082292828680/ muh.ell45@gmail.com
OLEH:
M. SYAHRUL MUBARAK T
Shalawat beserta salam tak lupa di junjungkan kepada sang nabi, sang
misionaris pada zamannya, tak tertelan wacananya oleh peradaban. Muhammad
Saw, sang revolusioner sejati berselempangkan seru-seru ke-tauhid-an, membawa
ummatnya jauh dari lubang ke-syirik-an.
i
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN ............................................................................. 14
B. SARAN ......................................................................................... 15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah
1. Memahami tujuan utama didirikannya HMI.
2. Mengetahui peran aktif HMI dalam menjaga identitas ummat dan Bangsa
di Indonesia.
3. Memahami secara reflektif sejarah perjuangan HMI dalam konteks Awal
kemerdekaan indonesia.
D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah
1. Memperoleh pengetahuan secara terperinci tentang latar belakang
didirikannya HMI.
2. Menambah wawasan kader HMI tentang ke ikut sertaan HMI dalam
mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia.
3. Menambah wawasan kader HMI akan perjuangan HMI dalam menjaga
identitas Ummat dan Bangsa Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
persatuan dan kesatuan dari sengenap umat islam sebagai tulang punggung bangsa
dan negara. Bersamaan dengan kondisi ruang dan waktu ketika itu keluarlah
Pengumuman Pemerintah Republik Indonesia Nomor: X/1945 tertanggal 3
November 1945, yang ditanda tangani Wakil Presiden RI Drs. Mohammad Hatta
yang membolehkan berdirinya partai-partai. Seperti diketahui, pada masa
pendudukan Jepang 1942-1945, pemerintah Jepang tidak memberi ijin kepada
rakyat untuk mendirikan partai politik. Semua kegiatan politik dan gerakan rakyat
diawasi, termasuk MIAI (Majelis Islam A’laa Indonesia), yang kemudian
digantikan Masyumi tahun 1943 sebagai buatan Jepang. Padahal rakyat
membutuhkan partai sebagai alat untuk memperjuangkan aspirasinya sebagai
bangsa yang ingin merdeka. Maka keluarlah Pengumuman Pemerintah seperti
disebut di atas.
berdirinya masyumi sebagai satu-satunya partai islam maka partai partai islam
yang ada waktu itu seperti PSII, PII, penyadar, permi dileburkan dan berfusi
menjadi satu dengan masyumi sebagai partai unitaris sedang organisasi islam non
politik seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU), PUT,AL jamiatul
4
Washliyah, Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) menjadi anggota istimewa
dari Masyumi, seperti disebutkan dalam pasal II anggaran tujuan partai ialah
terlaksananya ajaran dan hukum islam di dalam kehidupan orang seorang,
masyarakat dan negara republik indonesia sedang program dalam negari yaitu:
5
2. Latar Belakang Berdirinya HMI
6
mahasiswa yang berideologi murni tetap bersatu menghadapi Belanda, mencegak
setidak-tidaknya mengurangi efek-efek dari polarisasi politik yang sangat
melemahkan potensi Indonesia menghadapi Belanda. Karenanya mereka menolah
keras akan sikap dominasi Partai Sosialis terhadap mahasiswa yang dinilai akan
mengakibatkan dunia mahasiswa terlibat dalam polarisasi politik.
Berbagai hal ini yang mendorong beberapa orang mahasiswa untuk
mendirikan organisasi baru. Meskipun sebenarnya jauh sebelum adanya keinginan
untuk mendirikan organisasi baru sudah ada cita-cita akan itu, namun selalu
ditunda dan dianggap belum tepat. Namun melihat dari berbagai kondisi yang ada
dirasa cita-cita yang sudah lama diharapkan itu perlu diwujudkan karena bila
membiarkan Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta lebih lama didominasi oleh
Partai Sosialis adalah hal yang tidak tepat. Penolakan sikap dominasi Partai
Sosialis terhadap Persyerikatan Mahasiswa Yogyakarta tidak hanya datang dari
kalangan mahasiswa Islam, melainkan juga mahasiswa kristen, mahasiswa
katolik, serta berbagai mahasiswa yang masih menjunjung teguh ideologi
keagamaan.
7
a. Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat
rakyat Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran
kebangsaan atau ke-Indonesiaan
8
perjuangan pencipta dan para pendahulu di HMI agar selalu terciptanya hari esok
yang lebih baik. Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu,
umat Islam berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah memperlakukan
umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan diperlakukan tidak adil, serta
hanya menguntungkan kelompok mereka sendiri atau rakyat yang sudah
seideologi dengan mereka.
Perjuangan kelahiran HMI bukan hanya milik kader HMI semata, akan
tetapi rakyat Indonesia terpanggil untuk memiliki HMI sebagai lembaga kontrol
kekuasaan, dan bersama rakyat memperjuangkan segala kepentingannya di atas
kepentingan elite di negara ini. Kini 70 tahun sudah HMI bersama rakyat
Indonesia dalam membangun kemajemukan dan integritas negara ini. Ditengah
sentiment politik elite kekuasaan negara yang dalam kurun waktu beberapa tahun
terakhir, telah banyak mengabaikan dan menepis ekspektasi rakyat baik dalam
dalam ekonomi kerakyatan, kesejahteraan eran HMI dalam sejarah kehidupan
bangsa dan negara Indonesia merupakan sebuah keniscayaan yang tak
terbantahkan. HMI dengan sengaja telah ikut mewarnai sejarah panjang
dinamikan kebangsaan Indonesia. Perjuangan dan pengabdian HMI terhadap
eksistensi negara ini patut di banggakan pula, karena riwayat fase perjuangan
HMI dalam mendorong pembangunan Indonesia tumbuh seiring dengan
penegakan NKRI sebagai satu kekuatan integrasi bangsa dan negara.rakyat,
maupun mutu pendidikan dan kesehatan rakyat, demokrasi, perlindungan hukum
serta proteksi negara terhadap rakyat kecil. Perjalannan HMI sangat terekam jelas
asas perjuangannya dari masa ke masa, hal ini membuktikan kebenaran
perjuangan dalam mengisi rung kemerdekaan dan pembangunan di negara tercinta
ini. Dalam perjalanannya, HMI memiliki fase kesejarahannya sendiri dalam
interaksinya dengan umat dan bangsa. Prof. Dr. H. Agussalim Sitompul,
sejarawan HMI, malah membagi kesejarahan HMI dalam lima zaman perjalanan
HMI dan 10 fase perjuangan yakni, zaman perang kemerdekaan dan masa
kemerdekaan (1946-1949) yang dibagi dalam fase konsolidasi spiritual dan proses
berdirinya HMI (November 1946-5 Februari 1947), fase berdiri dan pengokohan
9
(5 Februari-30 November 1947), dan fase perjuangan bersenjata dan perang
kemerdekaan, dan menghadapi pengkhianatan dan pemberontakan PKI I (1947-
1949). Dalam fase tantangan II HMI dituntut dapat terus eksis meskipun
alumninya banyak tertimpa musibah dan HMI digerogoti berbagai macam
permasalahan termasuk konflik internal di HMI sendiri.
Kelima fase zaman perjuangan tersebut di atas, HMI tak berhenti bergerak
dan terus berbuat untuk kemerdekaan dan mengisi pembangunan di negara ini. Ini
bukti faktual perjuangan HMI dalam mengabdikan diri dalam membela negara,
memperjuangkan hak-hak rakyat, serta menjaga kesatuan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
10
suatu pemikiran bukanlah suatu yang penubuhan sendiri, akan tetapi terbentuk
dan ditentukan faktor dalaman dan luaran. Demikian juga halnya dengan corak
pemikiran keislarnan - keindonesiaan HMI. Faktor dalaman ditentukan dan
berkaitan dengan hal-hal yang dimiliki HMI sebagai dasar berpijak ke arah
pembentukan corak pemikirannya. Faktor dalaman yang dimaksud adalah
karakteristik atau jati diri yang melekat dan dimiliki HMI, yang terbentuk dalam
mengiringi proses penubuhannya dan perkembangan berikutnya, yang
mengandung prinsip-pninsip wawasan keislaman, wawasan keindonesiaan, tujuan
HMI, sifat independen, berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai
organisasi kader, berperan sebagai organisasi perjuangan dan sebagai sumber
insani pembangunan bangsa dan moden. Wawasan keislaman - keindonesiaan,
menunjukkan bahawa HMI mesti sentiasa menempatkan Islam yang bersifat
universal sebagai sumber motivasi, sumber inspirasi di tengah-tengah pergumulan
kepelbagaian, keberagamaan dan ideologi lain yang berbagai-bagai. Pemikiran
keislaman - keindonesiaan HMI mesti melihat reality bangsa Indonesia itu,
sebagai suatu negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang sangat
majemuk. Juga mesti dapat ditunjukkan kepada bangsa Indonesia bahawa agama
Islam itu dapat menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia untuk mewujudkan
masyarakat adil makmur yang diridloi Allah SWT, sebagai suatu tugas kerja
kemanusiaan. Independensi HMI dan pemikirannya dapat menempatkan diri pada
posisi yang tepat di tengah-tengah masyarakat yang pluralistik. Seperti dalam
huraian dapatan kajian dapat dikenalpasti akan dakwah yang dilakukan HMI.
Berikut ini beberapa hal aktiviti dakwah yang berkenaan dengan dakwah Islam.
Pertama, menegakkan dan mengembangkan agama Islam yang bersumber pada Al
Quran dan al-Sunnah, untuk tegaknya keyakinan Tauhid, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang majemuk, dengan melakukan
dakwah amar ma‘ruf nahi munkar. Kedua, berperan dan berpartisipasi aktif,
konstruktif, pro-aktif, inklusif, integratif, bersama-sama kerajaan Republik
Indonesia serta seluruh kekuatan bangsa, guna meningkatkan harkat dan martabat
serta peradaban bangsa Indonesia dalam bidang kehidupan beragama, pendidikan,
ekonomi, kebudayaan, sosial, politik, kemasyarakatan dan dimensi kehidupan
11
lainnya, serta hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia, untuk
mencapai masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang
diridhoi Allah SWT, menuju Indonesia baru di masa hadapan. Seterusnya,
keempat, membina kader-kader intelektual dan pejuang bangsa yang berwawasan
keislaman, keindonesiaan, keilmuan dan independen, sebagai calon pemimpin
bangsa di masa mendatang untuk mengisi Proklamasi 17 agustus 1945 dan
menyempurnakan perjuangan bangsa mencapai cita-citanya. Kelima,
membendung dan memberantas bahaya abadi dan latent paham/ajaran komunis
dalam segala bentuk dan manifestasinya, serta paham-paham lain yang
bertentangan dengan Islam dan Pancasila. Dan keenam, sentiasa mengusahakan
persatuan dan kesatuan umat Islam dan bangsa Indonesia yang majemuk, serta
keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia dari Sabang Sampai Merauke,
sebagai syarat mutlak tercapainya cita-cita umat Islam dan bangsa Indonesia yang
besar dan luhur dalam hidup berdampingan dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Maklumat di atas bukan bererti sudah akhir. Namun dengan tetap berpegang pada
paradigma yang transendental itu dakwah HMI masih dapat dikembangkan secara
dinamis, sepanjang pengembangan itu tetap relevan. Jika dikaji secara seksama
bahawa 6 butir dakwah HMI itu, tidak hanya bersifat idea dan tematis sahaja atau
suatu teori yang siap dioperasionalkan. Oleh itu, diperlukan usaha yang berterusan
dalam mewujudkan idea berkenaan. HMI yang pemikiran dan kegiatannya
memperoleh inspirasi dari nilai-nilai keislaman dan konteks kultural Indonesia.
Maka dakwah HMI pun tidak terlepas dari kerangka itu. Akan bangkit pertanyaan:
“bagaimana pengertian yang spesifik tentang pemikiran keislaman dan
keindonesiaan? Nurcholis Madjid dalam salah satu tulisannya mengatakan dalam
HMI, keislaman dan keindonesiaan telah terpadu secara utuh, sehingga dalam
mengekspresikan keislamannya, HMI telah sekaligus menyatakan
keindonesiaannya. Dalam pandangan HMI komitmen kepada keindonesiaan
merupakan kelanjutan dari sistem keimanannya. HMI mengindonesia kerana
hendak mengejawantahkan nilai-nilai luhur yang diserapnya dari ajaran-ajaran
Islam. Maka dalam menglslam, HMI menglslam dalam wadah yang dikaruniakan
Tuhan kepadanya iaitu tanah air Indonesia. Keislaman dan keindonesiaan bagi
12
HMI bukan masalah alternatif satu sama lain, tetapi dua sisi dari sekeping mata
uang (Nurcholis Madjid, 1997:iv).
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tugas suci umat Islam adalah mengajak umat manusia kepada kebenaran
Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur
material dan spiritual.
Kader merupakan ujung tombak dari HMI. Tanpa kader HMI tinggal
menunggu akhir riyawatnya. Tugas HMI adalAh membina kadernya untuk dibina
dan diarahkan supaya pola pikir, pola tingkah dan pola lakunya menjadi sumber
inspirasi dan sumber motisi bagi generasi selanjutnya. HMI harus bisa
merekonstruksi formula-formula aparatur organisasinya supaya lebih inspiratif
bagi mahasiswa secara umum dan kader HMI sendiri untuk berproses dan
berjuang dalam Himpunan ini. Kader HMI harus siap dikader, mengkader diri dan
mengkader orang lain. Kader merupakan aset berharga bagi umat bangsa dan
Negara ini. Mereka semualah yang akan menjadi intelektual, pemimpin, ulama,
ilmuan , negarawan, ekonom, yang paripurna penerus bangsa dan harapan umat.
Maka sudah menjadi tugas HMI untuk mencetak kader-kader berkualitas yang
mengabdi pada umat, bangsa dan negaranya dengan ikhlas limardhotilah.
14
Tujuan HMI sebagaimana dirumuskan dalam pasal 4. AD ART HMI
yaitu: “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi yang Bernafaskan Islam
dan Bertanggung Jawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil Makmur yang
Diridhoi Allah subhanahu wataalah”. Pada esensinya terdapat dua tujuan yakni
tujuan mikro dan tujuan makro.Tujuan mikro kita ber- HMI adalah Kualitas Insan
yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan pengabdi yang
bernafaskan Islam. Sedangkan tujuan makronya adalah Kualitas Insan
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT.
B. SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Satria, wibawa hariqo, Lafran Pane; Jejak dan Pemikirannya, Jakarta: Penerbit
Lingkar, 2011.
Sitompul Agussalim, Citra HMI, cet II. Jakarta: CV Misaka Galiza, 2008.
Bandung
16