalam rangka pengabdian dan pembangunan HMI terhadap umat dan


bangsa itu bisa dimakanai HMI sebagai organisasi yang melahirkan kualitas anak
bangsa yang berkualitas, akan tetapi kita sebagai kader saja tidak cukup perlu
adanya kesadaran bersama untuk membangun bangsa ini baik itu dengan
menjadikan Islam sebagai sumber nilai, inspirasi dan motifvasi yang menyentuh
segala aspek ke-Indonesiaan dan ke-Bangsaan negara ini. Ataupun dengan
mendemokratisasikan setiap tatanan masyarakat Indonesia dengan kunci Islam
sebagai rahmatan lil alamin. Islam jangan dimaknai sebagai lembaga, idologi,
aliran yang mempersempit makna Islam itu sendiri, akan tetapi Islam harus
dikontekstualisasikan sebagai tatanan nilai yang relefan dalam setiap lokus dan
tempusnya al-Islamu shalihun lukuli zamani wa makani, sehingga Islam sebagai
azas HMI merupakan jalan yang lurus menuju rahmat dan ridhonya.

B. SARAN

Demikianlah makalah yang telah di buat oleh penulis. Adapun kekurangan


pada makalah ini itu karena penulis hanya manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan. Penulis senantiasa membuka diri untuk dikritik jika memang terjadi
kesalahan pada makalah ini.

Wabillah Taufik Walhidayah

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sitompul Agussalim, Sejarah Perjuangan Himpunan Mahasiswa Islam (th. 1947-


1975), Surabaya: bina ilmu, 1976.

Satria, wibawa hariqo, Lafran Pane; Jejak dan Pemikirannya, Jakarta: Penerbit
Lingkar, 2011.

Sitompul Agussalim, Citra HMI, cet II. Jakarta: CV Misaka Galiza, 2008.

Sitompul Agussalim, Menyatu dengan Umat Menyatu dengan Bangsa: Pemikiran


Keislaman-Keindonesiaan HMI 1947-1997, Jakarta : Penerbit Logos Wacana
Ilmu, 2002.

Sitompul Agussalim, Historiografi Himpunan Mahasiswa Islam th. 1947-


1993, cet.II. Jakarta: Misika Galiza, 2008.

Madjid, Nurcholish. 1987. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan. Penerbit HMI;


Jakarta

Sitompul, Agus. 2008. Pemikiran HMI dan Relevansinya dengan Sejarah

Perjuangan Bangsa Indonesia. Penerbit CV Misaka Galiza; Jakarta

Zulkarnaen, Fajar. 2003. Mengakhiri Infantilisme HMI. Penerbit HMI Press;

Bandung

16

Anda mungkin juga menyukai